Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS PTG DI


RUANG F2 RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Disusun Oleh : 

APRILLIA SASMITA 1730011


RENNY MONIKA1730063
REZA JULIO.A1730067
 
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2018
KONSEP TEORI
Definisi
Penyakit trofoblas ganas adalah suatu tumor yang berasal dari sito dan
sinsiotrfoblas yang menginvasi miometrium, merusak jaringan disekitarnya
dan pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan.

Etiologi
1. Usia maternal yang lanjut atau sangat muda berkolerasi dengan peningkatan
kejadian mola hidatidosa. Di bandingkan dengan wanita usia 21- 35 tahun,
risiko mola komplit 1,9 kali lebih tinggi pada wanita usia >35 tahun dan 40
tahun.
2. Kehamilan mola sebelumnya merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
kehamilan mola berikutnya. Risiko pengulangan kehamilan mola setelah satu
kali mola adalah 1%, atau sekitar 10-20 kali pada populasi umum.
Patofisiologi
Kehamilan mola dan neoplasma trofoblastik gestasional
semuanya berasal dari trofoblas plasenta. Trofoblas normal
tersusun dari sitotrofoblas, sinsitiotrofoblas, dan trofoblas
intermediet. Sinsitiotrofoblas menginvasi stroma endometrium
dengan implantasi dari blastokista dan merupakan sebuah tipe
sel yang memproduksi human chorionic gonadotropin (hCG).
Fungsi sitotrofoblas adalah untuk menyuplai sinsitium dengan
sel-sel sebagai tambahan untuk pembentukan kantong luar
yang menjadi vili korion sebagai pelindung kantung korion. Vili
korion berbatasan dengan endometrium dan lamina basalis dari
endometrium membentuk plasenta fungsional untuk nutrisi
fetal-maternal dan membuang sisa-sisa metabolisme. Trofoblas
intermediet terletak di dalam vili, tempat implantasi, dan
kantong korion. Semua tipe dari trofoblas dapat mengakibatkan
penyakit trofoblas gestasional ketika mereka berproliferasi.
Manifestasi klinik
1. Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan
2. Terdapat subinvolosio uteri yang dapat juga perdarahan terus menerus
3. Ditemukan uterus membesar dan lembek
4. Kista Teka lutein bilateral 3
5. Lesi metastase di vagina atau organ lain
6. Nyeri perut
7. Batuk darah
8. Melena
9. Peninggian tekanan intracranial berupa sakit kepala, kejang, hemiplegia

Pemeriksaan penunjang
USG didapatkan adanya gambaran echo difuse typical dan pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan adanya peningkatan kadar βHCG. Prosedur diagnosis
untuk menetukan stadium dari PTG dimulai dengan pemeriksaan serum βHCG
dan foto thorax untuk mendeteksi adanya metatasis ke paru-paru. Jika ada di
metatasis paru-paru, maka CT SCAN kepala dan abdomen dapat dianjurkan. Jika
ada perdarahan gestasional maka pemeriksaan endokopi untuk saluran GIT atas
dan bawah diindikasikan.
Penatalaksanaa medis
1. Operatif
2. Histeroktomi
3. Reseksi parsial partus
4. Ekstirpasi pada metatasis vulva dan vagina
5. Labektomi atau kraniotomi
6. Kemoterapi
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PENGKAJIAN
1. Keluhan utama: kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervagina berulang.
2. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
3. Riwayat kesehatan masa lalu : Kaji adanya kehamilan molahidatidosa
sebelumnya, apa tindakan yang dilakukan, kondisi klien pada saat itu.
4. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang menorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan
yang menyertainya.
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya
nyeri.
4. Gangguan rasa nyaman: hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi.
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I: Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang,
2. Ekspresi wajah tenang,
3. TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional: mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan
intervensi yang tepat.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam.
Rasional: perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu
indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
3. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.
Rasional: teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri
yang dirasakan.
4. Beri posisi yang nyaman.
Rasional: posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri.
5. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat
dipersepsikan.
Diagnosa II : intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan: klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri.
Kriteria hasil:
1. Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
2. Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi:
1. Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri.
Rasional: untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam
merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
hygienenya.
2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasional: kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien
ketergantungan pada perawat.
3. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.
Rasional: pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan
kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.
4. Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu
memenuhi kebutuhan klien.
Rasional: membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara
mandiri.
Diagnosa III : Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
Tujuan : klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu.
Kriteria hasil :
1. Klien dapat tidur 7-8 jam per hari,
2. Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi:
1. Kaji pola tidur.
Rasional: dengan mengetahui pola tidur klien, akanmemudahkan dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional: memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
3. Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur.
Rasional: susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.
4. Batasi jumlah penjaga klien.
Rasional: dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat
dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
5. Memberlakukan jam besuk.
Rasional: memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
6. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam.
Rasional: Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan
mudah tidur.
Diagnosa IV : gangguan rasa nyaman: hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi.
Tujuan : klien akan menunjukkan tidak terjadi panas.
Kriteria hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal,
2. Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi :
1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis.
Rasional: suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam
dapat membantu diagnosa.
2. Pantau suhu lingkungan.
Rasional: suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati
normal.
3. Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak.
Rasional: minum banyak dapat membantu menurunkan demam.
4. Berikan kompres hangat.
Rasional: kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat
menurunkan suhu tubuh.
5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik.
Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.
Diagnosa V : kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang.
Kriteria hasil:
1. Ekspresi wajah tenang,
2. Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional: mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga
mengurangi kecemasan.
3. Mendengarkan keluhan klien dengan empati.
Rasional: dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan
merasa diperhatikan.
4. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan.
Rasional: menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti
tentang penyakitnya.
5. Beri dorongan spiritual/support.
Rasional: menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang
ASUHAN KEPERAWATAN NY. AA DI F2
RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA

BAB 3.docx
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, kami tidak mengalami kesulitan karena
penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud kami
yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sehingga
pasien dan keluarga terbuka dan mengerti serta kooperatif.

Identitas Pasien
Pada tinjauan kasus pasien berusia 30 tahun, pasien seorang wanita.
Opini antara tinjauan teori dan kasus terdapat perbedaan yaitu
menurut teori menyebutkan bahwa usia > 35 mempunyai resiko lebih
tinggi mengalami PTG dibandingkan dengan wanita usia 21-35 tahun.
Riwayat kesehatan
Keluhan utama dan Riwayat penyakit
Pada tinjauan kasus pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri pada bagian perut akibat
perut yang semakin membesar, nyeri seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 7
dari 0-10 dan nyeri terasa hilang timbul. Berdasarkan pada tinjauan pustaka salah satu
manifestasi klinis PTG adalah nyeri pada bagian perut. Jadi opini antara tinjauan teori
dan kasus terdapat persamaan.
Pada tinjauan kasus pasien mempunyai riwayat penyakit mola sekitar 10 tahun yang
lalu, sedangkan sesuai teori salah satu penyebab dari PTG adalah dengan riwayat mola
sebelumnya. Jadi opini antara tinjauan teori dan kasus terdapat persamaan.

Genogram
Pada genogram tinjauan kasus pasien adalah ibu rumah tangga dengan 1 orang anak, 1
suami, masih mempunyai kedua orang tua. Pasien tingggal bersama suami dan anaknya.

Riwayat Obstetri
Pada tinjauan kasus pasien menarche sejak usia 13 tahun, siklus teratur 28 hari, lama
haid kurang lebih 7 hari dan nyeri punggung saat menstruasi. Pasien hamil 3 kali, yang
pertama pada tahun 2008 pasien hamil mola lalu dikuret, yang kedua pada tahun 2009
pasien hamil sampai 40 mnggu dengan persalinan normal (hidup), yang ketiga pada
tahun 2017 pasien hamil mola lagi, kemudian di kuret. Pasien sebelumnya KB suntik 1
bulan, masalah yang terjadi haid tidak teratur. Ibu juga sering mengalami keputihan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan PTG yaitu terdapat lima diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
4. Gangguan rasa nyaman : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan enam diagnosa keperawatan yaitu:


6. Hipervolemia b.d. gangguan mekanisme regulasi
7. Nyeri akut b.d. agens cedera fisik (perut membesar/bengkak)
8. Defisit nutrisi b.d. intake inadekuat
9. Gangguan mobilitas fisik b.d. nyeri, gangguan muskulo skeletal
10.Defisit perawatan diri (mandi dan berhias) b.d. kelemahan fisik
11.Risiko toleransi aktivitas b.d. gangguan pernapasan (sesak napas), ketidak
bugaran status fisik
INTERVENSI
Perencanaan merupakan suatu penyusunan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan . Pada
perencanaan terdapat tujuan dan kriteria hasil diharapkan dapat sesuai dengan sasaran
yang diharapkan terhadap kondisi pasien.

Untuk diagnose hipervolemia yang disertai dengan sesak nafas, penulis


merencanakan mengkaji tanda-tanda vital, mengkaji mengenai pernafasan pasien,
memberikan posisi sei fowler, melakukan bebat, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat diuretic dan oksigen tambahan.

Sedangkan diagnose nyeri akut dengan perencanaan untuk melakukan pengkajian


mengenai nyeri pasien (PQRST), mengkaji tanda-tanda vital, mengkaji reaksi verbal dan
non verbal akibat nyeri yang timbul, memberikan posisi yang nyaman dan membantu
untuk mengubah posisinya, melakukan kompres hangat atau dingin pada daerah yang
nyeri, mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri, mengajarkan pasien
teknik relaksasi dengan nafas dalam dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat analgetik untuk mengurangi nyeri yang timbul.

Sedangkan diagnose defisit nutrisi, penulis merencanakan menjaga kebersihan


mulut dengan menganjurkan untuk melakukan oral hygiene secara teratur,
menganjurkan makan sedikit tapi sering dan kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diit pasien.
KESIMPULAN
1. Pada pengkajian pasien didapatkan mempunyai
riwayat penyakit mola sekitar 10 tahun yang
lalu, dan pasien menjalani pengobatan,
sebelum pengobatan selesai pasien dinyatakan
hamil selama 40 minggu dan melahirkan secara
normal. Selama pasien hamil, pengobatan mola
sebelumnya jadi dihentikan
2. Perencanaan yang dilakukan adalah edukasi
agar ibu mengerti tentang kondisinya saat ini
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai