dijaga keasliannya dan diabadikan dengan membuat foto-foto dan atau sktesa sebelum
para petugas menyentuhnya. 9
Sebelum datang di TKP ada beberapa hal yang harus dicatat sehubungan dengan
alasan atau persyaratan yuridis, demi kepentingan kasus itu sendiri, yaitu: 9
a. Siapa yang meminta/ memerintahkan datang ke TKP, otoritas, bagaimana
permintaan/ perintah itu sampai keterangan dokter, di mana TKP dan kapan saat
permintaan/ perintah tersebut dikeluarkan. Dokter dapat meminta informasi secara
global mengenai kasus yang akan diperiksa dengan demikian ia dapat
mempersiapkan perlengkapannya dengan baik.
b. Perlu diingat motto : to touch as little as possible and to displace nothing. Ia
tidak boleh menambah atau mengurangi benda bukti: tidak boleh sembarangan
membuang puntung rokok, perlengkapan jangan tertinggal, jangan membuang air
kecil di kamar mandi oleh karena ada kemungkinan benda-benda bukti yang ada di
tempat tersebut akan hanyut dan hilang.
c. Di TKP dokter/ penyidik membuat foto dan sketsa yang mana harus disimpan
dengan baik, oleh karena kemungkinan ia akan diajukan sebagai saksi selalu ada;
foto dan sketsa tersebut berguna untuk memudahkan mengingatkan kembali
keadaan yang sebenarnya.
d. Orang yang membuat foto atau sketsa harus memenuhi standar sehingga kedua
belah pihak yaitu anara dokter dan penyidik tidak memberikn penafsiran yang
berbeda atas objek yang sama.
e. Gambaran umum dalam hal menilai situasi di TKP yaitu:
Keadaan tempat atau ruang yang tenang dan teratur rapi, maka dapat
difikirka bahwa kemungkinan kasus yang ditemukan merupakan kasus
1. Menentukan korban masih hidup atau telah tewas, bila korban masih hidup,
maka upaya utama dokter bertujuan untuk menyelamatkan jiwa korban.
2. Bila korban ditemukan dalam keadaan tewas, maka perlu ditentukan perkiraan
saat kematian korban berdasarkan penurunan suhu mayat, lebam mayat, kaku
mayat dan perubahan post mortal lainnya. Perkiraan saat kematian korban
berhubungan dengan alibi dari tersangka.
3. Menentukan identitas atau jati diri korban baik secara visual, pakaian,
perhiasan, dokumen medis dan dari gigi. Sedangkan pemeriksaan lainnya
dapat dilakukan pemeriksaan serologi, sidik jari dan eksklusi yang dapat
dilakukan di laboratorium. Jati diri korban dibutuhkan untuk memulai
penyelidikan oleh karena biasanya terdapat korelasi antara korban dan pelaku,
pelaku umumnya telah mengenal korban.
4. Menentukan jenis luka, jenis kekerasan serta perkiraan sebab kematiannya,
jenis luka dan jenis kekerasan dapat memberikan informasi mengenai alat atau
senjata yang digunakan serta perkiraan proses terjadinya kejahatan tersebut,
sehingga berguna dalam proses introgasi dan rekonstruksi. Setelah mengetahui
jenis senjata yang digunakan, maka penyidik dapat melakukan pencarian
secara lebih terarah.
5. Membuat sketsa keadaan di tempat kejadian perkara (TKP) secara
sederhanadan dapat memberikan gambaran posisi korban dikaitkan dengan
situasi yang terdapat di tempat kejadian perkara(TKP)
6. Mencari dan mengumpulkan benda-benda bukti yang ada dan berkaitan
dengan korban baik sampel biologis guna pemeriksaan di laboratorium.
7. Bila terdapat genangan atau bercak darah, maka dilakukan pemeriksaan dan
buat penafsiran sebagai berikut:
Perkiraan jarak antara sumber perdarahan dengan lantai, demikian pula
berceceran dimana-mana,
Perkiraan posisi korban sewaktu mendapat luka, dalam posisi berdiri,
tidur atau miring yang di nilai berdasarkan sifat distribusi serta
8. Bila menghadapi kasus yang berkaitan dengan kejahatan seksual yang diikuti
dengan penganiayaan atau pembunuhan, pemeriksaan ditujukan untuk mencari
bercak mani yang tertinggal di TKP.
Secara visual bercak air mani pada pakaian berwarna abu-abu atau
kekuningan, bila pakaian atau kain tersebut berwarna gelap, maka
Setelah dokter dan penyidik melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara, maka di
lanjutkan dengan pemeriksaan korban di kamar mayat, kedua belah pihak tetap bekerja
sama agar pengungkapan kasus yang dihadapi dapat dengan cepat diselesaikan.
Pada saat akan dilakukan pembedahan mayat, maka penyidik harus memberikn informasi
kepada dokter mengenai:
1) Gambaran keadaan lingkungan sekitar apa yang ditemukan pada
korban
2) Deskripsi sekitar kematian korban
3) Deskripsi keadaan tempat kejadian perkara
4) Keterangan para saksi meliputi
Gambar atau foto
Diagram
Keterangan secara lisan
Penyidik harus memberi tahu kepada dokter perihal benda-benda bukti yang ditemukan di
tempat kejadian perkara, misalnya:
1)
2)
3)
4)
5)
Pada saat melakukan bedah mayat tubuh korban harus diperiksa dengan sebaik-baiknya
sesuai prosedur yang berlaku dan disesuaikan dengan kasus yang dihadapi. Riwayat
penyakit yang pernah diderita korban perlu didiskusikan untuk mendapatkan adanya
hubungan antara penyakit tersebut dengan kematian. Setelah itu, antara dokter dan
penyidik melakukan sebuah diskusi untuk menyamakan pendapat mengenai:
darah
jaringan-jaringan tubuh
kuku-kuku (digunting)
rambut yang harus dicabut sampai ke akarnya
pakaian
sediaan apus pada kasus kejahatan seksual
jaringan sekitar luka tembak, untuk menentukan apakah terdapat butiran mesiu yang
Vesikasi: proses ini termasuk pembentukan gelembung pada kulit atau vesikel
yang kemungkinan terjadi dari proses pembakaran
Pembusukan bagian tubuh yang tidak merata: hal ini dapat terjadi jika salah satu
bagian tubuh terpajan dengan suhu atau kondisi lingkungan (misalnya sinar
matahari dari jendela) yang berbeda dengan bagian tubuh lainnya
Distensi rectal atau vagina yang abnormal: perubahan tersebut dapat terjadi pada
adanya trauma tajam dan juga nerupakan perubahan post-mortem yang normal.
Fraktur panas: korban yang terbakar atau terpajan dengan suhu yang tinggi
dapat menunjukkan fraktur tulang yang sebelumnya tidak ada pada antemortem.
Perdarahan thermal: proses koagulasi dan akumulasi darah dapat terjadi karena
panas yang memiliki kemiripan dengan perdarahan ante-mortem
11
3. Spiral method
Dalam pencarian barang bukti menggunakan metode spiral pertama-tama pada
tindakan krimina ditandai dengan lingkaran dengan titik fokus yang berada di
tengah. Pencarian dimulai dari titik fokus pada tindakan kriminal dan ditarik garis
spiral sampai ke pinggir.
4. Zone method
Metode Zonal merupakan metode yang pertama-tama memasuki tempat kejadian
perkara (TKP) ditandai dengan kotak yang sangat lebar, kemudian dibagi menjadi
zona kecil untuk memudahkan tim dalam mencari. Setiap zona diuji secara intensif
oleh setiap individu. Jika tempat kejadian perkara berada di rumah, maka setiap
kamar dan tempat dianggap sebagai zona seperti funitur, sofa, karpet, dan lain-lain.
Setia objek diperiksa secara intensif untuk melacak jejak material. Kadang-kadang
semua enjadi jelas apabila bukti yang ditemukan adalah vacum cleaner untuk
melihat debu, rambut dan berbagai macam jejak yang berasal dari karpet, sofa,
almirah, dan lain-lain. Metoe inisangat ekstrem dan biasanya digunaan pada
penyelidikan tindakan kejahatan tindak kejahatan yang terjadi di rumah.
5. Wheel method
Metode roda atau wheel method hampir sama seperti metode spiral pada beberapa
aspek, dimana tindak kejahatan ditandai dengan lingkaran dan dilakukan sampai 4
atau 6 segmen. Perbedaan pada metode ini yakni pencarian dimulai dari tengah ke
daerah tepi sepanjang jari-jari radial tersebut. Pencarian dilakukan dari arah tepi ke
arah tengah. Metode ini dapat digunakan untuk di dalam, di luar atau keduanya pada
tindak kejahatan
Cara atau metode-metode tersebut tentu sudah diketahui oleh penyidik dan perlu
pula diketahui oleh dokter yang melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara agar
tidak mengubah/merusak keaslian keadaan tempat kejadian perkara.11
Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam mencari barang bukti di
tempat kejadian perkara, dapat dipastikan proses penyidikan akan berjalan dengan lancar
dan memberikan hasil memuaskan dan dengan demikian berarti pula kesulitan-kesulitan
persidangan dapat diatasi, khususnya dalam hal pembuktian telah terjadinya suatu
kejahatan dan kaitannya dengan terdakwa pelaku kejahatan.11