Anda di halaman 1dari 28

PORTOFOLIO KASUS KEGAWATDARURATAN

PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

Oleh :

dr. VIVI NOVITA RACHMAWATI

Pendamping :

dr. JAUHAR MUHAMMAD

dr. NIA TRI MULYANI

RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU

2017
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal Mei 2017 di Wahana RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu
telah dipresentasikan portofolio oleh
Nama : dr. Vivi Novita Rachmawati
Kasus : Pre Eklamsia Berat
Topik : Kasus Kegawatdaruratan
Nama Pendamping : dr. Nia Tri Mulyani
dr. Jauhar Muhammad
Nama Wahana : RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu

No. Nama peserta Presentasi Tanda Tangan


1 dr. Catherine Kwee 1
2 dr. Chandra Arfeni 2
3 dr. Rhani Sabrina 3
4 dr. Agus Hariyanto 4
5 dr. Vitria Novita Sari 5
6 dr. Vivi Novita 6

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya.

Mengetahui
Dokter Pendamping Dokter Pendamping

dr. Jauhar Muhammad dr. Nia Tri Mulyani


BAB I
PORTOFOLIO

Topik Obgyn
Tanggal (Kasus) 22 April 2017 Presenter dr. Vivi Novita Rachmawati
TanggalPresenta Pendamping dr. Nia Tri Mulyani
si dr. Jauhar Muhammad
TempatPresenta RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu
si
ObyektifPresent
asi
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  TinjauanPustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi Ny. P, 17 th, G1P0A0 gravid 34-35 minggu, mengeluh muntah-muntah sejak 3 hari
SMRS, pusing, menggigil, kesemutan pada tangan dan kaki, dan bengkak di kedua
tungkai.
 Tujuan Mendiagnosa dan melakukan penatalaksaan Pre Eklampsia Berat
Bahan  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Pembahasan Pustaka
Data Pasien Nama Ny. P No.RM 2079**
Data Utama Untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis / GambaranKlinis
Pasien dating ke IGD RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu. Pasien mengeluh muntah-muntah
sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah .sekitar 5 kali, isi minuman dan cairankekuningan.
Pasien juga mengeluh pusing, menggigil seluruh tubuh, kesemutan pada kedua tangan dan kaki, dan juga
terdapat bengkak di kedua tungkai. Pasien tidak mengalami demam , tidak batuk pilek , tidak diare. BAB
dan BAK dalam batas normal selama kehamilan.
Pasien merupakan seorang ibu hamil anak pertama dan sebelumnya belum pernah keguguran (G1P0A0)
dengan usia kehamilan preterm (34-35 minggu), gerakan janin masih dirasakan. Selama kehamilan pasien
tidak rutin memeriksakan diri kebidan , pasien tidak merokok , tidak mengonsumsi alcohol dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang.
2. Riwaya tPengobatan
Belum minum obat apapun dan belum berobat ke dokter rmaupun bidan
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit
Riwayat Hipertensi sebelumnya (-), saat hamil belum pernah melakukan pemeriksaan tekanan darah,
riwayat malaria (+) Riwayat Asma & Diabetes Mellitus disangkal. Pasien belum pernah menjalani operasi
sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat Hipertensi, Asma, Diabetes Mellitus, dan Penyakit Jantung pada keluarga disangkal. Suami
pasien bekerja di pabrik, tidak ada riwayat penyakit.
5. Riwayat Pekerjaan
Ibu rumah tangga.
6. Lain-lain
Riwayat Koitus sekitar 2 minggu yang lalu.
Pasien menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun, siklus 28 hari teratur. Banyaknya haid 2-3 pembalut
/hari dan nyeri dirasakan 2-3 hari pertama menstruasi.
Pasien tidak pernah menggunakan KB.
Pasien tidak rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan, sudah suntik TT 1 kali, terakhir periksa 1 bulan
yang lalu dan tidak ada keluhan.
HPHT : 24 Agustus 2016 TP : 31 Mei 2017
Daftar Pustaka
a. Krisnadi SR, Mose JC, Effendi JS. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP DR.
HasanSadikin. Edisipertama. Bandung. 2005.
b. Brown MA. Diagnosis and Classification of Preeklamsi and Other Hypertensive Disorders of Pregnancy
in Belfort MA, Thornton S, Saade GR. “Hypertension in Pregnancy” Marcel Dekker, Inc. New York,
2003, page 1 – 14.
c. PrawiroharjoSarwono (2010). IlmuKebidanan. Jakarta: BinaPustaka.
d. Danforth’s Obstetrics and Gynecology. 9th Ed. Lippincott Williams&Wilkins Publishers. 2003.
e.
c. Pernoll ML. Late pregnancy Complication. In DeCherney AH, Pernoll ML, eds. Current Obstetrics &
Gynecologic Diagnosis & Treatment. 8th ed. London: Prentice-Hall International Inc. 1994.
d. Cunningham FG, Mc Donald PC, Grant NF. William’s Obstetrics 21th Ed. Connecticut, Appleton and
Lange, Prentice Hall International Inc, 2001.

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis PEB
2. Keilmuan PEB
3. Manajemen dan Penatalaksanaan PEB

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


1. Subyektif
Ny. P, 17 th, G1P0A0 gravid 34-35 minggu, mengeluh muntah-muntah sejak 3 hari SMRS,
pusing, menggigil, kesemutan pada tangan dan kaki, dan bengkak di kedua tungkai. Mules (-),
lender darah (-), air air (-). Riwayat Hipertensi (-), riwayat malaria (-), asma (-), alergi obat (-).
2. Objektif
Kesadaran Compos Mentis, GCS : E4V5M6, Tampak Sakit Sedang
Tanda Vital : TD 180/120 mmHg, N 98 kali/menit, P 24 kali/menit, T 36,7 C
Status Generalisata
Warna kulit : pucat (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sclera ikterik -/-
Thorak : SN Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-, Bunyi Jantung I-II Reguler, Murmur (-),
Gallop (-)
Abdomen : Cembung, Kencang, Bising Usus (+) Normal
Leopold I : Teraba Bokong, TFU 27 cm, teraba di pertengahan Proc. Xypoideus dan
pusat, Taksiran Berat Janin 2605 gram
Leopold II : Puki, Denyut Jantung Janin 141 kali/menit
Leopold III: Teraba Kepala
Leopold IV: Belum masuk Pintu Atas Panggul
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral hangat +/+, CRT <2 detik +/+, Edema +/+
Laboratorium
Hemoglobin 12,1
Leukosit 6.700
Trombosit 212.000
GolonganDarah A+
Protein Urin ++

Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :


 Gejala klinis
 Hasil laboratorium
3. Assessment
Muntah – muntah, sakit kepala, dan oedem pada kedua tungkai yang dikeluhkan pasien
merupakan manifestasi klinis dari tekanan darah tinggi pada pasien. Edema terjadi karena
kerusakan sel endotel kapiler. Didukung oleh hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 180/120 mmHg (tekanan darah pada pre eclampsia berat meningkat lebih dari 160/110
mmHg) dan Pada Pemeriksaan Lab Urin didapatkan protein (++) mengkategorikan pasien
dalam Pre EklampsiaBerat.
Diagnosa: G1P0A0 Hamil 34-35 minggudengan PEB

4. Plan
Diagnosis : kemungkinan terjadinya Eklampsia. Upaya diagnosis sudah optimal.

Terapi :
- Nifedipine 10 mg (p.o) diulang hingga 4x tiap 30 menit, sambil dipantau TTV.
- Infus RL 10 tetes/menit.
- Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
- MgSO4 (dosis intravena bolus 4-6 gram yang diencerkan dalam 100ml cairan dan
diberikan dalam 15-20 menit).
- Jika jumlah urin <30 ml per jam, infuse cairan dipertahankan 1 jam sambil pantau
kemungkinan edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan berikan
diuretic furosemide 40 mg iv.
- Observasi TTV, reflex ibu, dan denyut jantung janin setiap jam.

Konsultasi :
Dilakukan konsultasi dengan spesialis Kandungan & Kebidanan.

Edukasi Keluarga:
- Dijelaskan bahwa pada preeklampsi aberat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Kurang
dari itu dapat menyebabkan infark dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin, dan juga mengancam nyawa ibu karena terjadi
perburukan patologis pada sejumlah organ dan system yang diakibatkan oleh vasospasme
dan iskemia.
- Jika tidak ada koagulopati dalam cek pembekuan darah, kemungkinan akan dilakukan
Seksio Caesaria.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi

Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/ atau edema akibat dari
kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan, bahkan setelah 24
jam post partum.1,2,3 Sebelumnya, edema termasuk ke dalam salah satu kriteria diagnosis
preeklampsia, namun sekarang tidak lagi dimasukkan ke dalam kriteria diagnosis, karena pada
wanita hamil umum ditemukan adanya edema, terutama di tungkai, karena adanya stasis
pembuluh darah.4
Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Kenaikan tekanan
sistolik > 30 mmHg dari nilai normal atau mencapai 140 mmHg, atau kenaikan tekanan diastolik
> 15 mmHg atau mencapai 90 mmHg dapat membantu ditegakkannya diagnosis hipertensi.
Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan
istirahat.4
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24 jam yang kadarnya
melebihi 0.3 gram/liter atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+ atau 1gram/liter
atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2
kali dengan jarak waktu 6 jam. Umumnya proteinuria timbul lebih lambat, sehingga harus
dianggap sebagai tanda yang serius.2,3
Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis pre-eklampsia, namun
adanya penumpukan cairan secara umum dan berlebihan di jaringan tubuh harus tetap
diwaspadai. Edema dapat menyebabkan kenaikan berat badan tubuh. Normalnya, wanita hamil
mengalami kenaikan berat badan sekitar 0.5 kg per minggu. Apabila kenaikan berat badannya
lebih dari normal, perlu dicurigai timbulnya pre-eklampsia.2,3
Preeklampsia pada perkembangannya dapat berkembang menjadi eklampsia, yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau konvulsi. Eklampsia dapat menyebabkan terjadinya
Disseminated intravascular coagulation (DIC) yang menyebabkan jejas iskemi pada berbagai
organ, sehingga eklampsia dapat berakibat fatal.2

Dikatakan sebagai preeklampsia-eklampsia apabila memiliki salah satu atau lebih dari
gejala dan tanda-tanda yang ada dibawah ini :5
1. Preeklampsia ringan, adalah suatu keadaan pada ibu hamil disertai kenaikan tekanan
darah sistolik 140/90 mm/Hg atau kenaikan diastolik 15 mm/Hg atau lebih, atau kenaikan
sistolik 30 mm/Hg atau setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah
normal dan adanya proteinuria kuantitatif >3 gr perliter atau kuantitatif 1+ atau 2+
padaurin kateter atau midstream
2. Preeklamsia berat, adalah suatu keadaan pada ibu hamil bila disertaikenaikan tekanan
darah 160/110 mm/Hg atau lebih, adanya proteiunuria 5 gr atau lebih per liter dalam 24
jam atau kuantitatif 3+atau kuantitatif 4+, adanya oliguria (jumlah urin kurang dari 500
cc per jam, adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, rasa nyeri diepigastrium,
adanya tanda sianosis, edema paru, trombositopeni, gangguan fungsi hati, serta yang
terakhir adalah pertumbuhan janin terhambat
3. Eklampsia merupakan preeklampsia yang disertai kejang dan disusul dengan koma.

Terdapat empat jenis penyakit hipertensi, antara lain : 1,4


1. Hipertensi kronik, dengan gejala yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hgsebelum hamil atau
didiagnosa sebelum usia gestasi 20 minggu , atau bila terdapat hipertensi didiagnosa
setelah usia gestasi 20 minggu dan persisten 12 minggu setelah melahirkan.
2. Hipertensi gestasional dengan gejala yaitu tekanan darah >140/90mm/Hg untuk pertama
kalinya ketika hamil, bila tidak terdapat proteinuria, dan tekanan darah kembali normal
kurang dari 12 minggu setelah melahirkan.
3. Preeklampsia-eklampsia dengan gejala yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hg setelah usia
gestasi 20 minggu pada wanita yang sebelumnyamemiliki tekanan darah yang bormal dan
adanya proteinuria (0,3 gr protein dalam specimen urin dalam 24 jam), sedangkan
eklampsia didefinisikan sebagai kejang yang tidak dapat dihubungkan dengan kasus lain
pada wanita dengan preeklampsia.
4. Superimposed Preeclampsia (preeklampsia pada pengidap hipertensikronis) dengan
gejala yaitu onset baru proteinuria dengan jumlah proteinuria > 300 mg/24 jam pada ibu
hamil dengan hipertensi, tetapi tidak ada proteinuria sebelum usia gestasi 20 minggu.

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian preeklampsia – eklampsia berkisar antara 2% dan 10% dari kehamilan di
seluruh dunia. Kejadian preeklampsia merupakan penanda awal dari kejadian eklampsia, dan
diperkirakan kejadian preeclampsia menjadi lebih tinggi di negara berkembang.
Angka kejadian preeklampsia di negara berkembang, seperti di negara Amerika Utara
dan Eropa adalah sama dan diperkirakan sekitar 5-7 kasus per 10.000 kelahiran. Disisi lain
kejadianeklampsia di negara berkembang bervariasi secara luas. Mulai dari satu kasus per
100 kehamilan untuk 1 kasus per 1700 kehamilan. Rentang angka kejadian preeklampsia-
eklampsia di negara berkembang seperti negara Afrika seperti Afrika selatan, Mesir,
Tanzania, dan Ethiopia bervariasi dari 1,8%sampai 7,1%. Di Nigeria angka kejadiannya
berkisar antara 2% sampai 16,7% dan juga preeklampsia ini juga dipengaruhi oleh ibu
nullipara, karena ibu nullipara memiliki resiko 4-5 kali lebih tinggi dari pada ibu multipara.6
Angka kejadian dari preeklampsia di Indonesia sekitar 7-10%, ini merupakan bukti
bahwa preeklampsia merupakan penyebab kematian nomor dua di Indonesia bagi ibu hamil,
sedangkan nomor satu penyebab kematian ibu diIndonesia adalah akibat perdarahan.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya faktor risiko untuk terjadinya hipertensi pada
kehamilan/preeklampsia/eklampsia diantaranya adalah : 1,4
a. Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita
hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia
lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten
b. Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua, primigravida tua risiko
lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat
c. Ras/golongan etnik
Mungkin ada perbedaan perlakuan/akses terhadap berbagai etnik di banyak negara
d. Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko
meningkat sampai + 25%
e. Faktor gen diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotipibu
dan janin
f. Diet/ gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu (WHO). Penelitian lain :
kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadianyang tinggi. Angka kejadian
juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obesitas/ overweight
g. Iklim/ musim
Di daerah tropis insidens lebih tinggi
h. Tingkah laku/ sosioekonomi
Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namunmerokok selama
hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh lebih
tinggi.Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamilmengurangi
kemungkinan/insidens hipertensi dalam kehamilan
i. Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar,dizigotik lebih
tinggi daripada monozigotik
j. Hidrops fetalis : berhubungan, mencapai sekitar 50% kasus
k. Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan patofisiologinya bukan
preeklampsia murni, melainkan disertai kelainan ginjal/ vaskular primer akibat
diabetesnya
l. Mola hidatidosa : diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperanmenyebabkan
preeklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuriaterjadi lebih dini/pada usia
kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada
pre-eklampsia.
m. Riwayat pre-eklampsia.
n. Kehamilan pertama
o. Usia lebih dari 40 tahun dan remaja
p. Obesitas
q. Kehamilan multipler.Diabetes gestasional
r. Riwayat diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis
2.3 Etiologi

Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga
penyakit ini disebut dengan “The Diseases of Theories”.Beberapa faktor yang berkaitan dengan
terjadinya preeklampsia adalah :1,5,6
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkinan terjadinyaPreeklampsia.
Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa.Teori ini didukung pula dengan
adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik setelah plasenta lahir.
2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan “Blocking Antibodies” terhadap antigen plasenta tidak sempurna,
sehingga timbul respons imun yang tidak menguntungkan terhadap Histikompatibilitas
Plasenta. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan “Blocking Antibodies” akan lebih
banyak akibat respon imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti respons imunisasi.
3. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteronantagonis, sehingga
menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yangmenyebabkan retensi air dan natrium,
sehingga terjadi hipertensi dan edema
4. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia/ eklampsia bersifat diturunkan
melalui gen resesif tunggal. Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada
kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada
anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-Eklampsia.
c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
5. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandungasam lemak
essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis Prostaglandin akan
menyebabkan “Loss Angiotensin Refraktoriness” yang memicu terjadinya preeklampsia.
6. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada Preeklampsia-Eklampsia didapatkan kerusakan pada endotelvaskuler, sehingga
terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat,
aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan
plasmin. Trombinakan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit
fibrin.Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) danserotonin,
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2.4 Gejala Klinis


Gejala preeklampsia adalah :2
1. Hipertensi
2. Edema
3. Proteinuria
4. Gejala subjektif : sakit kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan.

2.5 Patogenesis
Belum diketahui dengan pasti, secara umum pada Preeklampsia terjadi perubahan
dan gangguan vaskuler dan hemostatis. Sperof (1973) menyatakan bahwa dasar
terjadinya Preeklampsia adalah iskemik uteroplasenta, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat denganaliran perfusi sirkulasi
darah plasenta yang berkurang. Disfungsi plasenta juga ditemukan pada preeklampsia,
sehingga terjadi penurunan kadar 1 α-25 (OH)2 dan Human Placental Lagtogen (HPL),
akibatnya terjadi penurunan absorpsi kalsium dari saluran cerna. Untuk mempertahankan
penyediaan kalsium pada janin, terjadi perangsangankelenjar paratiroid yang
mengekskresi paratiroid hormon (PTH) disertai penurunan kadar kalsitonin yang
mengakibatkan peningkatan absorpsi kalsium tulang yang dibawa melalui sirkulasi ke
dalam intra sel. Peningkatankadar kalsium intra sel mengakibatkan peningkatan kontraksi
pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Teori vasospasme dan respons vasopresor yang meningkat menyatakan
prostaglandin berperan sebagai mediator poten reaktivitas vaskuler.Penurunan sintesis
prostaglandin dan peningkatan pemecahannya akan meningkatkan kepekaan vaskuler
terhadap Angiotensin II. Angiotensin II mempengaruhi langsung sel endotel yang
resistensinya terhadap efek vasopresor berkurang, sehingga terjadi vasospasme.
Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah yang menyebabkan hambatan
aliran darah yang menyebabkan tejadinya hipertensi arterial yang membahayakan
pembuluh darah karena gangguan aliran darah vasavasorum, sehingga terjadi hipoksia
dan kerusakan endotel pembuluh darah yang menyebabkan dilepasnya Endothelin – 1
yang merupakan vasokonstriktor kuat. Semua inimenyebabkan kebocoran antar sel
endotel, sehingga unsur-unsur pembentukan darah seperti thrombosit dan fibrinogen
tertimbun pada lapisan subendotel yang menyebabkan gangguan ke berbagai sistem
organ.7
Fungsi organ-organ lain : 4,6
a. Otak
Pada hamil normal, perfusi serebral tidak berubah, namun pada pre-eklampsia terjadi
spasme pembuluh darah otak, penurunan perfusi dan suplai oksigen otak sampai 20%.
Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor pentingterjadinya perdarahan otak
dan kejang/ eklampsia
b. Hati
Terjadi peningkatan aktifitas enzim-enzim hati pada pre-eklampsia, yang
berhubungan dengan beratnya penyakit
c. Ginjal
Pada pre-eklampsia, arus darah efektif ginjal berkurang + 20%, filtrasiglomerulus
berkurang + 30%. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai nekrosis tubular
akut dan nekrosis korteks renalis. Ureum-kreatinin meningkat jauh di atas normal.
Terjadi juga peningkatan pengeluaran protein (”sindroma nefrotik pada kehamilan”).
d. Sirkulasi uterus , koriodsidua
Perubahan arus darah di uterus, koriodesidua dan plasenta adalah patofisiologi yang
terpenting pada pre-eklampsia, dan merupakan faktor yang menentukan hasil akhir
kehamilan.
 Terjadi iskemia uteroplasenter, menyebabkan ketidakseimbangan antara massa
plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang berkurang.
 Hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta,yang
mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. Renin juga meningkatkan
kepekaan vaskular terhadap zat-zat vasokonstriktor lain (angiotensin, aldosteron)
seh ingga terjadi tonus pembuluh darah yanglebih tinggi.
 Karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplai oksigen
dan nutrisi ke janin. Akibatnya bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin
sampai hipoksia dan kematian janin.

2.6 Diagnosis
Dikatakan preeklampsia berat bila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala berikut :2,3,7
1. TD ≥ 160 / 110 mmHg
2. Proteinuria > 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+ / 4+
3. Oliguria ≤ 500 ml / 24 jam disertai kenaikan kadar kreatinin darah
4. Peningkatan kadar enzim hati dan / atau ikterus
5. Gangguan visus dan cerebral
6. Nyeri epigastrium
7. Edema paru atau sianosis
8. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (IUFGR)
9. HELLP Syndrom (H = Hemolysis, E = Elevated, L = Liver enzyme, LP =Low
Platelet Counts)

Impending eklampsia bila dijumpai tanda/ gejala berikut :2,3


1. Nyeri kepala hebat
2. Gangguan visual
3. Muntah-muntah
4. Nyeri epigastrium
5. Tekanan darah naik secara progresif
2.7 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diketahui :7
a. Tekanan darah harus diukur dalam setiap ANC
b. Tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk mengetahui adanya retardasi
pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion
c. Edema pada pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah dan tangan yang memberat
d. Peningkatan berat badan lebih dari 500 gr per minggu atau peningkatan berat badan
secara tiba-tiba dalam 1-2 hari.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Saat ini belum ada pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan efektif untuk
preeklampsia. Dulu, kadar asam urat digunakan sebagai indikator preeklampsia, namun ternyata
tidak sensitif dan spesifik sebagai alatdiagnostik. Namun, peningkatan kadar asam urat serum
pada wanita yang menderita hipertensi kronik menandakan peningkatan resiko terjadinya
preeklampsia superimpose.
Pemeriksaan laboratorium dasar harus dilakukan di awal kehamilan pada wanita dengan
faktor resiko menderita preeklampsia, yang terdiri dari pemeriksaan kadar enzim hati, hitung
trombosit, kadar kreatinin serum, protein total, reduksi bilirubin, sedimen pada urin 24 jam.
Pada wanita yang telah didiagnosis preeklampsia, harus dilakukan juga pemeriksaan
kadar albumin serum, LDH, apus darah tepi, serta waktu perdarahan dan pembekuan serta untuk
mengetahui keadaan janin perlu dilakukan pemeriksaan USG. Semua pemeriksaan ini harus
dilakukansesering mungkin untuk memantau progresifitas penyakit.6

2.9 Prognosis
Penentuan prognosis ibu dan janin sangat bergantung pada umur gestasi janin, ada
tidaknya perbaikan setelah perawatan, kapan dan bagaimana proses bersalin dilaksanakan, dan
apakah terjadi eklampsia. Kematian ibu antara 9.8%-25.5%, kematian bayi 42.2% -48.9%.1
3.0 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, yaitu :6


1. Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal hati
pada penderita pre-eklampsia.
4. Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.
5. Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi.Perdarahan pada
retina dapat ditemukan dan merupakan tanda gawatyang menunjukkan adanya
apopleksia serebri.
6. Edema paru
7. Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriolumum.
Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama denganenzim.
8. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet).
9. Prematuritas
10. Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakansitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.Bisa juga terjadi anuria atau
gagal ginjal.
11. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation): Dapat terjadi bila telahmencapai
tahap eklampsia.

3.1 Diagnosis Banding


Diagnosis banding preeklampsia berat , yaitu :5
1. Kehamilan dengan sindrom nefrotik
2. Kehamilan dengan payah jantung
3. Hipertensi Kronis
4. Penyakit Ginjal
5. Edema Kehamilan
6. Proteinuria Kehamilan,
3.2 Penatalaksanaan
1. Penanganan di Puskesmas
Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia di puskesmas, maka secara prinsip,
kasus-kasus preeklampsia berat dan eklampsia harus dirujuk ke tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Persiapan-persiapan yangdilakukan
dalam merujuk penderita adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan surat rujukan yang berisikan riwayat penderita.
b. Menyiapkan partus set dan tongue spatel (sudip lidah).
c. Menyiapkan obat-obatan antara lain: valium injeksi, antihipertensi, oksigen,cairan
infus dextrose/ringer laktat.
d. Pada penderita terpasang infus dengan blood set.
e. Pada penderita eklampsia, sebelum berangkat diinjeksi valium 20 mg/iv,dalam
perjalanan diinfus drip valium 10 mg/500 cc dextrose dalam maintenance drops.
Selain itu diberikan oksigen, terutama saat kejang, danterpasang tongue spatel.
2. Penanganan di Rumah Sakit
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat
selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi:2,3,6
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal. Perawatan aktif yang dilakukan, yaitu :2,3,5
a. Indikasi
- Keadaan Ibu : Kehamilan aterm ( > 37 minggu), adanya gejala-gejala
impending eklampsia, perawatan konservatif gagal ( 6 jam setelah
pengobatan medisinal terjadi kenaikan TD, 24 jam setelah
pengobatan medisinal gejala tidak berubah), adanya Sindrom
HELLP
- Keadaan Janin, adanya tanda-tanda gawat janin, adanya
pertumbuhan janin terhambat dalam rahim
b. Pengobatan Medisinal
1. Segera MRS
2. Tirah baring miring ke satu sisi
3. Infus D5 : RL 2:1 (60-125 ml/jam)
4. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
5. Antasida
6. Obat-obatan :
a. Anti kejang: Sulfas Magnesikus (MgSO4),
o Syarat-syarat pemberian MgSO4: Tersedia antidotum MgSO4 yaitu
calcium gluconas 10%, 1 gram(10% dalam 10 cc) diberikan I.V pelan
dalam 3 menit, Refleks patella positif kuat, , Frekuensi pernapasan >
16 kali per menit, tanda distress pernafasan tidak ada, Produksi urin >
100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5cc/kgBB/jam).
o Cara Pemberian:
 Jika ada tanda impending eklampsi dosis awal diberikan IV +
IM, jika tidak ada, dosis awal cukup IM saja. Dosis awal
sekitar 4gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 4 menit
(1 gr/menit) atau kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4
(dalam 3-5menit). Diikuti segera 4 gram di bokong kiri dan 4
gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no 21
panjang 3,7 cm, Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc
xylocain2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan
IM.
 Dosis ulangan diberikan setelah 6 jam pemberian dosis
awal,dosis ulangan 4 gram MgSO4 40% diberikan
secaraintramuskuler setiap 6 jam, bergiliran pada bokong
kanan/kiri dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
o Penghentian MgSO4 :
 Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot,
hipotensi,refleks fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu,
depresiSSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan
kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada
serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7
mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10
mEq/liter. Kadar 12-15mEq terjadi kelumpuhan otot-otot
pernapasan dan lebih 15mEq/liter terjadi kematian jantung.
 Setelah 24 jam pasca persalinan
 6 jam pasca persalinan normotensif, selanjutnya dengan
luminal 3x30-60 mg
o Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfata)
 Hentikan pemberian magnesium sulfat
 Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)
secara IV dalam waktu 3 menit.
 Berikan oksigen.
 Lakukan pernapasan buatan.
b. Diazepam
Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian MgSO4
tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml,max. 120
mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat di
ruang ICU.
c. Diuretik
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongestif atau edema anasarka, serta kelainan fungsi ginjal.
Diberikan furosemid injeksi (Lasix 40mg/im).
d. Anti hipertensi
Indikasi pemberian antihipertensi bila TD sistolik >160 mmHgdiastolik >
110 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis< 105 mmHg
(bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
 Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu),catapres (clonidine)
injeksi 1 ampul = 0,15 mg/ml 1 amp + 10 ml NaCl flash/ aquades
masukkan 5 ml IV pelan 5 menit, 5 menit kemudian TD diukur, jika
tidak turun berikan sisanya (5ml pelan IV 5mnt).
 Pemberian dapat diulang tiap 4 jam sampai tekanan darah normotensif.
 Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti
hipertensi secara sublingual atau oral. Obat pilihan adalah nifedipin
yang diberikan 4 x 10 mg sampai diastolik 90-100mmHgv.
e. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid.
f. Lain-lain :
 Konsul bagian penyakit dalam / jantung, dan mata
 Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal > 38,5oC dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau
xylomidon 2 cc IM.
 Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6
jam/IV/hari.
 Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
 Anti Agregasi Platelet: Aspilet 1x80 mg/hari. Syarat:
Trombositopenia (<60.000/cmm)
c. Pengobatan obstetric
Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu :
a. Induksi persalinan :
 Amniotomi
 tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan
dengan fetal heart monitoring.
b. Seksio sesaria bila :
 Fetal assesment jelek
 Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5)
atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase
aktif.
 Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi
dengan seksio sesaria.
Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu :
 Kala I
- Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
- Fase aktif : Amniotomi saja, Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan
tetesan oksitosin).
 Kala II
- Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan vakum ekstraksi/forcep ekstraksi.
- Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit
setelah pemberian pengobatan medisinal.
- Pada kehamilan <37 minggu; bila keadaan memungkinkan, terminasi
ditunda 2 kali 24 jam untuk maturasi paru janin dengan memberikan
kortikosteroid.

2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah


pengobatan medisinal.
a. Indikasi perawatan konservatif
- bila kehamilan preterm kurang dari 37 minggu
- tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia-keadaan janin baik.
b. Pengobatan medisinal :
- Awal diberikan 8 g SM 40% IM bokong kanan-bokong kiri
dilanjutkan dengan 4 g IM setiap 6 jam
- Bila ada perbaikan atau tetap diteruskan 24 jam
- Apabila setelah 24 jam ada tanda-tanda perbaikan maka pengobatan
diteruskan sbb : beri tablet luminal 3 x 30 mg/p.o-Anti hipertensi oral
bila TD masih > 160/110 mmHg.
c. Pengobatan obstetri :
- Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
- MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
- Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap
pengobatankonservatif gagal dan harus diterminasi.
- Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
d. Penderita dipulangkan bila :
- Penderita kembali ke gejala-gejala/ tanda-tanda preeklampsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
- Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia
ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre
eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

3. Penatalaksanaan Eklampsia
Eklampsia merupakan kelanjutan dari preeklampsia berat disertai semakin
tingginya angka kematian maternal dan perinatal. Tambahan gejala eklampsi aadalah
menurunnya kesadaran sampai dengan koma dan terjadi konvulsi. Terapi eklampsia
dengan konvulsi bertujuan untuk mencegah terjadi konvulsi terlalulama, mencegah
agar konvulsi berkurang, menyelamatkan jiwa maternal dengan pengobatan
Magnesium sulfat. 2,3,10
Prinsip pengobatan :
- Menghentikan dan mencegah kejang-kejang
- Memperbaiki keadaan umum ibu/janin seoptimal mungkin
- Mencegah komplikasi
- Terminasi kehamilan/ persalinan dengan trauma seminimal mungkin pada ibu.
a. Obat untuk anti kejang
Mg SO4
- Dosis awal : 4 g 20% IV pelan-pelan selama 3 menit atau lebih,disusul 8 g
40% IM terbagi pada bokong kanan dan kiri. Dosis ulangan : tiap 6 jam
diberikan 4 g 40% IM diteruskan sampai 24 jam paska persalinan atau 24 jam
bebas kejang.
- Apabila ada kejang lagi, diberikan 2 g MgSO4 20% IV pelan-pelan.Pemberian
IV ulangan ini hanya sekali, apabila timbul kejang lagi, berikan pentotal 5
mg/KgBB/IV pelan-pelan
- Bila ada tanda-tanda keracunan MgSO4 diberikan anti dotumGlukonas
Kalsikus 10g%, 10ml IV pelan-pelan selama 3 menit.
- Apabila sudah diberikan pengobatan diazepam diluar maka : diberikan
MgSO4 secara hati-hati terutama jika ada kelainan jantung.
Perawatan jika kejang :
- Kamar isolasi yang cukup terang
- Pasang sadep lidah ke dalam mulut
- Kepala dierandahkan dan orofaring dihisap
- Oksigenisasi yang cukup
- Fiksasi badan di tempat tidur harus cukup longgar agar jangan fraktur -
Perawatan kalau koma : antikejang tidak diberikan
- Monitor kesadaran dan dalamnya koma dan tentukan skor tanda vital
- Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita
- Pada koma yang lama bila nutrisi parenteral tidak mungkin maka
berikan dalam bentuk NGT
b. Memperbaiki keadaan umum ibu
- Infus D5%
- Pasang CVP untuk : pemantauan keseimbangan cairan, pemberian kalori,
koreksi keseimbangan asam basa, koreksi keseimbangan elektrolit
c. Mencegah komplikasi
- Obat-obat antihipertensi; Diberikan pada penderita TD 160/110 mmHG atau
lebih(nifedipine,catapres)
- Diuretika : hanya diberikan atas indikasi edema paru dan kelainan fungsiginjal
- Kardiotonika : diberikan atas indikasi ada tanda-tanda payah jantung,edema
paru, dan nadi > 120x/m, sianosis diberikan digitalis cepat dengan cedilanid.
- Antibiotika diberikan ampicilin 3x1 g/IV
- Antipiretika : xylomidon 2 ml/IM dan atau kompres alkohol-Kortikosteroid
d. Penanganan pada edema paru akut :
- Oksigen-Morfin-Furosemid
- Bila TD 160/100 mmHg diberikan antihipertensi
e. Terminasi kehamilan
Stabilisasi : 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
- Setelah kejang terakhir
- Setelah pemberian anti kejang terakhir
- Setelah pemberiaan anti hipertensi terakhir
- Penderita mulai sadar
- Untuk koma tentukan skor tanda vital STV > 10 boleh terminas, STV <9
tunda 6 jam kalau ada perubahanterminasi
- Cara pengakhiran kehamilan dan persalinan sama dengan PEB

3.3 Pencegahan
1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua
wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
2. Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segera
apabila ditemukan
3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu keatas apabila
setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapatdihilangkan.
4. Berdasarkan teori iskemik plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel yang dapat
menyebabkan hipoksia dan iskemik plasenta, yang pada akhirnya menghasilkan
oksidan (radikal bebas) dalam tubuh, sehingga untuk mencegahnya bisa diberikan
antioksidan, yang dibagi menjadi 3 golongan :
a. Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru
dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang
lebihstabil. Contoh antioksidan primer, ialah enzimsuperoksida dimustase (SOD),
katalase,dan glutation dimustase.
b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta mencegah
terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin
E, Vitamin C, dan β-karoten.
c. Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA
pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase.8
DAFTAR PUSTAKA

1. Brown MA. Diagnosis and Classification of Preeklamsi and Other Hypertensive

Disorders of Pregnancy in Belfort MA, Thornton S, Saade GR. “Hypertension in

Pregnancy” Marcel Dekker, Inc. New York, 2003, page 1 – 14

2. Cunningham FG, Mc Donald PC, Grant NF. William’s Obstetrics 21th Ed.

Connecticut, Appleton and Lange, Prentice Hall International Inc, 2001.

3. Danforth’s Obstetrics and Gynecology. 9th Ed. Lippincott Williams&Wilkins

Publishers. 2003.

4. Krisnadi SR, Mose JC, Effendi JS. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan

Ginekologi RSUP DR. HasanSadikin. Edisipertama. Bandung. 2005.

5. Pernoll ML. Late pregnancy Complication. In DeCherney AH, Pernoll ML, eds.

Current Obstetrics & Gynecologic Diagnosis & Treatment. 8 th ed. London:

Prentice-Hall International Inc. 1994.

6. PrawiroharjoSarwono (2010). IlmuKebidanan. Jakarta: BinaPustaka.

Anda mungkin juga menyukai