Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tinea unguium (dermatophytic onychomycosis) adalah
infeksi jamur dermatofita pada kuku. Sedangkan onikomikosis
adalah

infeksi

pada

kuku

yang

disebabkan

oleh

jamur

dermatofita, jamur non-dermatofita atau yeast.


Dermatofita dibagi menjadi 3 genus, yaitu Microsporum,
Trichophyton

dan

Epidermophyton.

mempunyai kemampuan

mencerna

Golongan
keratin.

jamur

Patogen

ini
lain

golongan non-dermatofita yang menyebabkan tinea unguium


adalah

S.

Dinidiatum,

S.

Hyalinum

dan

kadang-kadang

Candida spp.
Tinea unguium terjadi di seluruh belahan dunia. Dapat
terjadi baik pada anak-anak maupun dewasa. Prevalensi tinea
unguium meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Sekitar
1% pada individu <18 tahun dan hampir 50% pada usia >70
tahun. Dari 1305 anak yang berusia 3-15 tahun di 17 sekolah
di Barcelona tahun 2003-2004 didapatkan bahwa prevalensi
dermatofita di kaki (tinea pedis) 2,5%, dermatofita di kepala
(tinea kapitis) 0,23% dan di kuku (tinea unguium) 0,15%. The
Achilles project memperkirakan prevalensi tinea unguium di
Eropa sekitar 27% dan di Amerika Utara sebesar 13,8%.
Peningkatan prevalensi ini dikarenakan peningkatan status
imunosupresi seseorang, sepatu yang terlalu sempit, dan
peningkatan

penggunaan

locker

room

bersama.

Tinea

unguium lebih banyak terjadi pada laki-laki dan biasanya


dikaitkan dengan tinea pedis.

Tinjauan pustaka ini akan membahas tinea unguium


terutama,

etiologi,

patogenesis,

manifestasi

klinis,

pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan tinea unguium.


Dengan memahami karakteristik penyakit ini, diharapkan kita
dapat mendiagnosis dan menatalaksana pasien dengan tinea
unguium dengan tepat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Tine Unguium?
2. Apa saja epidemogi dari penyakit Tinea Unguium?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit Tinea
Unguium ini?
4. Apa saja etiologi dari penyakit Tinea Unguium?
5. Bagaimana perjalanan penyakit Tinea Unguium?
6. Apa saja tanda dan gejala yang ditimbulkan akibat penyakit Tinea
Unguium?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit Tinea Unguium?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Tinea Unguium?
C. TUJUAN
Agar mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Definisi dari Tine Unguium
2. Epidemogi dari penyakit Tinea Unguium
3. Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit Tinea Unguium
4.
5.
6.
7.
8.

ini
Etiologi dari penyakit Tinea Unguium
Perjalanan penyakit Tinea Unguium
Tanda dan gejala yang ditimbulkan akibat penyakit Tinea Unguium
Pemeriksaan penunjang dari penyakit Tinea Unguium
Penatalaksanaan dari penyakit Tinea Unguium

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI TINEA UNGUIUM
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita. Istilah tinea unguium digunakan setelah ditemukan dermatofit
pada hasil sebuah kultur.
B. EPIDEMIOLOGI
Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi yang
penting, dimana prevalensi infeksi dermatofit pada laki-laki lima kali lebih
banyak dari wanita. Alas kaki yang tertutup, berjalan, adanya tempat
temperatur, kebiasaan penggunaan pelembab, dan kaos kaki yang
berkeringat meningkatkan kejadian tinea pedis dan onikomikosis.
Dermatofit yang sangat memberikan respon pada suhu di negaranegara barat adalah onikomikosis, sedangkan candida dan jamur nondermatofita lebih sering terjadi di negara-negara dengan suhu panas dan
udara yang lembab.
Rata-rata prevalensi onikomikosis ditentukan oleh umur, faktor
predisposisi, status sosial, pekerjaan, iklim, lingkungan, dan seberapa
seringnya berjalan. Beberapa faktor dapat berperan pada peningkatan
onikomikosis. Pertama, berdasarkan populasi umur, dengan beberapa
sebab termasuk sirkulasi yang buruk ke perifer, diabetes, trauma kuku
yang berulang, terpapar lama dengan jamur patogen, fungsi imun yang sub
optimal, kemalasan memotong kuku kakiatau perawatan kuku kaki yang
baik. Kedua, beberapa orang dengan immunocompromisedkarena infeksi
dari human immunodeficiency virus dan penggunaan pengobatan
immunosuppressive, kemoterapi kanker atauantibiotik. Ketiga, kerajinan

dalam partisipasi olahraga meningkat dengan masuk dalam klub


kesehatan, kolam renang komersil, dan oklusi kaki diapakai latihan.

C. ANATOMI
Kuku merupakan salah satu organ kulit tambahan yang
mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan
dan kaki, gunanya selain membantu jari-jari untuk memegang juga
digunakan sebagai cermin kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari selsel keratin yang mempunyai dua sisi berhubungan dengan udara luar dan
sisi lainnya tidak.

Gambar 1. Anatomi dan struktur kuku.


Kuku merupakan struktur unit yang tiap komponennya bergabung
dan disebut sebagai unit kuku. Unit kuku terdiri dari lempeng kuku (nail
plate) dan empat struktur epitel: lipatan kuku proksimal (proximal nail
fold), matriks, dasar kuku (nail bed) dan hiponikium. (Gambar 1).
1. Matriks kuku
Merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru
2. Kutikel (cuticle) Merupakan penghubung dua permukaan epitel dari
lipatan kulit proximal. Melindungi struktur dasar kuku (matrix germinatif)
dari iritasi, alergi, bakteri/jamur patogen.
3. Lipatan kuku lateral Menutupi sisi lateral lempeng kuku

4. Lunula Dasar dari lipatan proximal. Merupakan bagian lempeng kuku


yang berwarna putih di dekat akar kuku berbentuk bulan sabit,sering
tertutup oleh kulit.
5. Dasar kuku (nail bed) Terdiri dari bagian epidermal dan mendasari dermis
yang berhubungan dengan periosteum dari distal phalanx. Normal
berwarna merah muda karena vaskularisasi yang nampak melalui lempeng
kuku yang translusen.
6. Hiponikium Ruang di bawah kuku yang bebas, memisahkan lempeng kuku
dan dasar kuku pada ujung distal.
7. Lempeng kuku (nail plate) Sebagai proteksi yang keras. Statis dan dengan
kuat menempel pada dasar kuku. Dikelilingi tiga sisi lipatan kuku.
Terbentuk dari tiga lapiasn horisontal: lamina dorsal tipis, lamina
intermedit tebal, lapisan ventral dari dasar kuku. Kerasnya lempeng kuku
karena high sulfur matrix protein.
D. ETIOLOGI
Etiologi yang paling sering pada onikomikosis adalah dermatofita (tinea
unguium) 95-97% terutama Trichophyton rubrum dan Trichophyton
mentagrophytes

var.

interdigitale.

Sebagian

kecil

disebabkan

oleh : Epidermophyton floccosum, T. violaceum, T. schoenleinii, T.


verrucosum (biasanya hanya pada kuku tangan).12 Onikomikosis primer
disebabkan oleh karena infeksi jamur pada kuku yang sehat. Probabilitas
infeksi terjadi karena suplai vaskuler yang rusak (yaitu dengan
bertambahnya usia, insufisiensi vena kronis, penyakit arteri perifer),
setelah trauma (mis: patah tungkai bawah), atau gangguan persarafan
(mis: cedera pleksus brachialis, trauma tulang belakang. Sedangkan
onikomikosis sekunder, pada kuku kaki biasanya terjadi setelah tinea
pedis. Pada kuku tangan onikomikosis sekunder setelah tinea manum,
tinea korporis atau tinea kapitis.6 Dermatofita dapat bertahan hidup pada
stratum korneum, yang menyediakan sumber nutrisi bagi dermatofita dan
pertumbuhan jamur mycelia. Infeksi dermatofita melibatkan tiga tahap:
perlekatan pada keratinosit, penetrasi melalui dan diantara sel-sel, dan
membangun respon pejamu. Perlekatan jamur superfisial harus mengatasi

berbagai kendala seperti menahan pengaruh sinar ultraviolet, variasi suhu,


dan kelembaban, kompetisi dengan flora normal, dan sphingosines yang
diproduksi oleh keratin agar artrokonidia, elemen infeksius, dapat melekat
pada jaringan keratin.13 Selanjutnya adalah penetrasi, spora berkembang
dan menembus stratum korneum lebih cepat daripada deskuamasi.
Penetrasi dapat terjadi bila sekresi proteinase, lipase, dan enzim mukolitik,
yang memberikan nutrisi bagi jamur. 13 Membangun respon pejamu,
tingkat peradangan dipengaruhi baik oleh status imunologi dan organisme
yang terlibat. Deteksi kekebalan dan kemotaksis untuk inflamasi dapat
terjadi melalui beberapa mekanisme. Beberapa jamur memiliki faktorfaktor kemotaksis berat molekul rendah seperti yang dihasilkan bakteri.
Komplemen lainnya diaktifkan melalui jalur alternatif, untuk menciptakan
turunan faktor kemotaksis.13 Pembentukan antibodi tidak timbul untuk
melindungi dari infeksi dermatofita, pada pasien dengan infeksi yang luas
mungkin memiliki peningkatan titer antibodi. Sebagai alternatif, reaksi
tipe IV atau reaksi hipersentsitifitas tipe lambat, memiliki peran penting
dalam melawan dermatofita. Kekebalan seluler oleh sekresi interferon-
dari tipe 1 limfosit T-helper. Ini merupakan hipotesis bahwa antigen
dermatofita diproses di sel-sel epidermis langerhans dan disajikan pada
kelenjar getah bening lokal untuk limfosit T. Limfosit T mengalami
proliferasi klonal dan migrasi pada tempat yang terinfeksi jamur.
E. PATOFISIOLOGI
Pada tinea unguium invasi terjadi pada kuku yang sehat. Jamur
dapat masuk melalui tiga cara yaitu dari manusia ke manusia
(antrofopilik), dari hewan ke manusia (zoofilik) dan dari tanah ke manusia
(geofilik). Dermatofita, tidak seperti kebanyakan jamur lain, menghasilkan
keratinases (enzim yang memecah keratin), yang memungkinkan untuk
invasi jamur ke dalam jaringan keratin. Dinding sel dermatofi juga
mengandung mannans (sejenis polisakarida) yang dapat menghambat
respon kekebalan tubuh. Trichophyton rubrum khususnya

mengandung

mannans

yang

dapat

mengurangi

proliferasi

keratinosit. Invasi kuku oleh jamur juga akan meningkat pada pasien
dengan defek pada suplai vaskularisai seperti akibat pertambahan usia,
insufisiensi vena, penyakit arteri perifer, serta pasien imunokompromise.
Jamur menyerang kuku melalui berbagai area sesuai dengan bagian kuku
yang pertama diinfeksinya. Invasi jamur ke kuku biasanya di mulai dari
lipatan kuku lateral atau ujung kuku, hal ini akan memberikan gambaran
klinis berbeda sesuai dengan klasifikasi berdasarkan bagian kuku yang
terkena. Onikomikosis primer disebabkan oleh karena infeksi jamur pada
kuku yang sehat. Probabilitas infeksi terjadi karena suplai vaskuler yang
rusak (yaitu dengan bertambahnya usia, insufisiensi vena kronis, penyakit
arteri perifer), setelah trauma (mis: patah tungkai bawah), atau gangguan
persarafan (mis: cedera pleksus brachialis, trauma tulang belakang.
Sedangkan onikomikosis sekunder, pada kuku kaki biasanya terjadi setelah
tinea pedis. Pada kuku tangan onikomikosis sekunder setelah tinea
manum, tinea korporis atau tinea kapitis. Dermatofita dapat bertahan hidup
pada stratum korneum, yang menyediakan sumber nutrisi bagi dermatofita
dan pertumbuhan jamur mycelia. Infeksi dermatofita melibatkan tiga
tahap: perlekatan pada keratinosit, penetrasi melalui dan diantara sel-sel,
dan membangun respon pejamu. Perlekatan jamur superfisial harus
mengatasi berbagai kendala seperti menahan pengaruh sinar ultraviolet,
variasi suhu, dan kelembaban, kompetisi dengan flora normal, dan
sphingosines yang diproduksi oleh keratin agar artrokonidia, elemen
infeksius, dapat melekat pada jaringan keratin. Selanjutnya adalah
penetrasi, spora berkembang dan menembus stratum korneum lebih cepat
daripada deskuamasi. Penetrasi dapat terjadi bila sekresi proteinase, lipase,
dan enzim mukolitik, yang memberikan nutrisi bagi jamur. Membangun
respon pejamu, tingkat peradangan dipengaruhi baik oleh status imunologi
dan organisme yang terlibat. Deteksi kekebalan dan kemotaksis untuk
inflamasi dapat terjadi melalui beberapa mekanisme. Beberapa jamur
memiliki faktor-faktor kemotaksis berat molekul rendah seperti yang

dihasilkan bakteri. Komplemen lainnya diaktifkan melalui jalur alternatif,


untuk menciptakan turunan faktor kemotaksis.
F. MANIFESTASI KLINIK
Kuku jari kaki lebih sering terinfeksi dibandingkan kuku jari
tangan. Sekitar 80% tinea unguium terjadi pada kaki. Gambaran klinis
tinea unguium berdasarkan klasifikasinya, yaitu:
1. Onikomikosis Distal Subungual (ODS) Onikomikosis Distal
Subungual (ODS) merupakan pola tinea unguium yang paling
sering terjadi. Infeksi dimulai dari stratum korneum daerah
hiponokium atau lipatan kuku, kemudian masuk ke subungual.
Onikomikosis Distal Subungual (ODS) sering dikaitkan dengan
tinea pedis. Biasanya disebabkan oleh T. rubrum.
2. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP) Jamur masuk melalui
kutikula lipatan kuku posterior kemudian berpindah sepanjang
lipatan kuku proksimal menginvasi matrik kuku. Pada tipe ini,
paling sering disebabkan oleh T. rubrum. Tipe ini selalu dikaitkan
dengan keadaan immunocompromised. Banyak ditemukan pada
pasien HIV. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP) dapat
mengenai satu atau dua kuku. Gambaran klinis yang dapat
ditemukan adalah bintik putih di bawah lipatan kuku proksimal.
3. Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT) Pada tipe ini, jamur
menginvasi permukaan dorsal kuku. Penyebab terbanyak adalah T.
mentagrophytes atau T. rubrum (pada anak-anak). Penyebab yang
jarang Acremonium, Fusarium, dan Aspergillus terreus. Permukaan
lempeng kuku yang terinvasi oleh jamur menunjukkan gambaran
putih, seperti tepung/ serbuk kapur (chalky white) dan kadang
mudah retak.
4. Onikomikosis Endoniks Onikomikosis endoniks adalah tipe yang
paling jarang. Umumnya disebabkan oleh T.soundanesedan T.
violaceum. Dapat diasosiasikan dengan infeksi pada plantar.
Gambaran klinis berupa perubahan warna putih susu dan difus
opak pada lempeng kuku tanpa subungual keratosis dan onikolisis.
9

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis
terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada
pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis,
yang dapat berupa kerokan kulit, rambut dan kuku. Bahan pemeriksaan
mikologik diambil dan dikumpulkan terlebih dahulu di tempat kelainan
dan dibersihkan dengan spiritus 70% lalu untuk kuku bahan diambil dari
permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga
mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.
1. Mikroskopi Langsung (Direct Microscopy) Pemeriksaan mikroskopik
langsung pada sampel kuku untuk konfirmasi diagnosis. Materi
keratinaseous dari kerokan kuku ditempatkan pada kaca slide, ditutupi
dengan kaca penutup, disuspensikan dengan larutan KOH lalu
dipanaskan dengan hati-hati, KOH membantu melarutkan jaringan
epitel. Penambahan dimethyl sulfoxide dan atau tinta Parker Quink
pada larutan KOH dapat memudahkan identifikasi elemen jamur.
Identifikasi spesifik untuk patogen biasanya sulit dengan mikroskopik,
tetapi pada banyak kasus, ragi dapat dibedakan dengan dermatofita
dari morfologinya.
Trichophyton mentagrophytes Koloni : putih hingga krem
dengan permukaaan seperti tumpukan kapas pada PDA, tidak
muncul pigmen.Gambaran mikroskopik : mikrokonidia yang
bergerombol, bentuk cerutu yang jarang, terkadang hifa spiral.
Trichophyton rubrum Koloni : putih bertumpuk di tengah dan
berwarna

merah

marun

pada

tepinya. Gambaran

mikroskopik: beberapa mikrokonidia berbentuk air mata,


sedikit makrokonidia berbentuk pensil.
Epidermophyton floccosum Koloni : seperti bulu datar dengan
lipatan sentral dan warna kuning kehijauan, kuning kecoklatan.
Gambaran mikroskopik : tidak ada mikrokonidia, beberapa
dinding tipis dan tebal. Makrokonidia berbentuk ganda.
2. Kultur Jamur

10

Tujuan pemeriksaan biakan ialah identifikasi spesies jamur


penyebab, membantu keperluan pengobatan, membantu prognosis
penyakit dan untuk keperluan studi epidemiologi.
Cara pemeriksaan yaitu pembiakan dilakukan dalam media agar
sabouroud atau modifikasinya pada suhu kamar 25-30C kemudian
sekitar 5 hari baru tampak adana pertumbuhan dan 1 minggu lagi
baru terlihat jelas karakteristiknya. Selama pertumbuhan ini harus
diperhatikan ada tidaknya warna yang dibentuk in verso atau in recto,
ada tidaknya hifa aereal yang seperti kapas, beludru, bubuk, dan lainlain. Juga bentuknya menonjol seperti gunung kecil dengan batas yang
tajam, ireguler dengan permukaan yang licin seperti tetesan lilin.
Pemeriksaan biakan sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama setelah
diperkirakan ada pertumbuhan sifat-sifat khusus jamur tersebut. Untuk
dermatofit tenggang waktunya 3 minggu setelah penanaman. Bila
terlalu lama, golongan jamur ini akan terjadi pleomorfik, dimana
tanda-tanda khasnya akan hilang.
3. Pemeriksaan Histopatologi
Bila secara klinis kecurigaan tinea unguium besar namun hasil
sediaan mikroskopik langsung maupun biakan negatif, pemeriksaan
histopatologi dapat membantu. Dapat dilakukan biopsi kuku atau
cukup dengan nail clippings pada Onikomikosis Subungual Distal
(ODS). Periodic Acid Schiff (PAS) digunakan untuk mencari elemen
jamur pada kuku. Pemeriksaan ini dapat sekaligus membantu
memastikan bahwa jamur terdapat dalam lempeng kuku dan bukan
komensal atau kontaminan di luar lempeng kuku. Teknik ini
merupakan teknik yang paling dapat dipercaya untuk membangun
diagnosis tinea unguium. Pada beberapa penelitian sensitivitas PAS
adalah 41-93%.
H. PENATALAKSANAAN
Seperti penatalaksanaan penyakit jamur superfisial lainnya, maka
prinsip penatalaksanaan tinea unguium menghilangkan faktor predisposisi
yang memudahkan terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat anti jamur

11

yang sesuai dengan penyebab dan keadaan patologi kuku. Perlu ditelusuri
pula sumber penularan.
Pengobatan pada tinea unguium yaitu dengan pemberian obat anti jamur
baik secara topikal maupun sistemik. Pengobatan topikal yaitu dengan
menggunakan siklopiroks dan amprolfin. Sedangkan pengobatan sistemik
digunakan anti jamur golongan alilamin seperti terbinafin dan golongan
azol seperti flukonazol dan itrakonazoltinea unguium ada dua cara yaitu
secara sistemik dengan menggunakan obat.
a) Obat topikal
Obat topikal berbentuk krim dan solusio, namun sulit untuk penetrasi
ke dalam kuku sehingga kurang efektif untuk pengobatan tinea
unguium,

namun

masih

dapat

digunakan

untuk

superfisial

Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT). Obat topikal dengan


formulasi khusus dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kuku,
yakni:
Amorolfin : merupakan derivat morfolin yang bersifat
fungisidal. Bekerja dengan cara menghambat biosintesis
ergosterol jamur. Untuk infeksi jamur pada tinea unguium
digunakan amorolfin dalam bentuk cat kuku konsentrasi 5%
untuk kuku jari tangan, dioleskan satu atau dua kali setiap
minggu selama 6 bulan sedangkan untuk kuku kaki harus
digunakan selama 9-12 bulan.
Siklopiroks merupakan anti jamur sintetik hydroxypiridone,
bersifat fungisidal, sporosidal dan anti jamur ini mempunyai
penetrasi yang baik pada kulit dan kuku. Untuk pengobatan
tinea unguium digunakan siklopiroks nail lacquer 8%. Setelah
dioleskan pada kuku yang sakit, larutan tersebut akan
mengering dalam waktu 30-45 detik, zat aktif akan segera
dibebaskan dari pembawa berdifusi menembus lapisan
lempeng kuku hingga ke dasar kuku dalam beberapa jam
sampai kedalaman 0,4 mm dan hasil pengobatan akan dicapai
setelah 24-48 kali pemakaian. Diberikan 2 hari sekali selama

12

bulan pertama, setiap 3 hari sekali pada bulan kedua dan


seminggu sekali pada bulan ketiga hingga bulan keenam
pengobatan. Dianjurkan pemakaian cat kuku siklosporik tidak
melebihi dari 6 bulan.
Dibutuhkan ketekunan pasien karena umumnya masa
pengobatan panjang. Meskipun penggunaan obat topikal
mempunyai keterbatasan, namun masih dapat digunakan
sebagai pengobatan tinea unguium karena tidak mempunyai
risiko sistemik, relatif lebih murah dan dapat digunakan
sebagai kombinasi dengan oral untuk memperpendek masa
pengobatan, selain itu bentuk cat kuku juga mudah digunakan.
b) Obat Sistemik Terapi anti jamur sistemik, meski dikaitkan dengan
tingginya angka kejadian dan peningkatan keparahan efek samping,
namun tetap diperlukan untuk pengobatan infeksi tertentu, termasuk
tinea manus, kapitis dan unguium. Obat antijamur baru memberikan
lebih banyak pilihan untuk terapi sistemik. Obat sistemik yang dapat
digunakan untuk pengobatan tinea unguium yaitu derivat azol dan
derivat alilamin. Derivat azol bersifat fungistatik tetapi mempunyai
spektrum anti jamur luas dan derivat alilamin bersifat fungisidal
namun efektif terutama terhadap dermatofita.
c) Terapi Bedah
Pengangkatan kuku dengan tindakan bedah

skalpel

selain

menyebabkan nyeri juga dapat memberikan gejala sisa distrofi kuku.


Tindakan bedah dapat dipertimbangkan bila kelainan hanya 1-2 kuku,
bila terdapat kontraindikasi terhadap obat sistemik, dan pada keadaan
patogen resisten terhadap obat. Tindakan bedah tetap harus
dikombinasi dengan obat anti jamur topikal atau sistemik.

13

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tinea unguium (dermatophytic onychomicosis) adalah infeksi jamur
dermatofita pada kuku. Prevalensi tinea meningkat sesuai dengan pertambahan
usia, lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita. Patogen penyebab
terbanyak adalah T. rubrum dan T. mentagrophytes. Ada 3 jenis onikomikosis
yaitu Onikomikosis Subungual Distal (OSD), Onikomikosis Subungual

14

Proksimal (OSP), dan Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT). Jenis yang


paling sering adalah Onikomikosis Subungual Distal (OSD). Diagnosis
berdasarkan gambaran klinis yang harus dikonfirmasi dengan ditemukannya
elemen jamur pada pemeriksaan mikroskopik langsung dengan preparat KOH,
pemeriksaan histopatologi PAS (Periodic Acid Schiff Stain) atau dengan biakan
jamur. Penatalaksanaan pada tinea unguium terdiri dari penatalaksanaan umum
dan khusus. Penatalaksanaan umum yaitu memberikan informasi dan edukasi
mengenai tinea unguium kepada pasien. Penatalaksanaan khusus terdiri dari
pengobatan topikal dan sistemik. Penatalaksanaan dengan topikal yaitu dengan
menggunakan siklopirok dan amorolfin, sedangkan penatalaksanaan dengan
sistemik digunakan anti jamur golongan alilamin seperti terbinafin dan
golongan azol seperti flukonazol dan itakonazol. Tinea unguium sulit untuk
diobati. Pengobatan tahap awal lebih mudah diobati pada orang muda dan
individu sehat dibandingkan individu yang sudah tua dengan kondisi kesehatan
yang buruk.
B. SARAN
Kami sadar tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan dan kami pun akan menerima kritik dan sarannya dengan
senang hati untuk perbaikan pada makalah berikutnya.
Dan Sebaiknya pasien dengan penyakit Tinea Unguium diberikan disiplin
ilmu agar pelayanan perawatan pasien menyeluruh dan dapat mengatur diri
sesuai dengan obat-obatan yang di beri dengan anjuran dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Graham-brown robin. 2005. Lecture Notes DermatologiEdisi 8. Jakarta :Erlangga
Chadrasoma, parakrama. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi.Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Djuanda A. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta :Fakultas
Kedokteran UI.S
Masjoer, Arief. 2010.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

15

16

Anda mungkin juga menyukai