Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Bagaimana cara orangtua mendidik anak dan menangani sikap perilaku anak dapat menjadi
penentu yang signifikan dalam pembentukan karakter tingkah laku anak yang mengarah ke
perkembangan social yang kompeten. Keluarga adalah pengaruh terbesar dalam kehidupan
seorang anak. Namun, keluarga juga dapat menjadi stressor yang signifikan. Menjadi “perfect
parent” adalah tidak mungkin, dan pemikiran seperti ini biasanya membuat orang tua gagal dalam
mendidik anak. Sebaliknya “bad parenting” sering menjadi label yang secara sepihak di berikan
kepada orang tua yang sangat berusaha mencoba menjadi orang tua yang sempurna namun
memiliki cara yang tidak efektif. Menjadi orang tua adalah pekerjaan yang sangat kompleks dan
tidak punya standar baku untuk kesuksesan.1

Schor (2002) mengatakan peran keluarga sebagai pendukung dalam kehidupan social sudah
melemah akibat tekanan dan stress yang di dapat dari perubahan lingkungan social yang begitu
cepat. Orang tua yang bekerja hanya memiliki sedikit waktu di rumah karena pekerjaan yang
semakin hari semakin memakan waktu, pada pasangan yang keduanya memiliki pekerjaan. Namun
ada hal yang menarik, data terakhir mengindikasikan bahwa waktu yang dihabiskan orang tua
kepada anaknya tidak terlalu berbeda meskipun dengan tekanan yang begitu banyak ini. Hal ini di
duga karena waktu terhadap pasangan dan diri sendiri yang menjadi korban, membuat pertanyaan
kalau menghabiskan waktu bersama anak benar-benar sebuah “quality time” atau tidak. Menjadi
orang tua juga harus bisa menyediakan dukungan material, social, edukasi dan mental. Jadi tidak
heran banyak orang tua yang mencari berbagai macam cara agar dapat mendidik dan menyediakan
segala kebutuhan anak secara efektif dan efisien. 1

Kata hipnosis berasal dari bahasa yunani “hypnos” yang berarti tidur. Hal ini dapat menyesatkan
karena hypnosis merupakan suatu fenomena bukan salah satu bentuk dari tidur. Hypnosis lebih
kepada suatu proses kompleks dari atensi, reseptif, dan konsentrasi. Walaupun kesadaran perifer
berkurang saat tidur dan hypnosis, atensi fokal yang tidak ada dalam tidur, menjadi sangat sensitive
dalam keadaan hypnosis. Sejak jaman dari Franz Anton Mesmer, teknik induksi hipnotis dan
kegunaan dari fenomena ini untuk psikoterapi masih membingungkan. Hal ini menjadikan
kurangnya pengertian perbedaan antara aspek hipnotis yang di pengaruhi oleh seorang ahli dan
individu yang menggunakan motivasi, hipnotis diri sendiri dan jenis kepribadian. Tugas dari
seorang ahli hipnotis sebenarnya hanya mengarahkan kemampuan biologis dari subjek itu sendiri
dan mengajarkan untuk menggunakannya sesuai dengan program psikoterapi.2

Dari kedua topik ini, pada dewasa ini muncul sebuah tren dalam mendidik anak yaitu dengan
menggunakan hipnoparenting.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DIMENSI DARI “ORANG TUA”

Secara umum interaksi orang tua dapat dibagi menjadi empat dimensi dasar dan ini penting bagi
orang tua menyangkut sikap perilaku anak. Dimensinya adalah control, communicatioan, maturity
demands dan nurturance.1

a) CONTROL1

Dimensi ini mengacu kepada kedisiplinan, konsistensi, pengarahan dan pembatasan. Kedisiplinan
harus menjadi proses dalam pengajaran kepada anak mengenai apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan. Termasuk di dalamnya adalah system pengajaran, pembelajaran, dan
memelihara perilaku yang sepantasnya dilakukan. Pada intinya orang tua harus membuat batas dan
memberikan anak kebebasan untuk berkarya di dalam batas-batas tersebut. Ketika orang tua
memberikan pengarahan, anak mendapat dua pilihan: untuk mengikuti arahan tersebut atau
memprotes, melawan atau mengabaikannya. Dalam situasi seperti itu, apa yang dilakukan anak
dan bagaimana orang tua merespon sangat penting. Karena jika anak tidak menurut dan hal ini
dibiarkan oleh orang tua, perilaku yang lebih persisten akan muncul. Jadi disiplin memiliki tiga
unsur penting yaitu mendukung, konsekuensi, dan relasi positif antara anak dan orang tua.

Control adalah sebuah kontinualitas dan area yang beragam dari rendah sampai berlebihan. Dulu,
orang tua mungkin akan memberikan batasan namun pada akhirnya akan menyerah dan
memberikan apa yang anaknya mau jika anak membujuk orang tua. anak tersebut kemudian dapat
melakukan apa yang dia inginkan. Dalam kondisi yang lebih ekstrim tidak ada sama sekali
pengecualian untuk ketidaktaatan. Orang tua harus menyadari bahwa pengontrolan dalam derajat
tertentu dapat diterima oleh anak, karena anak akan merasa lebih aman. Hal ini seperti lampu lalu
lintas, tidak ada yang suka berhenti saat lampu berwarna merah, namun jika tidak ada lampu lalu
lintas orang akan merasa khawatir dan terancam. Jadi kurangnya control dan batasan dari orang
tua dapat membuat anak menjadi tidak stabil dan menciptakan situasi yang tidak bisa diprediksi.
b) COMMUNICATION1

Dimensi ini mengacu pada kejelasan komunikasi antara orang tua dan anak. Komunikasi
merefleksikan keinginan orang tua untuk mendengarkan apa yang menjadi perspektif dari anak
mereka dan memberikan nasihat kepada anaknya mengenai keputusan dan kegiatan yang
dilakukan anak mereka. Dimensi ini termasuk juga penjelasan mengapa anak harus menurut
kepada orang tua. sebagai contoh, akan lebih efektif jika orang tua mengatakan “sekarang pergi
tidur karena besok harus bangun pagi” daripada hanya sekedar menyuruh anaknya untuk tidur
tanpa memberikan alas an yang jelas. Karena komunikasi harus dua arah, orang tua harus
mendengarkan apa yang menjadi pendapat anak mereka jika mereka belum mau tidur. Orang tua
yang memiliki komunikasi buruk dengan anak mereka hanya akan mengatakan “karena saya
bilang kamu harus menurutinya.” Kata-kata ini seharusnya diberikan ketika diskusi harus segera
dihentikan dan pendapat anak sudah di dengar dengan baik oleh orang tua.

c) MATURITY DEMANDS1

Dimensi ini lebih merefleksikan kepada hasil dari perilaku yang menurut orang tua baik dan sudah
selayaknya. Tekanan, dukungan, pencapaian dan ekspetasi untuk melakukan tugas menjadi factor
penentu. Anak-anak diharapkan untu melakukan tugas dan pekerjaan rumah dan membantu orang
tua tanpa harus diberikan hadiah. Intinya, anak harus di arahkan untuk menjadi lebih independen
dan tidak berperilaku terlalu kekanak-kanakan. Mengijinkan anak untuk menerima konsekuensi
dari perilaku yang buruk juga termasuk dalam dimensi ini. Anak muda harus diajar untuk
melakukan banyak hal sendiri tanpa bantuan dibandingkan dengan orang tua yang harus
memberikan segala keperluan anak mereka. Contohnya termasuk ganti pakaian sendiri, mencuci
tangan, memakai sepatu, dan memberi makan binatang.

d) NURTURANCE1

Memelihara anak termasuk memberikan kehangatan, batasan dan kasih. Komunikasi juga sering
menjadi factor dalam hal ini. Sementara beberapa orang tua membedakan antara kasih dan control
atau sikap tegas, padahal kedua factor ini tidak bertentangan sama sekali. Lebih spesifiknya,
beberapa orang tua melihat disiplin sebagai lawan dari kasih. Kedua hal ini harus berjalan
berdampingan, dan seimbang. Kebanyakan orang tua lebih sering terlalu menyayangi anak mereka
sampai kurang mendisiplinkan anak mereka.
PROFIL ORANG TUA1

Kombinasi yang berbeda dari empat dimensi tadi menciptakan empat jenis profil orang tua.

a) AUTHORITIAN PARENTING

Orang tua yang memiliki otoritas yang berlebihan. Mereka mengontrol anak mereka secara
berlebihan, termasuk dalam sikap dan perilaku anak mereka. Orang tua ini sangat restriktif dan
mengharuskan anak mereka mencapai standar yang mereka inginkan. Aturan yang ketat, hukuman
yang berlebihan, dan intoleransi adalah karakteristik dari orang tua jenis ini. Orang tua ini memiliki
control dan maturity demand yang tinggi sementara nurturance dan communication rendah. Orang
tua ini memiliki standar yang tetap dan aturan yang kaku. Anak menjadi tidak responsive dan orang
tua selalu memerintah. Kepatuhan sangat dijunjung tinggi dan sikap hormat merupakan hal yang
absolut. Orang tua yang otoritas tidak bisa mentoleransi, percaya bahwa anak harus selalu
menerima apa yang orang tua katakana. Kekuatan dan kurangnya cinta kasih sering menjadi
senjata dalam mengontrol anak mereka. Anak mereka sering diklasifikasikan sebagai anak yang
tidak bisa mengambil keputusan, tidak bahagia dengan dirinya sendiri dan lingkungan social.
Beberapa anak menjadi tidak ramah, mudah stress, dan memiliki harga diri yang rendah. Anak-
anak mereka juga cenderung lebih rentan dengan depresi dari pada anak yang memiliki profil orang
tua jenis yang lain.

b) PERMISSIVE PARENTING

Permassive parenting dibagi menjadi dua tipe yaitu, memanjakan dan membiarkan. Orang tua
yang memanjakan anak mereka hanya memberikan aturan yang sedikit dan biasanya tidak ada
hukuman. Orang tua tidak bertindak sebagai contoh yang harus diikuti, namun mereka berlimpah
dengan kasih dan perhatian. Mereka biasanya menghindari konfrontasi dan mengijinkan anak
mereka untuk berperilaku sesuka hati. Menjadikan orang tua ini kurang dalam control dan
maturiry demands, namun tinggi dalam communication dan nurturance. Orang tua tidak
mengharuskan anak untuk mematuhi aturan keluarga atau standar yang lain. Dan dalam
melakukannya sering kali anak akan memiliki konflik dengan guru mereka disekolah. Anak
mereka diijinkan untuk bebas mengeksprekikan perasaan mereka tanpa monitor yang ketat.
Komunikasi sering kali menjadi berlebihan. Banyak orang tua yang tidak sadar kalau pada anak
yang masih muda, setelah beberapa kalimat, anak mereka tidak bisa mendengarkan lagi atau
memahami. Lebih lagi, penjelasan sering kali disalahgunakan sebagai teknik disipling itu sendiri.
Orang tua menjelaskan mengapa anak mereka tidak boleh melakukan hal yang berbahaya tapi tidak
ditindaklanjuti. Anak-anak yang terlalu dimanjakan orang tua dikarakteristikan sebagai anak yang
agresif, sering kali memiliki sifat melawan atau rebellious, kontrol diri yang kurang, dan
kemampuan akademik yang kurang. Anak-anak ini tidak memiliki rasa tanggung jawab, karena
orang tua selalu membela apa yang mereka lakukan, jadi mereka sering tidak menerima
konsekuensi dari apa yang mereka lakukan.

Jenis kedua adalah orang tua yang membiarkan anak mereka. Memiliki karakteristik kurangnya
control dan maturity demands. Orang tua ini biasanya tidak terlibat dengan anak mereka. Sama
seperti sebelumnya orang tua hanya memiliki aturn yang sedikit dan tidak menuntut apa-apa dari
anak mereka. Perbedaan dengan orang tua yang memanjakkan anak mereka, mereka tidak
memberikan kasih saying ataupun komunikasi yang baik. Dengan demikian semua dimensi orang
tua tidak dilakukan. Hasilnya orang tua kelihatan menelantarkan anak mereka. Jenis orang tua
seperti ini sering kali tidak punya hubungan dekat dengan anak mereka. Anak mereka cenderung
akan merasa terisolasi dan menjadi asing dengan keadaan sekitar mereka.

c) AUTHORITATIVE PARENTING

Orang tua ini adalah jenis yang paling diingikan. Mereka mengarahkan semua aktivitas anak
mereka secara rasional, fokus, dan seimbang dengan hukuman yang diberikan. Orang tua ini cukup
ketat dalam mengontrol anak mereka namun dapat menjelaskan alasan mereka. Keinginan anak
mereka dihormati oleh orang tua mereka namun tetap dalam kontrol yang cukup sehingga
kebebasan anak tetap dapat diawasi dengan baik. Jadi, orang tua harus konsisten, dan tegas. Orang
tua jenis ini juga biasanya mau merubah pandangan pola piker mereka, ketika keputusan mereka
berakhir buruk, atau pendapat anak lebih baik dari pendapat mereka. Ank dari orang tua jenis ini
biasanya termasuk anak yang aktif dan ramah, punya kontrol diri yang baik , dan mampu
menghadapi tekanan atau stress dengan baik. Biasanya diklasifikasikan sebagai anak yang
memiliki mental yang kompeten. Orang tua seperti ini menggambarkan pendekatan yang seimbang
yang lebih mengutamakan kebutuhan anak, namun masih tetap memiliki standar yang normal dan
tidak berlebihan.
II. HIPNOTIS2

DEFINISI DAN TEORI

Hypnosis bisa diartikan sebagai atensi, konsentrasi fokal yang reseptif dengan kesadaran perifer
yang minimal. Hypnosis juga melambangkan persepsi yang disugesti oleh sang ahli dengan tujuan
mengubah atau menggantikan persepsi yang asli. Keadaan hipnotis bisa masuk dan keluar dalam
waktu sekian detik. Hipnotis pada intinya adalah self-hypnosis, tapi ketika seseorang mengijinkan
seseorang memanipulasi dalam kondisi hipnotis, pengalaman ini juga bisa di karakteristikan
sebagai hubungan interpersonal yang intens dan sensitive antara keduanya. Konsentrasi yang
intens ini bisa secara aktif di inisiasi dan siatur untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

Hipnotis sekrang diartikan sebagai aktivitas normal dari otak yang normal. Pengalaman hipnotis
mungkin paling familiar dalam kehidupan sehari-hari ketika membaca novel yang menarik,
bermain, atau menonton film yang membuat stimulus eksternal menjadi terabaikan. Hypnosis
menggambarkan seperti dalam pengalaman menonton theatre yang sangat menarik. Penelitian
telah mendemonstrasikan ketika seseorang mengalami pengalaman yang sangat intens mirip
dengan keadaan yang terhipnotis, atau menjadi sangat mudah terhipnotis. Dalam terapi relasi, sang
fasilitator mengajarkan suatu individu untuk sangat fokus terhadap suatu tema atau tujuan dan
membuat individu tersebut lebih terbuka terhadap pemikiran dan persaan yang baru. Hal ini
membuat hipnotis dapat digunakan untuk mempercepat keberhasilan terapi.

FACTOR KOMPONEN YANG MEMPENGARUHI HIPNOTIS

Kemampuan untuk bisa mengalami pengalaman di hipnotis didasari oleh sensitivitas tehadap
petunjuk internal maupun eksternal yang berasal dari ahli hipnotis. Merasakan pengalaman
hipnotis membutuhkan pemusatan dari tiga komponen yang esensial yaitu, absorption,
dissociation dan suggestibility.

a) Absorption

Kemampuan untuk mengurangi kesadaran perifer untuk meningkatkan atensi fokal, yang
dianalogikan seperti melihat ke dalam lensa teleskop. Objek atensi dilihat dengan detail yang lebih
baik, tapi tanpa konteks sama sekali. Perubahan untuk masuk dalam keadaan terhipnotis seperti
sebuah lensa pembesar psikologi yang dapat mengarah ke atensi yang ingin difokuskan. Saat atensi
di tingkatkan, kesadaran akan orientasi waktu dan tempat semakin berkurang.

b) Dissociation

Fungsi yang terpisah dari elemen identitas, memori, persepsi kesadaran atau respons motoric dari
keadaan sadar penuh. Semakin seseorang tenggelam dalam atensi fokal, semakin informasi yang
berasal dari kesadaran perifer, terlewatkan dari kesadaran individu yang dihipnotis. Membuat
komponen seperti kesadaran, orientasi, persepsi dan aktivitas fisik seperti berada dalam keadaan
tidak sadar atau dilakukan secara involunter.

c) Suggestibility

Sebuah kecenderungan untuk menerima signal dan informasi dengan menghubungkan critical
judgement. Intensitas darifokus dalam hipnotis cenderung menyingkirkan komponen evaluasi
yang membuat seorang individu dapat menilai dan merespon. Untuk orang yang bisa dengan
sangat mudah dihipnotis, respon dalam menginput sebuah informasi dapat menjadi sangat
kompulsif.

KONTRAINDIKASI2

Secara umum, hipnosis formal sangat aman bila digunakan dengan penilaian klinis yang baik
dalam pengaturan yang diarahkan pada tujuan. Namun, masalah yang terkait dengan penggunaan
hipnosis lebih mungkin terjadi ketika terapis tidak menyadari kecenderungan hipnotis pasien dan
tanpa disadari mempengaruhi respons pasien dalam cara pertanyaan diajukan atau pernyataan
dibuat. Trans spontan, tanpa induksi formal, dapat dengan mudah terjadi pada pasien dengan
kemampuan hipnotis menengah hingga tinggi ketika mereka sedang stres atau hanya memusatkan
perhatian. Dengan demikian, dengan kecenderungan trance dan induksi formal, beberapa tindakan
pencegahan perlu diperhatikan.

Dokter harus menjelaskan secara singkat dan langsung sifat hipnosis, harus menekankan
pentingnya hipnotis sebagai sifat untuk mengurangi kecemasan tentang kinerja atau paksaan, harus
menyatakan bahwa pasien dapat menghentikan pengalaman trance setiap saat, dan harus
mengklarifikasi tujuan terapi hipnosis. intervensi hipnosis. Dari perspektif klinis, hipnosis tidak
boleh digunakan dalam suasana yang mengancam atau memaksa. Pasien masih mungkin
menganggap terapis sebagai kekuatan yang cukup besar atas mereka, dan kesadaran dan kemauan
untuk berdiskusi dan meredakan kekhawatiran semacam itu dapat membantu.

Beberapa jenis pasien harus didekati dengan hati-hati. Pasien yang mencurigakan atau paranoid
biasanya menghindari atau menolak upaya hipnosis. Pasien semacam itu, yang menimbulkan
ketakutan dan kecurigaan tak sadar, dapat mengurangi kecemasan mereka dengan menolak bekerja
sama dengan induksi hipnosis. Pasien sesekali dapat menanggapi induksi trans dengan abreaksi
spontan. Jika ini terjadi, penting untuk mengeksplorasi dan merestrukturisasi pengalaman pasien
dengan tenang, menggunakannya untuk meningkatkan akses dan kontrol pasien terhadap ingatan,
ketakutan, dan fantasi yang mengecewakan. Pasien rapuh tertentu yang telah mengalami banyak
kegagalan menyakitkan mungkin rentan jika harapan mereka mengenai pengalaman hipnosis tidak
realistis. Menemukan bahwa mereka tidak terhipnotis atau mereka tidak mencapai pengurangan
gejala dengan menggunakan hipnosis mungkin merupakan kegagalan tambahan. Karena gangguan
kemampuan untuk berkonsentrasi, pasien depresi biasanya gagal merespon kapasitas penuh
mereka sampai depresi diobati dengan psikoterapi atau pengobatan yang lebih tradisional, atau
keduanya.

Karena persepsi dapat diubah sementara oleh sinyal hipnosis dan fokus perhatian menyempit,
orang yang terhipnotis dapat, sampai batas tertentu, menangguhkan penilaian kritis mereka yang
biasa dalam trans dan menyimpang secara substansial dari perilaku yang biasa mereka lakukan
sesuai dengan sinyal hipnotis, meskipun ada resistensi dan ketidaknyamanan. tentang itu. Semakin
hipnotis seseorang, semakin besar kemungkinan hal ini bisa terjadi, terutama jika ditekan.

Dalam situasi klinis, terapis harus menerima tanggung jawab untuk membantu menyusun
pengaturan dengan tepat. Ini berarti menjadi jelas dan terstruktur, menunjukkan awal, penilaian,
kerja hipnotis, dan akhir pengalaman hipnosis tepat. Orang-orang yang lebih penting dan sangat
terhipnotis harus diajari tentang kerentanan mereka sendiri terhadap eksploitasi, sehingga mereka
dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri mereka dari eksploitasi. Para penulis
telah melihat lebih dari beberapa pasien yang telah dimanipulasi oleh orang-orang yang secara
sadar atau tidak sadar menggunakan teknik hipnotis untuk membuat pasien memenuhi keinginan
mereka, baik itu seksual atau keuangan, selama penangguhan relatif dari penilaian kritis pasien
yang dinyatakan utuh.
Seorang pebisnis yang sukses mendapati dirinya menandatangani suatu kepentingan dalam
bisnisnya kepada seorang kontraktor yang, kemudian diketahui, menggunakan hipnosis untuk
membuat si pengusaha meninggalkan penilaian bisnisnya yang biasa. Pemeriksaan hipnotis
membantunya untuk belajar pelajaran yang agak mahal tentang kerentanannya sendiri.

HYPNOPARENTING

Melihat betapa sulitnya seseorang dalam menjadi orang tua, berkembanglah berbagai teknik dalam
mengajarkan dan mendidik anak dengan cara yang efektif dan efisien. Salah satunya adalah dengan
menggunakan hipnotis untuk mengajarkan anak dan mengubah kebiasan buruk anak diganti
dengan kebiasaan yang diinginkan oleh orang tua, atau dapat diterima dalam masyarakat.

Teknik pola asuh yang bekerja langsung pada alam bawah sadar ini dapat dengan mudah dan tanpa
paksaan mengatasi berbagai macam masalah yang dialami oleh anak diantaranya mengompol,
picky eater, sulit tidur, malas belajar, suka mengigit jari dan tingkah laku lain yang tidak diinginkan
oleh orang tua. hypnoparenting menjadi sarana alternative dalam mendidik anak pada jaman ini.3

Dalam penelitian mengenai anak yang memiliki kebiasaan makan pilih-pilih (peaky eater), di kota
Kediri, mendapat kesimpulan bahwa masalah ini dapat diatasi dengan melakukan
hypnoparenting.3

Penelitian di Banjarmasin tentang manajemen kelelahan pada anak setelah dilakukan kemoterapi
juga menunjukkan bahwa hypnoparenting dapat menghasilkan hasil postif yang cukup signifikan.
Berdasarkan perhitungan rerata tingkat kelelahan pada anak usia 5-12 tahun yang berjumlah 30
repsonden didapatkan sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting yakni beda mean sebesar
5,30 dan p value 0,0003. Terjadi penurunan rerata skor secara bermakna pada tingkat kelelahan
sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting. 4
BAB III

KESIMPULAN

Menjadi orang tua merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah. Factor-faktor yang
mempengaruhi menciptakan dimensi-dimensi dalam menjadi orang tua antara lain control,
communicatioan, maturity demands dan nurturance. Dimensi-dimensi ini membuat orang tua
terbagi menjadi beberapa profil yaitu authoritian parenting, permissive parenting, dan
authoritative parenting.

Melihat kesulitan dalam menjadi orang tua ditambah dengan tekanan dalam masyarakat social,
membuat orang tua mencari cara dalam mendidik anak secara efektif dan efisien. Salah satunya
dengan menggunakan hypnoparenting.

Hypnoparenting terbukti memiliki efektivitas yang signifikan dalam mengontrol kebiasaan buruk
anak yang tidak diinginkan orang tua seperti kebiasaan makan yang suka pilih-pilih, mengompol,
dan sebagainya. Hypnoparenting bahkan dapat membantu mengatasi efek samping kelelahan pada
anak-anak yang menjalani kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA

[1] G. P. Alyward, practitioner's guide to behavioral problems in children, illinois: kluwer academic , 2003.

[2] Herbert Spiegel, Marcia Greenleaf, David Spiegel, "Hypnosis," in Kaplan & saddock's comprehensive
textbook of psychiatry, lippicottwilliams & wilkins, 2005, p. 2549.

[3] I. angugeraheni, "Pengaruh Hypnoparenting Terhadap Kejadian Picky Eater Pada Anak Prasekolah Di
Tk Islam Terpadu Bina Insani Kecamatan Mojoroto Kota Kediri," Jurnal kesehatan, 2017.

[4] S. Anggraini, "Hypnoparenting Effects Towards Fatigue As An Impact Of Chemotherapy Among


Pediatric Patients With Acute Lymphoblastic Leukimia," jurnal kesehatan, vol. 21, pp. 77-83, 2018.

Anda mungkin juga menyukai