Anda di halaman 1dari 49

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN PSIKOTIK AKUT

Oleh :
Nikmatiah Gusti A. Wolley
16014101165
Masa KKM : 02 September – 29 September 2019

Pembimbing :
dr. L. F. Joyce Kandou, SpKJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI

PASIEN LAPORAN KASUS

Seorang Pasien dengan Diagnosis Gangguan Psikotik Akut

Nama : Ny. RR

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada September 2019

Mengetahui,

dr. L. F. Joyce Kandou, SpKJ

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nikmatiah Gusti A. Wolley

NRI : 16014101165

Masa KKM : 02 September – 29 September 2019

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar – benar telah melakukan

wawancara psikiatri terhadap pasien laporan kasus saya.

Manado, September 2019

Nikmatiah Gusti A. Wolley

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Membaca Laporan Kasus dengan Judul

“SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT”

Oleh :

Nikmatiah Gusti A. Wolley


16014101165
Masa KKM : 02 September – 29 September 2019

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal Desember 2019

Pembimbing :

dr. L. F. Joyce Kandou, SpKJ (K)

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................i

SURAT PERNYATAAN...............................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................iii

DAFTAR ISI.................................................................................................iv

LAPORAN KASUS.......................................................................................1

Identitas Pasien........................................................................................1

Riwayat Psikiatrik....................................................................................1

Riwayat Kehidupan Pribadi.....................................................................4

Pemeriksaan Status Mental....................................................................10

Pemeriksaan Fisik Interna dan Neurologi..............................................15

Ikhtisar Penemuan Bermakna................................................................17

Formulasi Diagnostik............................................................................18

Evaluasi Multiaksial..............................................................................20

Rencana Terapi......................................................................................20

Prognosis...............................................................................................22

Diskusi...................................................................................................22

Kesimpulan............................................................................................27

Wawancara Psikiatri..............................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................42

LAMPIRAN.................................................................................................43

iv
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. RR

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Kiawa / 06 Mei 1969

Status Perkawinan : Sudah Menikah

PendidikanTerakhir : SD (Tamat)

Pekerjaan : Petani

Suku/ Bangsa : Minahasa/ Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Lorong Peta III, Malalayang

Tanggal Pemeriksaan : 1 Oktober 2019

Tempat Pemeriksaan : Rumah anak pasien

No. Telepon : 08524032**** (Anak pasien)

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh melalui :

1. Autoanamnesis dengan pasien Ny. RR di rumah anak pasien di Lorong

Peta III, Malalayang pada 1 Oktober 2019.

1
2. Alloanamnesis dengan anak pasien Bpk. FM di rumah anak pasien di

Lorong Peta III, Malalayang pada 1 Oktober 2019.

A. Keluhan Utama

Pasien dibawa ke Poliklinik Jiwa RS Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

Manado oleh anak pasien dengan keluhan sering berbicara sendiri sejak 2 hari

yang lalu. Pasien juga sering mendengar suara-suara bisikan sejak 2 hari yang

lalu.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien dibawa ke Poliklinik Jiwa RS Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

Manado oleh anak pasien pada hari Rabu, 25 September 2019 dengan keluhan

sering berbicara sendiri sejak 2 hari yang lalu. Pada hari Senin pagi pasien

sedang menjemur jagung hingga sore hari. Setelah selesai bekerja, pasien

langsung mandi dan beristirahat.

Saat terbangun menurut anak pasien, pasien mulai berbicara kacau

dan kadang tidak nyambung. Pasien mengatakan bahwa cucunya telah dibawa

ke perbatasan dan sedang dikepung dan akan dibunuh. Pasien kemudian

memarahi anaknya karena membiarkan cucunya berada di perbatasan. Pasien

juga merasa takut jika berada di keramaian karena menurut pasien akan ada

seseorang yang mengejarnya. Pasien pernah bermimpi buruk bahwa ada orang

yang ingin membunuhnya.

2
Keluarga pasien pernah menegur pasien karena berbicara sendiri dan

memberi hormat saat menjenguk kakaknya di RSUP. Prof. D. R. D. Kandou.

Pasien lalu meminta maaf dan mengatakan kalau dirinya tidak sadar saat

sedang berbicara sendiri. Pasien mengatakan bahwa dia memberi hormat

kepada orang-orang, namun menurut keluarga pasien tidak melihat orang-

orang yang dimaksud pasien selain pengunjung rumah sakit lainnya.

Sebelumnya 2 hari yang lalu pasien dibawa ke poli saraf RS. Bethesda,

Tomohon untuk diperiksa namun dokter mengatakan bahwa semuanya

normal. Pasien lalu disarankan agar dibawa ke Poliklinik Jiwa RS Prof. Dr. V.

L. Ratumbuysang Manado. Tiga minggu yang lalu pasien pernah dirawat di

RS. Bethesda, Tomohon karena tekanan darah pasien tiba-tiba naik saat

sedang bekerja. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi sudah sejak 2

tahun yang lalu dan rutin mengonsumsi obat.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya disangkal.

2. Riwayat Gangguan Medis Umum

Pasien pernah dirawat di RS. Bethesda, Tomohon karena tekanan

darah pasien tiba-tiba naik saat sedang bekerja. Pasien memiliki

riwayat tekanan darah tinggi sudah sejak 2 tahun yang lalu dan rutin

mengonsumsi obat.

3
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien mengatakan dia tidak pernah menggunakan obat-obatan selain

yang diberikan dokter. Saat ditanyakan tentang merokok dan minum

minuman beralkohol pasien mengatakan bahwa ia tidak merokok dan

mengonsumsi alkohol. Untuk riwayat penggunaan narkoba pasien

mengatakan bahwa ia juga tidak menggunakan narkoba maupun obat –

obatan lainnya.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara. Ia memiliki 3 kakak

perempuan dan 2 kakak laki-laki. Menurut kakak pasien, selama masa

kehamilan kondisi kesehatan fisik dan mental ibu pasien cukup baik. pasien

lahir dengan normal dan sejak kecil tidak susah diurus.

B. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)

Saat lahir, pasien dibesarkan oleh ibu dan ayah di Kiawa. Pada

stadium oral (0-1 tahun), pasien mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir

sampai usia 6 bulan. Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan

dasar (0-1 tahun), pasien di rawat oleh ayah dan ibunya beserta kakak-kakak

pasien dan pada saat ditinggal sendiri pasien akan menangis.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu-malu usia (1-3 tahun), menurut

kakak pasien, pasien bisa berjalan pada usia 1 tahun dan mulai bisa berbicara

4
pada usia 2 tahun. Lalu pasien mengatakan bahwa yang mengajarkan pasien

berbicara, berjalan, makan, BAB, dan BAK adalah ibu dan ayah serta semua

kakak dari pasien. Pasien dapat mengetahui kalau rasa kencing pasien harus

ke toilet. Pada tahap ini, pasien mulai bermain dengan saudara-saudara dan

teman-temannya dan pasien adalah orang yang sangat periang dan senang

bermain. Pasien juga termasuk anak yang patuh terhadap orang tuanya.

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4 - 11 tahun)

Stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3 – 5 tahun), menurut kakak

pasien, dia adalah anak yang aktif dan periang, suka bermain dengan teman –

temannya. Selain itu kakak pasien juga mengatakan bahwa pasien sering

membenturkan kepalanya di tembok saat marah karena tidak dipenuhi

keinginannya.

Stadium industri lawan inferioritas ( usia 6 – 11 tahun) pasien mulai

menempuh pendidikan. Pasien masuk ke Sekolah Dasar pada usia 7 tahun di

Sekolah Dasar GMIM Kiawa. Menurut kakak pasien, pasien merupakan anak

yang biasa saja seperti anak – anak pada umumnya. Pasien adalah anak yang

lebih dimanja oleh orang tuanya.

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja

Stadium identitas lawan difusi peran (usia 11 – 20 tahun). Pasien

merupakan lulusan SD dan tidak melanjutkan pendidikan pasien karena alasan

5
finansial. Pasien sangat mudah bergaul baik dengan laki-laki maupun dengan

perempuan. Pasien suka mengikuti berbagai kegiatan yang berada di lingkuan

sekitar pasien, pasien rajin pergi beribadah dengan teman-teman maupun

keluarganya.

E. Riwayat Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien masuk SD GMIM Kiawa pada usia 7 tahun. Saat lulus pasien

sudah tidak melanjutkan pendidikan pasien karena alasan finansial. Menurut

kakaknya, pasien adalah orang yang biasa-biasa saja tidak sepintar teman-

temannya. Pasien juga sangat supel dalam pergaulan dan senang bermain

dengan teman – temannya bahkan dengan semua kakaknya.

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien merupakan petani sekaligus ibu rumah tangga.

3. Riwayat Psikoseksual

Pasien mengetahui identitas seksualnya sebagai seorang perempuan

karena ia menyadari bahwa secara biologis dan karakteristik dia adalah

seorang perempuan. Orientasi seksual pasien baik (menyukai lawan

jenis).

4. Riwayat Pernikahan

Pasien sudah menikah sejak 30 tahun yang lalu.

6
5. Riwayat Beragama

6. Pasien dibesarkan dalam lingkup agama Kristen Protestan. Menurut

pasien ia harus ke gereja ketika hari minggu. Pasien sering mengikuti

ibadah di gereja.

7. Aktivitas sosial

Pasien bergaul normal dengan orang-orang di sekitar lingkungan

pasien. Pasien adalah orang dan tidak memilih-milih dengan siapa ia

bergaul. Pasien juga aktif di kegiatan masyarakat seperti kerja bakti.

8. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien mengaku tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar

hukum.

9. Situasi kehidupan sekarang

Saat ini pasien tinggal dengan keluarganya di rumah anak pasien.

Pasien tinggal di dalam keluarga yang berstatus sosial menengah

kebawah. Rumah pasien memiliki 3 kamar, 4 kamar mandi, ruang

tamu, ruang keluarga dan dapur. Rumah tersebut milik anak pasien.

Terdapat 6 orang yang tinggal serumah dengan pasien. Pasien tidur di

kamar dengan kakak perempuannya, beratapkan seng berdinding beton

dan berlantai semen.

Pasien saat sudah diberikan pengobatan pasien mengaku bahwa suara

suara yang didengarnya agak berkurang. Pikirannya sedikit lebih

tenang dan nafsu makan pasien mulai membaik. Saat ini pasien juga

7
mengatakan ia sudah bisa tidur dengan baik dan sangat ingin untuk

kembali bekerja.

DENAH RUMAH PASIEN

10. Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak bungsu dari 6 bersaudara. Pasien diperlakukan

sama seperti semua kakaknya namun sedikit lebih dimanjakan. Ayah

8
pasien sudah meninggal saat pasien berumur 40 tahun dan ibu pasien

meninggal saat pasien berumur 32 tahun.

SILSILAH KELUARGA / GENOGRAM

Keterangan:

: Laki-laki atau : Sudah meninggal

: Perempuan : Pasien

Faktor Herediter : Tidak ada

F. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Kehidupannya

Pasien merasa terjadi sesuatu dengan dirinya, ia merasa terganggu

dengan suara-suara yang didengarnya dan hal-hal yang dilihatnya. Pasien

tidak merasa ia sedang sakit namun mau meminum obat yang diberikan.

9
G. Persepsi Pasien Terhadap Keluarga

Pasien mengatakan bahwa dirinya menyayangi keluarganya. Pasien

merasa bahwa keluarganya sayang dan perhatian kepada pasien. Pasien tidak

merasa seperti ada perbedaan kasih sayang dengan semua kakaknya.

H. Persepsi Keluarga Terhadap Pasien

Menurut kedua anak pasien, mereka menyayangi pasien, sehingga ia

menginginkan agar ibu mereka cepat sembuh. Suami dan kakak pasien juga

mendukung pengobatan yang diterima pasien.

Menurut keluarga pasien, mereka tidak tahu kenapa pasien bisa seperti

ini. Menurut mereka mungkin karena pasien terlalu sering bekerja sehingga

kelelahan.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

Pasien merupakan seorang perempuan berusia 50 tahun, tampak

dan berpenampilan sesuai usia. Kulit pasien kuning kecoklatan, rambut

pendek yang lurus dan berwarna hitam. Saat dianamnesis di rumah anak

pasien, keadaan cukup kooperatif, pasien memakai blouse rapi, celana

pendek, tampak seperti orang normal.

10
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara di rumah, pasien sedang duduk dan berbicara

seperti biasa. Pasien cukup terbuka dan melakukan kontak mata, namun

sesekali menghindar. Saat ditanyakan ada pertanyaan yang dijawab dengan

baik, namun kadang pasien terlihat seperti kebingungan dalam menjawab

sehingga dijawab oleh anak maupun kakak pasien.

3. Sikap pasien terhadap pemeriksa

Perhatian pasien cukup terhadap pemeriksa, cukup kooperatif pada

saat wawancara. Beberapa kali terlihat seperti kebingungan dalam

menjawab pertanyaan yang diberikan sehingga pemeriksa harus mengulang

kembali pertanyaan.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Eutimia

2. Afek : Menyempit

3. Kesesuaian : Sesuai

C. Pembicaraan

1. Kualitas

Pasien menjawab pertanyaan dengan jelas kadang bingung dalam

menjawab. Volume suara pasien kecil, kadang tidak terdengar.

11
2. Kuantitas

Pasien berbicara secukupnya.

3. Hendaya berbahasa

Pasien fasih berbahasa Indonesia, tidak ada hendaya dalam berbahasa.

D. Gangguan Persepsi

1. Depersonalisasi

Pasien mengungkapkan bahwa ia tidak pernah merasa bahwa dirinya

tidak nyata.

2. Derealisasi

Pasien mengungkapkan bahwa ia tidak pernah berada dalam situasi

dimana ia berada di lingkungan yang asing atau tidak nyata.

3. Ilusi

Pasien tidak memiliki kelainan persepsi tentang stimulus dari

lingkungan eksternal.

4. Halusinasi

Saat anamnesis diketahui pasien mengalami halusinasi audiotorik dan

halusinasi visual yang sudah ada sejak 1 minggu terakhir. Pasien

mendengar suara-suara mengganggu di telinganya yang mengatakan

bahwa cucunya sedang ada di perbatasan dan akan dibunuh. Pasien

pernah memberi hormat kepada orang-orang yang tidak dilihat oleh

keluarga pasien.

12
E. Proses Pikir

1. Bentuk pikiran : Koheren

Pada saat wawancara berlangsung terlihat pasien menjawab sesuai

dengan pertanyaan, ada juga yang tidak dijawab namun keseluruhan

pembicaraan dapat dimengerti dengan baik. Terkadang pasien menjawab

pertanyaan dengan yakin, terkadang dengan ragu-ragu dan suara yang kecil.

2. Isi pikiran : Waham (-)

F. Sensorium dan Kognisi

1. Kewaspadaan dan Tingkat Kesadaran

Keadaan pasien compos mentis. Pasien dapat mengarahkan,

mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi

 Orientasi waktu : Baik. Pasien dapat membedakan pagi, sore dan

malam.

 Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui di mana pasien saat

diwawancarai.

 Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali keluarga di

sekitarnya.

3. Daya ingat

 Jangka panjang : Baik. Pasien dapat mengingat kejadian di masa lalu.

13
 Jangka sedang : Baik. Pasien dapat mengingat kapan dia dibawa ke

rumah sakit.

 Jangka pendek : Terganggu. Pasien lupa bahwa tadi pagi pasien sudah

makan.

4. Kemampuan membaca dan menulis

Pasien ketika disuruh untuk membaca nama pemeriksa dan

menulisnya kembali, dia mampu untuk melakukannya dengan benar.

5. Kemampuan visuospasial

Pasien dapat berjalan tanpa menabrak benda-benda di sekitarnya.

6. Kemampuan menolong diri sendiri

Pasien sebelum gangguan dapat melakukan aktivitas sehari-harinya

sendiri seperti makan, minum, dan mandi. Saat terjadi gangguan ini pasien

masih bisa makan dan minum sendiri namun harus diingatkan.

7. Pengendalian impuls

Pasien mengikuti wawancara dalam waktu yang cukup lama dengan

duduk tenang.

G. Pertimbangan dan Tilikan

a. Daya nilai sosial : Baik. Pasien dapat bertindak sesuai dengan

norma-norma yang ada di dalam masyarakat.

14
b. Uji daya nilai : Baik. Pasien mengerti dan memahami bila ada

kebakaran, ia harus berlari dan mencari pertolongan.

c. Tilikan : Derajat tilikan 2, dimana pasien agak menyadari

bahwa dirinya sakit, tapi dalam waktu bersamaan pasien menyangkal

bahwa dirinya sakit.

H. Taraf Dapat Dipercaya

Secara keseluruhan ada yang bisa dipercaya ada juga kata-kata pasien

yang harus ditanyakan kepada keluarga karena pasien saat diwawancarai

tampak kebingungan atau tidak jelas sehingga harus dikonfirmasi pada anak

dan kakak pasien.

V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI

A. Status Interna

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : TD : 130/80 mmHg N : 96 x/menit

R : 20 x/menit S : 36,0 C

Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Toraks : Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)

Paru : suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,

Wheezing -/-

15
Abdomen : Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar

dan lien tidak teraba, bising usus normal

Ekstremitas : Hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada

B. Status Neurologi

1. GCS : E4M6V5

2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, reflex

Cahaya (+/+)

3. Pemeriksaan nervus kranialis

 Nervus olfaktorius (N.I): tidak dilakukan evaluasi.

 Nervus optikus (N.II): tidak dilakukan evaluasi.

 Nervus okulomotoris (N.III), nervus troklearis (N.IV), dan nervus

abducens (N.IV): selama wawancara berlangsung diamati bahwa

pasien memiliki gerakan bola mata yang normal (pasien mampu

melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu,bola

mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah.

 Nervus trigeminus (N.V): selama wawancara berlangsung terlihat

wajah pasien simetris.

 Nervis facialis (N.VII): selama wawancara berlangsung terlihat

pasien dapat tersenyum dan sesekali mengangkat alis matanya.

 Nervus vestibulokoklearis (N.VIII): selama wawancara

berlangsung, pasien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.

16
Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat

berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

 Nervus glossofaringeus (N.IX): tidak dilakukan evaluasi.

 Nervus vagus (N.X): tidak dilakukan evaluasi.

 Nervus aksesorius (N.XI): selama wawancara pasien dapat

menggerakkan kepala ke kanan dan kiri, hal ini menandakan

nervus aksesorius dalam keadaan normal.

 Nervus hipoglosus (N.XII): tidak dilakukan evaluasi.

Ekstrapiramidal sindrom: tidak ditemukan ada gejala

ekstrapiramidal. (tremor, akatisia, bradikinesia, rigiditas).

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan bahwa

pasien perempuan berumur 50 tahun, sudah menikah, suku Minahasa, agama

Kristen Protestan, sekarang tinggal di Lorong Peta III, Malalayang dan sedang

tidak bekerja untuk sekarang. Pasien dibawa ke Poliklinik Jiwa RS Prof. Dr.

V. L. Ratumbuysang Manado oleh anak pasien pada hari Rabu, 25 September

2019 dengan keluhan sering berbicara sendiri sejak 2 hari yang lalu dan

kadang tidak nyambung. Pasien mengatakan bahwa cucunya telah dibawa ke

perbatasan dan sedang dikepung dan akan dibunuh. Pasien kemudian

memarahi anaknya karena membiarkan cucunya berada di perbatasan.

17
Pasien juga merasa takut jika berada di keramaian karena menurut

pasien akan ada seseorang yang mengejarnya. Pasien pernah bermimpi buruk

bahwa ada orang yang ingin membunuhnya. Keluarga pasien pernah menegur

pasien karena berbicara sendiri dan memberi hormat saat menjenguk

kakaknya di RSUP. Prof. D. R. D. Kandou. Pasien mengatakan bahwa dia

memberi hormat kepada orang-orang, namun menurut keluarga pasien tidak

melihat orang-orang yang dimaksud pasien selain pengunjung rumah sakit

lainnya.

Pasien merupakan seorang perempuan tampak dan berpenampilan

sesuai usia. Kulit pasien kuning kecoklatan dan rambut pendek yang lurus

berwarna hitam. Saat dianamnesis di rumah anak pasien, keadaan cukup

kooperatif, pasien memakai blouse rapi, celana pendek, tampak seperti orang

normal. Pasien melakukan kontak mata, namun sesekali menghindar. Saat

ditanyakan ada pertanyaan yang dijawab dengan baik namun ada juga yang

tidak dijawab. Pasien menjawab dengan volume kecil-sedang dan artikulasi

yang jelas.

Saat wawancara berlangsung, arus pikir pasien yaitu koheren dimana

pasien dapat menjawab sesuai pertanyaan. Pada pasien tidak ada waham dan

dapat dinilai mood pasien eutimia serta afek menyempit. Dari pertimbangan

tilikan terhadap penyakit yaitu termasuk derajat tilikan 2 dimana pasien

menyadari bahwa dirinya sakit, tahu sumber penyakit berasal dari dalam

dirinya dan ingin untuk diobati dan sembuh.

18
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Diagnosis pada pasien ini diformulasikan dalam diagnostik multiaksial

menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM V).

 Aksis I : Berdasarkan autoanamnesis pada pasien memenuhi kriteria A

yaitu ditemukan halusinasi auditorik maupun halusinasi visual. Durasi

dari sebuah episode gangguan terjadi setidaknya satu hari dan kurang

dari satu bulan dan akhirnya fungsi tubuh kembali normal seperti

sebelum serangan sehingga memenuhi kriteria B. Gangguan yang terjadi

pada pasien tidak dapat dijelaskan lebih baik dengan depresi mayor atau

gangguan bipolar dengan ciri psikotik atau gangguan psikotik lain seperti

skizofrenia atau katatonia, dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis zat

atau kondisi medis lainnya.

 Aksis II : Pasien memiliki ciri kepribadian Paranoid. Hal ini ditandai

dengan pasien yang selalu menceritakan tentang ketakutannya terhadap

orang lain dan kadang tidak percaya terhadap orang lain.

 Aksis III : Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.

 Aksis IV : Masalah berhubungan dengan “Pekerjaan”. Menurut pasien,

dia merupakan orang yang totalitas dalam bekerja dan melakukan

semuanya sendiri, pasien mengaku kerja dari pagi sampai sore di kebun

dan malamnya masih harus mengurus rumah. Pada akhirnya pasien

mengalami kelelahan dan stress yang berat akibat pekerjaannya.

19
 Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF) scale:

Current 60-51, terdapat beberapa gejala sedang dan menetap atau

beberapa disabilitas sedang dalam fungsi sosial atau pekerjaan.

HLPY 90-81, tidak ada atau ada gejala minimal, berfungsi baik, tertarik

dan terlibat dalam berbagai aktivitas, efektif secara sosial, memiliki

keprihatinan dan masalah sehari-hari.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Psikotik Akut.

Aksis II : Ciri kepribadian paranoid..

Aksis III : Hipertensi.

Aksis IV : Masalah berhubungan dengan “Pekerjaan”.

Aksis V : GAF scale:

Current 60-51.

HLPY 90-81.

IX. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmaka

 Risperidone 2 mg ½ - 0 - 1 tablet per hari

 Trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1 tablet per hari.

 Valdimex 5mg 0-0-1 per hari

20
B. Psikoterapi

1. Terhadap pasien:

 Memberikan informasi kepada pasien mengenai gangguan yang

dialami sehingga pasien dapat memahami gangguannya lebih

lanjut.

 Menjelaskan pada pasien tentang pengobatan yang akan diberikan,

efek samping yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan

keteraturan minum obat.

 Memberikan dukungan kepada pasien untuk menjalani

pengobatan serta mendukung pasien untuk melakukan perbaikan

fungsi sosialnya.

2. Terhadap keluarga

 Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kemungkinan

penyebab penyakit dan perjalanan penyakit sehingga keluarga

dapat memahami dan menerima kondisi yang pasien alami.

 Menjelaskan kepada keluarga tentang pengobatan, efek samping

obat yang akan diberikan, dan pentingnya keteraturan minum

obat.

 Mengenali gejala-gejala kekambuhan dan menganjurkan untuk

dibawa ke dokter jika terjadi kekambuhan.

 Memberikan pengertian kepada keluarga mengenai peran keluarga

yang sangat penting pada perjalanan penyakit pasien.

21
 Meminta keluarga untuk memastikan pasien tetap berada dalam

pengawasan keluarga. Mengawasi pasien agar terhindar dari

benda-benda yang dapat mengancam keselamatan diri dan orang

sekitar.

 Mengawasi pasien agar teratur minum obat dan berperilaku sabar

dalam menghadapi pasien serta selalu mendampingi pasien dan

berikan motivasi serta dukungan kepada pasien.

X. PROGNOSIS

A. Ad vitam : dubia ad bonam

B. Ad fungsionam : dubia ad bonam

C. Ad sanationam : dubia ad bonam

XI. DISKUSI

A. Diagnosis

Ganguan psikotik akut (brief psychotic disorder) merupakan suatu

penyakit gangguan jiwa atau psikiatri. Psikotik akut merupakan suatu

sindrom yang heterogen yang diagnosisnya belum dapat ditegakkan

memakai suatu uji laboratorium tertentu, diagnosisnya ditegakkan

berdasarkan sekumpulan gejala yang dinyatakan sebagai karakteristik

skizofrenia.1 Gangguan berlangsung dari 1 hari sampai 1 bulan, dan gejala

dapat menyerupai skizofrenia (contoh waham dan halusinasi). Selain itu,

22
respons terhadap stresor psikososial berat atau sekelompok stresor. Karena

sifat gangguan yang berbeda-beda dan tidak stabil, kadang-kadang sulit

menegakkan diagnosis dalam praktik klinis.2

Penyebab gangguan psikotik akut tidak diketahui. Pasien yang menderita

gangguan kepribadian mungkin mempunyai kerentanan biologis atau

psikologis mengalami gejala psikotik, terutama mereka dengan kualitas

borderline, schizoid, skizotipal, atau paranoid.2

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, psikotik

akut merupakan bagian dalam skizofrenia, sebuah kondisi gangguan psikotik

dengan gejala yang sama dengan skizofrenia tapi muncul dalam periode

yang lebih singkat. Dalam menegakkan diagnosis psikotik akut digunakan

pedoman DSM-V berdasarkan dari anamnesis terhadap pasien dan keluarga.

Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis Gangguan Psikotik Akut antara

lain1:

A. Terdapat satu atau lebih gejala di bawah ini. Setidaknya salah satu

dari gejala (1), (2), atau (3):

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara yang tidak terorganisasi (misalnya frequent

derailment atau inkoherensi

4. Perilaku tidak terorganisir dan katatonik

B. Durasi episode gangguan setidaknya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan,

dengan akhirnya kembali penuh ke tingkat fungsi sebelum sakit.

23
C. Gangguan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan depresi mayor atau

bipolar dengan ciri psikotik atau gangguan psikotik lainnya seperti

skizofrenia atau katatonia, dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis

suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat) atau kondisi medis lainnya.

Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit psikotik akut

diperlukan pendekatan yang sifatnya holistik, yaitu dari sudut

organobiologik, psikodinamik, psikoreligius dan psikososial.2,3

Dari autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan status mental yang

dilakukan, serta berdasarkan pada kriteria diagnostik DSM V, didapatkan

bahwa pasien mengalami gangguan psikotik akut. Gejala yang ditemukan

berupa halusinasi auditorik dan halusinasi visual yang telah berlangsung

selama kurang dari satu bulan. Tidak ada gejala waham, perilaku yang tidak

terorganisir, tidak disebabkan oleh gangguan psikotik lainnya, tidak

disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis lainnya.

B. Ciri Kepribadian

Kepribadian merupakan suatu keseluruhan sifat emosional dan perilaku

yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang

biasanya, dimana kepribadian relatif stabil dan dapat cenderung dapat

diketahui atau diramalkan. Gangguan kepribadian merupakan salah satu dari

sifat karakter kepribadian yang cirinya berada diluar dari kepribadian yang

ditemukan pada sebagian besar orang. Disebut gangguan kepribadian hanya

jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif sehingga gangguan

24
fungsi yang bermakna dapat disebabkan atau terjadi penderitaan subjektif.

Pasien yang memiliki gangguan kepribadian menunjukkan pola maladaptif,

mendarah daging, tidak fleksibel yang berhubungan dan mengesankan

lingkungan dan dirinya sendiri.2

Pada kasus ini ciri kepribadian pada pasien mengarah pada ciri

kepribadian Paranoid. Hal ini ditandai dengan pasien yang selalu

menceritakan tentang ketakutannya terhadap orang lain dan kadang tidak

percaya terhadap orang lain.

C. Rencana Terapi

Dua golongan utama obat yang dipertimbangkan diberikan dalam

pengobatan gangguan psikotik singkat adalah obat-obat antipsikotik dan

ansiolitik. Bila obat antipsikotik yang dipilih, obat antipsikotik potensi tinggi

seperti haloperidol atau risperidone dapat digunakan. Sebagai alternatif,

ansiolitik seperti benzodiazepine dapat digunakan pada pengobatan psikosis

jangka pendek. Obat-obat tersebut dapat efektif untuk waktu singkat dan

disertai efek samping yang lebih sedikit daripada obat antipsikotik. Pada

kasus jarang, benzodiazepine menyebabkan peningkatan agitasi dan yang

lebih jarang, bangkitan kejang akibat keadaan putus zat.2

Pada pasien ini diberikan obat antipsikosis risperidone. Risperidone

termasuk antipsikotik golongan benzosoxazole. Risperidone merupakan

antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor

25
seretonergik 5-HT2 dan dopamine D2. Risperidone berikatan dengan

reseptor α1-adrenergik. Risperidone tidak memiliki afinitas terhadap reseptor

kolinergik. Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana

dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan

berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibandingkan

neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamine sentral yang

seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek ekstrapiramidal,

dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif

skizofrenia.4-6

Risperidone diabsorbsi sempurna setelah pemberian oral, konsentrasi

plasma puncak dicapai setelah 1-2 jam. Absorbsi risperidone tidak

dipengaruhi oleh makanan. Hidroksilasi merupakan jalur metabolisme yang

penting yang mengubah risperidone menjadi 9-hydroxyl-risperidone yang

aktif. Waktu paruh eliminasi dari fraksi antipsikotik adalah 24 jam.4-6

Tujuan dari penggunaan obat antipsikosis yang ingin dicapai adalah

respon optimal dengan efek samping minimal. Pada pasien psikotik akut

yang berhenti minum obat, dapat terjadi relaps. Pasien seringkali berhenti

minum obat karena merasa gejala psikotik sudah menghilang sehingga tidak

perlu minum obat lagi, ataupun karena merasakan efek samping yang tidak

menyenangkan. Efek samping ekstrapiramidal yang dapat terjadi adalah

akhatisia yang tidak menyenangkan bagi pasien sehingga pasien cenderung

berhenti minum obat. 7

26
Haloperidol memiliki sediaan tablet 2-5 mg dengan jumlah dosis yang

dianjurkan adalah 5-20 mg per hari. Diazepam memiliki sediaan tablet 5 mg

dosis anjuran untuk pemberian secara oral adalah 2,5-40 mg per hari. 8 Pada

pasien diberikan pula trihexyphenidyl untuk mengatasi efek samping

ekstrapiramidal akibat pemberian haloperidol pada pasien ini.

XII. KESIMPULAN

1. Diagnosis pasien adalah gangguan psikotik akut.

2. Diperlukan peran dari berbagai pihak seperti keluarga dan orang sekitar

baik dalam bentuk motivasi, bimbingan, dan pengawasan pasien dalam

proses penyembuhannya.

3. Perlu dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga dalam proses

pengobatan untuk dapat mengonsumsi obat dengan rutin dan tidak terjadi

putus obat.

XIII. WAWANCARA PSIKIATRI

27
Wawancara dilakukan di rumah anak pasien bersama pasien, kedua anak

pasien serta kakak kandung pasien pada hari Selasa 1 Oktober 2019 pukul

22.00 di Lorong Peta III Malalayang.

N : Nikmatiah
P : Pasien
AP1 : Anak pasien 1
AP2 : A pasien 2
KP : Kakak Pasien

N : ibu reflin kang? ini pasien dokter joyce toh? mo ambe ibu p data dulu ne

N : dengan ibu siapa ini?

P : ibu reflin ngantung

N : umur sekarang?

P : 50 tahun

N : ibu lahir dimana? di manado atau?

P : di kiawa

N: sampe besar disana?

P : iya disana

N: orang tua masih ada?

P : so nda ada, so lama

N : so lama dari kapan? dari masih skolah atau?

P : nda, waktu kita umur 32, mama mati. Papa nanti kita umur 40

N: boleh cerita ulang yang pas datang pertama ke dokter karna apa?

28
P: waktu pertama datang di rumah sakit tomohon

N : yang bawa siapa? ibu? (anak pertama pasien)

AP1: awalnya datang karna darah tinggi, terus da minum amlodipine, terus
pernah darah ja nae torang ja bawah di tomohon, di poli saraf. Mama da rawat
dipoli saraf karna tensi nda turun-turun toh. Kong tu pagi-pagi da bawa ke
rumah sakit, mama so ja rupa becirita sandiri, so nda seperti biasa dang.
Mama bilang bagini “duh ngana p anak , ngana cuman sebiar bagitu, napa dia
so di perbatasan, orang somo kepung orang somo bunuh p dia, ngoni cuman
sebiar”.

N : ibu p anak? (anak pertama pasien)

AP1: iyo kita p anak. Kong kita tanya pe papa , memang kita lia mama so
pucat, so bangka. Kita batanya “pa kiapa mama so rupa bicara bagitu ?, ta
piker le so butul. Kong tape papa bilang yola so pigi skolah. Mama le babicara
rupa serius dang. Kong papa bilang tau le dari tadi malam so bagitu tu mama.
Kong torang pigi di poli saraf trus dokter da priksa samua normal. Dari situ
dorang bikin rujukan ke RS Ratumbuysang. Sebenarnya dokter da suruh noh,
musti ct-scan. Kong dokter Tanya ibu so pernah tatoki atau so pernah cilaka.
Mar mama bilang nda pernah. Kong dokter le bapikir mo rawat inap jo karna
ct-scan nda ada jadwal pada hari itu dang. Jadi dokter bilang biar jo nginap jo
kong nanti tunggu depe jadwal , karna kalo mo ct-scan musti rawat inap di
bethesda. Kong kage dokter bilang oh nyanda atau hari ini ngoni pigi jo di RS
prof kandou mo ct-scan.

P: kita tako lia banya orang

N : tako kalo rame?

P : kalo banya orang noh

N : karna?

29
P : pokonya kita tako noh

N : tako karna orang mo beking jahat atau?

P : pokoknya kita mo ketakutan skali kalo banya orang

N : kalo skrang dang?

P : macam tadi pigi rumah sakit, kita suka cepat pulang. Kalo orang banyak
tadi dirumah kita somo dudu di blakang

N : tako orang mo beking jahat? atau cuman tako?

P: pokoknya kita tako noh

N: nintau tako karna apa? memang dari dulu begitu?

P: baru-baru ini sih

N : kalo kemarin di poli so rasa tako?

P : iyo kita tako, waktu kemarin kita lia banya orang kita langsung bajalang
cepat

N : tako karna orang mo dusu?

P : makanya itu kita tako noh kalo banya orang

N : tako orang modusu?

P : iyo

N : nyanda ada orang ba iko?

P : nyanda, kemarin kita ada pigi di toko, lantaran kita so lia banya orang
disana langsung pigi dari situ kong bapindah di toko sebelah yang lebe sepi
kong batunggu disitu . soalnya p banyak skali orang disana. Kita p kepala le
so sake.

N : so dari kapan da tako-tako begitu?

30
P : memang dari tu somo mulai datang sana di rumah sakit.

N : ooh sodara da sakit?

P : ini kan kaka sungguh yang paling tua dan kita paling ade, tadi le dua kali
da pigi kita rasa tako skali. Kong kita bilang pa paitua bawa jo kita mo pulang,
tapi kita tau kalo ini kita so tasalah. Kita tau kalo kita so tasalah bicara orang-
orang somo bahaga pa kita kong bilang “ kiapa ngana bagitu?”. ada tape kaka
satu bilang pa kita kiapa ngana bilang bagini dorang smo tatawa samua .

N : nyanda sadar dang ada babilang itu?

P : kita nda sadar, mar setelah abis itu kita somo kage karna dorang da bahaga.
Macam tadi dorang Tanya “Kiapa ngana, da kase salam bagitu?” dorang
bilang kata kita da kase hormat. Nda seperti kita yang biasa. Kita p belakang
leher le rupa sakit bagitu nda seperti biasa

N : di rumah kemarin kan ceritanya ibu ada ba panen jagung?

Anak P : iyo ada sementara panen jagung kong nae tensi.

N : itu kang kong da bawa ke RS tomohon itu kang?

AP1: memang katu mama ja dirawat di poli saraf karna ada nae darah kong
mama p bibir so bengkok, cuman bibir. Kong bapriksa kedua so ini noh.
bicara nda jelas begitu. Kong dokter dari poli saraf bilang rujuk jo di RS
Ratumbuysang.

AP2 : itu le karna apa? pas jumur milu itu le tensi nae noh, kong posisi dang
panas satu hari itu toh . panas sore mandi, p kelar mandi sakit kepala, kong
tidur. Dari situ tabangun karna tu halu itu da mimpi, sampe pagi noh dia
bacari. bacari tu depe cucu itu. Padahal itu cucu ada pigi skolah

AP1: memang dua hari ini, bicara ja kacau-kacau

N : selain darah tinggi, ibu ada sakit yang lain?

31
P : nda ada, cuman darah tinggi

AP1: cuman dulu mama pernah riwayat penyakit ginjal, terus ada in feksi
saluran kenci ng, mar so berapa puluh tahun lalu kwa

N : ada riwayat kejang nda?

AP1&2: tidak pernah

P : tadi sore kita tau noh kita rupa so tasalah, kita mo pigi ke rumah sakit
padahal nda ada jadwal hari ni.

AP1: mama mau kemana? kita tau besok sih, jdi kita nda datang karna ada di
kampung toh , nda babilang pa mama yang mana nanti mo ba kontrol

N : obat sampai ini minum terus toh?

P : iyah minum terus

N : darah tinggi so berapa lama

P : 2 tahun.

N : konsumsi obat rutin?

P : iyo rutin

AP1 : cuman amlodipine sih

N : tapi minum terus toh pagi?

AP1: Cuman ini mama da minum amlodipine, mama ada ganti obat ,
bertepatan kwa dengan suruh mama supaya berisitirahat

N : kalo menurut ibu , dengan ibu pe keadaan sekarang, keluarga bagaimana?

P : dorang biasa-biasa

N : suami?

P : baru pulang

32
N : tapi suami ada toh?

P : ada

N : So berapa lama ibu menikah?

P : 30an

N : anak pertama umur berapa?

P : Kita nintau hehe (tertawa)

N : ada berapa anak ibu?

P : ada dua anak (sambil tunjuk anak pertama dan kedua)

N : Yang kaka?

P: (menunjuk pada anak perempuan, betul)

N : anak pertama umur berapa ibu?

AP1: umur 30 tahun

N : sudah menikah ibu? (anak pertama pasien)

AP1: sudah

N : so punya anak? (anak pertama pasien)

AP1: sudah, dua anak le hehehe (tertawa)

N : umur berapa anak?

AP1: yang pertama umur 11 tahun cewe kelas 1 SMP, yang kedua 8 tahun
cowo masih kelas 3 SD

N : oh anak yang cowo yang ibu da cari-cari itu?

AP1: bukan, yang cewe yang da cari-cari

33
N : oh yang so besar itu? kalo anak kedua ibu sudah menikah (anak kedua
pasien)

AP2 : belum. Hehehe (tertawa)

N : umur berapa? (anak kedua pasien)

AP2: umur 27 tahun

N : ibu basudara berapa orang?

P : so lupa kita

N : kaka ade ada berapa?

P : 6 atau 7 sto

N : kalo suami, ibu tau berapa basodara?

P : 6 saudara

N : suami anak ke berapa?

AP2 : bapak anak ke 4 dari 6 bersaudara, papa kwa yang di tengah

N : kalo opa deng oma masih ada? (anak pertama pasien)

AP1 : semua so nda ada

N : hari-hari ibu pekerjaan bgmna?

N : atau sebelum sakit ini ibu bekerja apa dang?

P : semua kerja, kerja di kebun

N : dari pagi sampe sore?

P : iyo

N : malam dang?

P : malam saya kerja di dapur hahaha

34
N : serta so berobat ini dang bagaimana?

P : so nda pernah kerja

N : so coba kerja sedikit-sedikit?

P: cepat lelah kwa eh. Biasanya nda ja tidur, sekarang si kurang da tidur-tidur
terus

N : mar kalo sekarang di ruangan bagini itu takut nda?

P : nda, kalo cuman torang nda.

N : kalo tambah deng dokter ini? takut nda?

P: nda, kita nda pernah takut dokter

N : berarti tadi ibadah dudu di belakang?

P : iyo dudu di belakang, nanti masuk kalo so kurang, dorang kwa ehhh

N: besok yang mo ba antar siapa?

AP1&2: torang smua mo pigi antar

N : ibu mo tnya-tanya sadiki ibu p masa kanak-kanak. ibu p masa kecil dulu
bagaimana? masih ingat?

P : kita inga dulu waktu kita masih kecil, tape kaka bilang kita sering pukul-
pukul tape kepala di dinding.

N : toki orang p kepala?

P : bukan, toki kepala saya sendiri

N : ibu waktu kecil ada riwayat kejang nda?

P : nda sih, masih kecil nda ada sih.

N : kalo di sekitar lingkungan da pangge keluar ikut?

P : oh ikut, saya aktif skali.

35
N : ibu SD dimana?

P : SD GMIM di Kiawa

N : kaka dulu ibu kecil-kecil nda demam ? (KP)

KP : nda sih, cuman dia ja toki-toki kepala di tembok kalo ada maraju bagitu

N : kalo da beking bagitu, da brenti sandiri? ato kase brenti?

KP : nanti mo brenti sandiri, mar nda pernah jadi bagini. Bergaul juga biasa

N : waktu kecil ja bermain?

KP: iyo torang jadi bermain sama-sama

N : ibu di sekolah bagaimana?

P : biasa sih

N : ibu SD sampe kelas berapa?

P : sampe kelas 6 sampe lulus SD cuman

N : ibu makan bagus ini?

P : bagus, makan biasa

N : ibu tadi ada makan apa?

P : makan apa eh, makan nasi

N : makan nasi dengan apa?

P : dengan apa?

AP1: mama ada makan tadi, mama so nda ingat?

P : nasi dan sayur buncis, saus, ayam kecap.

N : tadi pagi dang? ada makan apa tadi pagi?

P : nda makan apa-apa tadi pagi sih.

36
N : terus tadi pagi ibu da beking apa?

P : nda beking apa-apa cuman di rumah cuman itu noh

AP1: mama ada makan tadi pagi

N : sekarang masih ja dengar-dengar orang babisik?

P : so nda, cuman kita tako tu banya orang noh

N : kalo minum obat ja mimpi-mimpi buruk?

P : nda pernah, cuman yang tuhari tu dorang bilang mo bunuh pa kita

N : kong masih ja mimpi tu ade nda?

P : so nda, napa dia ada deng kita . tadi le tidor deng kita dia

N : kalo sebelum itu, yang masih di kiawa itu, yang ibu rasa apa?

P : kita so sakit kepala terus kita mandi, abis mandi kita sakit kepala lagi,
setelah itu kita so bicara-bicara mar kita nda mengerti, kita so nda sadar noh.
Kita tau orang cuman ja bilang kita so tasalah bicara. Macam tadi pagi tape
kaka ipar da babilang “ngana nimbole bicara bagitu, so tasalah ngana ini,
ngana balia orang le bagitu”, kong kita bilang maaf kita nda tau, kita nda
sadar.

N : ada yang dengar ibu bilang apa tadi pagi

anak P : yah nda, karna mama ada ke RS itu

P : waktu di RS itu kita so takut sekali karna banyak orang, sampe kita so
hormat-hormat minta pulang pa tape suami

N : mar ibu nda sadar?

P : nda, kita nda tau cuman tau dari dorang da bilang. Dorang riki so bamarah
p kita karna beking tako orang yg datang.

N : ibu tadi pigi ke rumah sakit dengan siapa?

37
P : dengan paitua dan kamanakan-kamanakan

AP2: kita kwa curiga mama p tako-tako ini lantaran, takontak dengan tu
demo yang waktu datang di rumah sakit di ratum itu, karna mama rupa takage
bagitu karna dorang da bataria, mulai dari situ kita lia rupa so talaeng bagitu.

N : ibu selama ini, ibu rasa, ibu p diri ini ada nda?

P: ada sih.

N : kalo laeng-laeng dang? rupa dipinggir-pinggir p ibu ini betul semua ato
ada yang nda betul?

P : ada, napa dorang ini samua. (sambil tunjuk semua yg ada disitu)

N : kalo menurut ibu, ibu rasa ibu ini sakit nda?

P : sehat kitaa

N: jadi nda rasa sakit?

P : cuman sakit kepala saja

N : yang sebelum bawa dipoli itu, ibu rasa ibu sakit nda?

P : nyanda, sehat kita.

N : nda sakit?

P , nyanda kita sehat ini, kita masih ja bakerja ini. Kita da iko sodara pigi di
pasar, kita mo ke WC mar so nda taterus, kita mo bale di tempat ulang mar
kita so nintau jalan, kong kita baputar dua kali baputar kita so nda tau,

N : ibu ja bajalan sendiri begitu, kong kadang ja lupa-lupa jalan, ibu rasa ibu
sakit nda?

P : nda, kita rasa kita sehat. Ada tape ponakan bilang kita so sakit, mar kita
bilang nyanda eh, kita sehat eh.

N : ibu rasa ibu perlu obat nda?

38
P : kalo perlu katu yah minum, kalo nyanda, nda noh.

N : obat kemarin ibu da minum?

P : ada, kita minum terus.

N : berarti ibu tau ibu ada sakit?

P: nda, kita minum obat mar kita p badan sehat sih. Kita sampe bilang kita
sehat kong ngoni kase-kase minum obat. Pokoknya kita tau kita sehat noh.

N : ibu kalo dirumah tidur di kamar mana?

P : kamar ke dua

N : sendiri? ato ada yang temani?

P : berdua deng kaka satu

N : dirumah ini yang tinggal berapa orang?

KP : banyak, enam orang

AP2 : ada 10 kamar, 3 dibawah, dan 7 di atas

N : kamar mandi didalam semua?

AP2 : semua kamar di bawah kamar mandi didalam semua, kalo yang di
tingkat di luar

N : ibu sering tidur sekarang ini?

P : kadang-kadang nda tatidur. Kita kalo so tatidur fruk kong tabangun, so nda
bisa tatidur ulang. Kadang tidur kadang nyanda

N : berarti sekarang yang ibu rasa cuman tako kang? ibu tako karna orang
mob eking jahat ato cuman tako karna banyak orang

P : iyo kita cuman tako noh, pokonya kalo so banyak orang kita so tako. Kita
tako sekali

39
N : anak-anak ja bamarah nda pa ibu?

P : oh nyanda, nda pernah bamarah dorang

N : ibu rasa anak-anak sayang deng perhatian pa ibu nda?

P : sayang, anak-anak sayang dan perhatian sekali

N : kalo dari keluarga, kalo dengan ibu pe keadaan sekarang bagaimana?

AP2 : support noh

N : ini obat so abis?

P : ada, obat masih ada. kaka ja kase inga minum obat. Kalo kita sih kita so
lupa jadi kurang anak-anak ato sodara ja kase inga

N : soalnya obat nimbole taputus, jadi bagusnya besok datang untuk kontrol
lagi sekalian ambil obat kalo sudah habis.

P : mar kurang satu kali dulu toh? kong sudah?

N : nanti dokter mo liat dulu, kalo so baik pasti so boleh, mar kalo belum
berobat dulu supaya cepat sembuh

P: di kampung kalo ada acara kita so nda pigi, kita tako.

KP : tuhari ada pesta, ponakan nikah nda suka pigi

N : tuhari itu yang sebelum ke dokter? atau setelah dari dokter di ratum?

P : sebelum ke dokter

N : jadi sebelum ke dokter ibu so tako-tako?

P : iyoo so tako kita, tako kalo orang banyak.

N : ada babilang p anak-anak kalo ibu ja rasa-rasa tako ini?

AP2: nda pernah babilang, so itu kita kage le mama bilang dari sebelumnya

N : suami tau nda ibu ada berobat di psikiatri?

40
P : suami tau

N : terus suami bagaimana?

AP1: papa iyo iyo sih

P : suami tiap minggu 2x datang

N : ibu rasa, ibu p suami sayang nda pa pe ibu?

P : sayang noh, dia datang-datang terus biar pake supir dia datang terus disni

N : makasih neh ibu, so luangkan waktu for mo batanya-tanya, boleh nda kalo
misalnya masih ada yang kurang torang mo datang lagi?

P : boleh boleh

AP1: boleh dokter torang masih mo lama disini, soalnya masih mo berobat
dulu neh

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia; 2010.

2. Sadock BJ, Sadock V. A. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. EGC;
Jakarta.2010.

3. Hawari, D. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia, edisi 2. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI; 2006.

4. Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; 2007.

5. Neal MJ. At a glance farmakologi medis. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.2006

6. Staf Pengajar Departemen Farmakologi FKUI. Kumpulan kuliah farmakologi.


Edisi 2. Jakarta: Penerbit FKUI.2004

7. Preston J, Johnson J. Clinical psychopharmacology, made ridiculously simple. 8th


ed, updated for DSM-5. p.4

8. Maslim R. Pandan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 2014. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta. 2014.

42
LAMPIRAN

Gambar 1. Foto Bersama pasien di rumah anak pasien.

Gambar 2. Foto Bersama kedua anak pasien dan kakak kandung pasien.

43
Gambar 3. Peta Lokasi rumah anak pasien.

Rumah Anak Pasien

44

Anda mungkin juga menyukai