Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

DOKTER INTERNSHIP

ANXIETAS MENYELURUH

Disusun oleh :

Nama : dr. Vivi Novita Rachmawati


Wahana : RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu
Periode : IGD 6 Februari 2017 – 5 Juni 2017

Dokter pendamping:

dr. Nia Tri Mulyani


dr. jauhar Muhammad

RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU


2017

1
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal Maret 2017 di Wahana RSU Muhammadiyah Siti Aminah
Bumiayu telah dipresentasikan portofolio oleh
Nama : dr. Vivi Novita Rachmawati
Kasus : Anxietas Menyeluruh
Topik : Jiwa
Nama Pendamping : dr. Nia Tri Mulyani
Nama Wahana : RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu

No. Nama peserta Presentasi Tanda Tangan


1 dr. Catherine Kwee 1
2 dr. Chandra Arfeni 2
3 dr. Rhani Sabrina 3
4 dr. Agus Hariyanto 4
5 dr. Vitria Novita Sari 5
6 dr. Vivi Novita 6

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya.

Mengetahui
Dokter Pendamping Dokter Pendamping

dr. Jauhar Muhammad dr. Nia Tri Mulyani

2
No. ID dan Nama Peserta : 2012.02.04.23.UHS /

No. ID dan Nama Wahana: 2012.02.04.23.UHS /

Topik: Gangguan Anxietas Menyeluruh

Tanggal (kasus) :

Nama Pasien : Tn. N No. RM :

Tanggal presentasi: Pendamping:

Tempat presentasi:

Obyek presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi:
Seorang pria umur 39 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan susah tidur dialami sejak 20
hari terakhir, pasien juga sering merasa jantungnya berdebar-debar dan berkeringat berlebih yang
dialami sejak 3 bulan terakhir dan memberat 1 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa
gelisah dan disertai nyeri di bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Pasien juga mengeluh
sering sakit kepala. Pasien selalu merasa khawatir tentang perekonomian keluarganya yang tidak
kunjung membaik meskipun ia mengaku telah bekerja keras sebagai petani. Pasien saat ini
memiliki 2 orang anak perempuan yang sedang kuliah di Makassar. Hal inilah juga yang
membebani pikirannya pasien untuk uang kuliah anaknya. BAK: lancar, BAB: konsistensi biasa.
Tujuan: menegakkan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh dan pengobatannya.

Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit


bahasan: pustaka

3
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. N No.Registrasi:

Nama klinik

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/gambaran klinis: Seorang pria umur 39 tahun datang ke IGD RS dengan


keluhan susah tidur dialami sejak 20 hari terakhir, pasien juga sering merasa jantungnya
berdebar-debar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 3 bulan terakhir dan
memberat 1 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa gelisah dan disertai nyeri di
bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Pasien juga mengeluh sering sakit kepala.
Pasien selalu merasa khawatir tentang perekonomian keluarganya yang tidak kunjung
membaik meskipun ia mengaku telah bekerja keras sebagai petani. Pasien saat ini
memiliki 2 orang anak perempuan yang sedang kuliah di Makassar. Hal inilah yang juga
membebani pikiran pasien untuk uang kuliah anaknya Pasien biasa terbangun tengah
malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB: konsistensi biasa.
2. Pemeriksaan fisis: TD: 120/70 mmHg, N: 84 x/mnt, P:22 x/mnt, S: 36.5 ºC.
3. Riwayat pengobatan: Pasien tidak pernah berobat sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit otak dan saraf tidak ada. Riwayat gangguan jiwa sebelumnya tidak ada.
Riwayat penyakit jantung dan gastritis tidak ada.
5. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita gangguan jiwa sebelumnya dan
tidak ada keluhan yang serupa dengan pasien.
6. Riwayat pekerjaan: Pasien bekerja sebagai petani
7. Lain-lain: -
Daftar Pustaka:

Mansjoer, A., dkk. Gangguan kecemasan. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

4
2000 : 207-9.

Panggabean, L. Pengembangan kesehatan perkotaan ditinjau dari aspek psikososial.


(makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 2003.

Hasil pembelajaran:

1. Kriteria Diagnosis Gangguan Anxietas Menyeluruh


2. Penanganan Gangguan Anxietas Menyeluruh

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Seorang pria umur 39 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan susah tidur dialami
sejak 20 hari terakhir, pasien juga sering merasa jantungnya berdebar-debar dan
berkeringat berlebih yang dialami sejak 3 bulan terakhir dan memberat 1 bulan ini. Pasien
juga mengeluh sering merasa gelisah dan disertai nyeri di bagian ulu hati dan kadang
merasa sesak. Pasien juga mengeluh sering sakit kepala. Pasien selalu merasa khawatir
tentang perekonomian keluarganya yang tidak kunjung membaik meskipun ia mengaku
telah bekerja keras sebagai petani. Pasien saat ini memiliki 2 orang anak perempuan yang
sedang kuliah di Makassar. Hal inilah yang juga membebani pikiran pasien untuk uang
kuliah anaknya. Pasien biasa terbangun tengah malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar,
BAB: konsistensi biasa.
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh:
Status Vitalis: TD: 120/70 mmHg, N: 84 x/mnt, P:22 x/mnt, S: 36.5 ºC.
Status Mentalis:
Penampilan : tampak seorang pria memakai baju kaos berwarna hitam bermotif garis
horizontal dan celana kain berwarna hitam, perawakan sesuai umur,
cukup rapi.
Kontak : mata (+).
Psikomotor : gelisah

5
Verbalisasi : menjawab bila ditanya, intonasi biasa.
Afek : wajar
Ggn. Persepsi : tidak ada
Ggn. Isi Pikir : tidak ada

Status Lokalis:
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Dada : dalam batas normal
Jantung : dalam Batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal

3. Assesment:
Diagnosis:
Gangguan Anxietas/Kecemasan Menyeluruh.

4. Planning
Terapi gangguan kecemasan

1. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada
konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi
dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari
menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi
perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu
juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan
yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain
itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik

6
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita
yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang
yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu
terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan
mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya.
Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka
yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan
mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke
permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan
kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam).
Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan
depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga
mempunyai efek antidepresi
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan
oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu
menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya
kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar,
diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak
demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan
sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia
spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi
bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang
makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada
tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa
suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya

7
yang dapat bertahan lama.
b. Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.
biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan
dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk
menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi
kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan
irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan
kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah
menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha
mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia
sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin
bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi
sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-
cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara
rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses
dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional
sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
erapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik
kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin
dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca
trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan
panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada
pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu

8
menghadapi sendiri situasi tersebut.

5. Implementation
Pengobatan:
1. Alprazolam 1 mg 0-1/2-1 tab/hari/pc
2. Edukasi pasien, rencana psikoterapi.
3. Kontrol seminggu kemudian di poliklinik Jiwa oleh SpKJ.

6. Evaluation
Prognosis

Prognosis baik bila gejala berespon terhadap pengobatan konservatif. Kasus berat mungkin
akan membutuhkan psikoterapi adjuvant.

Pendidikan:

Dokter menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.

Konsultasi:
Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis penyakit jiwa untuk penanganan lebih
lanjut.

Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasarana yang lebih memadai.

9
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA

DEFENISI GANGGUAN CEMAS

Menurut Sadock dan Virginia (2007) gangguan cemas adalah keadaan seseorang
menalami perasaan gelisah atau cemas dengan aktivitas sistem syaraf otonom dalam berespon
terhadap suatu ancaman tertentu.

Selain itu menurut Miraz, L (2010) gangguan cemas merupakan keadaan yang ditandai
dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan keluhan somatik yang diperlihatkan dengan
hiperaktivitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering
ditemukan dan seringkali merupakan suatu emosi yang normal.

Gangguan cemas dan ketakutan sering disalahartikan. Ketakutan biasanya timbul akibat
adanya ancaman yang spesifik, sedangkan gangguan cemas timbul akibat adanya ancaman yang
belum jelas. Perasaan tidak berdaya dan tidak adekuat dapat terjadi, disertai perasaan terasing
dan tidak aman. Intensitas perasaan ini dapat ringan atau berat dan kadang bisa menimbulkan
kepanikan (Sadock dan Virginia, 2007).

TEORI

Teori gangguan cemas dibedakan menjadi dua ( Sadock dan Virginia) yaitu :

a. Teori Psikoanalitik

Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal , yang mwnadarkan ego untuk
mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri misal dengan
menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan
psikologis tanpa adanya gejala cemas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu
pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain, misalnya konversi, rgresi.

b. Teori Perilaku

10
Teori ini mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu respon terhadap stimuli
lingkungan keluarga.

c. Teori Eksistensial

Suatu konsep dan teori , bahwa bial seorang sadar akan adanya kehampaan yang
menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang
kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah
respons seseorang terhadapa kemampuan eksistensi tersebut.

B) Teori Biologis

a. Sistem Saraf Otonom

Stimuli sistem saraf otonom menimbulkan gejala gejala tertentu, seperti takikardi,
nyeri kepala, diare dan sebagainya.

b. Neurotransmitter

Tiga neurotransmitter yang berperan dalam gangguan cemas yaitu : norepinefrin,


serotonin dan gammma-aminobutyric acid.

c. Penelitian Genetika

Menurut hasil penelitian genetika, hampir sebagian besar penderita gangguan


panik memiliki paling sedikit satu saudara yang juga menderita gangguan tersebut.

ETIOLOGI

Menurut Mighwar (2006), secara psikologis, gangguan cemas merupakan pikiran-pikiran


negatif yang dialami seseorang yang semakin lama semakin kuat. Hal ini terjadi akibat :

a. Kurangnya pengetahuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pertumbuhan dan


perkembagan lingkungan sosial

b. Kurangnya dukungan dari orang tua, teman sebaya atau lingkungan masayarakat sekitar.

c. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tekanan yang ada.

11
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Menurut Stuart dan Sundeen ( 2000 ) faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan cemas
dibedakan dalam beberapa hal :

a. Usia

b. Status kesehatan

c. Nila-nilai budaya

d. Pendidikan

e. Mekanisme defensi

f. Dukungan sosial

g. Tahap perkembangan

h. Pengalaman masa lalu

i. Pengetahuan

KLASIFIKASI

Menurut Sadock dan Virginia (2007), klasifikasi gangguan cemas dibedakan menjadi :

a. Gangguan Panikua kriteria gangguan panik : gngguan pankik tanpa agoraphobia dan
gangguan panik dengan agoraphobia kedua gangguan panik ini harus ada

Gambaran klinis :

 Serangan panik pertama seringkali spontan

 Ketakutan berlebihan

 Tidak mampu menjelaskan sumber ketakutannya

 Bingung, sulit konsentrasi

 Takikardi, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat

12
Pedoman Diagnostik Agoraphobia :

 Kecemasan berada di suatu tempat

 Menghidar (fobia sosial)

Pedoman Diagnostik Gangguan Panik :

 Sekurangnya satu serangan diikuti satu atau lebih

 Gangguan panik bisa dengan agoraphobia atau tanpa agoraphobia

b. Gangguan Fobia

Fobia adalah ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran secara sadar
terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Ada dua jenis fobia, yaitu fobia
spesifik, fobia sosial.

Pedoma Diagnostik :

 Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan

c. Gangguan Obsesif Kompulsif

Obsesif adalah pikiran , perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak
dikehendaki.

Pedoman Diagnosis :

 Pikiran, impuls, yang berulang

 Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.

d. Gangguan Stres Pasca Trauma

Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan,


kecelakaan.uma terdiri dari :

 Pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran

13
 Penumpukan responsivitas pada penderita tersebut

Pedoman Diagnostik Stres Pascatrauma :

a. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik

b. Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali

c. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

d. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan


dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.

e. Reaksi Stres Akut

Gangguan sementara yang cukup parah, terjadi pada seseorang tanpa adanya gangguan
jiwa lain muncul respons terhadap stres fisik mental dan biasanya menghilang dalam
beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa pengalam traumatik yang luar biasa.

Pedomann Diagnostik :

a. Gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah

b. Gejala-gejalanya dapat mengilang dengan cepat (beberapa jam)

f. Gangguan Anxietas Menyelutuh

Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap aktivitas atau peristiwa


tertenstu , yang berlangsung hampir setiap hari, selama 6 bulan atau lebih. Gambaran
esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap
(bertahan lama). Gejala yang menonjol sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang
berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi,
pusing kepala dan keluhan epigastrik.

Pedoman Diagnostik : gejala- gejala ini baisanya mencakup hal-hal berikut : kecemasan
tentang masa depan, ketegangan motorik, over aktivitas otonomik.

g. Gangguan campuran anxietas dann depresi

14
Kategori campuran harus digunakan bilamana terdapat gejala anxietas maupun
depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan raangkaian gejala yang cukup berat
untuk mengakkan diagnosis tersendiri.

Gejala Umum Gangguan Kecemasan

Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi
masing-masing individu, beberapa simtomp yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa
diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat
mengganggu.

1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat


Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh
darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar.
Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan
kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2. Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat
merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda
serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik
yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3. Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan
sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas
karena kehilangan udara.
4. Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang
muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor.
5. Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual.
6. Gangguan tidur.
7. Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang
menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami

15
gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa
gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat.
9. Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri.
10. Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).
PENANGANAN GANGGUAN CEMAS

a. Non Farmakologi, Freund, Sigmund (2002)

1. Pendekatan-pendekatan psikologis

Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan
penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan
mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan:

a. Pendekatan-pendekatan psikodinamika

Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan


kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap
terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan
simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat
dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian
ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan
memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern
lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang
daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk
mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.

b. Pendekatan-pendekatan humanistik

Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri
kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self
seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran.
Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk

16
memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang
sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan
menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan
bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka
mulai muncul ke permukaan.

c. Pendekatan-pendekatan biologis

Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati


gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax
(alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat
mengakibatkan depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan
antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi

d. Pendekatan-pendekatan belajar

Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak


dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk
membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi
penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam
pendekatan belajar, diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak
demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan
sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia
spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi
bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang
makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada
tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa
suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya
yang dapat bertahan lama.
b. Rekonstruksi Pikiran

17
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.
biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan
dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk
menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi
kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan
irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan
kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah
menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha
mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia
sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin
bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi
sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-
cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara
rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses
dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional
sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
erapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik
kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin
dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca
trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan
panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada
pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu
menghadapi sendiri situasi tersebut.

2. Penerapan pola hidup sehat

18
b. Farmakologi, Departemen Kesehatan R.I (1993)

1. Antiansietas

a. Golongan Benzodiazepin

b. Buspiron

2. Antidepresi

Golongan Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitors (SNRI)

19

Anda mungkin juga menyukai