Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan

Pada Kehamilan Mola


Hidatidosa

Oleh:
Oleh:
Monna
Monna Maharani
Maharani Hidayat,
Hidayat, M.Kep.,
M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat
Ns.Sp.Kep.Mat
Definisi
 Mola hidatidosa atau dikenal dengan kehamilan
molar

 Adalah pertumbuhan proliferasi trofoblas


plasenta jinak, dimana villi korionik
berkembang menjadi edematous, kistik, vesikel
transparan avaskular yang menggantung secara
berkelompok seperti anggur.
Definisi
 Mola hidatidosa adalah chorionic villi
(jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan.
Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.

 Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi


korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai
anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan
mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan
menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG)
Etiologi
 Cacat ovum
 Imunoselektif dari tropoblast
 Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
 Paritas tinggi
 Kekurangan gizi
 Kekurangan protein
 Infeksi virus
 Faktor kromosom yang belum jelas
Kelompok Resiko Tinggi
 kelompok ibu yang menggunakan klomifen
(Clomid) untuk stimulasi ovulasi,
 Kehamilan pada remaja
 Kehamilan pada ibu yang berusia lebih dari 40
tahun,
 Riwayat keguguran,
 Riw. masalah pada gizi seperti defisiensi
asupan koefisien karoten dan lemak hewani
Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
 Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak

ditemukan janin

 Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika


disertai janin atau bagian janin.
Patofisiologi
 Teori missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu
karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga
terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

 Teori neoplasma dari Park.


Sel-sel trofoblast abnormal dan memiliki fungsi yang
abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang
berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
 Studi dari Hertig lebih menegaskan
bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi
cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak
adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke
lima.

Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan


tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan.
Tanda Gejala
 Amenore dan tanda-tanda kehamilan
 Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung
berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar
gelembung mola.
 Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 Tidak terabanya bagian janin pada palpasi
 Tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus sudah
membesar setinggi pusat atau lebih.
 Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum
kehamilan 24 minggu.
Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan kadar HCG :
Terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin
 Uji Sonde : Sonde (penduga rahim)
Dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde
diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan,
kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
 Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini
(pada kehamilan 3 – 4 bulan
 Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow
flake pattern) dan tidak terlihat janin
 Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara
 USG transvaginal merupakan alat yang paling
akurat untuk mendiagnosa mola hidatidosa.
 Karakteristik massa intrauterine pola difusi
menyebar, dikenal dengan istilah badai salju,
terlihat di tempat, atau bersama dengan, suatu
embrio atau janin.
 Jaringan trofoblas pada kehamilan mola
mengeluarkan hormone hCG. Salah satu yang
membedakan kehamilan mola dengan
kehamilan normal adalah pada usia 10 – 12
minggu kehamilan mola, kadar hCG terus
menerus meningkat sedangkan pada
kehamilan normal, kadar hCG menurun.
Penatalaksanaan Medik
 Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
- Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis.
- Pada fasilitas kesehatan dan sumber daya terbatas, dapat dilakukan :
Evaluasi klinik
- Riwayat haid terakhir dan kehamilan
- Perdarahan tidak teratur atau spotting
- Pembesaran abnormal uterus
- Pelunakan serviks dan korpus uteri
- Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
- Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
Penatalaksanaan medis
 kuret isap. Dgn segera
 Asuhan keperawatan berfokus pada pemberian informasi pada
klien dan keluarga tentang proses penyakit, kebutuhan tindak
lanjut jangka panjang, konsekwensi penyakit. Perawat
membantu ibu dan keluarga menghadapi proses berduka hingga
ibu dan keluarga berada pada fase menerimabahwa kehamilan
tersebut tidak normal, dengan cara, perawat memberi
kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mengekspresikan
perasaan mereka, perawat memberi informasi tentang kelompok
pendukung dan sumber daya konseling yang diperlukan.
Kemudian memberi informasi tentang menunda kehamilan
berikutnya dengan kontrasepsi yang sesuai.
Penatalaksanaan Medik
 Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses
evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500
ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit
(sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan
efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara
tepat).

 Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari


kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual,
 Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan
hebat atau perforasi uterus)
 Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1
tahun.
Penatalaksanaan Medik
 Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi

 Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi


menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar
uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan
pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan
USG tiap 2 minggu
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih
ingin anak) atau tubektomy apabila ingin
menghentikan fertilisasi
Diagnosa Keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
 Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
 Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi
 Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
 Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual muntah
 Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
 Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan adanya perdarahan
Intervensi Dx Nyeri
 Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien
Rasional :
Mengetahui tkt nyeri yg dirasakan shg membantu menentukan intervensi yg tepat

 Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam


Rasional :Perubahan TTV terutama suhu dan nadi mrp indikasi peningkatan nyeri
yg dialami klien

 Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi


Rasional :Teknik relaksasi membuat klien merasa nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien thd nyeri shg mambantu mengurangi nyeri

 .Beri posisi yang nyaman


Rasional :Posisi nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri

 Kolaborasi pemberian analgetik


Rasional :Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri shg nyeri tidat dapat
dipersepsikan
Intervensi Intoleransi Aktivitas
 Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri
Rasional :Mengetahui tkt kemampuan/ketergantungan klien dlm merawat diri
sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya

 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari


Rasional :Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan
pada perawat
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional :Membantu mengembalikan kekuatan scr bertahap dan menambah
kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya

 Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu
memenuhi kebutuhan klien
Rasional :
Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri
Intervensi: Gg Pola Tidur
 Kaji pola tidur
Rasional :Memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya

 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang


Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat

 Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur


Rasional :Susu mengandung protein tinggi shg dapat merangsang untuk tidur

 Batasi jumlah penjaga klien


Rasional :Kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat

 Memberlakukan jam besuk


Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat

 Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam


Rasional :Diazepam berfungsi utk merelaksasi otot shg klien dapat tenang dan mudah tidur
Intervensi: Gg Rasa Nyaman
Hipertermi
 Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis
Rasional :Suhu diatas normal menunjukkan proses infeksi, pola demam dapat
membantu diagnosa

 Pantau suhu lingkungan


Rasional : proses konveksi

 Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak


Rasional: Minum banyak dapat membantu menurunkan demam

 Berikan kompres hangat


Rasional :Proses konduksi

 Kolaborasi pemberian obat antipiretik


Rasional :Mengurangi set point pada hipothalamus
Intervensi: Kecemasan
 Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional :Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien

 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya


Rasional :Memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan

 Mendengarkan keluhan klien dengan empati


Rasional : Klien akan merasa diperhatikan

 Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional :Klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya

 Beri dorongan spiritual/support


Rasional :Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat
berkurang
Intervensi: Resti Gg Nutrisi Kurang
 Kaji status nutrisi klien
Rasional :Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya

 Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering


Rasional :Membantu untuk meminimalkan anoreksia

 Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi


Rasional :Menbangkitkan nafsu makan klien

 Timbang berat badan sesuai indikasi


Rasional :Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi

 Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan,


anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien
Rasional :Meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan
Intervensi: Resti Infeksi
 Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Rasional :Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi

 Observasi vital sign


Rasional :Perubahan TTV indikator dari terjadinya proses infeksi dalam
tubuh

 Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, garis jahitan),


daerah yang terpasang alat invasif (infus, kateter)
Rasional :Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk
melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya
 Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik
Rasional :
Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses
infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung
membunuh sel bakteri penyebab infeksi
Intervensi: Resti Gg Perfusi
Jaringan
 Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku
Rasional :Informasi ttg derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan
intervensi selanjutnya

 Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala


Rasional :Perubahan menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan
darah arterial
 Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah
Rasional :
Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat terjadi
sebagai efek samping vasopressin

 Berikan cairan intravena, produk darah


Rasional :
Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume sirkulasi

 Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 3×1 tablet


Rasional :
Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi
perarahan
Tindak lanjut perawatan
 Observasi tumbuhnya koriokarsinoma
 pemeriksaan fisik, pemeriksaan pelvis, dan
pengukuran kadar hCG setelah dua minggu
hingga kadar hCG normal dan tetap normal
selama tiga minggu.
 Pengukuran kadar hCG terus dilakukan secara
serial :
 selama enam bulan,
 kemudian setiap dua bulan selama satu tahun.
 Pada kondisi peningkatan titer kadar hCG dan
pembesaran rahim menunjukkan koriokarsinoma
(GTD ganas).
 Jika berlanjut menjadi trofoblastik persisten, maka
dilakukan tindakan kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai