Anda di halaman 1dari 11

2.

4 Cara penyidik mendapatkan barang bukti


Barang bukti merupakan benda yang untuk sementara oleh pejabat yang berwenang
diambil alih dan atau disimpan dibawah penguasaannya, karena diduga tersangkut dalam
suatu tindak pidana. Tujuan penguasaan sementara atas benda tersebut adalah untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan dan pembuktian di sidang pengadilan. 1
Barang bukti dapat diperoleh penyidik melalui : 1
1. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
2. Penggeledahan
3. Diserahkan langsung oleh saksi pelapor atau tersangka
4. Diambil dari pihak ketiga
5. Barang temuan
2.5 Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara
Tempat kejadian perkara(TKP) merupakan tempat atau kesatuan fisik dimana bukti
nyata dan potensial yang berhubungan dengan kejahatan ditemukan. Investigasi TKP
merupakan dasar dalam semua bentuk kejahatan terutama kasus pembunuhan. Investigasi
TKP dapat dilakukan oleh penyidik yang memiliki pengetahuan khusus, keterampilan dan
kemampuan. Tugas tersebut dimulai dari mengamankan TKP, melakukan pencarian yang
tepat, mendokumentasikan TKP, serta mengenali, mengumpulkan dan mengemas bukti
fisik. Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa suatu tindak pidana yang
mengakibatkan kematian korban telah terjadi, maka pihak penyidik dapat meminta/
memerintahkan dokter untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP)
tersebut sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku yaitu KUHAP pasal 120 dan
133 KUHAP dan sesuai pula dengan Undang-Undang Pokok Kepolisian tahun 1961 no.
13 pasal 13 atau sesuai dengan ketentuan pasal 3 Keputusan Men Han Kam/ Pangab No.
Kep/B/17/V1/1974.9 Bila dokter menolak maka ia dapat dikenakan hukuman berdasarkan
pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (K.U.H.P.) pasal 224. 9
Selama melakukan pemeriksaan seorang dokter harus menghindari tindakan-tindakan
yang dapat mengubah, menganggu atau merusak keadaan di TKP tersebut walaupun
sebagai kelanjutan dari pemeriksaan itu harus mengumpulkan segala benda bukti (trace
evidence) yang ada kaitannya dengan manusia, seperti mengumpukan bercak air mani
atau darah yang terdapat pada pakaian atau benda-benda di sekitar korban, yang pada
dasarnya tindakan pengumpulan benda bukti tadi akan merusak keadaan di TKP itu
sendiri.

Dengan demikian sebelum pemeriksaan dilakukan, TKP harus diamankan,

dijaga keasliannya dan diabadikan dengan membuat foto-foto dan atau sktesa sebelum
para petugas menyentuhnya. 9

Sebelum datang di TKP ada beberapa hal yang harus dicatat sehubungan dengan
alasan atau persyaratan yuridis, demi kepentingan kasus itu sendiri, yaitu: 9
a. Siapa yang meminta/ memerintahkan datang ke TKP, otoritas, bagaimana
permintaan/ perintah itu sampai keterangan dokter, di mana TKP dan kapan saat
permintaan/ perintah tersebut dikeluarkan. Dokter dapat meminta informasi secara
global mengenai kasus yang akan diperiksa dengan demikian ia dapat
mempersiapkan perlengkapannya dengan baik.
b. Perlu diingat motto : to touch as little as possible and to displace nothing. Ia
tidak boleh menambah atau mengurangi benda bukti: tidak boleh sembarangan
membuang puntung rokok, perlengkapan jangan tertinggal, jangan membuang air
kecil di kamar mandi oleh karena ada kemungkinan benda-benda bukti yang ada di
tempat tersebut akan hanyut dan hilang.
c. Di TKP dokter/ penyidik membuat foto dan sketsa yang mana harus disimpan
dengan baik, oleh karena kemungkinan ia akan diajukan sebagai saksi selalu ada;
foto dan sketsa tersebut berguna untuk memudahkan mengingatkan kembali
keadaan yang sebenarnya.
d. Orang yang membuat foto atau sketsa harus memenuhi standar sehingga kedua
belah pihak yaitu anara dokter dan penyidik tidak memberikn penafsiran yang
berbeda atas objek yang sama.
e. Gambaran umum dalam hal menilai situasi di TKP yaitu:
Keadaan tempat atau ruang yang tenang dan teratur rapi, maka dapat
difikirka bahwa kemungkinan kasus yang ditemukan merupakan kasus

bunuh diri atau kematian mendadak akibat penyakit non traumatik.


Keadaan tempat yang tidak beraturan, kacau dan terdapat bercak darah
maka dapat dipikirkan bahwa di tempat tersebut telah terjadi perkelahian,

sehingga kasusnya menjurus ke penganiayaan atau pembunuhan.


f. Pemeriksaan atas tubuh korban hendaknya dilakukan secara sistematis berdasarkan
pada ilmu kedokteran forensik yang terarah sesuai dengan perkiraan kasus yang
dihadapi.
Pemeriksaan dokter atas diri korban di tempat kejadian perkara(TKP), bertujuan untuk
mendapatkan data yang akurat dalam waktu sesingkat mungkin dan melakukan beberapa
tes lapangan yang berguna bagi pihak penyidik agar dapat menentukan strategi serta
menentukan langkah yang tepat untuk dapat membuat jelas dan terang suatu perkara
pidana yang menyangkut tubuh manusia.
Adapun beberapa tindakan yang dapat dikerjakan oleh dokter adalah:

1. Menentukan korban masih hidup atau telah tewas, bila korban masih hidup,
maka upaya utama dokter bertujuan untuk menyelamatkan jiwa korban.
2. Bila korban ditemukan dalam keadaan tewas, maka perlu ditentukan perkiraan
saat kematian korban berdasarkan penurunan suhu mayat, lebam mayat, kaku
mayat dan perubahan post mortal lainnya. Perkiraan saat kematian korban
berhubungan dengan alibi dari tersangka.
3. Menentukan identitas atau jati diri korban baik secara visual, pakaian,
perhiasan, dokumen medis dan dari gigi. Sedangkan pemeriksaan lainnya
dapat dilakukan pemeriksaan serologi, sidik jari dan eksklusi yang dapat
dilakukan di laboratorium. Jati diri korban dibutuhkan untuk memulai
penyelidikan oleh karena biasanya terdapat korelasi antara korban dan pelaku,
pelaku umumnya telah mengenal korban.
4. Menentukan jenis luka, jenis kekerasan serta perkiraan sebab kematiannya,
jenis luka dan jenis kekerasan dapat memberikan informasi mengenai alat atau
senjata yang digunakan serta perkiraan proses terjadinya kejahatan tersebut,
sehingga berguna dalam proses introgasi dan rekonstruksi. Setelah mengetahui
jenis senjata yang digunakan, maka penyidik dapat melakukan pencarian
secara lebih terarah.
5. Membuat sketsa keadaan di tempat kejadian perkara (TKP) secara
sederhanadan dapat memberikan gambaran posisi korban dikaitkan dengan
situasi yang terdapat di tempat kejadian perkara(TKP)
6. Mencari dan mengumpulkan benda-benda bukti yang ada dan berkaitan
dengan korban baik sampel biologis guna pemeriksaan di laboratorium.
7. Bila terdapat genangan atau bercak darah, maka dilakukan pemeriksaan dan
buat penafsiran sebagai berikut:
Perkiraan jarak antara sumber perdarahan dengan lantai, demikian pula

arah gerakan korban,


Sumber perdarahan dari pembuluh nadi atau pebuluh vena dari saluran

pernapasan (paru-paru), atau dari saluran pencernaan (lambung),


Perkiraan cara kematian, darah tergenang di sekitar korban atau darah

berceceran dimana-mana,
Perkiraan posisi korban sewaktu mendapat luka, dalam posisi berdiri,
tidur atau miring yang di nilai berdasarkan sifat distribusi serta

mengalirnya aliran darah,


Perkiraan lamanya bercak darah tersebut.

8. Bila menghadapi kasus yang berkaitan dengan kejahatan seksual yang diikuti
dengan penganiayaan atau pembunuhan, pemeriksaan ditujukan untuk mencari
bercak mani yang tertinggal di TKP.
Secara visual bercak air mani pada pakaian berwarna abu-abu atau
kekuningan, bila pakaian atau kain tersebut berwarna gelap, maka

bercak akan berwarna putih mengkilat,


Air mani mempunyai bau yang khas bila masih baru,
Bercak air mani yang telah kering bila diraba dengan dua jari akan

memberikan kesan seperti meraba pakaia yang diberi tajin,


Bercak air mani akan sulit dinilai bila hanya dengan mata telanjang,
sehingga diperlukan penyinaran ruangan atau tempat terjadinya
peristiwa kejahatan dengan sinar-UV. Pada daerah yang terdapat bercak
air mani maka akan tampak bercak berfloresensi putih.

Setelah dokter dan penyidik melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara, maka di
lanjutkan dengan pemeriksaan korban di kamar mayat, kedua belah pihak tetap bekerja
sama agar pengungkapan kasus yang dihadapi dapat dengan cepat diselesaikan.
Pada saat akan dilakukan pembedahan mayat, maka penyidik harus memberikn informasi
kepada dokter mengenai:
1) Gambaran keadaan lingkungan sekitar apa yang ditemukan pada
korban
2) Deskripsi sekitar kematian korban
3) Deskripsi keadaan tempat kejadian perkara
4) Keterangan para saksi meliputi
Gambar atau foto
Diagram
Keterangan secara lisan
Penyidik harus memberi tahu kepada dokter perihal benda-benda bukti yang ditemukan di
tempat kejadian perkara, misalnya:
1)
2)
3)
4)
5)

Obat-obatan atau botol/kemasan yang telah kosong,


Sarana yang berhubungan dengan pengobatan,
Senjata,
Sampel untuk pemeriksaan laboratorium, dan
Semua benda bukti dan petunjuk yang memerlukan pemeriksaan secara ilmiah.

Pada saat melakukan bedah mayat tubuh korban harus diperiksa dengan sebaik-baiknya
sesuai prosedur yang berlaku dan disesuaikan dengan kasus yang dihadapi. Riwayat

penyakit yang pernah diderita korban perlu didiskusikan untuk mendapatkan adanya
hubungan antara penyakit tersebut dengan kematian. Setelah itu, antara dokter dan
penyidik melakukan sebuah diskusi untuk menyamakan pendapat mengenai:

hubungan antara penyidikan sebelumnya dengan bedah mayat


saling pengertian mengenai apa yang telah dilakukan
penyebab kematian
langkah dan strategi penyidikan selanjutnya

benda-benda bukti seperti senjata, peluru yang didapatkan, dikembalikan kepada


penyidik setelah dokter membuat catatan lengkap tentang hal tersebut dan tidak
melupakan hal administrasi seperti bukti penyerahan dan berita acara, selain itu,
selama proses pembedahan berlangsung, penyidik harus melakukan dokumentasi
guna mengikuti perkembangan dari kasus tersebut.
Bantuan lain yang diberikan penyidik dalam proses bedah mayat adalah sebagai
berikut:
1. menjaga dan mengamankan kondisi tubuh korban, pakaian korban, darah dan
petunjuk lainnya,
2. mencegh upaya pengawetan (embalming), agar benda-benda bukti seperti di
bawah ini tidak rusak:
o beberapa jenis racun seperti sianida
o alkohol
o beberapa tanda atau petunjuk adanya asfiksia
o karbon monoksida
o keluarnya darah dari sirkulasi
pengamanan dan pengawetan barang bukti
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

darah
jaringan-jaringan tubuh
kuku-kuku (digunting)
rambut yang harus dicabut sampai ke akarnya
pakaian
sediaan apus pada kasus kejahatan seksual
jaringan sekitar luka tembak, untuk menentukan apakah terdapat butiran mesiu yang

masuk kedalam jaringan


8. benda-benda asing yang ditemukan masuk ke dalam tubuh korban
9. gigi secara keseluruhan khususnya bila terdapat sarana identifikasi tersedia.

2.6 Penemuan Barang bukti di Tempat Kejadian Perkara


Hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh para investigator dalam menyelidiki
tempat kejadian perkara, antara lain: 10
1. Senjata aktif mungkin dapat ditemukan
Investigator harus memeriksa tubuh korban. Jika masih terdapat senjata aktif, seperti
handgun, benda tersebut harus disingkirkan terlebih dahulu oleh pihak yang
berwajib sebelum dilakukan pemeriksaan. Hal ini berguna untuk kepentingan
dokumen penyidikan.10
2. Kematian seseorang harus dikonfirmasi kembali
Hal ini mungkin terlihat sebagai sesuatu yang jelas, walaupun demikian ini adalah
suatu langkah yang logis. Pemeriksaan meliputi: nadi, laju pernapasan, dan refleksrefleks fisiologis.10
3. Ketika sebuah tubuh ditemukan dan diperiksa di suatu tempat, hal ini tidak
berarti bahwa orang tersebut telah meninggal di tempat itu
Lokasi kematian harus ditentukan segera berdasarkan kemampuan terbaik yang
dimiliki oleh investigator. Hasil pemeriksaan kadang-kadang menunjukkan hal yang
tidak konsisten dengan lokasi atau posisi tubuh seseorang. Mengevaluasi livor, rigor,
tanda gesekan, dan posisi umum dari tubuh penderita dapat menunjukkan bahwa
korban telah dipindahkan setelah kematiannya. Penemuan ini dapat dihubungkan
dengan laporan polisi.10
4. Masalah lingkungan dapat dipertimbangkan ketika ditemukan banyak korban
dalam suatu tempat
Ketika banyak korban yang ditemukan dalam suatu tempat kejadian perkara, hal ini
bisa menjadi petunjuk bahwa kemungkinan telah terjadi suatu masalah lingkungan
(misalnya: keracunan karbon monoksida atau oksigen). Sangat penting untuk
mengonfirmasi ulang bahwa tempat kejadian tersebut aman untuk diselidiki.10
5. Evaluasi sistemik sangat diperlukan
Evaluasi sistemik harus dilakukan dari luar ke dalam. Pemeriksaan luar secara rinci
dimulai dengan menggambarkan dan mendokumentasikan segala sesuatu yang
terdapat pada tubuh, antara lain:10

Mendeskripsikan dan mendokumentasikan tipe baju yang digunakan korban

Mendokumentasikan ada tidaknya obat-obatan dan alat-alat lainnya yang


berhubungan dengan penggunaan obat tersebut

Mendokumentasikan ada tidaknya uang (jenis uang dan jumlahnya)

Mendokumentasikan ada tidaknya barang-barang berharga yang bersifat pribadi


(perhiasan)

Mendokumentasikan ada tidaknya tanda pengenal (KTP, SIM, passport, atau


tanda pengenal lainnya)

6. Sangat penting untuk mendokumentasi luka-luka yang tampak jelas


Hal ini harus dilakukan oleh tenaga medis atau polisi, dimulai dari bagian kiri tubuh
(kaki sampai kepala), kemudian ke sebelah kanan tubuh (dari kepala ke kaki).
Bagian belakang tubuh juga didokumentasikan dengan metode yang sama.
Penemuan-penemuan yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan harus
didokumentasikan selama pemeriksaan dilakukan. Pada kasus-kasus kekerasan di
mana bagian tubuh korban terpisah satu dengan yang lainnya, bagian tubuh tersebut
harus didokumentasikan sesuai dengan posisinya sebelum dikumpulkan.10
7. Berdasarkan dari luka-luka yang dialami korban, tempat kejadian perlu
dievaluasi kembali
Sebagai contoh, jika korban ditembak dan luka tembak anterior dan posterior telah
ditemukan, penyidik kemudian dapat diarahkan pada lokasi kejadian yang mungkin
dari tempat keluarnya peluru.10
Contoh lain, jika seorang korban ditemukan dengan jari tabuh atau barrel chest,
asites dan jaundice dapat mengarahkan penyidik untuk menemukan sejumlah besar
botol alkohol yang disembunyikan; atau jika ditemukan korban dengan bekas-bekas
tusukan atau ekimosis pada area antecubital dapat mengarahkan pada penemuan
alat-alat suntik atau alat-alat lainnya yang berhubungan. Dalam hal ini, penting
untuk mencatat resep-resep obat atau penggunaan obat yang tidak diperbolehkan
dari korban termasuk jumlah obat yang diresepkan dan jumlah obat yang tersisa.
Informasi ini dapat digunakan untuk mengetahui riwayat pegobatan pasien, nama
tenaga medis yang terakhir dikunjungi untuk konsultasi, dan berdasarkan jenis dan
jumlah obat yang tersisa dapat menjadi petunjuk tentang penyebab dan cara
kematian.10
8. Mendokumentasikan perubahan post-mortem
Hal ini penting untuk mencegah misinterpretasi. Beberapa penemuan yang
umumnya terdapat pada perubahan post mortem antara lain:10

Vesikasi: proses ini termasuk pembentukan gelembung pada kulit atau vesikel
yang kemungkinan terjadi dari proses pembakaran

Pembusukan bagian tubuh yang tidak merata: hal ini dapat terjadi jika salah satu
bagian tubuh terpajan dengan suhu atau kondisi lingkungan (misalnya sinar
matahari dari jendela) yang berbeda dengan bagian tubuh lainnya

Distensi rectal atau vagina yang abnormal: perubahan tersebut dapat terjadi pada
adanya trauma tajam dan juga nerupakan perubahan post-mortem yang normal.

Fraktur panas: korban yang terbakar atau terpajan dengan suhu yang tinggi
dapat menunjukkan fraktur tulang yang sebelumnya tidak ada pada antemortem.

Perdarahan thermal: proses koagulasi dan akumulasi darah dapat terjadi karena
panas yang memiliki kemiripan dengan perdarahan ante-mortem

2.7 Metode Pencarian Barang Bukti


Untuk dapat memperoleh barang bukti yang diperlukan dalam proses penyidikan
dikenal 5 (lima) macam metode, yaitu:11
1. Strip method
Pada metode ini, semua tindakan kriminal ditandai dengan persegi panjang besar,
kemudian ditentukan sampai terdapat garis vertikal atau segmen persegi panjang.
Sekarang pencarian dimulai dari satu tempat sampai akhir pada garis secara perlahan
dan isi setiap garis secara perlahan sampai terisi penuh. Metode ini sangat mudah
dan sangat berguna.

Gambar 1. Strip Method

11

2. Double strip or grid method


Metode ini merupakan metode modifikasi dan lebih banyak improvisasi dari versi
metode strip. Pertama-tama, semua tindak kejahatan ditandai dengan persegi
panjang, kemudian masukan persegi panjang yang dibagi secara horizontal dan
veritikal ke dalam barisan. Setiap kotak diperiksa dua kali pada bagian yang tepat.
Ini merupakan metode paling efektif untuk pencarian.

Gambar 2. Double Strip Method 11

3. Spiral method
Dalam pencarian barang bukti menggunakan metode spiral pertama-tama pada
tindakan krimina ditandai dengan lingkaran dengan titik fokus yang berada di
tengah. Pencarian dimulai dari titik fokus pada tindakan kriminal dan ditarik garis
spiral sampai ke pinggir.

Gambar 3. Spiral Method 11

4. Zone method
Metode Zonal merupakan metode yang pertama-tama memasuki tempat kejadian
perkara (TKP) ditandai dengan kotak yang sangat lebar, kemudian dibagi menjadi
zona kecil untuk memudahkan tim dalam mencari. Setiap zona diuji secara intensif
oleh setiap individu. Jika tempat kejadian perkara berada di rumah, maka setiap
kamar dan tempat dianggap sebagai zona seperti funitur, sofa, karpet, dan lain-lain.
Setia objek diperiksa secara intensif untuk melacak jejak material. Kadang-kadang
semua enjadi jelas apabila bukti yang ditemukan adalah vacum cleaner untuk
melihat debu, rambut dan berbagai macam jejak yang berasal dari karpet, sofa,
almirah, dan lain-lain. Metoe inisangat ekstrem dan biasanya digunaan pada
penyelidikan tindakan kejahatan tindak kejahatan yang terjadi di rumah.

Gambar 4. Zone Method 11

5. Wheel method
Metode roda atau wheel method hampir sama seperti metode spiral pada beberapa
aspek, dimana tindak kejahatan ditandai dengan lingkaran dan dilakukan sampai 4

atau 6 segmen. Perbedaan pada metode ini yakni pencarian dimulai dari tengah ke
daerah tepi sepanjang jari-jari radial tersebut. Pencarian dilakukan dari arah tepi ke
arah tengah. Metode ini dapat digunakan untuk di dalam, di luar atau keduanya pada
tindak kejahatan

Gambar 5. Wheel Method 11

Cara atau metode-metode tersebut tentu sudah diketahui oleh penyidik dan perlu
pula diketahui oleh dokter yang melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara agar
tidak mengubah/merusak keaslian keadaan tempat kejadian perkara.11
Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam mencari barang bukti di
tempat kejadian perkara, dapat dipastikan proses penyidikan akan berjalan dengan lancar
dan memberikan hasil memuaskan dan dengan demikian berarti pula kesulitan-kesulitan
persidangan dapat diatasi, khususnya dalam hal pembuktian telah terjadinya suatu
kejahatan dan kaitannya dengan terdakwa pelaku kejahatan.11

Anda mungkin juga menyukai