Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Pembimbing:

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI

PASIEN LAPORAN KASUS

Seorang Pasien dengan Diagnosis Skizofrenia Paranoid

Nama: Tn. BR

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada Maret 2019

Supervisor Pembimbing,
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar – benar telah melakukan

wawancara psikiatri terhadap pasien lapkas saya.

Manado, Maret 2019

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Membaca Laporan Kasus dengan judul

“SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS PSIKOTIK AKUT”

Oleh:

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal Maret 2019.

Pembimbing:

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

I. IDENTITAS PASIEN .............................................................................

II. RIWAYAT PSIKIATRI .........................................................................

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI.....................................................

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL...................................................

V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI .....................

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA ...............................................

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK ................................................................

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL ...............................................................

IX. DAFTAR MASALAH ............................................................................

X. RENCANA TERAPI ..............................................................................

XI. PROGNOSIS ..........................................................................................

XII. DISKUSI .................................................................................................

XIII. KESIMPULAN .......................................................................................

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI .................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

LAMPIRAN

iv
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. BR

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Manado, 15 Juli 1989

Status perkawinan : belum Menikah

Pendidikan terakhir : Tamat SMA

Perkerjaan :-

Suku/ Bangsa : Minahasa/ Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat sekarang : Borgo Jaga IV kecamatan tombariri

Tanggal Datang di IGD : 18 Maret 2019

Cara Datang di IGD : Diantar oleh tantenya

Tanggal pemeriksaan : 23 Maret 2019

Tempat pemeriksaan : Borga Jaga IV kecamatan Tombariri

No. Telepon : 081244XXXXX

1
II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh melalui:

1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 23 Maret 2019 di

rumah pasien di Borgo Jaga IV Kecamatan Tombariri

2. Alloanamnesis dengan tante pasien bernama Ny. MM pada tanggal

23 Maret 2019 di rumah pasien di Borgo Jaga IV Kecamatan

Tombariri

A. Keluhan Utama

Pasien dibawa ke RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado oleh

tantenya dengan keluhan bicara kacau

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang di IGD RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang manado

diantar oleh tante dan anggota keluarganya yang lain dengan keluhan bicara

kacau dan mengamuk berteriak-teriak sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga

tidak tidur sejak 2 hari yang lalu. Keluhan yang dialami pasien ini muncul

secara tiba-tiba. Awalnya pasien sedang tidur, karena tantenya merasa

pasien tidur sudah terlalu lama, tantenya berusaha membangunkan pasien,

tapi pasien tidak kunjung bangun. Setelah tantenya keluar dari kamar,

beberapa menit kemudian terdengar suar tangisan dari dalam kamar yang

ternyata berasal dari pasien sendiri. Pasien tiba-tiba menangis histeris tanpa

alasan yang jelas. Setelah menangis pasien mulai marah-marah dan

berteriak-teriak. Pasien mengatakan hal-hal tentang agama, suku dan ras,

2
mulai menghina, dan jalan-jalan tanpa tujuan. Pasien juga mengatakan

kalau dia bertemu dengan ayahnya yang telah meninggal 12 tahun yang lalu.

Pasien mengatakan kalau ayahnya telah meninggalkan dia, dan pergi

mencari perempuan lain dan tinggal di rumah yang baru. Selain itu juga

pasien mendengar bisikan-bisikan yang menghina tentang dirinya,

mengatakan hal-hal tentang isu agama, suku dan ras, yang membuat pasien

menjadi gelisah dan mudah marah. Hal ini membuat pasien pergi keluar

rumah dan berteriak di jalan untuk membalas apa yang dia dengar. Setelah

pasien berteriak-teriak di luar rumah, para tetangga pasien mencoba

menangkap pasien lalu mengikat kaki dan tangan pasien. Pasien lalu di

bawa pulang ke rumah pasien. 13 tahun yang lalu sebelum ayahnya

meninggal, ayah dan ibu pasien bercerai sehingga pasien tinggal bersama

ayahnya di Jakarta. Sejak ayahnya meninggal pasien pulang ke manado

tinggal bersama dengan tantenya. Pasien sudah tidak pernah bertemu lagi

dengan ibunya sejak kematian ayahnya. Pasien memiliki riawayat masuk

rumah sakit sekitar 2 tahun yang lalu dengan keluhan kejang setelah

mengkonsumsi obat yang diberikan oleh temannya. Pasien diterapi dengan

oksigen dan dirawat selama 2 hari di rumah sakit. Selain itu juga pasien

mengaku memiliki riwayat menghirup lem ehabon kira-kira 1 tahun yang

lalu. Dan sekitar 6 bulan yang lalu pasien sempat mengalami kecelakaan

lalu lintas yang membuat kaki pasien patah. Dari hasil pemeriksaan tidak

terdapat gangguan di otak pasien saat pasien kecelakaan.

3
Akhirnya karena keluarga takut akan terjadi sesuatu kepada pasien,

mereka memutuskan untuk membawa pasien ke IGD RSJ Prof. V.L.

Ratumbuysang manado pada tanggal 19 maret 2019 untuk diperiksa.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Psikiatrik

Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan seperti ini.

2. Medis

Pasien pernah mengalami ganggua medis yaitu kejang akibat

penggunaan obat-obatan sekitar 2 tahun yang lalu.

3. Riwayat alkohol dan zat lain

Pasien memiliki riwayat menggunakan obat-obatan yang sampai

membuat pasien kejang, dan menghirup lem ehabon. Pasien aktif merokok

setiap hari sekitar 2-3 batang rokok. Pasien juga terkdang mengkonsumsi

alcohol bersam dengan teman-temannya

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir secara normal dengan berat 3,5 kg di RS wolter

mongisidi dan ditolong oleh seorang dokter. Pasien merupakan anak

4
tunggal. Saat mengandung, ibu pasien dalam keadaan baik. Pasien lahir

dengan kondisi sehat dan langsung menangis serta tidak didapatkan tanda

kecacatan

2. Masa Anak-anak Awal (usia 0-3 tahun)

Pada stadium oral, pasien akan menangis saat merasakan haus dan

lapar. Segera setelah diberikan ASI, pasien akan menjadi tenang kembali.

Pasien mendapatkan ASI exclusive hingga usia 2 tahun.

Pada stadium anal, pasien diajarkan oleh ibunya untuk BAB di toilet

(toilet training). Saat pasien ingin BAB pasien sudah bisa berkata ke ibunya,

dan ibu pasien langsung membawanya ke toilet.

Pada stadium uretral, pasien juga sudah diajarkan untuk BAK di

toilet oleh orang tuanya. Kemudian pasien sudah bisa pergi BAK ke toilet

sendiri.

Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar

(basic trust versus basic mistrust), pasien tidak menangis ketika di tinggal

oleh orang tuanya. Pasien merangkak usia 9 bulan dan mulai berjalan pada

usia 12 bulan.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu (autonomy versus

shame and doubt), pasien sudah mulai bisa mengucapkan mama-papa dan

pasien sudah mulai bisa makan sendiri.

3. Masa Anak-anak Pertengahan (usia 4-11 tahun)

Pada stadium falik, pasien sudah menyadari bahwa dirinya berjenis

kelamin laki-laki dan sudah mulai memakai pakaian seperti anak laki-laki.

5
Dan pasien akan masuk ke toilet umum khusus untuk laki-laki. Pasien dekat

dengan kedua orang tuanya.

Pada stadium latensi, pasien sudah mulai bisa bersosialisasi dengan

teman-teman seusianya, di sekolah maupun teman yang dekat dengan

sekitar lingkungannya. Namun menurut orang tua pasien agak pemalu

sehingga tidak seing bermain dengan teman-teman yang lain

Pada stadium industri lawan inferioritas, pasien agak sulit dalam

belajar. Pasien yang awalnya sekolah di SD Eben Haezar, pindah atas

saran dari pihak sekolah karena kurang mampu mengikuti pelajaran

disekolah tersebut. Akhirnya pasien pindah di SDN manado. Pasien bisa

membaca dan menulis. Pasien juga dekat dengan ibunya dan selalu

menempel kemana-mana.

4. Masa Anak-anak Akhir (pubertas sampai masa remaja)

Pada stadium genital, pasien bisa mandiri. Pasien berusaha untuk

melakukan tugasnya dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan

kepadanya.

Pada stadium identitas lawan difusi peran (identity versus role

diffusion), pasien mudah bergaul dengan teman-temannya. Untuk masalah

pribadi, pasien adalah orang yang awalnya menutupi hal tersebut pada

ibunya ataupun ayahnya namun pada akhirnya akan bercerita juga. Orientasi

seksual pasien adalah lawan jenis yang sebaya.

5. Masa Dewasa

 Riwayat Pendidikan

6
Pasien masuk SD saat usianya 6 tahun, pasien SD di Manado. kemudian

melanjutkan ke SMP dan SMA di jakarta. Pasien tidak masuk perguruan

tinggi.

 Riwayat Pekerjaan

Pasien sempat bekerja sebagai karyawan di salah satu café, selama kira-

kira 1 tahun lalu berhenti karena ada masalah dengan rekan sekerja.

 Riwayat Psikoseksual

Pasien mengetahui identitas seksualnya sebagai laki-laki karena ia

menyadari bahwa secara biologis dan karakteristik adalah seorang laki-

laki. Pasien pernah pacaran 1 kali dengan seorang perempuan.

 Riwayat Pernikahan

Pasien belum menikah.

 Riwayat Keagamaan

Pasien beragama Islam. Pasien adalah seorang yang taat beragama.

Pasien sering pergi ke mesjid, aktif dalam kegiatan di masjid.

 Aktivitas Sosial

Hubungan pasien dengan lingkungannya baik. Memiliki hubungan baik

dengan keluarga dan tetangga. Punya banyak teman di lingkunga sekitar

tempat tinggal

 Situasi Hidup Sekarang

Saat ini pasien tinggal di rumah yang berlokasi borgo kecamatan

tombariri. Rumah pasien berlantai keramik, beratap seng, berdinding

7
beton, memiliki 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang makan, 1 kamar mandi,

2 kamar tidur. Pasien tinggal bersama tante, dan sepupunya.

 Riwayat Hukum

Pasien pernah berurusan dengan polisi karena berselisih dengan teman

sekerja tapi selesai dengan damai.

 Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak tunggal. Sebelumnya pasien memiliki

kedekatan dengan orang tuanya. Sejak orangtua bercerai, pasien

mengikuti ayahnya dan tidak pernah lagi bertemu dengan ibunya.

Genogram

: Perempuan : Pasien
: Laki-laki

8
a. Persepsi pasien terhadap diri

Pasien tidak merasa dirinya sakit, tidak tahu faktor penyebabnya dan tidak

berusaha mencari pengobatan.

b. Persepsi pasien terhadap keluarga

Pasien tidak setuju dengan apa yang dilakukan keluarga karena pasien

merasa dirinya tidak sakit

c. Persepsi keluarga terhadap pasien

Keluarga pasien mendukung penuh pasien untuk bisa sembuh. Keluarga

mengontrol pasien dalam menjalankan pengobatan.

9
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien adalah seorang laki-laki, berusia 29 tahun, tampak sesuai

usianya. Kulit kuning langsat dan rambut berwarna hitam. Pasien

memakai baju yang layak pakai sesuai jenis kelaminnya. Sikap pasien

gelisah dan mengamuk.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Selama wawancara, pasien tidak bisa tenang. Pasien hanya

mengamuk dan berteriak. Pasien tidak menghindari kontak mata dan

cenderung memelototi pemeriksa saat dilakukan pemeriksaan.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien tidak kooperatif pada saat menjawab pertanyaan.

B. Mood dan Afek

1. Mood : disforik

2. Afek : Luas

10
C. Karakteristik bicara

Selama wawancara pasien gelisah dan marah-marah. Terkadang menjawab

sesuai pertanyaan. Artikulasi jelas, volume besar dan intonasi jelas.

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik: (+) mendengar suara yang menghina agama, suku dan

ras termasuk dirinya

Halusinasi Visual : (+) melihat ayahnya yang telah meninggal 12 tahun yang

lalu

E. Proses pikir

1. Arus pikir : inkoheren. Saat wawancara pasien sering tidak menjawab

sesuai pertanyaan

2. Isi pikiran : Waham paranoid (waham kejar). Pasien merasa bahwa ada

orang yang menjelek-jelekkan dan menghina dirinya.

F. Kesadaran dan Kognitif

1. Kesadaran : compos mentis

2. Orientasi

a. Orientasi waktu : Pasien dapat membedakan siang dan malam.

b. Orientasi tempat : Pasien mengetahui dirinya sedang berada di rumah.

c. Orientasi orang : Pasien dapat mengenali keluarganya.

3. Daya ingat

11
a. Jangka panjang : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat nama

anggota keluarganya.

b. Jangka sedang : Tidak terganggu, pasien ingat kapan terakhir kali

berobat.

c. Jangka pendek : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat bahwa

tadi pagi pasien sarapan apa.

d. Segera : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat kembali

nama pemeriksa yang disebutkan sebelumnya.

4. Konsentrasi dan perhatian

Tidak terganggu. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat

memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa namun tidak

menjawab pertanyaan tersebut dengan baik sesuai dengan pertanyaan

yang ditanyakan.

5. Kemampuan membaca dan menulis

Tidak dievaluasi.

6. Kemampuan visuospasial

Baik, pasien dapat mengarahkan dan menunjukkan arah rumah

dengan baik dan benar.

7. Intelegensi dan daya informasi

Baik, semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

12
G. Pengendalian Impuls

Pasien tidak dapat mengikuti wawancara dengan baik. Lebih sering

gelisah dan marah-marah. Tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan.

H. Daya Nilai dan Tilikan

1. Daya nilai sosial

Buruk. Pasien marah dan memaki dokter yang akan memeriksa

kondisinya

2. Uji daya nilai

Baik. Saat ditanyakan “Apa yang akan anda lakukan apabila di

rumah terjadi kebakaran?”, pasien menjawab ia akan keluar.

3. Tilikan

Derajat tilikan 1, di mana pasien tidak sadar bahwa dirinya sedang

sakit, dan tidak berusaha mencari bantuan

I. Taraf dapat Dipercaya

Penjelasan yang diberikan pasien dapat dipercaya dan tidak perlu

dikonfirmasi dengan keluarga pasien yang lain.

13
V. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik, kesadaran compos mentis.

Tanda vital : TD 120/80 mmHg, N 85x/menit, RR 18x/menit,

S 36,2°C.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

R. Thoraks : Tidak dilakukan evaluasi karena tidak ada keluhan.

R. Abdomen : Tidak dilakukan evaluasi karena tidak ada keluhan.

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-).

B. Status Neurologi

1. GCS : E4M6V5

2. Mata : Gerakan, searah, pupil bulat

3. Pemeriksaan nervus kranialis :

a. N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

b. N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)

Selama wawancara dapat dilihat bahwa pasien memiliki gerakkan

bola mata yang wajar.

d. N. trigeminus (N.V)

14
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

e. N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum.

f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan. Hal ini

memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan

pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

g. N. glosssopharyngeus (N.IX)

Tidak dilakukan evaluasi.

h. N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi.

i. N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan

bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

j. N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi.

k. Sindrom ekstrapiramidal

Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal (tremor, rigiditas, tardif

diskinesia, hipersalivasi)

15
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasuen laki-laki berumur

29 tahun. Pasien dibawa ke IGD RSJ Prof. Dr. V. L . Ratumbuysang dengan

keluhan bicara kacau dan mengamuk. Pasien pertama kali mengalami gejala

2 hari yang lalu. Sejak itu pasien terus-terusan mengamuk dan tidak tidur

sama sekali sampai di ikat oleh tetangga dan akhirnya di bawa ke IGD RSJ.

Pasien mendengar bisikan dan melihat sosok ayahnya yang telah meninggal

sekitar 12 tahun yang lalu.

Pada pemeriksaan status mental saat wawancara didapatkan laki-

laki tampak sesuai usia, kulit kuning langsat, rambut berwarna hitam,

memakai baju dan celana dengan kondisi yang layak pakai. Sikap pasien

gelisah dan marah-marah. Pasien tidak kooperatif saat diperiksa sehingga

harus difiksasi. Pasien sering menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan

dengan volume suara yang besar, artikulasi dan intonasi yang jelas dan isi

pembicaraan yang buruk. Kesadaran pasien compos mentis. Orientasi

waktu, tempat dan orang serta daya ingat pasien baik. Pasien dapat

memusatkan perhatian terhadap pertanyaan namun tidak menjawab sesuai

dengan pertanyaan yang diajukan. Arus piker pasien adalah inkoheren,

ditemukan waham paranoid. Persepsi pasien ditemukan halusinasi auditorik

yang menghina dan mengangkat isu-isu agama, suku dan ras. Mood pasien

disforik dan afek serasi. Dari pertimbangan tilikan terhadap penyakit,

termasuk derajat 1, dimana pasien tidak sadar dan menyangkal bahwa

16
dirinya sedang sakit. Pemeriksaan fisik interna dan neurologi dalam batas

normal, tidak ditemuka kelainan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Gangguan jiwa memiliki kriteria yaitu adanya gejala klinis yang

bermakna berupa sindrom atau pola perilaku atau pola psikologis. Gejala

klinis tersebut cukup bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress)

serta disabilitas. Gejala-gejala tersebut telah menyebabkan kemampuan

pasien untuk menilai realita (insight) terganggu sehingga mempengaruhi

fungsi sosial dan kehidupan sehari-hari.

Keadaan pasien compos mentis dan pada pemeriksaan status interna

dan status neurologi tidak ditemukan adanya gangguan medis umum yang

dapat menimbulkan disfungsi otak sehingga diagnosis gangguan mental

organik dapat disingkirkan.

Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan yang

telah dilakukan, menurut DSM V dapat disimpulkan bahwa pasien

menderita psikotik akut, karena didapatkan adanya waham kejar dan

halusinasi auditorik yang berlangsung selama kurang dari 1 bulan. Gejala

ini muncul bukan karena pengaruh zat atau kondisi medis. Tidak didapatkan

adanya gangguan mood pada pasien.

Pada aksis I ditemukan adanya gejala psikotik seperti halusinasi

auditorik serta waham kejar/persekutorik sehingga diagnosis pasien ini

adalah psikotik akut.

17
Pada aksis II, ciri kepribadian pasien ini adalah ciri kepribadian

dependent. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari pasien sebelum

pasien sakit. Pasien bergantung pada orang lain, seperti tantenya.

Pada aksis III, tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna

sehingga tidak ada diagnosis untuk aksis III.

Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kehidupan keluarga pasien

dimana orang tua bercerai dan sejak kematian ayahnya pasien hanya di asuh

oleh tantenya.

Pada aksis V, Global Assesment of Functioning (GAF) scale current

80-71, yaitu terdapat gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan

dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain. GAF scale High Level Past

Year (HLPY) 70-61, yaitu gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik.

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : psikotik akut

Aksis II : Ciri kepribadian dependent

Aksis III : Tidak ada

18
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga pasien dimana orang tuanya

bercerai saat pasien masih kecil, dan ayahnya telah meninggal

sehingga pasien hanya di asuh oleh tantenya.

Aksis V : GAF current 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain. GAF scale

High Level Past Year (HLPY) 70-61, yaitu gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologi : Tidak ada faktor genetik.

B. Psikologi : Pasien mengamuk dan marah

mendengar suara-suara yang menghina dan mengejek-ejek pasien sehingga

pasien memiliki waham paranoid (waham kejar).

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Tidak ada. Pasien saat di berada di

rumah, dapat menjalin hubungan baik dengan keluarga intinya.

X. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmakologi

Haloperidol 5 mg 2x1 tablet/hari

Diazepam 5 mg 0-0-1

Inj. Diazepam 1 amp I.M (jika tidak mau minum obat)

Inj. Haloperidol 1 amp I.M (jika tidak mau minum obat)

19
B. Psikoterapi

1. Terhadap pasien

a. Menjelaskan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya,

tujuan dari pengobatan yang sedang dijalaninya dan pentingnya

keteraturan minum obat.

b. Memberi edukasi dan dukungan dengan jelas agar pasien mengerti

fungsi dari obat yang dikonsumsi, sehingga pasien percaya dan mau

mengkonsumsi obat secara teratur.

2. Terhadap keluarga

a. Memberikan penjelasan terhadap keluarga tentang penyakit pasien,

dan pengobatannya agar keluarga dapat menerima kondisi pasien.

b. Meminta keluarga agar mengawasi pasien agar teratur minum obat

dan memberikan motivasi serta dukungan kepada pasien.

c. Meminta keluarga untuk memastikan pasien dalam pengawasan

sehingga pasien terhindar dari benda-benda yang dapat mengancam

keselamatan pasien dan orang sekitar.

XI. PROGNOSIS

A. Ad vitam : dubia ad bonam

B. Ad functionam : dubia ad bonam

C. Ad sanationam : dubia ad bonam

20
XII. DISKUSI

A. Diagnosis

DSM V memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik,


didasarkan terutama atas lama gejala. Gangguan psikosis akut dan
sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang berlangsung kurang dari
satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan tidak disertai gangguan mood,
gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu suatu gangguan psikotik
karena kondisi medis umum.
Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari,
diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional
(jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan skizofreniform
(jika gejala berlangsung kurang dari enam bulan) dan skizofrenia jika gejala
telah berlangsung lebih dari enam bulan.
Gangguan psikotik singkat diklasifikasikan di dalam DSM V
sebagai suatu gangguan pasikotik dengan durasi singkat. Kriteria diagnostic
ditentukan dengan sekurangnya ada satu gejala psikotik yang jelas yang
berlansung selama satu hari sampai satu bulan.

Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akut:


a. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi ( menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
b. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari sampai
kurang dari satu bulan.
c. Gangguan yang muncul bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau
kondisi medis umum. Sebutkan jika:
Dengan stressor nyata (psikosis reaktif singkat): jika gejala terjadi

21
segera setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang
semdirian atau bersama-sama akan menimbulkan stress yang cukup
besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur
orang tersebut.
Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau
tampaknya bukan sebagai respons terhadap kejadian yang, sendirian
atau bersama-sama, akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi
hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang
tersebut.
Dengan onset pascapersalinan: jika onset dalam waktu 4 minggu setelah
persalianan.2,3

B. Ciri Kepribadian

Berdasarkan anamnesis, ciri kepribadian yang terdapat pada pasien

ini adalah ciri kepribadian dependent. Ini dapat dilihat dari kehidupan

sehari-hari pasien sebelum pasien sakit. Pasien bergantung pada orang lain

seperti tantenya sehingga pasien tidak dapat hidup mandiri. Keluarga pasien

mengatakan pasien dekat dengan ayahnya sebelum ayahnya meninggal.

Kepribadian dependent adalah pola perilaku berupa kebutuhan

pervasif dan berlebihan yang menyebabkan perilaku tunduk dan

menggantung dan rasa takut akan perpisahan, dimulai pada masa dewasa

awal dan tampak dalam berbagai konteks. Karakteristiknya adalah sebagai

berikut4,5:

1. Kesulitan untuk mengambil keputusan setiap hari tanpa sejumlah besar

nasihat dan penenteraman dari orang lain.

22
2. Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam

sebagian besar bidang utama kehidupannya.

3. Memiliki kesulitan dalam mengekpresikan ketidaksetujuan pada orang

lain.

4. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan

dirinya sendiri (karena tidak memiliki keyakinan diri dalam

pertimbangan atau kemampuan ketimbang tidak memiliki motivasi atau

energi).

5. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari

orang lain, sampai pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak

menyenangkan.

6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena

timbulnya rasa takut tidak mampu merawat diri sendiri.

7. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber

pengasuhan dan dukungan jika hubungan dekatnya berakhir.

8. Secara tidak realistik terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk

merawat dirinya sendiri.

C. Rencana terapi

Terapi standar pada psikotik akut adalah obat antipsikotik. Obat

antipsikotik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu dopamine receptor

antagonist (DRA) juga disebut antipsikotika generasi I (APG-I) obat

23
antipsikotik tipikal dan serotonin dopamine antagonist (SDA) juga disebut

antipsikotika generasi II (APG-II) obat antipsikotik atipikal.2

Semua obat antipsikotik, baik antipsikotik tipikal dan atipikal pada

umumnya efektif dalam mengurangi gejala positif pada pasien skizofrenia

karena keduanya bekerja memblokade reseptor dopamin pada reseptor

pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan

ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist). hal ini sesuai dengan

dugaan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas

dopaminergik sehingga menimbulkan gejala-gejala positif seperti

halusinasi dan waham.2,6

Antipsikosis atipikal berhubungan dengan kejadian efek samping

ekstrapiramidal yang lebih sedikit dibandingkan dengan antipsikotik tipikal.

Efek samping ekstrapiramidal dibagi 4 kelas, yaitu parkinsonism atau

rigiditas, akatisia, distonia akut, dan diskinesia tardif.1,3

Obat antipsikotik tipikal antara lain :

• Golongan phenotiazine (aliphatic, piperidin, piperazine)

• Golongan butyrophenone (haloperidol, carbamezapine)

• Golongan diphenyl-butyl-piperidine (pimozide)

Obat antipsikotik atipikal antara lain :

• Golongan benzamide (zulpiride)

• Golongan benzisoxazole (risperidone)

• Golongan dibenzodiazepine (olanzapine, clozapine)

24
Haloperidol merupakan obat antipsikotik tipikal golongan

butirofenon yang paling sering digunakan. Haloperidol dan golongan

butirofenon yang lain merupakan obat antipsikotik dengan efek D2

antagonis yang sangat poten dan efek terhadap sistem otonom serta efek

antikolinergiknya sangat minimal. Haloperidol dimetabolisme oleh

izoenzim P450 dan CYP 3A di hati dan dieksresikan melalui ginjal. Sediaan

haloperidol yang dapat diperoleh yaitu dalam kemasan tablet 0,5-1,5 mg

dan 5 mg.5,6

Efek samping umum obat antipsikotik antara lain :

• Sedasi dan inhibitor psikomotor (mengantuk, kewaspadaan menurun,

psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)

• Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik : mulut kering, kesulitan

miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokular

meninggi dan gangguan irama jantung)

• Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson :

tremor,bradikinesia,rigiditas)

• Gangguan endokrin (ammenorrhoe, gynecomastia), metabolik (jaundice),

hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang.6

Efek samping lainnya yaitu dapat berupa efek samping irreversible

seperti tardive dyskinesia dimana terjadi gerakan involunter berulang pada

lidah, wajah, mulut, dan anggota gerak yang menghilang ketika pasien

tidur.6

25
Trihexyphenidil (THP) merupakan obat antikolinergik. Indikasi

pemberian THP adalah untuk mencegah efek samping ekstrapiramidal dari

penggunaan risperidon. THP mempunyai sediaan 2 mg dengan dosis

anjuran 2-5 mg dua hingga empat kali per hari.3,6

XIII. KESIMPULAN

1. Pasien di diagnosis dengan psikotik akut

2. Dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama keluarga untuk

memberikan semangat dan motivasi kepada pasien dalam proses

kesembuhannya.

3. Keluarga harus diberi penjelasan agar dapat membantu pasien untuk dapat

kontrol dan meminum obatnnya dengan rutin.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.

2. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2013.

3. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 9th Ed.

Lippincott Wiliams And Wilkins. Philadelphia, 2004.

4. Jestie DV, Lieberman JA, Fasler D, Peele R. Diagnostic and Statistical

Manual Of Mental Disorders (DSM 5). 5th Edition. Washington DC:

American Psychiatric Association. 2013.

5. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;

Washington DC. 2013.

6. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,

2007.

27
LAMPIRAN

Bersama dengan orang tua pasien

Wawancara bersama ayah pasien

28
Rumah pasien

Gereja
KGPM

Patung
kuda paal 2
Alamat rumah pasien

Ruang keluarga Dapur dan ruang makan

wc

Kamar Ruang Kamar


tidur tamu tidur

Teras garasi

Taman

Denah rumah pasien

29

Anda mungkin juga menyukai