PENDAHULUAN
Uretritis merupakan kondisi inflamasi yang terjadi pada uretra yang dapat
disebabkan oleh proses infeksi atau non infeksi dengan manifestasi discharge,
disuria, atau gatal pada ujung uretra. Temuan fisik yang paling sering ditemukan
berupa discharge uretra, sedangkan temuan laboratorium menunjukkan adanya
peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear dengan pengecatan Gram pada
apusan uretra atau dari sedimen pancaran urin awal. Infeksi uretritis sering
diklasifikasikan menjadi Uretritis Gonococcal dan Uretritis Non-gonococcal
(disebut pula uretritis non spesifik) (Khairani, 2010).
Urethritis non gonococcal terjadi pada hampir 80% kasus urethritis,
sedangkan urethritis gonococcal terjadi pada 20% kasus urethritis. Etiologi dari
urethritis non gonococcus antara lain: Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urelitikum, Mycoplasma genitalium,
Trichomonas vaginalis,
virus herpes
dan
tenggorokan,
mengakibatkan
supurasi
akut
yang
dapat
menyebabkan invasi jaringan; hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis.
Pada pria biasanya terdapat uretritis, dengan nanah yang berwarna krem kuning
dan nyeri waktu kencing. Proses dapat menjalar ke epididimis. Pada infeksi yang
tidak diobati, sementara supurasi mereda, terjadi fibrosis, yang kadang-kadang
me-ngakibatkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat tanpa gejala. Pada
wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina,
mengakibatkan sekret mukopurulen. Infeksi kemudian dapat menjalar ke tuba
uterina dan menyebabkan salpingitis, fibrosis, dan obliterasi tuba. Infertilitas
terjadi pada 20% wanita yang menderita salpingitis gonococci. Servisitis kronis
atau proktitis akibat gonococci sering tanpa gejala (Jawetz, 1996).
Ada beberapa perbedaan antara manifestasi klinis urethritis gonorrhea
dan urethritis non gonorrhea. Masa inkubasi untuk urethritis gonorrhea adalah 28 hari, sedangkan urethritis non gonorrhea 7-14 hari. Onset untuk urethritis
gonorrhea adalah secara tiba-tiba, sedangkan urethritis non gonorhhea bertahap.
Dysuria yang terjadai urethritis non gonorrhea bersifat ringan, sedangkan pada
urethritis gonorrhea bersifat berat. Duh yang keluar pada urethritis non gonorrhea
bersifat purulen, sedangkan pada urethritis gonorrhea bersifat mukopurulen. Duh
yang keluar pada urehtritis non gonorrhea lebih sedikit dibandingkan dengan
urethritis gonorrhea. (Recant, 2007)
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi
dan faal genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang
kelenjar
(radang
kelenjar
Cowper).
Namun,penyulit
yang
paling
sering
adalah
yang timbul biasanya berupa tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra,
epididimitis, dan mungkin prostatitis (Julistia, 2011).
Diagnosis urethritis gonorrhea ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pewarnaan gram akan
ditemukan diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intraseluler
dan ekstraseluler, dan terdapat peningkatan leukosit polimorfonuklear (leukosit
>5/lpb pada spesimen duh urethra dan >10/lpb pada urin). Bahan pemeriksaan di
ambil dari duh tubuh, pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan
pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan rectum
(Julistia, 2011).
Pengobatan Gonorrhea berdasarkan buku atlas Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo untuk gonorrhea tanpa komplikasi antara lain : ciprofloxacin 500 mg
oral single dose, ofloxacine 400 mg, cefixime 400 mg oral single dose, dan
ceftriaxone 125 mg IM single dose. Bila dicurigai adanya infeksi campuran
dengan chlamydia dapat ditambahkan : Erythromycin 4 x 500 mg oral selama 7
hari, doxycycline 2 x 100 mg/hari per oral selama 7 hari. Untuk gonorrhea
dengan komplikasi meningitis dan endocarditis diberikan ceftriaxone 1-2 g IV
setiap 12 jam, untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari, dan untuk endocarditis
diteruskan paling sedikit 4 minggu. Jika terjadi artritis, tenosynovitis dan
dermatitis dapat diberikan antara lain : ciprofloxacin 500 mg IV setiap 12 jam,
ofloxacine 400 mg setiap 12 jam, cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam, dan ceftriaxone
1 g IM / IV tiap 24 jam (Murtiastutik, 2007).
Untuk mencegah penularan gonore, gunakan kondom dalam melakukan
hubungan seksual. Jika menderita gonore, hindari hubungan seksual sampai
pengobatan antibiotik selesai. Walaupun sudah pernah terkena gonore,
seseorang dapat terkena kembali, karena tidak akan terbentuk imunitas untuk
gonore. Sarankan juga pasangan seksual pasien untuk diperiksa untuk
mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: Tn. A
Umur
: 44 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Status
: Menikah
No. RM
: 075918
Tanggal Berobat
: 23 Mei 2016
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Kencing bercampur nanah.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan bercampur nanah dari lubang kencing. Keluhan
tersebu terjadi sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya kencing terasa panas dan
nyeri. 2 minggu yang lalu bengkak pada ujung penisnya. Saat ini pasien
mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, dan terdapat benjolan pada
selangkangan kiri. Kencing tidak berdarah, tidak ada rasa anyang-anyangen, dan
tidak nyeri saat buang air besar. Pasien telah meminum doxycyclin yang
diketahui dari internet, tetapi tidak teratur. Setelah minum obat, perih saat
kencing dan nanah berkurang tetapi tidak sembuh. Pasien berhubungan seksual
terakhir dengan istri sirinya 5 hari sebelum keluhan (pasien menikah siri 3 bulan
yang lalu). Istri sirinya mengeluh sering keputihan. Hubungan seksual dengan
istri sirinya dilakukan sebanyak 8 kali. Keluhan tersebut dirasakan baru pertama
kali.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Pengobatan
Doxycyclin (tahu dari internet), tidak teratur, perih saat BAK dan nanah
berkurang, tetapi tidak sembuh.
Terakhir melakukan hubungan 5 hari sebelum keluhan yang lalu saat istri
sirinya keputihan.
Riwayat Atopi
Pasien mengaku tidak ada riwayat asma, pilek-pilek saat terkena udara dingin
dan terkena debu ataupun biduran.
Riwayat keluarga:
Keluarga pasien tidak pernah ada yang menderita penyakit seperti ini.
2.3 Pemeriksaan fisik
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Hiegene
: Tampak terawat
Tanda Vital
Tax
Kepala/Leher
Thorax
: Cor/Pulmo
Abdomen
: Hepar/Lien
Ekstremitas
Distribusi
: Lokal
Ruam
keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (+), eritem (+)
Glans penis
OUE
Scrotum
Frenulum
Epididimis
Testis
Discharge
atau
menggunakan
kondom
berhubungan seksual
- Pemeriksaan terhadap pasangan (istri) penderita
2.8 Prognosis
Quo ad Vitam
: Bonam
Quo ad Sanam
: Bonam
Quo ad Fuctionam
: Bonam
Quo ad kosmeticam
: Bonam
bila
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien Tn. W 25 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSSA pada
tanggal 3 Agustus 2011 dengan keluhan utama kencing mengeluarkan nanah.
Keluhan terjadi sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya kencing terasa panas dan
nyeri. 2 minggu yang lalu bengkak pada ujung penisnya. Saat ini pasien
mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, dan terdapat benjolan pada
selangkangan kiri. Kencing tidak berdarah, tidak ada rasa anyang-anyangen, dan
tidak nyeri saat buang air besar. Pasien berhubungan seksual terakhir dengan
istri sirinya 5 hari sebelum keluhan (pasien menikah siri 3 bulan yang lalu). Istri
sirinya mengeluh sering keputihan. Hubungan seksual dengan istri sirinya
dilakukan sebanyak 8 kali. Keluhan tersebut dirasakan baru pertama kali.
Keluhan subjektif ini sesuai dengan gambaran klinis uretritis gonore (uretritis
GO), yaitu gejala pada penderita pria biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari
setelah terinfeksi. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal
uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, keluar duh
tubuh dari ujung uretra, dan dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening
inguinal unilateral dan bilateral (Julistia, 2011).
Gonore adalah suatu peyakit menular seksual yang bersifat akut,
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae suatu kuman gram negatif, berbentuk biji
kopi, letaknya intra atau ekstra seluler (Murtiastutik, 2007). N. gonorrhoeae
terbaik hidup pada udara yang mengandung 2-10% CO 2, dengan suhu 35C dan
pH optimum 7,2-7,6. N. gonorrhoeae dapat beradaptasi dengan keadaan
mukosa yang basah, membelah diri dengan cepat, menghasilkan keradangan
yang eksudatif dan juga dapat masuk ke aliran darah (Barakah, 2005).
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonore.
Penyakit ini dapat mengenai laki-laki maupun wanita. Gejala yang didapatkan
pada laki-laki: keluhan sakit waktu kencing, orifisium uretra yang oedema dan
eritematus, sekret uretra yang purulen. Uretritis akut pada pria ini dapat
menimbulkan komplikasi berupa cowperitis (sakit pada perineum), disuri,
prostatitis (akut: nyeri yang sangat pada perineum dan suprasimfiser, sakit
sewaktu defekasi, kronis: gejala seperti pada akut namun lebih ringan),
epididimitis (febris, sakit sehingga sukar berjalan, odema pada epididimitis,
kenyal dan rata kulit skrotum menunjukkan tanda radang akut, funikulitis odema
dan rata), orkho-epididimitis (oedema dan batas tidak jelas), tysonitis & littritis
(terjadi abses para uretra), seminal vesikulitis, sistitis (polakisuri, yang prominen
terminal hematuri). Gonore pada wanita: sebagian besar wanita yang menderita
gonore asimtomatik. Gonore pada wanita sering mengenai serviks sehingga
terjadi servisitis dengan gejala keputihan. Bila terjadi uretritis memberikan disuri
yang ringan. Mungkin juga disertai keradangan kandung seni dengan gejala
polakisuri, nyeri perut bagian bawah dan terminal hematuri (Barakah, 2005).
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat
hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa
infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis (Julistia, 2011).
Dari pemeriksaan fisik
putih kekuningan, purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE),
edema (+), eritem (+). Pemeriksaan fisik ini menunjang ke arah diagnosis
urethritis gonorrhea. Status veneriologis: ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening di inguinal sinistra; tidak ditemukan kelainan pada corpus penis,
preputium, glans penis, OUE, skrotum; tidak ada nyeri tekan pada epididimis dan
testis; serta didapatkan discharge purulen berwarna putih kekuningan.
Untuk
menegakkan
pemeriksaan
penunjang
diagnosis
berupa
dari
Urethritis
pengecatan
Gonorrhoe
gram.
Bahan
dilakukan
pemeriksaan
didapatkan dari apusan duh penderita. Pada pengecatan gram ini didapatkan
kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan
ekstraseluler, dan didapatkan leukosit >5 per lapang pandang besar. Pasien
kemudian
didiagnosis
sebagai
uretritis
GO
dengan
dasar
anamnesis,
hubungan
seksual
dulu
selama
masa
pengobatan,
atau
BAB IV
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus dengan diagnosis Urethritis Gonorrhea pada
pasien Tn. W 25 tahun. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis
pasien
mengeluh
DAFTAR PUSTAKA
Barakah, Jusuf, dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Edisi III. SMF Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Surabaya : Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Hal : 133-137.
Jawetz, M. & A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 281-285 EGC, Jakarta
Julistia,
Renita.
2011.
Uretritis
Gonore
Akut.
http://www.scribd.com/doc/
Erika.
2010.
Uretritis
Non
Spesifik.
http://www.scribd.com/doc/
LAPORAN KASUS
URETHRITIS GONORRHEA
Oleh :
Farida Widyastuti
(0710710005)
Wisniardhy S.P.
(0710710069)
Vera Wahyuningtyas
(0710710092)
Pembimbing :