Anda di halaman 1dari 50

STATUS UJIAN

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN PANIK

Oleh :
Gabrielle Ecaristy Sirih
17014101337
Masa KKM : 20 Mei 2019 – 16 Juni 2019

Pembimbing :
Dr. dr. Theresia M.D Kaunang, Sp.KJ(K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI

PASIEN LAPORAN KASUS

Seorang Pasien dengan Diagnosis Gangguan Panik

Nama : Ny. AL

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada 3 Juni 2019

Mengetahui,

Dokter Penanggung Jawab Pasien

Dr. Anita E. Dundu, Sp.KJ

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Gabrielle Ecaristy Sirih

NRI : 17014101337

Masa KKM : 20 Mei 2019 – 16 Juni 2019

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar – benar telah melakukan

wawancara psikiatri terhadap pasien laporan kasus saya.

Manado, 10 Juni 2019

Gabrielle Ecaristy Sirih

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Membaca Laporan Kasus dengan judul

“SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS

GANGGUAN PANIK”

Oleh :

Gabrielle Ecaristy Sirih

17014101337

Masa KKM : 20 Mei 2019 – 16 Juni 2019

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal Juni 2019.

Pembimbing :

Dr. dr. Theresia M.D Kaunang , Sp.KJ(K)

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK JADI PASIEN .............................. ii

SURAT PERNYATAAN......................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

LAPORAN KASUS ................................................................................................. 1

Identitas Pasien ............................................................................................... 1

Riwayat Psikiatrik ........................................................................................... 2

Riwayat Kehidupan Pribadi ............................................................................ 5

Pemeriksaan Status Mental ............................................................................. 12

Pemeriksaaan Fisik Interna dan Neurologi ..................................................... 17

Ikhtisar Penemuan Bermakna ......................................................................... 18

Formulasi Diagnostik ..................................................................................... 21

Evaluasi Multiaksial ....................................................................................... 23

Daftar Masalah................................................................................................ 25

Rencana Terapi ............................................................................................... 26

Prognosis ........................................................................................................ 28

Diskusi ............................................................................................................ 28

Kesimpulan ..................................................................................................... 33

Wawancara Psikiatri ....................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 41

LAMPIRAN ............................................................................................................. 42

v
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. AL

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Bitung, 25 Agustus 1986

Status Perkawinan : Sudah Menikah

PendidikanTerakhir : SMA

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Suku/ Bangsa : Sangihe/Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Bitung Tengah Lingkungan 3 RT 6 RW 3.

Tanggal Pemeriksaan : 23 Mei 2018

Tempat Pemeriksaan : RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou dan Rumah

Pasien

No. Telepon : 0821-8929-****

1
II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh melalui :

1. Autoanamnesis dengan pasien Ny. AL di rumah pasien yang

beralamat di Bitung Tengah Lingkungan 3 RT 6 RW 3 Bitung,

Sulawesi Utara pada hari Senin, 10 Juni 2019.

A. Keluhan Utama

Pasien merasa takut tanpa alasan yang jelas, merasa sesak napas dan

rasa tercekik secara tiba-tiba, gelisah, berdebar-debar, dan takut mati

sejak 6 tahun yang lalu.

Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Jiwa RSUP Prof. Dr.

R.D. Kandou Manado pada tanggal 3 Juni 2019. Pasien datang

membawa rujukan dari dokter spesialis Kejiwaan. Pasien datang

dengan keluhan sering merasa takut tanpa alasan yang jelas, merasa

sesak napas dan rasa tercekik secara tiba-tiba, gelisah, berdebar-debar,

dan takut mati sejak 6 tahun yang lalu. Dalam satu bulan pasien

beberapa kali merasakan hal serupa yang terjadi secara tiba-tiba dan

tidak dapat diprediksi.

Keluhan biasanya disertai rasa mual muntah, dan sensasi

mati rasa. Pasien mengatakan keluhan memberat bila pasien sedang

tidak memiliki hal yang ia kerjakan. Keluhan lebih ringan ketika

pasien sedang sibuk dan memiliki banyak hal untuk dikerjakan. Pasien

juga mengaku bahwa pasien sering merasa takut pada malam hari

2
dikarenakan pasien cemas jika terjadi serangan pada malam hari dan

tidak ada yang bisa membantu pasien dikarenakan keluarga pasien

sedang tidur semua. Seringkali saat tidur pasien sering terbangun

dikarenakan secara tiba-tiba pasien merasa sesak napas seperti tercekik

dan rasa takut secara tiba-tiba sehingga mengganggu tidur pasien.

Keluhan tersebut hanya muncul sewaktu saja, terjadi

beberapa kali dalam satu bulan, tidak setiap hari, dan dalam satu hari

keluhan bisa muncul sampai beberapa kali. Keluhan tersebut sangat

mengganggu pasien dikarenakan seringkali saat terjadi serangan pasien

sampai tidak dapat bergerak, dan sulit untuk bernapas.

Pasien mengatakan keluhan awalnya dimulai sejak 6 tahun

lalu. Dimana saat 6 tahun lalu pasien pernah mengkonsumsi narkotika

jenis shabu-shabu. Beberapa saat setelah pasien mengkonsumsi shabu-

shabu pasien merasa badannya keram mati rasa dan gemetaran hingga

pasien merasa seperti akan mati dan pasien akhirnya dilarikan ke

rumah sakit. Pasien mengatakan semenjak itu ia sering merasa takut-

takut tanpa alasan yang jelas dan sering terbayang rasa keram yang

pernah ia rasakan tersebut.

Pasien sudah pernah berobat ke psikiater kurang lebih 4

tahun yang lalu, dan mendapat obat alprazolam 1x1mg. Menurut

pasien dengan mengkonsumsi obat tersebut pasien menjadi lebih

tenang, dan rileks. Namun, jika berhenti mengkonsumsi obat tersebut

pasien merasa takut jika ia akan mengalami serangan lagi. Pasien

3
pernah mencoba berhenti minum obat karena merasa sudah sembuh

namun ternyata keluhan rasa ketakutan pasien semakin bertambah

berat.

Pasien mengatakan keluhan tersebut sangat mengganggu

pekerjaannya sebagai karyawan swasta dan juga mengganggu

aktivitasnya sehari-hari di rumah. Pasien mengatakan sekarang ia

sudah jarang berpergian keluar rumah jika tidak harus dan cenderung

sering mencari kesibukan untuk menghindari serangan tersebut. Ia juga

sudah jarang ikut kumpul-kumpul bersama dengan teman. Tidak ada

gangguan dalam berat badan, nafsu makan. Pasien sadar dirinya sakit,

pasien tahu apa yang menyebabkan ia sakit dan pasien mau diobati.

B. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Pasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatrik sebelumnya.

2. Riwayat Gangguan Medis Umum

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medis sebelumnya.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien pernah mengkonsumsi narkotika jenis shabu sekitar 6 tahun

yang lalu. Konsumsi narkotika tidak sering hanya jika ditawarkan

oleh teman pasien. Pasien juga pernah menjadi peminum alkohol

dan perokok kurang lebih selama 2 tahun namun setelah sakit

pasien berhenti total.

4
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak tunggal. Pasien dilahirkan per vaginam , cukup

bulan, tidak ada kelainan, dilahirkan oleh dokter di Rumah Sakit.

B. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)

Saat lahir, pasien dibesarkan oleh ibunya. Pada stadium

kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (0-1 tahun), pasien

mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan oleh ibunya, saat

melahirkan hingga pasien berusia 2 tahun. Pasien berusia 1 tahun

sudah dapat berbicara, jalan, dan makan. Pasien diajarkan BAB dan

BAK oleh ibunya. Pasien senang bermain seperti anak-anak lainnya.

Pasien mematuhi perintah orangtua

Pada stadium otonomi lawan rasa malu-malu usia (1-3 tahun),

pasien sudah dapat berdiri dan berjalan. Pasien dikatakan sudah mulai

berdiri dan berjalan sejak umur 1 tahun. Pasien dapat berbicara

meskipun belum lancar. Pasien dapat pergi ke toilet sendiri sejak

berumur 3 tahun.

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4 - 11 tahun)

Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3 – 5 tahun), pasien

adalah anak yang aktif, suka bergaul dan bermain dengan saudara,

pasien penurut, tidak nakal.

Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6 – 11 tahun), pasien

memulai pendidikannya. Pasien masuk SD pada usia 6 tahun di SD

5
Pantekosta Bitung. Namun dikarenakan Nenek pasien meninggal

pasien akhirnya dipindah sekolahkan bersama ibunya yang saat itu

tinggal di Jakarta di SD 04 Petang. Pasien merupakan siswa penurut

dan selalu menjadi andalan teman-temannya saat disekolah. Pasien

tidak pernah tinggal kelas dan selalu mendapat ranking di kelasnya

dikarenakan menurut pasien, ia adalah anak yang berprestasi dan pintar

dibanding dengan teman-temannya saat itu.

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja

Stadium identitas lawan difusi peran (usia 11 – 21 tahun). Pasien

masuk SMP 152 Negeri Jakarta Utara dan aktif dalam kegiatan OSIS

dan berbagai organisasi di sekolahnya. Pasien mudah bergaul dan

cenderung sangat supel serta aktif. Pasien melanjutkan pendidikannya

di SMA Negeri 45 Jakarta dan saat kelas 2 SMA pasien pindah

kembali ke Bitung dan bersekolah di SMA Kristen Bitung. Walaupun

pasien pindah sekolah saat SMA namun pasien masih tetap aktif di

berbagai macam organisasi di kedua sekolah dan sering menjadi

seorang Koordinator dikarenakan menurut pasien, pasien adalah orang

yang supel dan cekatan dibanding teman-temannya yang lain. Pasien

memiliki banyak teman, dikarenakan pasien merupakan orang yang

ramah dan sering diandalkan oleh teman-temannya dalam berbagai hal.

6
Masa Dewasa

Stadium Keintiman lawan Isolasi (21 tahun-40 tahun). Pasien sudah

tidak melanjutkan pendidikan dan lanjut bekerja sebagai seorang

Karwayan Swasta di sebuah market di Bitung sejak 4 tahun lalu

sampai sekarang. Menurut pasien, walaupun pasien hanya lulusan

SMA, namun pasien adalah orang yang berhasil karena pasien dapat

memegang jabatan di tempat bekerjanya dibandingkan dengan teman-

temannya yang lulusan sarjana.

Pasien kemudian menikah dan memiliki 2 anak perempuan. Pasien

kemudian bercerai dan menikah lagi hingga memiliki satu orang anak

laki-laki.

Riwayat Masa Dewasa

1. Riwayat pendidikan

Pasien selama menempuh pendidikan, selalu bergaul dengan

teman-temannya, aktif dalam kelompok belajar, tidak pemalu, dan

selalu menjadi koordinator sewaktu SD dikarenakan menurut

pasien, pasien merupakan murid yang pintar dan paling layak

menjadi seorang Koordinator. Sewaktu SMA pasien sering juara di

kelas dan aktif dalam berbagai organisasi dikarenakan menurut

pasien, pasien adalah murid yang amat berprestasi pada saat itu.

2. Riwayat pekerjaan

Pasien bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah market sejak

kurang lebih 4 tahun yang lalu. Walaupun hanya tamat SMA

7
menrurut pasien, pasien adalah orang yang sukses dikarenakan

pasien dapat memegang jabatan di tempat kerjanya dibandingkan

teman-temannya yang lain yang sarjana.

3. Riwayat Psikoseksual

Pasien mengetahui identitas seksualnya sebagai perempuan. Pasien

menyadari secara biologis dan karakteristik dia adalah seorang

perempuan. Orientasi seksual pasien baik (menyukai lawan jenis),

hal ini ditunjukkan melalui pasien menikah dengan laki-laki

pilihannya sendiri tanpa ada unsur paksaan. Pernikahan pasien

direstui oleh orang tuanya.

4. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah sebanyak dua kali. Pada pernikahan pertama

Pasien menikah dengan suaminya pada 12 September 2006 Pasien

menikah dengan suaminya tanpa ada unsur paksaan. Dari hasil

pernikahannya dengan sang suami, pasien dikaruniai dua anak

perempuan kemudian pasien berpisah dengan suaminya pada tahun

2010 karena ketidak cocokkan satu sama lain. Pada tanggal 23

November 2016 pasien menikah lagi dan dikaruniai satu anak laki-

laki.

5. Riwayat beragama

Pasien dibesarkan dalam lingkup agama Kristen Protestan. Pasien

rajin pergi ke gereja setiap minggunya, pasien tidak terlalu aktif

dalam kegiatan gereja dikarenakan tuntutan pekerjaan pasien.

8
6. Aktivitas sosial

Pasien memiliki pergaulan yang baik. Pasien bergaul dengan

tetangga disekitar rumahnya baik perempuan maupun laki-laki.

Tetapi, pasien sudah tidak sering ikut dalam kegiatan kumpul

kumpul bersama teman temannya dikarenakan pasien takut

terserang panik.

7. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

8. Situasi kehidupan sekarang

Saat ini pasien tinggal di rumah yang terletak di Bitung Tengah

Lingkungan 3 RT 6 RW 3 Bitung, Sulawesi Utara. Pasien tinggal

bersama suami, Ibu pasien, tante pasien, dan ketiga anaknnya.

Rumah yang ditempati pasien bersama keluarga adalah rumah

milik Ibu pasien.

9
DENAH RUMAH PASIEN

9. Riwayat keluarga

Pasien adalah anak tunggal. Pasien merupakan anak kandung dari ibu

dan ayahnya. Pasien hanya tinggal dan dirawat oleh ibunya

dikarenakan ayah dan ibu pasien telah berpisah sejak pasien masih

berumur 3 tahun.

10
SILSILAH KELUARGA / GENOGRAM

Faktor Herediter: Tidak ada

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

E. Persepsi Pasien Terhadap Penyakitnya

Pasien sadar bahwa dirinya sakit, pasien tahu sumber penyakitnya dan

memiliki keinginan untuk berobat dan sembuh dari penyakitnya.

F. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Lingkungannya

- Pasien merasa saat ini pekerjaan yang ia jalani tidak sesuai

dengan apa yang ia cita-citakan dulu namun pasien masih

merasa puas dikarenakan pasien masih mendapatkan pencapaian

terhadap pekerjaan yang ia jalani sekarang.

11
- Pasien merasa memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan

sekitarnya seperti hubungan pasien dengan tetangga-

tetangganya.

G. Persepsi Pasien Terhadap Keluarga

Pasien merasa bahwa tidak seluruh keluarga mendukung pasien dalam

menjalani pengobatan. Pasien merasa ibu pasien tidak perduli dengan

penyakit pasien, dan cenderung menganggap sepele penyakit yang

pasien derita sekarang. Namun, suami pasien mendukung pasien secara

penuh dalam menjalani pengobatan.

H. Persepsi Keluarga Terhadap Pasien

- Ibu Pasien kurang mengerti mengenai kondisi yang dialami

pasien sehingga terkesan ibunya seperti tidak perduli terhadap

kondisi yang dialami pasien namun ibunya ingin anaknya untuk

sembuh.

- Suami pasien perhatian kepada pasien dan tahu bahwa pasien

sakit dan membutuhkan bantuan serta mendukung pasien untuk

mencari pengobatan.

- Keluarga pasien tetap menerima kondisi/sakit yang dialami

pasien saat ini. Keluarga juga mendukung pengobatan yang

dilakukan pasien.

12
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

Pasien adalah perempuan tampak dan berpenampilan sesuai usia. Pasien

berkulit sawo matang dan berambut panjang berwarna hitam. Pasien

memiliki tubuh yang kecil dan tinggi. Saat dianamnesis di rumah,

pakaian pasien memakai kaos lengan pendek berwarna merah mudah

dan celana jeans panjang berwarna biru serta memakai sandal berwarna

hitam.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara di rumah pasien kooperatif dan dapat duduk dengan

tenang. Pasien menjawab dengan volume suara sedang. Selama

wawancara pasien memberi jawaban sesuai pertanyaan.

3. Sikap Terhadap Pemeriksa

Koperatif dan responsif.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Eutimia

2. Afek : Luas

3. Kesesuaian : Serasi

C. Pembicaraan

13
1. Kualitas: Volume sedang, artikulasi jelas, pasien menjawab sesuai

pertanyaan

2. Kuantitas: pasien berbicara cukup.

3. Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya berbahasa, pasien dapat

berbicara bahasa Indonesia.

D. Gangguan Persepsi

1. Depersonalisasi (-): Pasien menyadari bahwa dirinya nyata

2. Derealisasi (-) : Pasien mengetahui dan menyadari lingkungan

sekitar pasien adalah sesuatu yang nyata

3. Ilusi (-) : Tidak terdapat persepsi yang keliru dalam

menginterpretasi objek-objek sekitar pasien

4. Halusinasi (-) : Tidak terdapat halusinasi auditorik maupun

visual

E. Proses Pikir

1. Arus pikir : Koheren

2. Isi pikir : Obsesi (-), Fobia(-), Waham (-)

F. Sensorium dan Kognisi

1. Kewaspadaan dan Tingkat Kesadaran

Kesadaran pasien kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan,

mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi

14
 Orientasi waktu : Baik. Pasien dapat membedakan waktu antara

pagi, siang, dan malam.

 Orientasi tempat : Baik. Pasien dapat mengetahui di mana tempat

pasien berada saat ini.

 Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali anak dan tantenya

yang saat itu sedang berada bersama pasien.

3. Daya ingat

 Jangka panjang : Baik. Pasien masih dapat mengingat keluarganya

dan kejadian di masa lalu.

 Jangka sedang : Baik. Pasien dapat mengingat kejadian-kejadian

yang terjadi dalam rentang waktu 1 bulan yang

lalu.

 Jangka pendek : Baik. Pasien dapat mengingat makanan apa yang

pasien makan tadi pagi.

 Segera : Baik. Pasien dapat mengingat dan mengulang

kata-kata yang diucapkan pemeriksa.

4. Kemampuan membaca dan menulis

Pasien mampu untuk menuliskan nama pemeriksa serta mampu

membacanya.

5. Kemampuan visuospasial

Pasien dapat berjalan tanpa menabrak benda-benda di sekitarnya.

15
6. Kemampuan menolong diri sendiri

Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya sendiri seperti makan,

minum, dan mandi tanpa bantuan orang lain.

7. Pengendalian impuls

Pasien mengikuti wawancara dalam waktu yang cukup lama secara

kooperatif dan duduk dengan tenang.

16
G. Pertimbangan dan Tilikan

a. Daya nilai sosial : Baik. Pasien mengerti dan memahami bahwa

mencuri merupakan hal yang tidak baik.

b. Uji daya nilai : Baik. Pasien mengerti dan memahami bila terjadi

sebuah kebakaran, ia harus berlari mencari pertolongan dan menelepon

pemadam kebakaran.

c. Tilikan : Derajat tilikan 6, dimana pasien menyadari dirinya sakit,

pasien tahu penyebab penyakitnya dan mau mencari pengobatan.

H. Taraf Dapat Dipercaya

Secara keseluruhan pasien dapat dipercaya. Kejelasan informasi

dikonfirmasi kepada keluarga pasien.

17
V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI

A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang, kesadaran compos mentis

Tanda vital : TD 120/80 mmHg, N 78x/menit, RR 22x/menit,

S 36,5°C

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Jantung : SI-SII reguler, bising (-) gallop (-)

Paru : suara pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien

tidak teraba, bising usus normal.

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologikus.

- N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

- N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

- N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)

Selama wawancara gerakan bola mata pasien normal, pasien dapat

melirikkan bola matanya ke kiri dan kekanan, pasien juga dapat

mengikuti jari pemeriksa menggerakan bola mata ke kiri-kanan dan

atas bawah.

- N. trigeminus (N.V)

18
Selama wawancara berlangsung wajah pasien terlihat simetris.

- N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung wajah pasien terlihat simetris.

- N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara, pasien mampu menjawab pertanyaan yang

diberikan pemeriksa dengan volume suara sedang tanpa harus

menggunakan suara yang keras. Hal ini memberi kesan bahwa

pendengaran pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan

tidak terjatuh.

- N. glosssopharyngeus (N.IX),

Tidak dilakukan evaluasi.

- N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

- N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepala ke kiri dan kanan, hal ini menandakan

bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

- N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan didapatkan pasien adalah

wanita berusia 32 tahun datang ke Poliklinik Kesehatan Jiwa RSUP

Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada tanggal 3 Juni 2019 membawa

19
rujukan dari dokter spesialis Kejiwaan dengan keluhan sering merasa

takut tanpa alasan yang jelas, merasa sesak napas dan rasa tercekik

secara tiba-tiba, gelisah, berdebar-debar, dan takut mati sejak 6 tahun

yang lalu. Dalam satu bulan pasien beberapa kali merasakan hal serupa

yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi.

Keluhan biasanya disertai rasa mual muntah, dan sensasi

mati rasa. Pasien mengatakan keluhan memberat bila pasien sedang

tidak memiliki hal yang ia kerjakan dan membaik ketika pasien sedang

sibuk dan memiliki banyak hal untuk dikerjakan. Pasien juga

mengaku bahwa pasien sering merasa takut pada malam hari

dikarenakan pasien cemas jika terjadi serangan pada malam hari dan

tidak ada yang bisa membantu pasien dikarenakan keluarga pasien

sedang tidur semua. Seringkali saat tidur pasien sering terbangun

dikarenakan secara tiba-tiba pasien merasa sesak napas seperti tercekik

dan rasa takut secara tiba-tiba sehingga mengganggu tidur pasien.

Keluhan hanya muncul sewaktu saja, terjadi beberapa kali

dalam satu bulan, tidak setiap hari, dan dalam satu hari keluhan bisa

muncul sampai beberapa kali. Keluhan tersebut sangat mengganggu

pasien dikarenakan seringkali saat terjadi serangan pasien sampai tidak

dapat bergerak, dan sulit untuk bernapas.

Keluhan awalnya dimulai sejak 6 tahun lalu. Dimana saat 6

tahun lalu pasien pernah mengkonsumsi narkotika jenis shabu-shabu.

Beberapa saat setelah pasien mengkonsumsi shabu-shabu pasien

20
merasa badannya keram mati rasa dan gemetaran hingga pasien merasa

seperti akan mati dan pasien akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Pasien

mengatakan semenjak itu ia sering merasa takut-takut tanpa alasan

yang jelas dan sering terbayang rasa keram yang pernah ia rasakan

tersebut.

Pasien sudah pernah berobat ke psikiater kurang lebih sejak

4 tahun yang lalu, dan mendapat obat alprazolam 1x1mg. Menurut

pasien dengan mengkonsumsi obat tersebut pasien menjadi lebih

tenang, dan rileks. Namun, jika berhenti mengkonsumsi obat tersebut

pasien merasa takut jika ia akan mengalami serangan lagi. Pasien

pernah mencoba berhenti minum obat karena merasa sudah sembuh

namun ternyata keluhan rasa ketakutan pasien semakin bertambah

berat.

Pasien mengatakan keluhan tersebut sangat mengganggu

pekerjaannya sebagai karyawan swasta dan juga mengganggu

aktivitasnya sehari-hari di rumah. Pasien mengatakan sekarang ia

sudah jarang berpergian keluar rumah jika tidak harus dan cenderung

sering mencari kesibukan untuk menghindari serangan tersebut. Ia juga

sudah jarang ikut kumpul-kumpul bersama dengan teman. Tidak ada

gangguan dalam berat badan, nafsu makan. Pasien sadar dirinya sakit,

pasien tahu apa yang menyebabkan ia sakit dan pasien mau diobati.

21
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Diagnosis pada pasien ini diformulasikan dalam diagnostik multiaksial.

1. Aksis I

Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM V. Pada

autoanamnesis, pasien mengatakan bahwa pasien sering mengalami takut

tanpa alasan yang jelas, merasa sesak napas dan rasa tercekik secara tiba-

tiba, gelisah, berdebar-debar, dan takut mati sejak 6 tahun yang lalu..

Keluhan ini dirasakannya sampai beberapa kali dalam sebulan,

tidak menetap, hanya saat tertentu saja terjadi serangan. Hal ini

menyebabkan pasien takut jika serangan ini akan datang kembali. Menurut

pasien serangan panik sering terjadi saat pasien tidak memiliki hal yang ia

kerjakan, namun jarang muncul jika pasien sedang sibuk dan memiliki

banyak pekerjaan.

Pada pasien ini berdasarkan anamnesis, ditemukan gejala rasa

gelisah dan cemas, jantung berdebar, sesak nafas seperti tercekik pada

tubuh merupakan gejala ketegangan motorik dan hiperaktivitas otonomik

yang merupakan gejala dari gangguan panik. Onset gejala tidak terus

menerus hanya beberapa kali dalam sebulan dan tidak menetap. Pada

pasien juga didapati gejala cemas antisipatorik dimana pasien takut jika

keluhannya akan kambuh secara tiba-tiba. Berdasarkan hal tersebut, pada

aksis I dapat didiagnosis dengan gangguan panik.

22
2. Aksis II

Berdasarkan anamnesis, didapatkan bahwa ciri kepribadian pasien

adalah narsisistik. Pasien sering menonjolkan dirinya seperti mengatakan

bahwa semasa sekolah ia sering menjadi andalan teman-temannya dan

sering diberi tanggung jawab untuk menjadi Koordinator. Pasien juga

sering berkata bahwa semasa sekolah ia sering mendapatkan ranking di

sekolah. Ia juga mengatakan bahwa ia aktif mengikuti organisasi. Pasien

juga senang membicarakan prestasi-prestasinya walaupun tidak ditanyakan

mengenai hal tersebut. Pasien juga mengatakan bahwa banyak yang iri

padanya dikarenakan prestasinya tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dapat

disimpulkan bahwa aksis II pada pasien ini adalah ciri kepribadian

narsisistik.

3. Aksis III

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medis sekarang yang

bermakna.

4. Aksis IV

Pada aksis IV, masalah yang terdapat pada pasien ini adalah pasien

mengalami trauma terhadap rasa kesemutan yang pernah dialami oleh

pasien 6 tahun yang lalu. Semenjak terjadi hal tersebut pasien mulai sering

merasakan ketakutan yang tidak jelas, rasa sesak napas dan rasa seperti

akan mati. Hubungan pasien dengan ibu pasien juga tidak begitu baik

dikarenakan ibu pasien tidak perduli terhadap kondisi pasien yang sedang

sakit dan tidak memberi dukungan terhadap pasien. Pasien juga sudah

23
tidak aktif lagi di dalam kegiatan kegiatan dan kumpul bersama teman-

temannya dikarenakan pasien takut jika akan mengalamai serangan panik.

Keluhan pasien ini membuatnya sulit dalam bekerja dan mengganggu

aktivitasnya sehari-hari.

5. Aksis V

Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale,

Current 70-61, terdapat beberapa gejala ringan dan menetap atau beberapa

kesulitan dalam fungsi sosial atau pekerjaan, tetapi biasanya berfungsi

cukup baik, memiliki hubungan interpersonal yang penuh arti.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

A. Aksis I : Gangguan Panik

B. Aksis II : Ciri Kepribadian Narsisistik

C. Aksis III : Tidak ada diagnosis

D. Aksis IV : Masalah yang berkaitan dengan keluarga yaitu hubungan

dengan ibunya yang kurang baik, masalah di lingkungan dan pekerjaan,

dan masalah psikososial dimana pasien sudah tidak lagi ikut dalam

organisasi dan kegiatan kumpul bersama.

E. Aksis V: Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current 70-61,

terdapat beberapa gejala ringan dan menetap atau beberapa kesulitan

dalam fungsi sosial atau pekerjaan, tetapi biasanya berfungsi cukup baik,

memiliki hubungan interpersonal yang penuh arti. Terdapat gejala

24
halusinasi dan waham, gangguan dalam hubungan sosial, hubungan

interpersonal pasien dengan keluarganya masih baik.

25
IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologi

Tidak ada gangguan

B. Psikologi

Pasien merasa sedih dan tertekan dikarenakan ibunya cenderung tidak

perduli dan tidak memberi dukungan pada pasien dalam menghadapi

penyakitnya, pasien juga memikirkan mengenai aktivitas sosial organisasi

pasien, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari yang sering terganggu

dikarenakan keluhannya.

C. Lingkungan dan sosial ekonomi

Pasien sudah tidak aktif lagi dalam organisasi dan kegiatan kumpul

bersama teman-teman pasien dikarenakan pasien takut jika akan mengalami

serangan panik.

Pasien tidak mengalami masalah dalam finansial.

26
X. RENCANA TERAPI

A. Terapi Farmakologi

Fluoxetine 20 mg 1x1 tablet per hari (pagi hari)

Alprazolam 1 mg 2x1 tablet per hari (siang dan malam hari)

B. Psikoterapi

1. Terapi untuk Pasien

a. Terapi kognitif dan perilaku (Cognitive Behavioral Therapy)

CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dengan atau tanpa

farmakoterapi, merupakan terapi pilihan untuk gangguan panik.

CBT memiliki efikasi yang lebih tinggi dalam mengatasi gangguan

panik dan biayanya lebih murah. Terdapat beberapa metode CBT,

beberapa diantaranya yakni metode restrukturisasi dan terapi

relaksasi. Inti dari terapi CBT adalah membantu pasien dalam

memahami cara kerja pemikiran otomatis dan keyakinan yang

salah yang dapat menimbulkan respon emosional yang berlebihan,

seperti pada gangguan panik.1,2,3

- Terapi restrukturisasi, melalui terapi ini pasien dapat

merestrukturisasi isi pikirannya dengan cara mengganti semua

pikiran – pikiran negatif yang dapat mengakibatkan perasaan

tidak menyenangkan yang dapat memicu serangan panik

dengan pemikiran-pemikiran positif.2

27
- Terapi relaksasi dapat digunakan untuk membantu pasien

mengontrol kadar kecemasan dan mencegah hipokapnia ketika

serangan panik terjadi.

Semua jenis CBT seperti di atas dapat dilakukan pasien dengan

atau tanpa melibatkan dokter.2

b. Terapi Supportif

Pasien diberikan penjelasan secara perlahan-lahan mengenai

kondisinya sehingga pasien dapat mengerti dan mengendalikan

dirinya, terutama pasien mengerti bahwa penyakit ini bukan

penyakit yang mematikan.

Memberikan edukasi pada pasien agar memahami gangguannya

lebih lanjut, cara pengobatannya, efek samping yang muncul, serta

pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.3

2. Terapi untuk Keluarga

- Memberi pengertian dan dukungan kepada keluarga akan

pentingnya peran keluarga pada keadaan pasien seperti ini.

- Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian khusus

terhadap pasien dan mengawasi pasien dalam meminum obat.

- Memberikan psikoedukasi mengenai gangguan panik, sehingga

jika pasien mendapat serangan panik keluarga dapat segera

memberikan pertolongan kepada pasien.

28
- Memberikan psikoedukasi, menyampaikan kepada keluarga

mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa

memberi dukungan selama masa pengobatan.

X1. Prognosis

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

X11. Diskusi

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan keluhan pasien yakni rasa sesak

napas dan rasa tercekik secara tiba-tiba, gelisah, berdebar-debar, dan takut

mati sejak 6 tahun yang lalu. Keluhan ini tidak muncul sepanjang hari hanya

dirasakan beberapa kali dalam sebulan. Keluhan sudah berlangsung kurang

lebih sejak 6 tahun yang lalu dimulai sejak pasien merasa kesemutan hebat,

sensasi mati rasa di tubuh pasien yang menyebabkan pasient trauma sampai

sekarang.

Pasien selalu merasa takut akan serangan panik susulan yang mungkin

terjadi. Pasien merasa terganggu dengan serangannya sehingga membuat

pekerjaan sebagai karyawan swasta terganggu, dan saat terjadi serangan

mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

Bedasarkan DSM V kriteria diagnostik untuk gangguan panik adalah4:

29
A. Serangan panik tidak terduga yang sering terjadi. Serangan panik berupa

serangan mendadak yang menimbulkan ketakutan dan rasa tidak nyaman

yang intens, dan terdapat 4 atau lebih gejala dari:

- Palpitasi, jantung berdebar atau peningkatan denyut jantung

- Berkeringat

- Gemetar

- Sensasi nafas memendek atau sesak nafas

- Rasa tercekik

- Rasa tidak nyaman di dada

- Mual dan rasa tidak nyaman di perut

- Perasaan pusing, tidak stabil, atau pingsan

- Rasa dingin atau panas

- Parastesia

- Derealisasi

- Ketakutan hilang kendali

- Ketakutan akan mati

B. Paling tidak satu serangan diikuti oleh satu bulan satu atau lebih tanda

dari:

- Kecemasan yang persisten bahwa serangan akan muncul kembali

- Perubahan yang maladaptif terhadap perilaku berhubungan dengan

serangan panik

C. Tidak disebabkan kerena penggunaan obat atau kondisi medis lainnya

D. Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.

30
Gejala yang dikeluhkan pasien telah memenuhi kriteria A pada kriteria

diagnosa gangguan panik menurut DSM V. Adanya rasa berdebar-debar,

berkeringat dingin, gemetar, dan sesak nafas. Pasien juga mengalami cemas

antisipatorik, kecemasan terhadap suatu serangan akan muncul kembali dan

kecemasan akan kelahiran anak keduanya.

Etilogi gangguan panik terdiri dari faktor biologis, faktor genetik dan

faktor psikososial.

 Faktor Biologis

Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah

menghasilkan berbagai temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala

gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di

dalam struktur otak dan fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian

lainnya telah menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi

sistem saraf perifer dan pusat di dalam patofisiologi gangguan panik.

Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan panik telah

dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi

secara lambat terhadap stimuli yang berulang, dan berespon secara

berlebihan terhadap stimuli yang sedang. Sistem neurotransmiter

utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-

aminobutyric acid (GABA).5,6

 Faktor Genetika

Bahwa gangguan ini memiliki komponen genetika yang jelas. Angka

prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita

31
gangguan panik. Berbagai penelitian telah menemukan adanya

peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak

saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan

dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan

psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar monozigot.5,6

 Faktor Psikososial

Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan

untuk menjelaskan patogenesis gangguan panik dan agoraphobia.

Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu

respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau

melalui proses pembiasan klasik.5,6

Semua jenis obat anti-panik sama efektifnya menanggulangi sindrom

panik pada taraf sedang dan pada stadium awal dari gangguan panik.

Pemakaian benzodiazapine dalam pengobatan gangguan panik adalah efektif

dan memiliki onset yang lebih cepat dibandingkan terapi obat lainnya. Untuk

benzodiazepine dapat digunakan alprazolam, dimulai dengan dosis 0.5 mg.7

Benzodiazepine bekerja dengan meningkatkan aksi neurotransmitter

GABA yang merupakan inhibitor yang utama hiperaktivitas sistem limbik

yang dipengaruhi oleh dopaminergic, noradrenergic dan serotinergic.

Alprazolam sebagai salah satu golongan obat benzodiazepin onset cepat telah

digunakan dalam klinis untuk mengatasi panik. Penggunaan untuk pengobatan

gangguan panik telah mendapat pengakuan Food and Drug Administration

(FDA). Pada kasus ini sebelumnya pasien mendapat dosis satu kali sehari

32
dengan dosis 1 mg/hari. Pengguna benzodiazepine perlu memperhatikan efek

sedasi yang mungkin dirasakan beberapa pasien dalam jangka panjang, juga

perlu diperhatikan potensi ketergantungan dan penyalahgunaan.8

Alprazolam umumnya telah mulai berkhasiat dalam waktu beberapa

hari setelah pemberian obat, sedangkan trisiklik/RIMA/SSRI baru berkhasiat

setelah pemberian 2-4 minggu. Batas lamanya pemberian obat bersifat

individual, umumnya 6-12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama

3 bulan bila kondisi pasien sudah memungkinkan.9

Pada pasien diberikan psikoterapi, yaitu psikoterapi kognitif perilaku

dimana pasien diajak untuk melakukan rekstrukturisasi kognitif, yaitu

membentuk kembali pola perilaku dan mengganti pikiran yang irasional.

Pemilihan jenis ini berdasarkan kondisi pasien saat itu, motivasi individu,

kepribadiannya, serta tentunya pertimbangan dokter yang akan melakukannya.

Jenis terapi ini akan berhasil bila motivasi pasien tinggi serta bersedia bekerja

sama dengan terapis atau dokter.1

Terapi Relaksasi menggunakan teknik dasar relaksasi otot dan

membayangkan situasi yang membuat santai. Pada saat terapi individu diberi

situasi yang memberikan sensasi ketegangan sesudah itu sensasi relaks dan

individu harus dapat membedakan situasi saat panic dan situasi saat relaks.

Latihan pernapasan yang dilakukan dengan pendekatan langsung untuk

mengendalikan diri pasien dalam mengurangi rasa cemas yang dirasakan.

Pasien dilatih untuk menarik nafas dalam melalui hidung dengan perlahan,

33
lalu mengeluarkan nafas perlahan melalui mulut. Dengan terapi ini pasien

dapat mengendalikan hiperventilasi pada serangan panik.2

Edukasi kepada keluarga dengan memberikan informasi tentang

penyakit yang diderita pasien, memotivasi pasien untuk melawan keyakinan-

keyakinannya yang salah, meminta keluarga pasien untuk ikut serta

mengingatkan pasien untuk kontrol rutin dan tidak menaikkan atau

menurunkan dosis tanpa anjuran dokter.

XIII. Kesimpulan

1. Diagnosis pasien adalah gangguan panik

2. Pengobatan farmakoterapi, psikoterapi secara rutin dan dukungan dari

keluarga sangat dianjurkan untuk kesembuhan pasien

34
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan bersama pasien dan penjaga pasien pada tanggal

10 Juni 2019 pukul 18.30 di rumah pasien di Bitung.

Keterangan: G : Gabrielle

P : Pasien

G : Selamat sore kak. Apa kabar dang ini?

P : Io dok. So bae bae so lumayan enak ini.

G : Maaf so baganggu kak malam-malam

A : Nyanda apa-apa dokter. Pas leh kwa ini ada hari raya ketupat jadi da mo

kaluar mar nanti jo abis ini.

G : Owah oke kak. Ada mo batanya kwa neh kak. Awalnya bagaimana so

dang ini kak pe saki?

P : Kita kwa pe saki itu noh tu tako-tako. Trauma kwa kita. Pertama mula

tu 6 taon lalu itu noh masih nakal nakal babacoba shabu. Pas kelar coba

tu shabu depe pagi tu badan keram sekali keram memang mati rasa.

Kita kira kita somo mati soalnya so nd dpa rasa apa-apa. Kong riki kwa

da bawa lari ka rumah sakit mar sampe skarang nentau leh kiapa dia

boleh keram bagitu. Nah mulai dari situ noh ja tako-tako.

G : Oh io kang yang 6 tahun lalu itu kwa kang kak. Kalo ja rasa tako, rasa

tako bgmna dan itu kak? Rasa tako pa orang ato bagimana?

35
P : Rasa tako yah tako-tako nda jelas pokoknya tu perasaan rasa nda

tenang. Nda nyaman.

G : Itu ka pe rasa tako itu ja terjadi tiba-tiba ato bgmna kak?

P : Io itu noh. Nda da beking apa-apa langsung tiba-tiba tako. Kalo so tako

bagitu smo noh baku iko kita somo basuar dingin tape tangan deng

kaki, mulai barasa tapukul-pukul tu jantong, mulai rasa sesak rupa ta

cekek bagitu dang lengkali boleh sampe nda tabagera sama skli kita

sampe rasa rupa orang somo mati. Pe siksa skali eh.

G : Kong ada ba priksa pa dokter itu kak?

P : Duh mulai dari tu da tarasa itu kwa eh pas pulang ka rumah amper tiap

kita mulai ja rasa tako itu kita langsung pigi rumah sakit. Riki so

periksa noh samua dari atas sampe bawah dokter bilang nyanda da apa-

apa cuma saki di pikiran kata itu dia. Tu dokter riki bilang bagini pa

kita, kita kata rupa da belanja dokter. Nyanda da apa apa kurang da bale

bale ka rumah sakit dia riki bilang kita berani bataruh ngana nanda saki.

Coba jo ngana pigi ka Psikiater.

G : Oh jadi ada pigi ka IGD dang kak? Tiap rasa tako muncul jaga pigi

IGD?

P : Io rasa tako, sesak napas, susah mo tidor, tako mar nintau tako apa.

Kalo ja tidor dang lengkali tiba-tiba rupa ja ilang napas bagitiu.

G : Kong ada ba priksa ke Psikiater dang kak?

36
P : Io ada. Dari dokter di Rumah Sakit da suruh ka Psikiater kita langung

pigi memang.

G : Kong di Psikiater ada ba periksa apa dang?

P : Kita da bilang noh kita pe saki-saki ini. Mar waktu itu cuma dapa

bilang cemas berlebih. Dapa suruh ubah itu pola pikir. Mar babagitu

terus tu saki nda ada perubahan.

G : Itu dang kak tiap bulan pasti ada?

P : Io tiap bulan pasti ada. Nda pernah nda. Mar nda tiap hari leh juga.

Dalam seminggu ada lah. Kong misalnya satu hari so dpa di hari yang

sama leh lengkali ja ta ulang.

G : Rupa bagimana itu kak awalnya?

G : Ada nda faktor yang memperberat kak pe keluhan misalnya da ba apa

begitu kong ja serangan ?

P : Apa kang. Kalo malam. Kita ini takut akan malam kwa. Karna kalo so

malam kita selalu bapikir sapa tu mo bawa ka rumah sakit kita kalo kita

anfal. Kan dorang samua tidor.

G : Owah kong ada ba apa leh kak biasa ja serangan?

P : Nda menentu kwa lengkali nda beking apa-apa mo serangan. Mar kalo

kita perhatikan kalo misalnya kita babadiam bagitu nda ada pekerjaan

selalu mo kena noh. Mar kalo rupa kita banyak kerjaan begitu nda

tabadiam nda ja dpa serangan.

37
G : Waktu kak ja serangan panik depe rasa kayak bgmna dang kak?

P : Pertama biasa kita mlai ba debar-debar. Kita pe dada rupa tapukul

pukul. Abi situ somo mulai basuar dingin tangan deng kaki basuar.

Baru abis itu dia so mulai beking kita gelisah duh pokoknya mo bagera

kasana Kamari kiri kanan, baru abis itu smo mulai no tu sesak napas.

Sesak napas memang rasa sesak sekali sampe kita pe diri sandiri nd bisa

kontrol kita pe banapas. Mo bilang bgmn eh rupa rasa tacekik bgtu

bilang mo mati mar bukang mati aduh pokoknya siksa skli kasiang.

P : Pernah leh te memang pas serangan sampe sama sekali nda bisa

kemana-mana. Sama sekali na bisa bagera kita tako kita somo mati pas

itu. lengkali krn ja ta bagini kt so ja bapikir kage kita so gila kang.

Hahaha

G : owah begitu kak. Kong itu ada rasa apa leh mual muntah nda?

P : hah io itu. dengan sasadiki smo rasa mual muntah.

G : Biasa kalo pas serangan bagitu kak ja baa pa?

P : duh kita langsung ja lari kaluar cari udara hirup banyak banyak.

G : Kong kak so pernah ba priksa pa dokter ulang konsultasi?

P : Sudah. Kita ka dokter malah dapa obat asam lambung? Maksudnya itu

hubungan kw eh dengan obat sakit maaf dang apa.

G : karena Kak pe mual muntah itu sto.

38
P : Mar aneh dang. Kita dapat obat mual muntah kita minum nda ba efek

sma sekali nda ada perubahan. Mar pe minum tu obat dari dokter

psikiater itu memang langsung ilang rupa da sihir memang.

G : So dari kapan kote kak da pigi psikiater? So berapa lama kak tau kak pe

saki ini dang?

P : Da ka psikiater so dari awal. Mar itu noh waktu itu nda dapa bilang kita

pe saki. Nanti baru 4 thun kebelakang baru tau kasiang.

G : Waktu sekolah dulu pas kecil nda pernah begini?

P : Nda. Nda pernah. Makanya orang rumah sampe heran kita yang dulu

dengan sekarang rupa da taputar 180 derajat . Dulu pemberani,

gampang bergaul,eh pas kena ni saki berbalik. Sasadiki cemas ssdki

cemas. Sekarang tu cemas lebe menjadi-jadi

G : Tu obat dang ka jaga minum teratur?

P : Ada noh ada minum. Apalagi kalo smo barasa rasa somo serangan kita

somo minum.

G : Kak dang pas sekolah sering ja iko organisasi begitu nda?

P : Ada noh kalo organisasi. Kita iko OSIS kwa dulu. Kita suka noh ja iko

organisasi begitu. Jaga dapa dapa suruh jadi ketua begitu dulu saking

krn kt pe pang brani ya doe mar sekarang so pe panako busu.

G : Kong ka pe hubungan dengan keluarga dang bagaimana?

39
P : yah itu leh noh satu hal yang masih beking kt sedih. Kita kwa dang suka

ada emotional support dari tape keluarga. Dari tape mama lah yang

paling kita harapkan. Mar kita pe mama kwa rupa nd ambil pusing.

Bukan dia nd perduli mar kayaknya dia masih blm sadar kalo kita saki.

Jadi nda ja dukung kase saran nda noh. Cuma baku biar bagitu. Suami

noh kurang ja dukung pa kita.

G : Maaf kak mo tanya, kak pe papa dang?

P : oh nda kita Cuma tinggal deng mma ini. Kita pe mama yang da se besar

p a kita. Kita pe papa so setinggal pa kt deng kt pe mama so lama dari

kita umur 3 tahun,

G : Mar hubungan baik dengan ayah?

P : biasa- biasa noh, rupa apa eh so nd baku perduli. Kt tako nah oh tu sana

tu tape papa mar sedangkan mo baku lewat jo so nda ja baku tegor noh.

Mo apa leh haha.

G : Soal kak pe hubungan dengan kak pe ibu ?

P : Kita dengan kita pe mama pe hubungan kwa bagimana kang dok. Baik

noh sebenarnya. Kt pe mama sayang pa kita. Cuma kita pe mama kwa

eh yang da sebesar pa kita. Cuma itu noh rupa kt da blg. Kt pe mama nd

perduli kt da saki ini karna menurut dia mungkin ini bukang saki dang.

Jadi yah begitu sedih sih mar lebe inga lebe mo sedih jadi sudah jo inga

inga toh. Nanti j noh dok kalo boleh bilang akang kasiang pa mama

kalo kita memang saki. Sapa tau toh boleh mo kase pengertian.

40
G : Owah io dang kak. Kalo hubungan dengan tetangga-tetangga dang kak?

P : kalo deng tetangga-tetangga bagus yah . Cuma sekarang kita so nda

terlalu sering iko kumpul-kumpul begitu kwa. Karna kt pe tako-tako ini

noh. Enter deng kita pe teman teman sekarang kasiang biar so suka

skali mo bakudapa mar kita yang tako.

G : Kalo pas masa kecil kak pe pertumbuhan dan perkembangan baik?

Maaf kak mo tanya pernah tinggal kelas?

P : Setahu kita sih baik. Bagus-bagus. Selalu nae kelas leh. Ja dapa juara

riki hahaha.

G : Duh jadi memang so lama kang kak.

P : Io so lama ini saki ini. Mar kita suka noh mo bae makanya ada cari

berobat. Biar jauh jauh ja datang ka sana hehe.

G : Io dang kak semoga cepat sembuh. Obat minum teratur dulu noh neh.

Kan nanti mob a kontrol ulang kang?

P : Io dokter.

G : Io dang kak terimakasih banyak sebelumnya. Selamat malam

P : Selamat malam dokter.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Lydiard RB, Johnson RH. Assessment and Management of Treatment-


Resistance in Panic Disorder. Focus psychiatry guideline. June 1, 2011. Vol
IX ; No. 3.

2. Stein MB et al. Practice Guideline For The Treatment of Patients With Panic
Disorder. Second Edition. American Psychiatric Association guideline. 2009.
Diunduh tanggal 18 Juli 2014.

3. Elvira SD, Hadisukanto G, 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI.
Jakarta p235-238.

4. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistica Manual


of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;
Washington DC. 2013.

5. Kusumadewi I, Elvira SD. Gangguan Panik. Dalam: Buku Ajar Psikiatri


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kedua. Badan Penerbit
FKUI. Jakarta: 2013. hal 258-63.

6. Sadock J Bejamin, Sadock A Virginia. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi


kedua.ECG Jakarta:2010.hal 230 -33.

7. Maslim R. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu


Kedokteran Jiwa FK unika Atma Jaya. Jakarta, 2007.

8. Preston, John, Johnson, James. Clinical Psychopharmacology. USA :


MedMaster.Inc.2015.p.35

42
9. Kaplan HI. Sadock BJ. Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Tangerang : Binarupa Aksara Publisher. 2010.
h.43-4.

43
LAMPIRAN

Gambar 1. Foto bersama Pasien

Gambar 2. Tampak depan rumah pasien

44
Gereja
Centrum
Bitung

Lorong 1

Lorong 2

Rumah
pasien

Gambar 3. Denah rumah pasien

45

Anda mungkin juga menyukai