Anda di halaman 1dari 4

Tinea Faciei  Tinea faciei adalah infeksi dermatofit pada daerah kulit wajah yang

tidak memiliki rambut. Fase erupsi biasanya mulai dari papul kecil bersisik, yang
berubah menjadi plak anular. Tinea faciei diberikan penanganan sama seperti
tinea korporis.

Tinea manuum  tinea manuum adalah infeksi dermatofit pada daerah tangan.
Pasien datang dengan erupsi hiperkeratotik pada telapak tangan atau plak anular
yang mirip dengan tinea korporis pada daerah punggung tangan.

Tinea manuum sering muncul bersamaan dengan tinea pedis dan biasanya
unilateral. Manifestasi klinis ini biasa disebut sebagai “two-feet, one hand
syndrome.” Pendekatan penanganan sama seperti tinea pedis.

Tinea kapitis  tinea kapitis, adalah infeksi dermatofit pada kulit kepala, biasanya
dialami oleh anak kecil. Terapi oral antifungal adalah terapi pilihan. Tinea kapitis
dibahas secara detail pada pembahasan yang berbeda.

Tinea barbae  tinea barbae adalah infeksi dermatofit ynag melibatkan jenggot
pada remaja dan laki-laki dewasa. Terapi oral antifungal dibutuhkan untuk
penanganan. Tinea barbae dibahas pada pembahasan yang berbeda.

Tinea imbricate  tinea imbricate (juga dikenal sebagai Tokelau ringworm) ada
salah satu jenis dari tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton
concentricum. Kelainan ini biasanya terjadi di Kepulauan Pasifik Selatan, Asia
Selatan, dan Amerika Selatan. Tinea imbricate memiliki karakteristik yaitu plak
eritematosa, anular, bersisik, dan konsentrik. Pemeriksaan menggunakan preparat
potassium hydroxide(KOH) menunjukkan adanya hifa dan kultur jamur
memastika diagnosis infeksi T. concentricum. Penanganan paling efektif
menggunakan terbinafine dan griseofulvin oral. Terapi sistemik sering
dikombinasikan dengan agen keratolitik topical.

REAKSI DERMATOFID (ID REACTION)

Reaksi eksema (sering disebut sebagai id reaction) adalah erupsi dermatitis


sekunder yang muncul bersamaan dengan inflamasi pada kulit. Istilah reaksi
dermatofid mendeskribsikan kejadian ini dalam relasi dengan infeksi dermatofid.
Patogenesisnya melibatkan reaksi imun terhadap antigen jamur, sama seperti
respon hipersensitifitas tipe lambat (delayed type).

Reaksi dermatofid bisa muncul pada pasien dengan tinea pedis, tinea manuum,
tinea cruris, tinea korporis, atau tinea kapitis. Pasien biasanya mengalami erupsi
pruritic papulovesicular yang muncul jauh dari daerah yang terinfeksi. Pada 213
pasein dengan tinea pedis, 37 (17 persen) didiagnosis dengan reaksi dermatofid
yang memiliki karakteristik erupsi vesikuler di daerah tangan. 5 pasien anak
dengan reaksi dermatofid yang dikarenakan tinea kapitis, sering ditemukan lesi
tambahan pada kepala, leher, badan, dan ekstermitas.

Penanganan dari reaksi dermatofid adalah mengatasi penyakit yang mendasari


yaitu infeksi dermatofid. Hal ini dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosis
erupsi karena obat, khususnya obat antifungal. Kortikosteroid topical dan agen
antipruritic biasanya digunakan untuk penanganan fase akut. Sangat jarang
digunakan kortikosteroid sistemik.

Informasi untuk pasien

UpToDate memberikan 2 tipe material edukasi kepada pasien. “the basic” dan
“beyond the basic.” Edukasi pasien “the basic” ditulis dengan bahasa yang
sederhana, level bacaan kelas 5 dan 6, dan menjawab 4 sampai 5 pertanyaan kunci
yang biasanya dimiliki pasien mengenai kondisi tersebut. Artikel ini baik untuk
pasien yang menginginkan gambaran umum dan menyukai bacaan yang singkat
dan mudah dibaca. Edukasi pasien “beyond the basic” lebih panjang, lebih detail,
dan lebih lengkap. Artikel ini ditulis dengan level bacaan kelas 10 sampai 12 dan
baik bagi pasien yang menginginkan informasi yang mendalam dan terbiasa
dengan beberapa istilah medis.

Berikut disertakan adalah artikel edukasi bagi pasien yang berhubungan dengan
topic ini. Kami menyarankan anda untuk mencetak atau mengirim email artikel ini
kepada pasien anda. (anda juga bisa mendapat artikel edukasi bagi pasien dengan
subyek yang berbeda dengan mencari pada “patient info” dan mengetik kata kunci
yang diinginkan)
 Basics topics (lihat "Patient education: Ringworm, athlete's foot, dan jock
itch (The Basics)" dan "Patient education: Fungal nail infections (The
Basics)")
 Beyond the Basics topics (lihat "Patient education: Ringworm (including
athlete's foot dan jock itch) (Beyond the Basics)")

Kesimpulan dan rekomendasi

 Infeksi jamur superfisial paling sering disebabkan oleh dermatofid dalam


genus Trichophyton, Epidermophyton, dan Microsporum. Organisme ini
memetabolis keratin dan menyebabkan presentasi klinis termasuk tinea
pedis, tinea korporis, tinea cruris, Majocchi’s granuloma, tinea kapitis, dan
tinea unguium
 Diagnosis infeksi dermatofid kutaneus sering berdasarkan penemuan
klinis. Preparat potassium hydroxide (KOH) biasanya digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Gagal dalam menarik diagnosis infeksi
dermatofid secara akurat dapat mengakibatkan penanganan yang tidak
adekuat dengan krtikosteroid topical.
 Infeksi dermatofid pada umumnya dapat ditangani dengan obat topical.
Untuk pasien dengan tinea pedis, tinea korporis atau tinea kruris, kami
merekomendasikan untuk menggunakan penanganan topical dengan obat
antifungal yang memiliki zat antidermatofit, dibandingkan dengan terapi
sistemik. Contoh dari obat topical antifungal yang efektif adalah golongan
azole, allylamine, ciciopirox, butenafine, dan tolnaftate. Terapi antifungal
oral digunakan pada saat infeksi yang ekstensif atau infeksi yang tidak
bereaksi terhadap terapi topical. Nystatin tidan efektif pada infeksi
dermatofit.
 Rekurensi dari tinea pedis dan tinea kruris sangan sering terjadi. Untuk
pasien dengan tinea pedis, disarankan untuk menggunakan bubuk
antifungal pada sepatu, dan menghindari sepatu yang tertutup untuk
mencegah rekurensi. Pasien dengan tinea kruris mendapat keuntungan
dengan terapi concomitant. tinea pedis atai tinea unguium, dapat
menggunakan bedak di daerah selangkangan, dan menghindari
penggunaan pakaian ketat dan pakaian dalam selain kain.
 Majocchi’s granuloma disebabkan oleh invasi dermatofid di jaringan
dermal atau subkutan lewat folikel rambut. Papul perifolicular, nodul
kecil, dan pustul biasanya muncul. Preparat KOH dapat menunjukkan
hasil negative. Merupakan indikasi untuk menggunakan obat antifungal
oral.
 Reaksi dermatofid adalah erupsi dermatitis sekunder yang muncul akibat
respon imun dari infeksi dermatofid. Penanganan reaksi dermatofid adalah
menangani infeksi yang mendasari terlebih dahulu. Kortikosteroid topical
dan agen antipruritic dapat dijadikan pilihan untuk mengurangi gejala
yang dialami.

Anda mungkin juga menyukai