PENDAHULUAN
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan yang dapat
dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:
1. Primigravida, primipaternitas,
2. Hiperplasentosis, misalnya mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes
milliteus, hidrops fetalis, dan bayi besar,
3. Umur yang ekstrem,
4. Riwayat keluarga pernah preeklamsi atau eklamsi,
5. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan,
6. Obesitas.
Berikut adalah laporan kasus mengenai Preeklamsi Berat di bagian / SMF Obstetri
Ginekologi Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Usia : 29 tahun
Alamat : Muntur
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
ANAMNESIS
Keluhan Utama: rasa ingin meneran dan nyeri perut ingin melahirkan,
- Mulas - mulas sejak jam subuh pagi hari ini yang semakin lama semakin kuat dan
sering,
Keluhan tidak disertai dengan keluarnya lendir (-), darah (-), air-air dari jalan lahir (-),
tekanan darah tinggi (+) sejak tadi pagi pergi ke BPS.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Peyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, dan asma disangkal penderita.
- Peyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, dan asma disangkal penderita.
- Riwayat Haid:
HPHT: 20 Januari 2017.
Taksiran persalinan: 27 Oktober 2017
- Riwayat keluarga:
Pasien menikah satu kali, dan sudha berlangsung selama 6 tahun, kehamilan saat ini
merupakan kehamilan kedua.
- Riwayat Keluarga Berencana:
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan selama dua tahun.
- Riwayat Penyakit atau Operasi yang Pernah Dialami saat sedang Hamil:
Riwayat kurang darah, penyakit menular seksual, kencing manis, alergi, penyakit
ginjal, batuk lama atau pengobatan paru selama 6 bulan disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Nadi : 88x/m
Respirasi : 20x/m
Suhu :36,70C
Mata : Conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Dada : Simetris kanan dan kiri
Paru : VBS +/+ Ronkhi -/- Wheezing -/-
Jnatung : BJ I-II + Reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Ekstremitas : Akral hangat Sup +/+ inferior +/+ edema sup-/- inf +/+
Pemeriksaan Obstetri
Wajah : Cloasma Gravidarum (-)
Mammae : Cembung, papilla eversi, kolostrum (-)
Abdomen : Cembung, gravidarum, striae gravid (-), hiperpigmentasi
Linea alba (+), his 2x10’x15”
Leopold I: TFU 30 cm
Leopold II: PUKA DJJ 140x/m
Leopold III: preskep
Leopold IV: konvergen
Genitalia : v/v tak, portio tebal lunak, Ø 9 cm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 10.8 gr%
Leukosit : 9.8000 /mm3
Trombosit : 201.000 /mm3
Eritrosit : 2.7
Hematokrit : 24
Protein Urin :++
DIAGNOSIS
G2P1A0 Gravida 38 minggu, inpartu kala I fase aktif dengan PEB
TATA LAKSANA
Protap PEB
IVFD 2 jalur (Protap PEB dan RL isi Oxytocin 5ui) 20 tpm
Metildopa 3x250 mg po
Cek darah rutin
Observasi TTV, DJJ, HIS, dan pantau kemajuan persalinan
Co. dr. Sp. OG
LAPORAN PERSALINAN
Pasien diposisikan litotomi, dengan dipandu meneran, pasien juga dibantu dengan
dorongan fundus karena his pasien yang tidak adekuat, dan dilakukan episiotomy.
Pukul 11.20 : Bayi lahir spontan, segera menangis.
Jenis kelamin : perempuan
BBL : 3800 gram
PB : 50 cm
LK : 32 cm
Anus : (+)
Setelah bayi lahir cek uterus untuk menyingkirkan kemungkinan bayi kedua,
dilakukan injeksi oxytocin 10ui pada 1/3 paha bagian luar pasien, tunggu hingga ada
tanda-tanda pelepasan placenta dengan menjepit placenta 5 cm dari vagina, lalu
memajukan kocher jika sudah bertambah panjang dengan dilakukan peregangan tali
pusat terkendali.
Follow Up
15 Oktober 2017
S : (-)
0 : KU/Kes: sedang/CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 76x/m
S: 36.40C
Mammae: laktasi +/+
Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik
Genitalia: lochia rubra (+), tidak tampak tampak pembengkakan,
Perdarahan tidak aktif.
A : P2A0 Partus Maturus Spontan
P : konseling post partum
Cespan 2x1 tab PO
Fendex 3x1 tab PO
Glisodin 1x1 tab PO
BLPL control 19/10/2017 di Medissina dr. Lidzikri Sp OG
BAB III
PEMBAHASAN
2. Preeklamsi berat
Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini preeklamsi digolongkan berat:
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg.
2. Proteinuri > 2 g/24 jam atau > 2 + dalam pemeriksaan kualitatif (dipstick)
3. Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai oliguri (< 400 ml/ 24 jam)
Pemeriksaan laboratorium :
- Hb, hematokrit
- Urin lengkap
- Trombosit
- Fungsi hati
- Fungsi ginjal.
3.4 Terapi
- Preeklamsi ringan
1. Rawat inap. Istirahat (tirah baring/ tidur miring kekiri).
2. Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan proteinuri setiap hari.
3. Dapat dipertimbangkan pemberian suplementasi obat-obatan antioksidan atau
anti agregasi trombosit
4. Roboransia
5. Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dipulangkan dengan nasihat
untuk istirahat dan diberi penjelasan mengenai tanda-tanda preeklamsi berat.
Kontrol 2 kali seminggu. Bila tekanan diastolik naik lagi, dirawat kembali.
6. Jika tekanan diastolik naik dan disertai dengan tanda-tanda preeklamsi berat,
dikelola sebagai preeklamsi berat.
7. Bila umur kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan.
8. Persalinan dapat dilakukan secara spontan.
- Preeklamsi Berat
Rawat bersama dengan Bagian yang terkait (Penyakit Dalam, Penyakit Saraf, Mata,
Anestesi,dll).
- Perawatan aktif
Indikasi
Bila didapatkan satu/lebih keadaan di bawah ini :
a. Ibu :
1. kehamilan > 37 minggu
b. Janin :
1. adanya tanda-tanda gawat janin
2. adanya tanda-tanda IUGR
c. Laboratorium:
adanya HELLP syndrome
b. Dosis pemeliharaan
Selanjutnya diberikan MgSO4 4 gram (10 cc MgSO4 40%) i.m setiap 4
jam. Tambahkan 1 cc lidokain 2% pada setiap pemberian i.m untuk
mengurangi perasaan nyeri dan panas.
1. Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10
cc) diberikan i.v dalam waktu 3-5 menit.
3. Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan tekanan darah (normotensif).
1. Edem paru
2. Gagal jantung kongestif
3. Edem anasarka
Antihipertensi diberikan bila
1. Tekanan darah :
Pengobatan
Pengobatan pada kasus obsgyn dengan keadaan perdarahan antepartum dan dengan kasus
plasenta previa maka satu-satunya pilihan adalah terminasi kehamilan untuk menyelamatkan
ibu dan janin sambil dilakukan transfusi darah segera. Pada keadaan seperti ini, ada 2 pilihan
yang dapat dilakukan, yaitu dengan partus spontan ataupun section caesar. Adapun
dilakukannya spontan ataupun caesar melalui beberapa pertimbangan yaitu:
Apakah terjadi perdarahan atau tidak
Tingkat keparahan perdarahan.
Apakah perdarahan berhenti atau tidak
Kondisi kesehatan sang ibu dan bayi
Usia kandungan
Posisi plasenta dan bayi
Pada keadaan pasien ini sudah terjadi perdarahan yang banyak dan terus menerus, kondisi
ibu lemah dan kondisi janin lemah, usia kandungan baru mau memasuki trimester tiga dan
posisi bayi sungsang serta letak plasenta di segmen bawah rahim. Untuk itu, lebih baik
segera dilakukan sectio caesar dibandingkan dilakukan partus spontan. Dan sebelum itu,
dilakukan pematangan paru dengan kortikosteroid.
Pendidikan
Factor resiko pada diagnosis plasenta previa ini adalah:
Pernah menjalani operasi pada rahim, misalnya kuret atau pengangkatan mioma.
Pernah mengalami plasenta previa
Pernah menjalani operasi caesar
Pernah mengalami keguguran
Merokok
Berusia 35 tahun atau lebih
Pernah melahirkan
Pernah menjalani operasi pada rahim
Menggunakan kokain
Pada pasien ini tidak ditemukan salah satu factor resiko yang menyebabkan terjadinya
plasenta previa.
Sudah dijelaskan semua resiko yang terjadi sebelum dan setelah melahirkan, diantaranya
adalah:
Syok hipovolemik
Tromboemboli vena, biasanya disebabkan oleh durasi rawat inap yang terlalu lama dan
efek samping dari penggunaan obat antikoagulan (obat anti pembekuan darah)
Kelahiran prematur, biasanya terjadi pada ibu hamil dengan perdarahan yang tidak
kunjung berhenti. Dokter mungkin akan menganjurkan prosedur caesar meski usia
kandungan belum cukup
Asfiksia janin dalam kandungan
Cedera pada bayi saat lahir
Pada kasus ini, resiko yang terjadi adalah kelahiran bayi premature dengan berat bayi hanya
1000 gram, namun bayi tersebut dapat bertahan hidup selama di RS dan seharusnya
dilakukan terapi dalam incubator sampai berat badannya cukup, namun karena keterbatasan
biaya maka bayi dibawa pulang bersama keluarganya dan tetap disarankan untuk diberikan
ASI dan dipantau terus pertumbuhan dan perkembangannya.
Konsultasi
Diberitahukan pada pasien dan keluarganya mengenai perlunya konsultasi dengan dokter
spesialis kebidanan dan kandungan apabila setelah pulang terus terjadi perdarahan dari jalan
lahir. Dan untuk anaknya, disarankan untuk rutin control ke spesialis anak karena kondisinya
yang premature dan masih lemah.