Anda di halaman 1dari 37

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Priscilla Rebeca Lumanto

17014101367

Masa KKM :

Pembimbing:

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI

PASIEN LAPORAN KASUS

Seorang Pasien dengan Diagnosis Skizofrenia Paranoid

Nama: Tn. FB

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada Maret 2020

Supervisor,
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar – benar telah melakukan

wawancara psikiatri terhadap pasien lapkas saya.

Manado, Maret 2020

Priscilla Rebeca Lumanto

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Membaca Laporan Kasus dengan judul

“SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS SKIZOFRENIA

PARANOID”

Oleh:

Priscilla Rebeca Lumannto

17014101367

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal Maret 2020.

Pembimbing:

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................iv

I. IDENTITAS PASIEN...........................................................................1

II. RIWAYAT PSIKIATRI.......................................................................2

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI..................................................4

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL................................................9

V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI.................13

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA...........................................15

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK............................................................16

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL...........................................................17

IX. DAFTAR MASALAH........................................................................18

X. RENCANA TERAPI..........................................................................18

XI. PROGNOSIS......................................................................................19

XII. DISKUSI.............................................................................................20

XIII. KESIMPULAN...................................................................................24

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI.............................................................27

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................25

LAMPIRAN

iv
LAPORAN KASUS

I.IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Florus Burlele

Umur : 61 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Kepulauan Tanimbar, 1 September 1959

Status perkawinan : sudah cerai

Pendidikan terakhir : Diploma 1

Perkerjaan : Guru honorer

Suku/ Bangsa : Ambon/Indonesia

Agama : Katolik

Alamat sekarang : Jaga III Desa Dimembe

Tanggal pemeriksaan : 10 Maret 2020

Tempat pemeriksaan : Rumah Pasien

No. Telepon : 08534289xxxx

1
II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh melalui:

1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 4 maret 2020 di RSJ

Ratumbuysang

2. Alloanamnesis dengan ayah pasien bernama Tn. KS pada tanggal

10 maret 2020 di rumah pasien di desa Dimembe

A. Keluhan Utama

Pasien datang ke RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado oleh

keluarganya dengan keluhan sering mendengar suara-suara yang tidak di

dengar oleh orang lain

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang di poliklinik jiwa RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

Manado diantar oleh anaknya karena sering mendengar suara-suara yang

tidak di dengar orang lain. Pasien mendengar suara-suara yang

mengancam ingin membunuh pasien. Setiap hari suara yang di dengar

makin mengganggu pasien. Semakin pasien melawan, semakin keras suara

yang di dengar. Suara-suara tersebut juga biasanya muncul terutama ketika

pasien sedang sendiri atau berada di tempat yang sepi. Pasien merasa ada

orang yang terus menerus mengintai dan mencari kesempatan untuk

membunuh pasien. Hal ini membuat pasien sangat ketakutan sehingga

pasien menjadi sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Saking

ketakutannya pasien pernah menelepon kepala lingkungan di tengah

2
malam hanya karena pasien mendengar sudah banyak orang yang

mengepung rumah pasien dengan tujuan untuk membunuh pasien. Setelah

kepala lingkungan datang, tidak ditemukan siapa-siapa selain pasien dan

keluarganya.

Gejala yang dialami pasien pertama kali dirasakan pada tahun

2010. Menurut pasien, ia mulai mendengar sejak istrinya meninggalkan

pasien dan pergi dengan laki-laki lain. Sebelumnya pasien sempat

meminjam uang di bank sebanyak 125 juta, lalu istrinya mengambil uang

pasien dan lari dengan laki-laki lain. Akibat memiliki hutang, pasien hanya

menerima gaji sekitar 100rb per bulan. Hal ini menjadi beban pikiran bagi

pasien, karena ia harus membiayai anak-anaknya. Lalu pasien datang

berobat di RSJ raumbuysang, pasien rutin mengonsumsi obat yang

diberikan dokter dan control di poliklinik. Pada tanggal 4 maret 2020

pasien datang dengan keluhan yang sama. Pasien mulai mendengar lagi

suara-suara yang berencana ingin membunuh pasien.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Psikiatrik

Pasien pernah mangalami hal yang sama pada tahun 2010

2. Medis

Pasien tidak menderita penyakit apa-apa sebelumnya

3. Riwayat alkohol dan zat lain

3
Pasien aktif merokok setiap hari sekitar 1-2 bungkus. Pasien juga

memiliki riwayat suka minum alkohol

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir secara normal dengan di kepulauan tanimbar dan

ditolong oleh seorang dukun beranak. Pasien merupakan anak kedua. Saat

mengandung, ibu pasien dalam keadaan baik. Pasien lahir dengan kondisi

sehat dan langsung menangis serta tidak didapatkan tanda kecacatan

2. Masa Anak-anak Awal (usia 0-3 tahun)

Pada stadium oral, pasien akan menangis saat merasakan haus dan

lapar. Segera setelah diberikan ASI, pasien akan menjadi tenang kembali.

Pasien mendapatkan ASI exclusive hingga usia 9 bulan

Pada stadium anal, pasien diajarkan oleh ibunya untuk BAB di

toilet (toilet training). Saat pasien ingin BAB pasien sudah bisa berkata ke

ibunya, dan ibu pasien langsung membawanya ke toilet.

Pada stadium uretral, pasien juga sudah diajarkan untuk BAK di

toilet oleh orang tuanya. Kemudian pasien sudah bisa pergi BAK ke toilet

sendiri.

Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar

(basic trust versus basic mistrust), pasien tidak menangis ketika di tinggal

4
oleh orang tuanya. Pasien merangkak usia 9 bulan dan mulai berjalan pada

usia 12 bulan.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu (autonomy versus

shame and doubt), pasien sudah mulai bisa mengucapkan mama-papa dan

pasien sudah mulai bisa makan sendiri.

3. Masa Anak-anak Pertengahan (usia 4-11 tahun)

Pada stadium falik, pasien sudah menyadari bahwa dirinya berjenis

kelamin laki-laki dan sudah mulai memakai pakaian seperti anak laki-laki.

Dan pasien akan masuk ke toilet umum khusus untuk laki-laki. Pasien

dekat dengan kedua orang tuanya.

Pada stadium latensi, pasien sudah mulai bisa bersosialisasi dengan

teman-teman seusianya, di sekolah maupun teman yang dekat dengan

sekitar lingkungannya. Namun menurut orang tua pasien agak pemalu

sehingga tidak seing bermain dengan teman-teman yang lain.

Pada stadium industri lawan inferioritas, pasien agak sulit dalam

belajar. Pasien sekolah di SDN kepulauan Tanimbar. Selama sekolah

pasien sering bermain sendiri dan tidak mempunyai teman yang banyak.

4. Masa Anak-anak Akhir (pubertas sampai masa remaja)

Pada stadium genital, pasien bisa mandiri. Pasien berusaha untuk

melakukan tugasnya dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan

kepadanya.

Pada stadium identitas lawan difusi peran (identity versus role

diffusion), pasien mudah bergaul dengan teman-temannya. Untuk masalah

5
pribadi, pasien adalah orang yang awalnya menutupi hal tersebut pada

ibunya ataupun ayahnya namun pada akhirnya akan bercerita juga.

Orientasi seksual pasien adalah lawan jenis yang sebaya.

5. Masa Dewasa

 Riwayat Pendidikan

Pasien masuk SD saat usianya 6 tahun, pasien SD di kepulauan

Tanimbar. kemudian melanjutkan ke SMP dan SMA Katolik kelas 1 di

saumlaki dan kelas 2 sampai selesai di ambon Pasien kuliah jurusan

bahasa inggris tapi tidak selesai diploma 2.

 Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai guru

 Riwayat Psikoseksual

Pasien mengetahui identitas seksualnya sebagai laki-laki karena ia

menyadari bahwa secara biologis dan karakteristik adalah seorang laki-

laki. Pasien pernah pacaran 1 kali dengan seorang perempuan.

 Riwayat Pernikahan

Pasien menikah pada tahun 1984 dan cerai pada tahun 2011

 Riwayat Keagamaan

Pasien beragama katolik. Pasien adalah seorang yang taat beragama.

Pasien sering pergi ke gereja dan beribadah bersama keluarga

 Aktivitas Sosial

6
Hubungan pasien dengan lingkungannya baik. Memiliki hubungan

baik dengan keluarga dan tetangga. Punya beberapa teman di

lingkunga sekitar tempat tinggal

 Situasi Hidup Sekarang

Saat ini pasien tinggal di rumah yang berlokasi di desa Dimembe.

Rumah pasien berlantai keramik, beratap seng, berdinding beton,

memiliki 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang makan, 1 kamar mandi, 2

kamar tidur. Pasien tinggal bersama ketiga anaknya

 Riwayat Hukum

Pasien tidak pernah berurusan dengan polisi

 Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Pasien akrab dengan

keluarganya

Genogram

: Perempuan : Pasien
: Laki-laki

7
a. Persepsi pasien terhadap diri

Pasien sadar dirinya sakit, dan berusaha untuk mencari pengobatan

b. Persepsi pasien terhadap keluarga

Pasien bersyukur terhadap anak-anaknya yang membantu pasien dalam

mencari pengobatan

c. Persepsi keluarga terhadap pasien

Keluarga pasien mendukung penuh pasien untuk bisa sembuh. Keluarga

mengontrol pasien dalam menjalankan pengobatan.

8
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien adalah seorang laki-laki, berusia 61 tahun, tampak sesuai

usianya. Kulit kuning langsat dan rambut berwarna hitam. Pasien

memakai baju yang layak pakai sesuai jenis kelaminnya. Sikap pasien

gelisah dan iritabel.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Selama wawancara, pasien tenang. Pasien menjawab sesuai dengan

pertanyaan yang ditanyakan dengan suara yang jelas dan volume

sedang. Pasien menghindari kontak mata dengan pemeriksa.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kooperatif pada saat menjawab pertanyaan.

B. Mood dan Afek

1. Mood : eutimia

2. Afek : Luas

9
C. Karakteristik bicara

Selama wawancara pasien dapat focus menjawab pertanyaan. Pasien

kooperatif dan mampu memberikan keterangan yang jelas tentang apa

yang dialaminya. Artikulasi jelas, volume sedang dan intonasi jelas.

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik: (+) mendengar suara orang yang mengancam dirinya

Halusinasi Visual : (-)

E. Proses pikir

1. Arus pikir : koheren. Saat wawancara pasien menjawab sesuai

pertanyaan

2. Isi pikiran : Waham paranoid (waham kejar). Pasien merasa takut

dengan suara-suara yang mengatakan ingin membunuhnya. Pasien

yakin ada orang-orang yang ingin membunuh pasien

F. Kesadaran dan Kognitif

1. Kesadaran : compos mentis

2. Orientasi

a. Orientasi waktu : Pasien dapat membedakan siang dan malam.

b. Orientasi tempat : Pasien mengetahui dirinya sedang berada di rumah

sakit.

c. Orientasi orang : Pasien dapat mengenali keluarganya.

10
3. Daya ingat

a. Jangka panjang : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat nama

anggota keluarganya.

b. Jangka sedang : Tidak terganggu, pasien ingat kapan terakhir kali

berobat.

c. Jangka pendek : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat bahwa

tadi pagi pasien sarapan apa.

d. Segera : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat kembali

nama pemeriksa yang disebutkan sebelumnya.

4. Konsentrasi dan perhatian

Tidak terganggu. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat

memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa dan dapat

menjawab pertanyaan tersebut dengan baik sesuai dengan pertanyaan

yang ditanyakan.

5. Kemampuan membaca dan menulis

Baik, pasien mampu menulis namanya sendiri dan

membacanya

6. Kemampuan visuospasial

Baik, pasien dapat mengarahkan dan menunjukkan arah

rumah dengan baik dan benar.

7. Intelegensi dan daya informasi

Baik, semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

11
G. Pengendalian Impuls

Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. Lebih sering gelisah

dan iritabel. Menjawab sesuai dengan pertanyaan.

H. Daya Nilai dan Tilikan

1. Daya nilai sosial

Baik. Pasien berlaku sopan dan mengucapkan terima kasih kepada

dokter ketika selesai diperiksa.

2. Uji daya nilai

baik. Saat ditanyakan “Apa yang akan anda lakukan apabila di

rumah terjadi kebakaran?”, pasien menjawab ia akan lari.

3. Tilikan

Derajat tilikan 6, di mana pasien sadar dia sakit, mengerti

penyababnya darimana, dan mau mencari pertolongan.

I. Taraf dapat Dipercaya

Penjelasan yang diberikan pasien dapat dipercaya dan tidak perlu

dikonfirmasi dengan keluarga pasien yang lain.

12
V. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik, kesadaran compos mentis.

Tanda vital : TD 130/80 mmHg, N 85x/menit, RR 18x/menit,

S 36,2°C.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

R. Thoraks : Tidak dilakukan evaluasi karena tidak ada keluhan.

R. Abdomen : Tidak dilakukan evaluasi karena tidak ada keluhan.

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-).

B. Status Neurologi

1. GCS : E4M6V5

2. Mata : Gerakan, searah, pupil bulat

3. Pemeriksaan nervus kranialis :

a. N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

b. N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)

13
Selama wawancara dapat dilihat bahwa pasien memiliki gerakkan

bola mata yang wajar.

d. N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

e. N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum.

f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan. Hal ini

memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan

pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

g. N. glosssopharyngeus (N.IX)

Tidak dilakukan evaluasi.

h. N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi.

i. N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan

bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

j. N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi.

k. Sindrom ekstrapiramidal

Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal (tremor, rigiditas, tardif

diskinesia, hipersalivasi)

14
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasuen laki-laki berumur

61 tahun. Pasien dibawa ke poli jiwa RSJ Prof. Dr. V. L . Ratumbuysang

dengan keluhan mendengar suara-suara yang ingin membunuh pasien.

Pasien pertama kali mengalami gejala 10 tahun yang lalu. Sejak itu pasien

sering mendengar suara yang berencana ingin menyergap dan membunuh

pasien. Pasien lalu mendapatkan pengobatan. Gejala sempat berhenti,

namun beberapa bulan terakhir gejala pasien muncul lagi, lalu pasien

memeriksakan dirinya di poli jiwa RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

pada 4 Maret 2020.

Pada pemeriksaan status mental saat wawancara didapatkan laki-

laki tampak sesuai usia, kulit kuning langsat, rambut berwarna hitam,

memakai baju dan celana dengan kondisi yang layak pakai. Sikap pasien

baik dan tenang. Pasien kooperatif saat diperiksa. Pasien menjawab sesuai

dengan pertanyaan dengan volume suara yang sedang, artikulasi dan

intonasi yang jelas dan isi pembicaraan yang baik. Kesadaran pasien

compos mentis. Orientasi waktu, tempat dan orang serta daya ingat pasien

baik. Pasien dapat memusatkan perhatian terhadap pertanyaan namun tidak

menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Arus piker pasien

adalah koheren, ditemukan waham paranoid. Persepsi pasien ditemukan

15
halusinasi auditorik yang ingin membunuh pasien. Mood pasien eutimia

dan afek serasi. Daya nilai social pasien baik terlihat ketika sedang di

wawancara pasien kooperatif dengan dokter dan berlaku sopan santun.

Ketika di uji daya nilai, pasien ditanya apa yang akan dilakukan ketika

rumah sedang terbakar, pasien mengatakan ia akan melarikan diri. Dapat

disimpulkan kalau daya nilai pasien baik. Dari pertimbangan tilikan

terhadap penyakit, termasuk derajat 6, dimana pasien sadar dirinya sakit,

tau penyebab atas apa yang dialaminya dan ingin mencari pertolongan.

Pemeriksaan fisik interna dan neurologi dalam batas normal, tidak

ditemuka kelainan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Gangguan jiwa memiliki kriteria yaitu adanya gejala klinis yang

bermakna berupa sindrom atau pola perilaku atau pola psikologis. Gejala

klinis tersebut cukup bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress)

serta disabilitas. Gejala-gejala tersebut telah menyebabkan kemampuan

pasien untuk menilai realita (insight) terganggu sehingga mempengaruhi

fungsi sosial dan kehidupan sehari-hari.

Keadaan pasien compos mentis dan pada pemeriksaan status

interna dan status neurologi tidak ditemukan adanya gangguan medis

umum yang dapat menimbulkan disfungsi otak sehingga diagnosis

gangguan mental organik dapat disingkirkan.

16
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan yang

telah dilakukan, menurut DSM V dapat disimpulkan bahwa pasien

menderita skizofrenia paranoid, karena didapatkan adanya waham kejar

dan halusinasi auditorik yang pernah muncul 10 tahun yang lali. Gejala ini

muncul bukan karena pengaruh zat atau kondisi medis. Tidak didapatkan

adanya gangguan mood pada pasien.

Pada aksis I ditemukan adanya gejala psikotik seperti halusinasi

auditorik serta waham kejar/persekutorik sehingga diagnosis pasien ini

adalah skizofrenia paranoid.

Pada aksis II, ciri kepribadian pasien ini adalah ciri kepribadian

dependent. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari pasien sebelum

pasien sakit. Pasien bergantung pada orang lain, seperti keluarganya.

Pada aksis III, tidak ditemukan kondisi medis umum yang

bermakna sehingga tidak ada diagnosis untuk aksis III.

Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kehidupan social pasien,

dimana pada tahun 2010 kehidupan keluarga pasien tidak harmonis lagi.

Istri pasien pergi dengan laki-laki lain dengan mengambil uang pasien

sebanyak 125 juta. Pasien merasa terbebani karena tidak punya uang lagi

untuk menanggung biaya anak-anaknya. Pada tahun 2011 pasien resmi

bercerai dengan istrinya.

Pada aksis V, Global Assesment of Functioning (GAF) scale

current 80-71, yaitu terdapat gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain. GAF scale High

17
Level Past Year (HLPY) 70-61, yaitu gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : skizofrenia paranoid

Aksis II : Ciri kepribadian dependent

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan kehidupan sosial pasien, dimana pasien

bercerai dengan istrinya, memiliki beban ekonomi yang harus

pasien tanggung.

Aksis V : GAF current 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain. GAF scale

High Level Past Year (HLPY) 70-61, yaitu gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologi : Tidak ada faktor genetik.

B. Psikologi : Pasien mendengar suara yang ingin

membunuhnya

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : pasien bercerai dengan istrinya, dan

tidak memiliki uang untuk membayar hutang dan membiayai anak-

anaknya

X. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmakologi

18
Risperidon 2 mg 2x1 tab

Diazepam 5mg 0-0-1

Arkine 2 mg 2x1 tab

Haloperidol 5mg 2x1/2

B. Psikoterapi

1. Terhadap pasien

a. Menjelaskan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya,

tujuan dari pengobatan yang sedang dijalaninya dan pentingnya

keteraturan minum obat.

b. Memberi edukasi dan dukungan dengan jelas agar pasien mengerti

fungsi dari obat yang dikonsumsi, sehingga pasien percaya dan

mau mengkonsumsi obat secara teratur.

2. Terhadap keluarga

a. Memberikan penjelasan terhadap keluarga tentang penyakit pasien,

dan pengobatannya agar keluarga dapat menerima kondisi pasien.

b. Meminta keluarga agar mengawasi pasien agar teratur minum obat

dan memberikan motivasi serta dukungan kepada pasien.

c. Meminta keluarga untuk memastikan pasien dalam pengawasan

sehingga pasien terhindar dari benda-benda yang dapat mengancam

keselamatan pasien dan orang sekitar.

19
XI. PROGNOSIS

A. Ad vitam : dubia ad bonam. Penyakit dan gejala yang dialami

pasien tidak mengancam nyawa

B. Ad functionam : dubia. Dengan pengobatan teratur, dan ketaatan

mengikuti terapi, pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa

C. Ad sanationam : dubia. Dengan dukungan dari orang-orang yang

dekat dengan pasien, serta kepatuhan dalam pengobatan, pasien dapat

mengalami perbaikan.

XII. DISKUSI

A. Diagnosis

Skizofrenia adalah gangguan psikotik dan paling sering ditemukan. Hamper


1% penduduk disunia penduduk menderita skizofrenia selama hidup mereka.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda.
Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah waham dan halusinasi.
Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtype berdasarkan variable kliniknya
yaitu, skizofrenia paranoid, skizofrenia disorganisasi, skizofreniaa katatonik,
skizofrenia tak terinci, skiofrenia residual, skizofrenia simpleks, depresi pasca
skizofrenia, skizofrenia yang tak tergolongkan, dan depresi pasca
skizofrenia.1,2 Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosiss skizofrenia:
a. Dua atau lebih gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami selama
kurang lebih satu bulan. Diantaranya:
 Waham
 Halusinasi
 Inkohorensia

20
 Tingkah laku katatonik
 Gejala-gejala negative seperti emosi, dll.
b. Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan
mengganggu fungsi level satu atau dua lebih area seperti pekerjaan,
hubungan dengan relasi atau diri sendiri.
c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan.
d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak
sering.
e. Masalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan
diagnosis Skizofrenia Paranoid. Karena pada Pasien ini pernah ditemukan
riwayat halusinasi dan waham sebelumnya. Namun pada saat ini gejala yang
menonjol pada pasien saat ini adalah gejala negatif berupa afek yang
menumpul, penurununan aktifitas, serta ketiadaan inisiatif.4
Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood distimik yaitu suasana
perasaan depresi dan afek didapatkan adalah afek menyempit yaitu
menggambarkan keterbatasan ekspresi emosional2

A. Ciri Kepribadian

Ciri gangguan kepribadian ada berbagai macam yaitu ciri gangguan kepribadian

khas, schizoid, paranoid, dissosial, emosional tak stabil, histrionic, anankastik,

cemas, dependen, dan campuran. Pada pasien ini mengarah ke ciri kepribadian

dependen. Ciri-ciri gangguan kepribadian ini adalah:

a) mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar

keputusan penting untuk dirinya;

21
b) meletakkan kebutuhan diri sendiri lebih rendah daripada orang lain kepada

siapa ia bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan

mereka;

c) keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang tempat

dimana dia bergantung;

d) perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan

yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri;

e) preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat

dengannya, dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri;

f) terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa

mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan orang lain

Pada pasien ini didapatkan hanya 2 ciri gangguan kepribadian dependen yaitu

mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar

keputusan penting untuk dirinya, terbatanya kemampuan untuk membuat

keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasihat yang berlebihan dan dukungan dari

orang lain, sehingga disimpulkan pasien memiliki ciri kepribadian dependen.4

B. Terapi

a. Psikofarmako

Skizofrenia diobati dengan golongan obat anti psikotik. Pada pasien ini diberikan

obat anti psikotik golongan benzisoxazole yaitu risperidone 2mg 2x1. Risperidone

merupakan golongan anti psikosis atipikal dengan mekanisme kerja adalah

22
memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khusunya di

system limbik dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist) dan

juga beranifitas terhadap “serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif untuk

gejala negative. Efek samping yang terjadi dapat berupa sedasi dan inhibisi

psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif menurun), dan gangguan otonomik (hipotensi,

antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi,

hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama

jantung), gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom Parkinson

seperti, tremor bradikinesia, rigiditas), gangguan endokrin hematologic biasanya

pada pemakaian jangka panjang. Risperidone diberikan sebagai pilihan

pengobatan pasien ini karena resiko terjadi efek samping dapat ditolerir.5

Pada pasien juga diberikan Trihexyphenidyl (THP) 2mg 2x1 yaitu golongan obat

antiparkinson. THP digunakan untuk mengurangi kegoyahan dan gelisah yang

dapat disebabkan oleh beberapa obat penenang.5

b. Psikoterapi

o Psikoterapi supportif

Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.

Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga dapat

membantu pasien dalam memahami penyakit dan cara mengatasinya.

23
o Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang penyakit

pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan lingkungan

yang kondusif sehingga dapat membantu proses penyembuhan.

XIII. KESIMPULAN

1. Pasien di diagnosis dengan skizofrenia paranoid

2. Dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama keluarga untuk

memberikan semangat dan motivasi kepada pasien dalam proses

kesembuhannya.

3. Keluarga harus diberi penjelasan agar dapat membantu pasien untuk dapat

kontrol dan meminum obatnnya dengan rutin.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.

2. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2013.

3. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 9th Ed.

Lippincott Wiliams And Wilkins. Philadelphia, 2004.

4. Jestie DV, Lieberman JA, Fasler D, Peele R. Diagnostic and Statistical

Manual Of Mental Disorders (DSM 5). 5 th Edition. Washington DC:

American Psychiatric Association. 2013.

5. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric

Publishing; Washington DC. 2013.

6. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,

2007.

25
LAMPIRAN

Alamat rumah pasien

Ruang keluarga Dapur dan ruang makan

wc

Kamar Ruang Kamar


tidur tamu tidur

Teras
garasi

Taman

Denah rumah pasien

26
Foto Bersama Pasien

Wawancara bersama pasien


A : Dokter Sela
B : Pasien

A Selamat malam, bapak. Saya dengan dr. Sela. Saya mau tanya-tanya sedikit neh.
B Iya dok.
A Bapak namanya siapa?
B Florus Marlele.
A Umur?
B Umur sudah 61 sekarang.
A Tempat tanggal lahir, Pak?
B Di Kepulauan Tanimbar, hampir dekat dengan Australia. Tanggal lahir… hari
Senin, 1 September 1959.
A Pendidikan terakhir apa, Pak?
B PGSNTP. Setingkat Diploma 1 dang. D1.
A Oh ya, D1 kang? Pekerjaan sekarang, Pak?
B Um… Kita guru tapi sudah pensiun. Sekarang masih minta untuk honor karena
kurang guru Bahasa Inggris, kan. Pensiun tanggal 1 Oktober tapi masih tetap
aktif mengajar.
A Suku apa ini, Pak?
B Kita Ambon. Suku… Maluku. Dari Ambon.
A Agama apa, Pak?
B Agama Katolik.
A Alamatnya apa, Pak?
B Di sini Jaga III Desa Dimembe, Kecamatan Dimembe.
A Bapak keluhannya apa?
B Jadi begini, dok. Kita masih ingat waktu itu tanggal 23 bulan Maret. Kalau bukan

27
23, 27. Bulan Maret tahun 2010. Itu mungkin karena sudah pisah dengan istri,
kita antri ambil nomor kartu di sana (RS Ratumbuysang). Waktu itu dokter sapa
itu, yang paling jago pokoknya. Kita ambil nomor kartu itu 16620. Kita punya
keluhan dok, pada saat itu waktu mau tidur, adad orang bilang mo bunuh pa
kita.
A Bapak dengar-dengar suara ada yang mo bunuh?
B Ada, ada. Kemudian perasaan takut itu muncul terus karena apa, kalo kasih
telinga satu di bantal, telinga yang satu itu kedengaran dari jauh, “Tunggu dulu
dia mo keluar, nanti torang mo bunuh pa dia, torang mo cucu pa dia.”
A Dia itu sapa dang, Pak?
B Dia itu suara dari sini. Tapi serta kita keluar mo liat pa dia, entah orang
sembunyi mungkin. Nah, itu kan yang membuat kita mulai resah itu. Waktu itu
kita pigi pa dr. Ida, dokter bilang pa anak-anak bapak ini ada psiko… psiko… apa
itu depe nama. Walaupun itu tidak ada, tetapi rupanya ada dang.
A Iyo, karena bapak so ba dengar-dengar.
B Iyo. Tapi dok, tapi itu terjadi lagi.
A Nah, waktu minggu lalu bapak pigi pa dr. Joyce dang karena apa?
B Tanggal 4 Maret, hari Senin kalau nda salah. Eh, hari Rabu. Nah itu dia. Itu
dokter, waktu kita ambil obat, waktu kita tunggu mo ambil obat dapa dengar
“Torang mo bunuh pa dia, mo tikang pa dia.” Waktu kita tunggu ambil obat itu
kan kita tako-tako. Dapa dengar “Cucu jo, bunuh, bunuh, bunuh. Kalo dia sendiri
torang bunuh pa dia.” Padahal habis itu kita telepon kita pe anak kita bilang
“Dek, ngana dimana? Datang ambe dulu ayah ini karena kita so dikepung oleh
orang-orang yang…” Mar memang begitu terus dok. Kita dengar memang betul
ada. Tapi serta mo lihat di sana rupa ada orang di situ, tapi serta lihat so ta
pindah lagi. “Cuma dia sendiri, sebentar abis dia minum obat torang bunuh pa
dia.” Terus begitu dok.
A Itu dia pe suara, suara yang sama?
B Oh, beda-beda. Ada juga yang beda. Waktu itu kita takut dok, kita langsung
makan di rumah makan di muka RS Ratumbuysang, kita makan kong minum
obat. Kita kurang tunggu-tunggu anak. Tapi waktu itu di jalan pulang juga rupa
ada “Tunggu bangun tidor mo beking putus leher.” Jadi perasaan itu takut terus
dokter. Lalu kalau ini dokter, kalau so mulai ba tegang begini dang, itu biasa
somo jadi itu. Jadi kalo kita tidur, kita somo bangun kong somo ba jalan kesana
mo cari sapa orang yang ba bilang mo bunuh pa kita supaya kita mo minta maaf
kalo kita buat salah. Kadang kita sadar rupa so bajalan lagi keliling rumah, toh.
Kita punya anak bilang “Nda ada, ayah. Nda ada orang. Masa torang ada di sini
dorang mo bilang begitu. Jadi tidur jo.” Mar lengkali itu jam 2, jam 3 kita tidur
kong ta bangun. Kalo di Lumpias itu dokter kita di sana dorang so tau Pak Guru
jangan sampe stress jangan sampe orang salahkan Pak Guru atau Pak Guru
salahkan orang. Untung ada nomor karcis itu yang selalu kita pegang-pegang itu.
Itu juga dok yang buat kita makan so nda terlalu bagus karena pikiran itu.
Apalagi kalau sendirian nda ada orang, rupanya mo duduk nda sedap. Mo pigi di
sana pa dorang, pigi cuma barang 2-3 menit nda sedap juga. Jadi pigi ulang. Jadi
dengar-dengar itu. Mar so ada perubahan juga dok.
A Yang terakhir datang tanggal 4 itu cuma mo ba kontrol ambil obat?
B Kita kan karena perasaan so sakit, jadi anak-anak langsung ambil tindakan ajak

28
pergi ke dokter toh. Karena kita kan so tidak dirawat sejak tahun 2010 itu kan.
A Berarti so dari tahun 2010 sampe sekarang so 10 tahun bapak so rutin bolak-
balik RS Ratumbuysang untuk ambil obat dang?
B Kalo kita waktu di Likupang kita ambil obat satu bulan punya. Waktu itu
pertama kali dr. Ida itu dokter kase obat itu kalo nda salah tiap Minggu. Setelah
itu dia bilang karena setengah mati juga karena jauh kan mo ambil obat, waktu
itu juga belum ada kendaraan, dokter bilang kasih buat 2 minggu dulu. Abis itu
dokter bilang 3 minggu. Lama-lama dokter bilang kasih jo for 1 bulan. Mar kita
dok kalo rupa mo curhat begitu dang, dapa rasa ini kepala ini jadi ringan dan
senang dang. Mar kalo cuma sendirian, kita mo duduk di sini, Cuma 2-3 menit so
pindah lagi ke sana. Begitu terus. Itu perasaan takut dengan pendengaran selalu
dengar “Bunuh jo pa dia, bunuh jo pa dia.” Atau bukan Cuma itu. Ada juga
dorang bilang “Pukul jo pa dia, torang dola jo pa dia.” Itu dok setelah kita
minum-minum obat ini langsung tidur tasono dang. Mar lengkali jam-jam 3-4
kita ta kaget bangun ulang rupa ada orang ba jalan di luar. Kong kita kan pernah
dengar bapak yang mantan hukum tua pe anak ini, akhirnya dorang dua laki bini
datang bilang “Pak Guru, ada apa?”. Kong kita bilang tolong ada orang mo pukul
pa kita. Dorang so ba marah karena telepon orang tengah malam. Mar karena
perasaan takut itu jadi begitu. Menurut dorang nda ada kata. Tapi kalo menurut
kita ada bukti dang.
A Itu suara-suara yang bilang mo bunuh itu bapak pernah lihat sapa yang ja bilang
itu?
B Kita nda lihat orang, tapi suara ada. Lengkali kita dengar di sana, kage-kage so
ba lari dorang karena dorang pikir kita so bangun toh. Lengkali kita pigi lihat,
dorang bilang “Tunggu, tunggu dia mo keluar.” Lengkali kita pigi di muka, serta
kita pigi orang lain bilang nyanda tapi kita dengar ada.
A Kalau minum obat suara-suara itu hilang?
B Serta minum obat dok, um… rupanya kita ini dalam keadaan sibuk sto. Sibuk
artinya ktia ini masih tidur dok. Mar serta minum obat itu kita rupa ada
perubahan sedikit noh. Lengkali kalo kita taruh telinga di bantal kwa dorang
rupa bilang “Ah kurangajar! Cucu jo pa dia. Cucu jo. Pukul jo pa dia. Putus!”
Maksudnya kata se putus kita punya leher.
A Sebelumnya bapak ada masalah di rumah atau di mana? Bapak bilang kan bapak
so baku pisah dengan istri.
B Iya kita so baku pisah.
A Kapan dang ada baku pisah?
B Itu tahun 2011. Tapi kan waktu itu kita so tahu dia pe gerak-gerik untuk
meninggalkan keluarga toh. Istilahnya ba hugel. Awalnya kita masih terima tapi
lama-lama so nda. Terus yang jadi terbeban berat pa kita waktu itu kita pinjam
doi di bank 125 juta kong dia pake lari deng laki-laki. Jadi stress berat karena
kita pe gaji itu dokter tiap bulan terima 118.000 selama 7 tahun, setengah
potong di bank. Sementara itu doi yang kita ada ambil itu setengah dia bawa lari
deng laki-laki. Jadi kita tertekan karena gaji cuma begitu kong yang kase biaya
anak-anak cuma kita. Kecuali berbage setengah-setengah dengan dia kase
akang doi pa anak-anak. Mar ini kan nda. Jadi kita sampe di sekolah lagi guru-
guru so tahu. Karena kita karakternya termasuk pendiam. Kita mo pinjam doi
10.000 dorang bilang so abis. Jadinya malu kan, lebih baik so nda pinjam. Nah

29
sekarang kan so ada berkat Tuhan, Tuhan kasih buka jalan sedikit-sedikit. Cuma
itu pikiran itu kan masih ada.
A Bapak menikah cuma satu kali?
B Iyo. Kalau kita menikah cuma satu kali. Kalau dia (mantan istri) itu so tiga kali.
Pertama kita. Kedua ada itu agama advent. Baru ketiga sekarang somo maso
muslim. Tapi kalau kita so tidak pusing lagi. Yang penting kalau anak-anak mo
lihat kita sekarang so tidak ada masalah lagi.
A Bapak tinggal di rumah dengan siapa?
B Cuma dengan kita pe anak laki-laki kembar, 2 orang. Baru ini anak mantu
dengan cucu. Kalau kita pe anak cewek tinggal dengan dia pe mama dengan dia
pe mama pe laki ketiga.
A Jadi bapak pe anak ada 3?
B Iyo cuma 3 anak.
A Tiga-tiga itu sudah menikah?
B Oh baru satu.
A Jadi anak pertama dan kedua itu kembar laki-laki kang? Terus yang ketiga itu
perempuan?
B Iya.
A Baru yang pertama itu yang so kawin?
B Oh yang kedua yang so kawin. Yang pertama itu belum kawin, baru yang ketiga
itu belum kawin masih SMA kelas 3 tapi sudah so kelar ujian.
A Bapak pe cucu sekarang baru 1 ini?
B Iya, baru 1 ini. Laki-laki.
A Sampe hari ini bapak masih ja dengar-dengar itu suara?
B Ada tapi tidak terlalu… Jadi begini kita kasih contoh ini dokter. Jadi setelah kita
minum obat ini, misalnya kita dola ojek kong abis itu kita bilang “Eh tunggu dulu
kita pe anak yang mo antar jo.” Abis itu lama-lama kita ba pikir “Adoh dia
(tukang ojek) so marah, harusnya kita nae dia pe motor jo.” Nah itu mulai
muncul begitu. Seperti itu dok. (Pikiran) negatifnya selalu naik. Kemudian
misalnya kita mo beli durian pa orang di sana. Dorang bilang 100.000 dapat tiga
terus kita tawar 75.000 dapat 3. Tapi dorang bilang n da bisa kong kita ba paksa.
Abis itu dorang kase. Setelah itu kita ba pikir “Adoh dorang so ba marah sto pa
kita. Dorang bilang rupa nentau ba tawar harga kita.” Itu lain kali negatif itu
yang lebih banyak muncul. Tapi setelah minum obat ini sudah tidak terlalu lagi.
Memang ada sedikit-sedikit tapi tidak terlalu lagi. Jadi banyak orang bilang tidak
usah terlalu tegang berpikir. Katanya Pak Guru datang di sini (tetangga) biar
cuma duduk-duduk di sini ba cerita.
A Iya betul. Supaya bapak nda sendiri toh? Supaya nda mo terfokus di ba pikir
negatif. Kalau rame-rame kan bapak nda mo ta inga-inga toh.
B Iya dok.
A Kalau ada suara-suara begitu bapak ja coba lawan?
B Iya dok.
A Bapak ada riwayat sakit gula atau darah tinggi?
B Oh nda ada. Eh tapi kalau darah tinggi itu sebelum kita pigi di RS Ratumbuysang
waktu lalu kalo nda salah itu tanggal 3 hari Selasa kita pigi di dr. Mieke di Tatelu
waktu itu ada tensi darah 155 per 85.

30
A Oh ya. Kalau di keluarga ada yang pernah alami sama dengan bapak begini?
B Oh, nda dok. Cuma kita dok. Mungkin sto tertekan karena lalu istri lari dengan
orang lain. Tapi sudahlah kalau dia lari itu kita so nda pusing, kita nda masalah,
karena apa? Karena kita juga pikir kan kita pe diri sendiri. Cuma yang jadi
masalah itu doi itu dipinjamkan kemudian potong di saya punya gaji selama 7
tahun setengah. Berikut anak-anak juga tanggungan kita.
A Jadi itu bapak punya istri ada pinjam uang di bank kong bapak yang ganti?
B Kita dengan dia dok yang angka uang di bank tapi dipotong di saya punya gaji.
Sementara dia bawa itu dengan laki-laki. Begitu. Kemudian anak-anak juga
ditanggung di kita. Sejak saat itu kita mulai sakit itu. Sehingga kita pe sejarah itu
mulai tanggal 27 Maret 2010.
A Eh, tapi bapak bilang tadi ada pisah dengan bapak pe istri tahun 2011.
B Iya faktanya begitu. Jadi memang so begitu tapi karena sebagai orang percaya
jadi kita tahan-tahan. Memang 2010 itu kita so ke RS tapi masih tahan-tahan.
A Jadi pisah secara sah itu tahun 2011? Atau?
B Iya. Tapi belum urat surat cerai itu toh. Itu kita mo urus surat cerai ada yang
minta 15 juta, ada yang 10 juta. Tapi kita bilang tunggu dulu. Apalagi kita kan so
pensiun ini toh. Jadi bagaimana kita pe cara mo urus ini. Jadi cuma itu kita pe
beban pikiran itu. Tiap kali dapa dengar dari jauh dorang ada ba marah pa kita
atau dorang iri hati begitu. Pokoknya begitu.
A Bapak aktif di kegiatan keagamaan?
B Iya. Kalau waktu di Lumpias ketua kaum bapa wilayah rohani.
A Nah, setelah bapak sakit ini, bapak rasa aktifitas sehari-hari terganggu?
B Nah, kalau rutin minum obat itu kita jadi biasa-biasa. Jadi boleh pergi ke
sekolah. Tapi sebelum minum-minum obat itu aktifitas terganggu. Kita rasa
waktu itu tertekan tapi tetap kita ba paksa pigi sekolah karena waktu itu kita
pikir jangan kage nyanda terima gaji toh? Nanti orang-orang bilang so boleh
bawa ke Ratumbuysang. Setelah itu dr. Ida lemah lembut bilang musti minum
obat baru kita bisa aktif ke sekolah. Jadi kita bisa persiapan untuk mengajar
juga.
A Bapak sekolah SD dimana?
B Di Saumlate di Kepulauan Tanimbar.
A Kalau SMP dimana?
B Sama juga SMP Katolik juga di sana. Di Saumlate juga. SMA juga. SMA Katolik
Saumlate. Nah kemudian tahun ’78 ada perubahan ejaan itu. Tja dibaca ca.
Sekarang ditulis ca. Lalu kita pindah di Ambon kelas 3 itu tahun 1978. Lalu kita
kuliah di Universitas Pattimura jurusan Bahasa Inggris diploma 2. Tapi belum
selesai kita sudah dipanggil di Seminari Manado ini. Waktu itu Frater tawarkan
kalau boleh masuk frater jo nanti biaya ke Manado dibayarkan. Jadi sudah di
panggil di Frater Don Bosco di Frater guru dang untuk jadi Frater.
A Bapak menikah kapan, Pak?
B Hari Rabu tanggal 8 bulan 8 tahun 1984.
A Sampai tahun 2011?
B Iya. Tapi sebelum tahun 2011 itu so tidak harmonis. So sejak tahun 1992 so nda
baku mengerti, so nda baku percaya. Tapi kita masih tahan. Karena begini dok.
Tinggal di kampung orang itu (kampung mantan istri), pendatang kong mengajar
di kampung orang itu, tidak boleh buat hal-hal macam-macam. Jadi kita cuma

31
simpan. Kita tahan-tahan.
A Bapak waktu lahir di rumah?
B Iya. Karena belum ada poliklinik kan dulu.
A Yang kasih lahir siapa?
B Dukun kampung. Itu dia karena belum ada poliklinik atau puskesmas.
A Ada imunisasi atau vaksin?
B Oh belum ada waktu itu.
A Bapak punya masa kanak-kanak atau masa remaja bagaimana? Sama seperti
anak-anak lain di masa itu?
B Iya, biasa-biasa saja.
A Bapak pernah terlibat pelanggaran-pelanggaran hukum?
B Tidak pernah.
A Bapak merokok?
B Iya, merokok. Karena dok karena kalau kita tidak merokok kita jadi stress.
Memang berat kalau kita tidak merokok. Musti ada isap sedikit.
A Satu hari berapa, Pak?
B Yah… lengkali satu bungkus, dua bungkus. Mar rokok-rokok murah.
A Kalau minum alkohol?
B Itu nanti kita so tertekan begitu baru kita mulai minum-minum alkohol. Tapi
kalau menurut kita CAP TIKUS itu kan Cinta Adalah Pemberian Tuhan Ingin
Kukenang Untuk Selamanya. Hahaha… Tapi itu kan cuma sekedar baku sedu.
A Tapi bapak masih suka minum sampai sekarang?
B Oh so nda. Tapi ada sekali-sekali.
A Oh iya baik, Pak. Terima kasih bapak atas kerjasamanya.
B Iya terima kasih dokter.

32

Anda mungkin juga menyukai