Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Uretritis merupakan kondisi inflamasi yang terjadi pada uretra yang dapat
disebabkan oleh proses infeksi atau non infeksi dengan manifestasi discharge,
disuria, atau gatal pada ujung uretra. Temuan fisik yang paling sering ditemukan
berupa discharge uretra, sedangkan temuan laboratorium menunjukkan adanya
peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear dengan pengecatan Gram pada
apusan uretra atau dari sedimen pancaran urin awal. Infeksi uretritis sering
diklasifikasikan menjadi Uretritis Gonococcal dan Uretritis Non-gonococcal
(disebut pula uretritis non spesifik) (Khairani, 2010).
Urethritis non gonococcal terjadi pada hampir 80% kasus urethritis,
sedangkan urethritis gonococcal terjadi pada 20% kasus urethritis. Etiologi dari
urethritis non gonococcus antara lain: Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urelitikum, Mycoplasma genitalium,

Trichomonas vaginalis,

virus herpes

simpleks, Candida albicans, dan bakteri lain (seperti E. Colli, spesies


haemophilus, kuman gram positif (Recant, 2007).
Urethritis gonococcal adalah infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrheae. Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif,
diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 m. Masing-masing cocci
berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan
berdekatan. Kultur selama 48 jam pada media yang diperkaya (misalnya MuellerHinton, modified Thayer-Martin), koloni gonococci berbentuk cembung, berkilau,
meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau
pekat, tidak berpigmen dan tidak bersifat hemolitik (Jawetz, 1996).

Gambar 1. Gambaran Diplococcus Gram Negatif

Gonococcus menyerang selaput lendir saluran genitourinari, mata,


rektum,

dan

tenggorokan,

mengakibatkan

supurasi

akut

yang

dapat

menyebabkan invasi jaringan; hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis.
Pada pria biasanya terdapat uretritis, dengan nanah yang berwarna krem kuning
dan nyeri waktu kencing. Proses dapat menjalar ke epididimis. Pada infeksi yang
tidak diobati, sementara supurasi mereda, terjadi fibrosis, yang kadang-kadang
me-ngakibatkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat tanpa gejala. Pada
wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina,
mengakibatkan sekret mukopurulen. Infeksi kemudian dapat menjalar ke tuba
uterina dan menyebabkan salpingitis, fibrosis, dan obliterasi tuba. Infertilitas
terjadi pada 20% wanita yang menderita salpingitis gonococci. Servisitis kronis
atau proktitis akibat gonococci sering tanpa gejala (Jawetz, 1996).
Ada beberapa perbedaan antara manifestasi klinis urethritis gonorrhea
dan urethritis non gonorrhea. Masa inkubasi untuk urethritis gonorrhea adalah 28 hari, sedangkan urethritis non gonorrhea 7-14 hari. Onset untuk urethritis
gonorrhea adalah secara tiba-tiba, sedangkan urethritis non gonorhhea bertahap.
Dysuria yang terjadai urethritis non gonorrhea bersifat ringan, sedangkan pada
urethritis gonorrhea bersifat berat. Duh yang keluar pada urethritis non gonorrhea
bersifat purulen, sedangkan pada urethritis gonorrhea bersifat mukopurulen. Duh
yang keluar pada urehtritis non gonorrhea lebih sedikit dibandingkan dengan
urethritis gonorrhea. (Recant, 2007)
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi
dan faal genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang
kelenjar

Tyson), parauretritis, littritis (radang kelnjar Littre), dan cowperitis

(radang

kelenjar

Cowper).

Namun,penyulit

yang

paling

sering

adalah

epididimoorkitis. Selain itu, infeksi dapat pula menjalar keatas (asendens),


sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat
menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior, dapat mengenai
trigonum kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi gejala poliuria,
disuria terminal, dan hematuria. Komplikasi diseminata pada pria dan wanita
dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan
dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genitogenital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis,
proktitis, dan konjungtivitis. Sedangkan untuk uretritis non gonore, komplikasi

yang timbul biasanya berupa tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra,
epididimitis, dan mungkin prostatitis (Julistia, 2011).
Diagnosis urethritis gonorrhea ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pewarnaan gram akan
ditemukan diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intraseluler
dan ekstraseluler, dan terdapat peningkatan leukosit polimorfonuklear (leukosit
>5/lpb pada spesimen duh urethra dan >10/lpb pada urin). Bahan pemeriksaan di
ambil dari duh tubuh, pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan
pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan rectum
(Julistia, 2011).
Pengobatan Gonorrhea berdasarkan buku atlas Kulit dan Kelamin RSUD
Dr. Soetomo untuk gonorrhea tanpa komplikasi antara lain : ciprofloxacin 500 mg
oral single dose, ofloxacine 400 mg, cefixime 400 mg oral single dose, dan
ceftriaxone 125 mg IM single dose. Bila dicurigai adanya infeksi campuran
dengan chlamydia dapat ditambahkan : Erythromycin 4 x 500 mg oral selama 7
hari, doxycycline 2 x 100 mg/hari per oral selama 7 hari. Untuk gonorrhea
dengan komplikasi meningitis dan endocarditis diberikan ceftriaxone 1-2 g IV
setiap 12 jam, untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari, dan untuk endocarditis
diteruskan paling sedikit 4 minggu. Jika terjadi artritis, tenosynovitis dan
dermatitis dapat diberikan antara lain : ciprofloxacin 500 mg IV setiap 12 jam,
ofloxacine 400 mg setiap 12 jam, cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam, dan ceftriaxone
1 g IM / IV tiap 24 jam (Murtiastutik, 2007).
Untuk mencegah penularan gonore, gunakan kondom dalam melakukan
hubungan seksual. Jika menderita gonore, hindari hubungan seksual sampai
pengobatan antibiotik selesai. Walaupun sudah pernah terkena gonore,
seseorang dapat terkena kembali, karena tidak akan terbentuk imunitas untuk
gonore. Sarankan juga pasangan seksual pasien untuk diperiksa untuk
mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan.

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama

: Tn. A

Umur

: 44 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Dusun Padang RT003/RW 001 Salaas, Mempawah Hulu,


Kabupaten Landak

Status

: Menikah

No. RM

: 075918

Tanggal Berobat

: 23 Mei 2016

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Kencing bercampur nanah.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan bercampur nanah dari lubang kencing. Keluhan
tersebu terjadi sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya kencing terasa panas dan
nyeri. 2 minggu yang lalu bengkak pada ujung penisnya. Saat ini pasien
mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, dan terdapat benjolan pada
selangkangan kiri. Kencing tidak berdarah, tidak ada rasa anyang-anyangen, dan
tidak nyeri saat buang air besar. Pasien telah meminum doxycyclin yang
diketahui dari internet, tetapi tidak teratur. Setelah minum obat, perih saat
kencing dan nanah berkurang tetapi tidak sembuh. Pasien berhubungan seksual
terakhir dengan istri sirinya 5 hari sebelum keluhan (pasien menikah siri 3 bulan
yang lalu). Istri sirinya mengeluh sering keputihan. Hubungan seksual dengan
istri sirinya dilakukan sebanyak 8 kali. Keluhan tersebut dirasakan baru pertama
kali.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Pengobatan
Doxycyclin (tahu dari internet), tidak teratur, perih saat BAK dan nanah
berkurang, tetapi tidak sembuh.

Riwayat Perilaku Seksual


-

Pasien melakukan hubungan seksual dengan istri sirinya sebanyak 8x.

Terakhir melakukan hubungan 5 hari sebelum keluhan yang lalu saat istri
sirinya keputihan.

Riwayat hubungan dengan selain istri siri disangkal.

Riwayat Atopi
Pasien mengaku tidak ada riwayat asma, pilek-pilek saat terkena udara dingin
dan terkena debu ataupun biduran.
Riwayat keluarga:
Keluarga pasien tidak pernah ada yang menderita penyakit seperti ini.
2.3 Pemeriksaan fisik
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Hiegene

: Tampak terawat

Tanda Vital

: Tensi : Tidak dilakukan pemeriksaan


Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan
RR

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Tax

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Kepala/Leher

: Pembesaran KGB (-)

Thorax

: Cor/Pulmo

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen

: Hepar/Lien

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

: Edema -/-, Pembesaran KGB + di inguinal sinistra


Kelainan kulit Pada status dermatologis

2.3.2 Status Dermatologis

Gambar 2. Lokasi Ruam


Lokasi

: Orificium uretra eksternum (OUE)

Distribusi

: Lokal

Ruam

: Tampak duh tubuh berwarna putih kekuningan, purulen, yang

keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (+), eritem (+)

Gambar 3. Tampak Duh keluar dari OUE


2.3.3 Status Veneriologis
Lnn

: Ditemukan pembesaran di inguinal sinistra

Corpus penis : tidak ditemukan kelainan


Preputium

: (-) pasien telah disirkumsisi

Glans penis

: tidak ditemukan kelainan

OUE

: edema (+), eritem (+)

Scrotum

: tidak ditemukan kelainan

Frenulum

: tidak ditemukan kelainan, tidak ada nyeri tekan

Epididimis

: tidak ada nyeri tekan

Testis

: tidak ada nyeri tekan

Discharge

: purulen, berwarna putih kekuningan

2.4 Diagnosis Banding


1. Urethritis Gonorrhoe
2. Urethritis Non Gonorrhoe
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pengecatan gram discharge :
-

Leukosit >5 per lapang pandang besar

Ditemukan bakteri diplococcus gram negatif intraseluler dan ekstraseluler

Gambar 4. Kuman Diplococcus Gram Negatif Intraseluler dan ekstraseluler


2.6 Diagnosis
Urethritis Gonorrhoe
2.7 Penatalaksaan
Terapi yang diberikan pada pasien yaitu:
1. Kausatif

: - Cefixime 1x400 mg selama 5 hari

- Doxycyclin 2x100 mg selama 7 hari


2. KIE

: - Obat diminum sesuai dosis


- tidak melakukan hubungan seksual dulu selama masa
pengobatan,

atau

menggunakan

kondom

berhubungan seksual
- Pemeriksaan terhadap pasangan (istri) penderita

2.8 Prognosis
Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad Sanam

: Bonam

Quo ad Fuctionam

: Bonam

Quo ad kosmeticam

: Bonam

bila

BAB III
PEMBAHASAN
Pasien Tn. W 25 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSSA pada
tanggal 3 Agustus 2011 dengan keluhan utama kencing mengeluarkan nanah.
Keluhan terjadi sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya kencing terasa panas dan
nyeri. 2 minggu yang lalu bengkak pada ujung penisnya. Saat ini pasien
mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, dan terdapat benjolan pada
selangkangan kiri. Kencing tidak berdarah, tidak ada rasa anyang-anyangen, dan
tidak nyeri saat buang air besar. Pasien berhubungan seksual terakhir dengan
istri sirinya 5 hari sebelum keluhan (pasien menikah siri 3 bulan yang lalu). Istri
sirinya mengeluh sering keputihan. Hubungan seksual dengan istri sirinya
dilakukan sebanyak 8 kali. Keluhan tersebut dirasakan baru pertama kali.
Keluhan subjektif ini sesuai dengan gambaran klinis uretritis gonore (uretritis
GO), yaitu gejala pada penderita pria biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari
setelah terinfeksi. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal
uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, keluar duh
tubuh dari ujung uretra, dan dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening
inguinal unilateral dan bilateral (Julistia, 2011).
Gonore adalah suatu peyakit menular seksual yang bersifat akut,
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae suatu kuman gram negatif, berbentuk biji
kopi, letaknya intra atau ekstra seluler (Murtiastutik, 2007). N. gonorrhoeae
terbaik hidup pada udara yang mengandung 2-10% CO 2, dengan suhu 35C dan
pH optimum 7,2-7,6. N. gonorrhoeae dapat beradaptasi dengan keadaan
mukosa yang basah, membelah diri dengan cepat, menghasilkan keradangan
yang eksudatif dan juga dapat masuk ke aliran darah (Barakah, 2005).
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonore.
Penyakit ini dapat mengenai laki-laki maupun wanita. Gejala yang didapatkan
pada laki-laki: keluhan sakit waktu kencing, orifisium uretra yang oedema dan
eritematus, sekret uretra yang purulen. Uretritis akut pada pria ini dapat
menimbulkan komplikasi berupa cowperitis (sakit pada perineum), disuri,
prostatitis (akut: nyeri yang sangat pada perineum dan suprasimfiser, sakit
sewaktu defekasi, kronis: gejala seperti pada akut namun lebih ringan),
epididimitis (febris, sakit sehingga sukar berjalan, odema pada epididimitis,
kenyal dan rata kulit skrotum menunjukkan tanda radang akut, funikulitis odema

dan rata), orkho-epididimitis (oedema dan batas tidak jelas), tysonitis & littritis
(terjadi abses para uretra), seminal vesikulitis, sistitis (polakisuri, yang prominen
terminal hematuri). Gonore pada wanita: sebagian besar wanita yang menderita
gonore asimtomatik. Gonore pada wanita sering mengenai serviks sehingga
terjadi servisitis dengan gejala keputihan. Bila terjadi uretritis memberikan disuri
yang ringan. Mungkin juga disertai keradangan kandung seni dengan gejala
polakisuri, nyeri perut bagian bawah dan terminal hematuri (Barakah, 2005).
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat
hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa
infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis (Julistia, 2011).
Dari pemeriksaan fisik

pada kasus ini didapatkan duh tubuh berwarna

putih kekuningan, purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE),
edema (+), eritem (+). Pemeriksaan fisik ini menunjang ke arah diagnosis
urethritis gonorrhea. Status veneriologis: ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening di inguinal sinistra; tidak ditemukan kelainan pada corpus penis,
preputium, glans penis, OUE, skrotum; tidak ada nyeri tekan pada epididimis dan
testis; serta didapatkan discharge purulen berwarna putih kekuningan.
Untuk

menegakkan

pemeriksaan

penunjang

diagnosis
berupa

dari

Urethritis

pengecatan

Gonorrhoe

gram.

Bahan

dilakukan

pemeriksaan

didapatkan dari apusan duh penderita. Pada pengecatan gram ini didapatkan
kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan
ekstraseluler, dan didapatkan leukosit >5 per lapang pandang besar. Pasien
kemudian

didiagnosis

sebagai

uretritis

GO

dengan

dasar

anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.


Diagnosis banding dari Urethritis Gonorrhoe adalah Urethritis Non
Gonorrhoe yang dapat disingkirkan dengan penemuan kuman diplokokus gram
negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan ekstraseluler, dan melalui
riwayat perjalanan penyakit penderita. Diagnosis banding dari infeksi gonokokus
genitourinari pada perempuan antara lain: infeksi Trichomonas vaginalis
(biasanya memberi gambaran salin positif untuk protozoa), infeksi Candida
albicans (gambarannya gatal dengan eksudat kental atau curdy, dan diagnosis
ditentukan dari kultur/smear organism), Garnerella vaginalis/ bacterial vaginosis
(ditandai dengan sindrom well define, sekret malodorous, keabu-abuan dan
acidic, pada pemeriksaan smear ditemukan clue cell, yields a fishy, amine odor

pada alkalinisasi dengan potassium hidroksida). Semua pasien dengan duh


tubuh vagina harus dikultur untuk gonokokus. Walaupun inflamasi vaginitis jarang
terjadi bersamaan dengan gonorrhoe tetapi infeksi campuran sering terjadi. Pada
laki-laki, uretritis dapat disebabkan oleh organisme multipel. T. vaginalis dan C.
Albicans dapat menginfeksi laki-laki dan dapat asimtomatik. Gonorrhoe dapat
menyebabkan urethritis pada populasi umum yang sering dikenal sebagai
nongonococcal atau nonspecific atau postgonococcal urethritis. Urethritis dengan
identifikasi patogen (kecuali gonokokus) disebut nongonococcal urethritis (NGU)
(Julistia, 2011).
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi kausatif : Cefixime
1x400 mg selama 5 hari dan Doxycyclin 2x100 mg selama 7 hari. Pemberian
obat ini kurang sesuai dengan referensi karena diagnosis yang ditegakkan
adalah uretritis gonore sehingga seharusnya diterapkan pengobatan untuk
urethritis gonore yaitu pemberian cefixime saja, tanpa doxycyclin. Jika setelah 5
hari gejala kembali muncul, maka kemungkinan terjadi komplikasi NGU, baru
ditambahkan terapi doxycyclin sesuai dosis untuk NGU.
KIE yang diberikan pada pasien ini yaitu obat diminum sesuai dosis, tidak
melakukan

hubungan

seksual

dulu

selama

masa

pengobatan,

atau

menggunakan kondom bila berhubungan seksual, serta dilakukan pemeriksaan


terhadap pasangan (istri) penderita.
Prognosis dari penyakit ini adalah baik dikarenakan tidak adanya
komplikasi yang menyebabkan kecacatan ataupun yang mengancam jiwa, akan
tetapi dapat rekurensi kembali apabila pasien tidak menerapkan KIE yang
diberikan.

BAB IV
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus dengan diagnosis Urethritis Gonorrhea pada
pasien Tn. W 25 tahun. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.

Diagnosis

ditegakkan

berdasarkan

anamnesis

pasien

mengeluh

mengeluarkan nanah dari kemaluannya. Keluhan terjadi sejak 3 minggu yang


lalu. Awalnya kencing terasa panas dan nyeri. 2 minggu yang lalu bengkak pada
ujung penisnya. Saat ini pasien mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, dan
terdapat benjolan pada selangkangan kiri. Kencing tidak berdarah, tidak ada rasa
anyang-anyangen, dan tidak nyeri saat buang air besar. Pasien telah meminum
doxycyclin yang diketahui dari internet, tetapi tidak teratur. Setelah minum obat,
perih saat kencing dan nanah berkurang tetapi tidak sembuh. Pasien
berhubungan seksual terakhir dengan istri sirinya 5 hari sebelum keluhan (pasien
menikah siri 3 bulan yang lalu). Istri sirinya mengeluh sering keputihan.
Hubungan seksual dengan istri sirinya dilakukan sebanyak 8 kali. Keluhan
tersebut dirasakan baru pertama kali.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan duh purulen berwarna putih kekuningan
yang keluar dari OUE. Dari pemeriksaan penunjang berupa pewarnaan gram,
ditemukan leukosit >5 per lapang pandang besar dan terdapat diplococcus gram
negatif intraseluler dan ekstraseluler.
Pengobatan yang diberikan adalah memberikan terapi oral cefixime
1x400 mg selama 5 hari dan Doxycyclin 2x100 mg selama 7 hari. Pasien
diedukasi agar meminum obat sesuai dosis, tidak melakukan hubungan seksual
dulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila berhubungan
seksual. Pasangan pasien hendaknya diperiksa juga untuk menghindari reinfeksi
dan komplikasi. Prognosis pasien ini secara vitam, sanam, fungsionam dan
secara kosmetikam dubia et bonam adalah ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA
Barakah, Jusuf, dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Edisi III. SMF Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Surabaya : Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Hal : 133-137.
Jawetz, M. & A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 281-285 EGC, Jakarta
Julistia,

Renita.

2011.

Uretritis

Gonore

Akut.

http://www.scribd.com/doc/

44487945/Uretritis-Gonore-Akut. Diakses tanggal 12 Agustus 2011. Jam


20.00.
Khairani,

Erika.

2010.

Uretritis

Non

Spesifik.

http://www.scribd.com/doc/

47739961/uretritis-non-GO. Diakses tanggal 14 Agustus 2011. Jam 14.00.


Murtiastutik, Dwi, dkk. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2. SMF Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Surabaya : Airlangga University Press.
Hal : 226-228.
Recant, R. 2007. Urethritis. http://depts.washington.edu/nnptc/core_training
/clinical/PDF/Urethritis2007.pdf. Diakses tanggal 14 Agustus 2011. Jam
15.00.

LAPORAN KASUS

URETHRITIS GONORRHEA

Oleh :
Farida Widyastuti

(0710710005)

Wisniardhy S.P.

(0710710069)

Vera Wahyuningtyas

(0710710092)
Pembimbing :

dr. Arif Widiatmoko, Sp.KK

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD DR. SAIFUL ANWAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2011

Anda mungkin juga menyukai