TINEA UNGUIUM
Oleh:
Preseptor:
dr. Afdal, SpA, M.Biomed
PENDAHULUAN
dermatofita pada kuku.1,2 Sedangkan onikomikosis adalah infeksi pada kuku yang
Tinea unguium terjadi di seluruh belahan dunia. Dapat terjadi baik pada
pertambahan usia. Sekitar 1% pada individu <18 tahun dan hampir 50% pada usia
>70 tahun.4 Dari 1305 anak yang berusia 3-15 tahun di 17 sekolah di Barcelona
2,5%, dermatofita di kepala (tinea kapitis) 0,23% dan di kuku (tinea unguium)
sekitar 27% dan di Amerika Utara sebesar 13,8%. Peningkatan prevalensi ini
sempit, dan peningkatan penggunaan locker room bersama.2 Tinea unguium lebih
banyak terjadi pada laki-laki dan biasanya dikaitkan dengan tinea pedis.1,2,3,4
2.2 Epidemiologi
tua. 1% dari individu yang terkena berumur dibawah 18 tahun dan 50% berumur
lebih dari 70 tahun. Dari segi jenis kelamin, laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan.2
2.3 Etiologi
2.4 Patogenesis
pemahaman mengenai fungsi dan anatomi kuku. Fungsi utama dari kuku adalah
disebut sebagai unit kuku. Unit kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate) dan
empat struktur epitel: lipatan kuku proksimal (proximal nail fold), matriks, dasar
fleksibel, mengandung kalsium, fosfat, besi, seng, mangan dan tembaga, juga
sulfur dalam matriks kuku yang bertanggung jawab untuk kualitas fisik kuku.
Lempeng kuku muncul dari bawah lipatan kuku proksimal dan berbatasan di
kedua sisi dengan lipatan kuku lateralis. Di bagian proksimal terdapat lingkaran
putih yang disebut lunula. Permukaan dorsal unit kuku tampak berwarna merah
muda karena peningkatan pembuluh darah dari dasar kuku (nail bed). Daerah
antara permukaan dorsal dan ventral terdapat kutikula (eponychium) yang
Pada tinea unguium invasi terjadi pada kuku yang sehat. Jamur dapat masuk
melalui tiga cara yaitu dari manusia ke manusia (antrofopilik), dari hewan ke
manusia (zoofilik) dan dari tanah ke manusia (geofilik). Dermatofita, tidak seperti
yang memungkinkan untuk invasi jamur ke dalam jaringan keratin. Dinding sel
kelembaban, trauma berulang pada kuku, penurunan imunitas serta gaya hidup
berlebihan dan juga penggunaan tempat mandi umum. Invasi kuku oleh jamur
juga akan meningkat pada pasien dengan defek pada suplai vaskularisai seperti
akibat pertambahan usia, insufisiensi vena, penyakit arteri perifer, serta pasien
imunokompromise.1
Jamur menyerang kuku melalui berbagai area sesuai dengan bagian kuku
yang pertama diinfeksinya. Invasi jamur ke kuku biasanya di mulai dari lipatan
kuku lateral atau ujung kuku, hal ini akan memberikan gambaran klinis berbeda
sekitar kuku sudah terinfeksi seperti pada psoriasis atau trauma pada kuku. tinea
unguium pada kuku jari kaki biasanya terjadi setelah tinea pedis, pada kuku jari
tangan dikaitkan dengan tinea manus, tinea corporis dan tinea kapitis.4
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar
ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisi kuku yang rapuh. Kalau proses
berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat
dipermukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur.
penyebabnya.
3. Bentuk subungual proksimal
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang
kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku dibagian
distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea
unguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang
2.6 Diagnosis
Anamnesis dan gambaran klinis saja pada umumnya sulit untuk memastikan
diagnosis terutama pada tinea unguium yang merupakan kelainan sekunder pada
kelainan kuku yang telah ada sebelumnya. Gambaran klinis harus dikonfirmasi
dengan preparat KOH, pemeriksaan histopatologi dari clipping nail atau dengan
biakan jamur. Mengingat banyaknya diagnosis banding secara klinis, maka dapat
air atau dalam dimetil sulfoksida (DMSO) 40% untuk mempermudah lisis keratin.
Zat warna tambahan misalnya tinta parker blue-black, atau pewarnaan PAS akan
calcofluor white pada KOH bersifat spesifik untuk elemen jamur karena hanya
terikat pada khitin yang merupakan dinding jamur, tetapi tidak pada keratin atau
benang dan artefak lain. Namun untuk calcoflour white dibutuhkan mikroskop
atipikal elemen jamur, misalnya hifa dermatofita tidak berwarna (hialin), hifa
jenis jamur spesifik tetapi pada kebanyakan kasus yeast dapat dibedakan dengan
2. Pemeriksaan Biakan
langsung sediaan basah untuk menentukan spesies jamur. Pada biakan jamur
pemisahan jamur akan lebih baik jika menggunakan antibiotik untuk mencegah
inokulasi pada media. Sampel yang diambil dari kuku yang terinfeksi disuntikkan
memiliki sensitivitas 32%. Untuk melihat hasil biakan jamur ini dibutuhkan waktu
3. Pemeriksaan Histopatologi
Bila secara klinis kecurigaan tinea unguium besar namun hasil sediaan
membantu. Dapat dilakukan biopsi kuku atau cukup dengan nail clippings pada
untuk mencari elemen jamur pada kuku. Pemeriksaan ini dapat sekaligus
membantu memastikan bahwa jamur terdapat dalam lempeng kuku dan bukan
komensal atau kontaminan di luar lempeng kuku. Teknik ini merupakan teknik
yang paling dapat dipercaya untuk membangun diagnosis tinea unguium. Pada
1. Pustular psoriasis
Psoriasis dapat terjadi pada kuku yang memiliki gejala khas psoriasis yaitu
terdapat lubang psoriasis berbatas pada kuku jari yaitu besar,dalam, dan tidak
manifestasi paling umum dari psoriasis kuku dan dapat mempengaruhi kuku dan
2. Lichen planus
sering mempengaruhi kedua matriks kuku kecurigaan klinis harus terangsang oleh
kuku dan muncul sebagai perpanjangan dari kulit lipatan kuku proksimal yang
melekat pada kuku.atrofi idiopatik dari kuku adalah berbagai langkah lichen
planus oleh kerusakan kuku akut dan progresif terkemuka untuk meredakan
atrofi.5
2.9 Penatalaksanaan
Seperti penatalaksanaan penyakit jamur superfisial lainnya, maka prinsip
memudahkan terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat anti jamur yang sesuai
dengan penyebab dan keadaan patologi kuku. Perlu ditelusuri pula sumber
penularan.7
Pengobatan pada tinea unguium yaitu dengan pemberian obat anti jamur
digunakan anti jamur golongan alilamin seperti terbinafin dan golongan azol
seperti flukonazol dan itrakonazoltinea unguium ada dua cara yaitu secara
1. Obat topikal
Obat topikal berbentuk krim dan solusio, namun sulit untuk penetrasi ke
dalam kuku sehingga kurang efektif untuk pengobatan tinea unguium, namun
dengan cara menghambat biosintesis ergosterol jamur. Untuk infeksi jamur pada
tinea unguium digunakan amorolfin dalam bentuk cat kuku konsentrasi 5% untuk
kuku jari tangan, dioleskan satu atau dua kali setiap minggu selama 6 bulan
fungisidal, sporosidal dan anti jamur ini mempunyai penetrasi yang baik pada
kulit dan kuku. Untuk pengobatan tinea unguium digunakan siklopiroks nail
lacquer 8%. Setelah dioleskan pada kuku yang sakit, larutan tersebut akan
mengering dalam waktu 30-45 detik, zat aktif akan segera dibebaskan dari
pembawa berdifusi menembus lapisan lempeng kuku hingga ke dasar kuku dalam
beberapa jam sampai kedalaman 0,4 mm dan hasil pengobatan akan dicapai
setelah 24-48 kali pemakaian. Diberikan 2 hari sekali selama bulan pertama,
setiap 3 hari sekali pada bulan kedua dan seminggu sekali pada bulan ketiga
Meskipun penggunaan obat topikal mempunyai keterbatas an, namun masih dapat
sistemik, relatif lebih murah dan dapat digunakan sebagai kombinasi dengan oral
untuk memperpendek masa pengobatan, selain itu bentuk cat kuku juga mudah
digunakan.7
2. Obat Sistemik
kejadian dan peningkatan keparahan efek samping, namun tetap diperlukan untuk
pengobatan infeksi tertentu, termasuk tinea manus, kapitis dan unguium. Obat
3. Terapi Bedah
nyeri juga dapat memberikan gejala sisa distrofi kuku. Tindakan bedah dapat
terhadap obat sistemik, dan pada keadaan patogen resisten terhadap obat.
Tindakan bedah tetap harus dikombinasi dengan obat anti jamur topikal atau
sistemik.7
2.10 Prognosis
Kondisi ini sulit diobati, dibutuhkan pengobatan dalam waktu yang
panjang.3 Tinea unguium tahap awal lebih mudah diobati pada orang muda, dan
individu sehat dibandingkan dengan individu yang sudah tua dengan kondisi
k. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum :Sakit sedang
Kesadaran :komposmentis kooperatif
Tekanan darah :110/80 mmHg
Nadi :89x/menit
Nafas :22x/menit
Suhu :36,8 0C
BB :55 kg
TB :150 cm
IMT : 24,4
Mata :Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit :Turgor kulit kembali cepat
Kepala : Normosefal
Thorax
Paru
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan
Palpasi :Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi :Iktus tidak terlihat
Palpasi :Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi :Irama teratur, bising (-)
Punggung
Inspeksi : Hiperemis pada sudut kostovertebra (-)
Palpasi : Nyeri tekan sudut kostovertebra (-)
Perkusi : Nyeri ketok sudut kostovertebra (-)
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen
Inspeksi :Tidak tampak membuncit
Palpasi :Nyeri tekan (-)
Perkusi :Timpani
Auskultasi :Bising usus (+) Normal
Status dermatologikus:
a. Lokasi : tepi kuku pada 10 jari tangan
b. Distribusi : diskret
c. Bentuk : tidak khas
d. Susunan : tidak khas
e. Batas : tidak tegas
f. Ukuran : plakat
g. Efloresensi : kuku tampak menghitam (onikodiskolorisasi),
menebal dan rusak (onikodistrofi), tidak terdapat onikolisis. Ukuran
kuku sehat pada kuku 10 jari tangan : 8mm.
l. SCREEM
Social: Interaksi dengan tetangga dan rekan kerja baik, pasien ikut
berhalangan hadir.
Dokter : Anisa
Tanggal : 3 Mei 2019
S2 dd tab 1 pc
Pro : Ny.R
Umur : 49 tahun
Alamat : Jati, Padang
BAB 4
DISKUSI
Pasir dengan keluhan utama kuku jari tangan tampak menghitam dan terkadang
disertai gatal sejak 2 minggu yang lalu. Pasien didiagnosis dengan Tinea unguium
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan kuku jari tangan tampak
menghitam dan terkadang disertai gatal sejak 2 minggu yang lalu. Kuku
menghitam pada tepi kuku yang berbatasan dengan kulit. Gatal tidak bertambah
saat berkeringat. Keluhan disertai kuku terlihat sedikit rusak. Keluhan terdapat
pada ke 10 kuku jari tangan. Awalnya tepi kuku hanya menghitam pada kedua
jempol lalu setelah 2 minggu ini terdapat pada ke 10 kuku jari tangan. Pasien
tanaman yang ada di depan rumahnya. Pasien tidak menggunakan sarung tangan
saat mencuci maupun saat merawat tanaman. Pasien belum pernah mengobati
keluhan tersebut.
Pemeriksaan fisik ditemukan vital sign, paru, jantung, dan abdomen dalam
dan higiene daerah kuku dengan rajin mencuci tangan dengan sabun, menjaga
tangan agar tidak lembab dan menggunakan sarung tangan saat merawat tanaman,
dilakukan agar pasien dapat tercegah dari tinea unguium karena penularan dapat
terjadi dari perpindahan jamur dari tanah saat pasien merawat tanaman.
pemberian krim AAV dua kali sehari setelah mandi dan untuk sistemik diberikan
1. Elewski BE, Hughey LC, Sobera JO, Hay R. Fungal disease. In: Bolognia J L,
Lorizzo J L, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd ed. New York: Mosby
Elsevier; 2008; p. 1265-70.
2. Verma S, Haffernan MP. Fungal disease. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008; p.1817-18.
4. Wolff KL. Johnson RA. Disorder of The Nail Apparatus. In: Fitzpatrick’s Color
Atlas & Sinopsis Of Clinical Dermatology, 5th ed. New York: The McGraw-
Hil l companies; 2007. p.1016-21.
6. Moore Mk, Hay RJ. Anatomy and organization of human skin. In: Berth-jones
J, editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th ed. Cambridge: Wiley-
Balckwell: 2010; p.3.14-5.