Anda di halaman 1dari 38

Journal Reading

STUDI ANTIBIOGRAM DAN EVALUASI


PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MENGGUNAKAN
METODE GYSSEN PADA PASIEN DENGAN KAKI
DIABETIK

Oleh:

Suci Wijayanti 1840312243

Preseptor :
Dr. dr. Rinang Mariko, Sp.A(K)
ABSTRAK
• Infeksi kaki masalah umum dan serius pada pasien dengan diabetes
memerlukan pengelolaan tepat (pendekatan diagnostik dan terapeutik)
• Regimen antibiotika empiris didasarkan pada data klinis, pola kuman yang
tersedia, dan hasil kultur jaringan yang terinfeksi.
• Pemilihan antibiotika kurang bijak resiko munculnya resistensi antibiotika.
• Evaluasi penggunaan antibiotika penggunaan yang lebih bijak.
• Tujuan: Menganalisis pola kuman pada kaki diabetik dan uji sensitifitasnya
terhadap antibiotika, menganalisis antibiotika empiris yang dapat
direkomendasikan, dan menganalisis penggunaan antibiotika dengan metode
Gyssen.
• Metode. Penelitian ini adalah studi analisis observasional (deskriptif non-
eksperimental), retrospektif dan prospektif pada pasien yang memenuhi kriteria
inklusi. Data retrospektif digunakan untuk mengenalisis pola kuman dan uji
sensitifitas terhadap antibiotika dan data prospektif digunakan untuk mengevaluasi
penggunaan antibiotika berdasarkan pola kuman yang ada, selama periode akhir
Maret- awal Agustus 2015 di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Evaluasi dilakukan
dengan metode Gyssen.
• Hasil :
-Sampel data retrospektif diperoleh 30 temuan kuman infeksi selama bulan
Agustus 2014-Maret 2015. Kuman gram negatif 53,33% dengan jenis
kuman terbanyak E.coli dan Klebsiella oxytoca, dan gram positif  46,67%
dengan kuman terbanyak Staphylococcus spp. dan Streptococcus spp.
-Dari data prospektif yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 13 pasien
dengan prevalensi kuman terbanyak gram negatif Klebsiella oxytoca
(28,57%), dan terbanyak gram positif  Staphylococcus auerus (35,71%).
• Hasil analisis kualitatif terhadap 50 jenis antibiotik menggunakan metode
Gyssens didapatkan penggunaan kategori sebanyak 62%, 2%, 14%; kategori
2B sebanyak 26%; kategori 3A sebanyak 10%; kategori 4A sebanyak 52%,
kategori 4B sebanyak 6%; kategori 4C sebanyak 8% dan tidak ada
penggunaan antibiotika yang masuk kategori V dan kategori VI.
• Kesimpulan: Dari analisis gyssen ini dapat diperoleh data bahwa
penggunaan antibiotika pada pasien kaki diabetik di RSUD Maerdi Waluyo
Kota Blitar didominasi oleh ketidak tepatan dalam pemilihan antibiotika, dan
ketidaktepatan dalam interval pemberian antibiotika

Kata kunci: pola kuman, antibiotik, infeksi kaki diabetik, metode Gyssen
PENDAHULUAN
• Infeksi kaki diabetik atau Diabetic Foot Infection (DFI) biasanya dimulai oleh
cedera, paling sering  ulserasi neuropatik.
• Semua luka mempunyai koloni mikroorganisme Infeksi
• Infeksi diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, atau parah Bantu tentukan
mana yang perlu dirawat di RS, yang memerlukan prosedur pencitraan
khusus atau intervensi bedah, dan membutuhkan amputasi
• Prevalensi ulkus diabetes di Indonesia 15% dari pasien DM. Mortalitas dan
amputasi tinggi, dan prognosis pasca-amputasi pada pasien diabetes masih
sangat buruk.
• Rumah Sakit Mardi Waluyo Kota Blitar tahun 2014 menunjukkan kasus DM
meningkat menjadi 524 kasus (3,8%)  Sebanyak 82 (15,65%) kasus
infeksi kaki diabetik.
• Infeksi kaki diabetik polimikroba dengan kokus gram positif, terutama
stafilokokus organisme penyebab paling umum. Bakteri basil gram negatif
sering jadi ko-patogen pada infeksi kronis atau pada pengobatan dengan
antibiotik, dan bakteri anaerob obligat dapat menjadi ko-patogen pada luka
iskemik atau nekrotik.
• Antibiotik empiris dapat ditargetkan secara sempit pada GPC (gram-positive
cocci) pada pasien dengan infeksi akut, tetapi mereka yang berisiko resisten
antibiotik, atau infeksi yang parah butuh spektrum obat yang lebih luas.
• Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Evaluasi kualitas parameter yang digunakan yaitu dosis, ketepatan interval
administrasi, rute pemberian, dan lain-lain.
Evaluasi kualitatif jarang dilakukan karena kurangnya standardisasi,
metodologi yang sulit, dan membutuhkan sumber daya manusia. Gyssen
groove adalah salah satu algoritma yang digunakan untuk evaluasi kualitatif.
MATERIAL DAN METODE
• Analisis deskriptif digunakan untuk menilai hasil evaluasi kualitas penggunaan
antibiotik dengan metode Gyssen;
1.Waktu penggunaan antibiotik (kategori I)
2.Dosis regimentasi, interval, rute pemberian antibiotik ini (kategori II A - II C)
3.Lamanya penggunaan antibiotik (kategori III A - III B)
4.Bentuk efikasi klinis, toksisitas, harga, dan cakupan spektrum antibiotik
(kategori IV A - IV D)
5.Indikasi penggunaan antibiotik (kategori V - VI),
yang kemudian akan diberikan persentase pada setiap subyek utama yang
dievaluasi.
• Analisis. Analisis dilakukan secara kualitatif dengan metode Gyssen terhadap
penggunaan antibiotik dengan mengacu pada data pola bakteri dan sensitivitas
terhadap antibiotik.
HASIL
Data Retrospekstif
Dari 42 pasien yang dirawat dengan diagnosis infeksi kaki diabetik di RS Mardi
Waluyo 23 pasien penuhi kriteria inklusi

Profil Kuman pada Pasien dengan Kaki Diabetik


• Dari 23 pasien 30 isolat bakteri dengan prevalensi bakteri gram negatif
sebanyak 53,3% dan gram positif sebanyak 46,67%.
Profil Sensitivitas Kuman terhadap Antibiotik pada Infeksi Kaki Diabetik
• Persentase (%) sensitivitas antibiotik pada tabel 2 diperoleh dengan
menghitung jumlah tes sensitif antibiotik dibagi dengan jumlah kuman isolat
dikalikan 100%.
Data Prospektif
Untuk data prospektif dari 13 pasien diperoleh 14 isolat kuman yang
menginfeksi.

Demografi pasien
•Tabel 3 data demografi pasien. Pasien perempuan berjumlah 8 orang (61,54
%), dan pasien laki-laki berjumlah 5 orang (34,46%). Pasien usia 50-60 tahun
mendominasi sebanyak 8 orang (61,54%), sedangkan tingkat infeksi sebagian
besar pasien adalah infeksi berat (10 kasus; 76,93%). Status pasien sebagian
besar adalah pasien BPJS (9;69,23%).
Table 3. Profile of patients with a diagnosis of diabetic foot infection period late March-
early August 2015
• Tabel 4 jenis-jenis bakteri yang menyebabkan infeksi
• Dari 13 pasien yang diperoleh 14 isolat bakteri dengan prevalensi bakteri gram
negatif 42,86% dan gram positif 57,14%.
• Sebagian besar jenis gram negatif adalah Klebsiella oxytoca (28,57%), dan
sebagian besar gram positif adalah Staphylococcus aureus (35,71%).
Profil Sensitifitas Kuman Antibiotik pada Pasien dengan Kaki Diabetik
Penggunaan Profil Antibiotik pada Pasien dengan Kaki Diabetik dan Analisis
Kualitatif
•Jumlah terapi antibiotik pada 13 pasien adalah sebanyak 14 jenis antibiotik
pasien bisa mendapatkan lebih dari satu jenis regimen antibiotik
•Tabel 6 kesesuaian dosis dan interval antibiotik untuk pengobatan infeksi kaki
diabetik antara pedoman panduan dengan kenyataan yang diberikan kepada
pasien (berdasarkan jenis).
•Penilaian kualitas penggunaan antibiotik menggunakan Kategori Gyssens yang
dilakukan di rumah sakit Mardi Waluyo Kota Blitar selama periode akhir Maret
hingga awal Agustus 2015 setelah sebelumnya melakukan pengumpulan data
retrospektif periode Agustus 2014 - Maret 2015 yang menerima terapi antibiotik,
baik empiris dan definitif.
•Kualitas penggunaan antibiotik dianalisis menggunakan alur Gyssens yang dibagi
menjadi kategori 0 hingga VI. Dari analisis penggunaan antibiotik menggunakan
metode Gyssens;
DISKUSI

•Dari 30 isolat kuman (data retrospektif) diperoleh pola bakteri gram negatif
sebanyak 53,33%, dan gram positif sebanyak 46,67%
•Data prospektif dari 14 isolat bakteri, gram negatif 42,86% dan gram positif
sebanyak 57,14%.
• GPC (Gram-positive cocci)  sering pada pasien dengan DFI (diabetic foot
infection) ringan-sedang, dan yang tidak menerima terapi antibiotik sebelumnya.
Pasien dengan infeksi kronis dan telah menggunakan antibiotik berkembang
menjadi infeksi campuran antara GPC (Gram-positive cocci) dan GNB (Gram-
negative bacteria) dengan atau tanpa organisme anaerob.
•Terapi antibiotik dapat sebagai pengobatan empiris dan definitif. Prinsip pemilihan
antibiotik empiris adalah:
a) spektrum aktivitas antibiotik,
b) kemampuan menembus jaringan yang baik,
c) memperhitungkan pasien (tingkat keparahan infeksi, alergi, gangguan ginjal),
d) memetakan data kuman dan pola resistensi antibiotik lokal, dan
e) keamanan dan kemudahan pemberian kepada pasien
•Dalam penelitian ini, antibiotik empiris yang banyak digunakan ceftriaxone,
cefoperazone, cefotaxime, ciprofloxacin, metronidazole dan gentamicin (baik
sendiri atau dalam penggunaan kombinasi)
•Berdasarkan antibiogram,
Ceftriaxone Potensi >60% Citrobacter freundii
Cefotaxime Potensi 30-60% Klebsiella oxytoca
Potensi >60% Streptococcus agalactiae dan Kytococcus
sedentarius
Ciprofloxacin
Potensi 30-60% Klebsiella oxytoca, Citrobacter freundii, dan
Staphylococcus aureus
Potensi >60% E. coli, Citrobacter freundii, Streptococcus
Gentamicin agalactiae dan Kytococcus sedentarius
Potensi 30-60% Klebsiella oxytoca
Metronidazole (keadaan Potensi 99% Pada semua bakteri yang diuji
nekrotik, gangren, iskemik)
•Berdasarkan hasil pengolahan data antibiogram retrospektif;
Gram negatif Potensi >60% E. coli, Klebsiella oxytoca dan
Citrobacter freundii
Amikasin Potensi 30-60% Pseudomonas spp
Gram positif Potensi >60% Streptococcus spp, Staphylococcus spp,
dan Kytococcus sedentarius
Gram negatif Potensi >60% E. coli, Klebsiella oxytoca dan
Citrobacter freundii
Potensi 30-60% Pseudomonas spp
Gentamicin
Gram positif Potensi >60% Staphylococcus, Streptococcus
agalactiae, Kytococcus sedentarius
Potensi 30-60% Klebsiella oxytoca
Gram positif Potensi >60% Streptococcus agalactiae, Kytococcus
sedentarius
Ciprofloxacin
Potensi 30-60% Klebsiella oxytoca dan Citrobacter
freundii
•Dalam periode 4 bulan terakhir terlihat sedikit perubahan pola kuman terkait jenis
bakteri yang muncul;

Klebsiella oxytica Potensi >60% Sefalosporin (75%) , Amikasin (100%)


(28,57%) Potensi 30-60% Cefazolin, meropenem, dan levofloxacin
Staphylococcus aureus Potensi >60% Vankomisin (100%), Amikasin (80%),
(35,71%) Gentamisin (100%), Tobramycin (80%),
Cotrimoxazole (100%), Levofloxacin
(80%)
Potensi 30-60% Tetrasiklin, Eritromisin, dan
Ciprofloksasin
•Rekomendasi antibiotik empiris harus mempertimbangkan faktor-faktor lain,
seperti usia fungsi organ terutama ginjal resiko gagal ginjal
•Hati-hati antibiotik golongan aminoglikosida yang memiliki efek samping
nefrotoksik, neurotoksik, superinfeksi pada penggunaan jangka panjang
gentamisin, dan blokade neuromuskuler, atau kelumpuhan pernapasan pada
amikacin.
• Selain hasil kultur, perlu diperhatikan respons pasien terhadap infeksi. Jika lesi
membaik tidak perlu penggantian antibiotik, meskipun hasil tes sensitivitas
antibiotik menemukan bakteri penginfeksi sudah yang kebal terhadap antibiotik
empiris
• Antibiotik empiris spektrum luas saat informasi mengenai bakteri yang
menginfeksi belumlah diketahui hasil uji kultur dan sensitivitas diketahui
penggantian antibiotik spektrum sempit
Dari hasil analisis kualitatif menggunakan metode Gyssens, diperoleh:
Penggunaan antibiotik yang tepat (kategori 0) 62%,
Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu (kategori I) 2%,
Dosis tidak sesuai (kategori IIA) 14%;
Antibiotik terlalu lama (kategori IIIA) 10%;
Ada antibodi lain yang lebih efektif (kategori IVA) 52%,
Aa antibiotik lain yang lebih aman (kategori IVB) 6%,
Ada antibiotik lain yang spektrumnya lebih sempit (kategori IVC) 8%, dan
Tidak ada penggunaan antibiotik pada kategori V dan VI.
KESIMPULAN

Dari analisis ini, data Gyssen dapat menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik
didominasi oleh ketidakakuratan dalam pemilihan antibiotik (terdapat antibiotic lain
yang lebih efektif), dan ketidaktepatan interval antibiotik
Terimakasih
Gyssens Flowchart

Anda mungkin juga menyukai