Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN USIA DEWASA

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Psikologi Kesehatan

Disusun Oleh:

1. Muhammad Supiandi Pratama


2. Negia Naovia Rahmadanti
3. Nur Muhammad Rafy Ramdhan
4. Nur Puspa Fajriati
5. Rika Nurzaqiah
6. Rindiani Kurnia
7. Siti Aisah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Jl. Harapan No.50, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Psikologi Kesehatan Program Studi S1
keperawatan dengan ini penulis mengangkat judul “ PERKEMBANGAN USIA DEWASA ”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Cianjur, 1 July 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

 A.           Latar Belakang

Dewasa adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian
identitas diri, yang kemudia pada masa dewasa ini, identitas diri didapat sedikit-demi sedikit
sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.

Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa
awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi,
kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu
makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun
psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya
sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan ataupun masalah yang dialami
dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk
orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu
masalah akan dapat dijadikan pelajaran berharga guna membentuk seorang pribadi yang matang,
tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa depannya.

Secara fisik, seorang dewasa menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan
dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya
tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak
inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif.

B.            Rumusan Masalah

Ada bererapa masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yang berhubungan dengan
perkembangan pada masa dewasa dan tua, adapun masalah-masalah itu diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Apa yang di maksudkan dengan orang dewasa?


2. Kapan peristiwa dewasa itu terjadi?
3. Peristiwa kehidupan apa saja yang terjadi pada maasa dewasa dan tua?
4. Bagaimana penyesuaian kita terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang terjadi pada
masa dewasa dan tua?

C.      Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan atau uraian mengenai
perkembangan-perkemnbangan yang terjadi pada masa dewasa dan tua, yang meliputi transisi
dan peristiwa kehidupan pada masa dewasa dan tua. Makalh ini juga dibuat guna memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Psikologi perkembangan
D.      Sistematika Penulisan

Untuk menguraikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam makalah ini,
dituangkan dalam sistematika penulisan yang meliputi pendahuluan, isi atau pembahasan dan
kesimpulan.
BAB II

PEMBAHASAN

A.           Pengertian Dewasa

Menurut Freud (Bischof:1976), seseorang dikatakan dewasa apabila orang itu bertanggung jawab
terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah diikrarkan khususnya kepada pasangan
pernikahan. Freud juga menjelaskan bahwa seseorang dikatakan dewasa apabila mau dan mampu
bertanggung jawab terhadap segala tingkah laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan sehari-hari.

Dengan demikian orang dewasa dituntut untuk mempertanggung jawabkan semua yang
dilakukan bekerja memenuhi kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga sebagai wujud cinta
terhadapp istri dan anak-anaknya. Orang dewasa yang matang tidak takut terabaikan kepentingan
dirinya sendiri dalam memproses mempertanggung jawabkan cinta yang diikrarkan.

Dalam kebudayaan Amerika, seorang anak dipandang belum mencapai status dewasa kalau ia
belum mencapai usia 21 tahun. Sementara itu dalam kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap
resmi mencapai status dewasa apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21
tahun.

B.       Masa Dewasa sebagai Masa Transisi

1.    Transisi Fisik

Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa masa dewasa sedang
mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang
individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai
seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang
anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan
fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya,
misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab
untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-
kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari
tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau
perdata). Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu
halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.

2.    Transisi Intelektual

Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999; Papalia, Olds, &
Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan
kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms, 1995). Taraf ini
menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas
berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus
dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat
universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya.
Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang
bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini
mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan
masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.

3.     Transisi Peran Sosial

Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya (dating), untuk segera
menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang bam, yakni ter-
pisah dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-
masing pihak baik laki-laki maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai
individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknyal
Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah
tangga, tanpa me-, ninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja Namun demikian, l tak sedikit
seorang wanita mau meninggalkan kariernya untuk • menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai
ibu rumah tangga (domestic tasks), agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan
baik. Sebagai anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya
dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.

C.            Perstiwa Kehidupan pada Masa Dewasa dan Tua

Ada bebrapa peristiwa kehidupan yang dialami oleh orang dewasa dan tua, peristiwa-peristiwa
tersebut meliputi:

1.           Dewasa Awal ( Young Adulthoud)

Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang
digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan
komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman
maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian,
menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).

Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira
umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif. Namun Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda ialah
mereka yang berusia 20-40 tahun.

2.           Dewasa tengah/Dewasa Madya (Middle adulthoud)

Banyak pendapat yang variatif sehubungan dengan bilangan usia dewasa tengah. Hurlock (1992)
membatasi usia dewas tengah adalah sekitar 40 – 60 tahun. Ia membagi  2 fase, yaitu  usia tengah
baya dini ( 40-50 tahun) dan usia tengah baya lanjut (50 -60 tahun). Mappiare (1982) sepakat
dengan batasan usia tersebut. Gunarsa (1988) menduga  bahwa usia tengah baya berlangsung
lebih cepat 5 tahun dari perkiraan orang. Menurutnya usia tengah baya adalah  pada umur 35 –
60 th. Sementara Jim & Sally (1987), membatasi bahwa usia tengah baya adalah antara 33 – 70
tahun. Akan tetapi sekalipun terdapat beberapa perbedaan, yang jelas para ahli umum-nya
sepakat bahwa dewasa tengah berlangsung dari sekitar usia 40 – 45 sampai sekitar usia 65 tahun.
Dalam banyak hal, periode dewasa tengah adalah waktu timbulnya tekanan emosional. Oleh
Bernice Nengeartein (dalam Callhoun dan Acocella, l990) dikatakan bahwa peroiode ini
merupakan suatu masa ketika orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Meskipun bagi
orang lain  ada kalanya periode ini justru merupakan  permulaan kemunduran.  Bagi Erik Erikson
(Callhoun dan Acocella, l990), dalam periode ini individu memiliki antara kearifan dan
penyerapan pribadi. Kearifan yang dimaksud adalah kapasitas untuk mengembangkan perhatian
terhadap orang lain atau masyarakat sekitar. Orang yang gagal mengembangkan kapasitas
kearifan ini mungkin menjadi semakin terserap pada diri mereka sendiri seperti larut dalam
kehidupan duniawi dan bendawi saja. Teori Erikson ini  berpijak pada kenyataan yang dia
sinyalir bahwa dalam setiap tingkat kehidupan selalu dicirikan dengan pilihan-pilihan antara 2
pendekatan terhadap kehidupan, satu positif dan satunya negatif. Tampaknya tengah baya
merupakan  salah satu waktu dalam hidup seseorang dimana banyak terjadi peristiwa besar yang
memaksanya untuk mengadakan penataan kembali. Penataan kembali itu kiranya terjadi karena
adanya beberapa perubahan besar dalam hal fisiologis, psikologis, seksual dan perubahan-
perubahan sosial yang menyertai ketiga perubahan itu.

3.           Dewasa Akhir (fnal adulthoud)

Memasuki lanjut usia merupakan periode akhir dalam rentang kehidupan manusia di dunia ini.
Banyak hal penting yang perlu diperhatikan guna mempersiapkan memasuki masa lanjut usia
dengan sebaik-baiknya. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah enam puluh tahun ke atas.
Ada beberapa orang yang sudah menginjak usia enam puluh, tetapi tidak menampakkan gejala-
gejala penuaan fisik maupun mental. Oleh karena itu, usia 65 dianggap sebagai batas awal
periode usia lanjut pada orang yang memiliki kondisi hidup yang baik.

D.  Penyesuaian Terhadap Peristiwa kehidupan

1. Penyesuaian Terhadap Perkembangan Fisik

Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai
puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Yang meliputi:

1. Kesehatan badan

Awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan frsik. Mulai dari
sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek
mereka sangat cepat. Lebih dari itu, kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang
pailing tinggi.

Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncaknya, namun selama
periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. sejak usia sekitar 25 tahun, perubahan-
perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar lebih bersifat kuantitatif
daripada kualitatif. Secara berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga
lebih mudah terserang penyakit.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah
perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopause atau
berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan.

Pada umumnya, menopause mulai terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga yang sudah
mengalami menopause pada usia 40. Bagi sebagian besar perempuan, menopause tidak
menimbulkan problem psikologis.

Tetapi, bagi sebagian lain, menopause telah menyebabkan munculnya sejumlah besar gejala
psikologis, termasuk depresi dan hilang ingatan. Sejumlah studi belakang ini menunjukkan
bahwa problem-problem tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh reaksi terhadap usia tua yang
dicapai oleh wanita dalam suatu masyarakat yang sangat menghargai anak-anak muda daripada
peristiwa menopause itu sendiri (Feldman, 1996).

Bagi laki-laki, tetap subur dan mampu menjadi ayah anak-anak sampai memasuki usia tua.
Hanya beberapa kemunduran fisik juga terjadi secara berangsur-angsur, seperti berkurangnya
produksi air mani, dan frekuensi orgasme yang cenderung merosot.

Penelitian Daniel Levinson dkk, menemukan bahwa salah satu perubahan penting yang terjadi
pada masa dewasa awal ini adalah menurunnya kekuatan fisik dan psikologis. Pada akhir usia
30-an dan awal 40-an, umumnya pria menyadari bahwa dirinya sudah tidak lagi di puncak
kemudaannya.

Dia tidak bisa lagi berlari cepat, mengangkat benda yang berat, dan sedikit tidur. Penglihatan dan
pendengarannya mulai berkurang ketajamannya, daya ingatnya melemah, dan sulit sekali untuk
belajar dan mengingat informasi tertentu.

Dia menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan lebih gampang terkena penyakit parah, sehingga
rnungkin dapat menimbulkan cacat seumur hidup atau bahkan kematian (Davidoff, 1988).

2. Sensori

Pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan
dua perubahan fisik yang paling menonjol. Pada usia antara 40 dan 59 tahun, daya akomodasi
mata mengalami penurunan paling tajam. Karena itu, banyak orang pada usia setengah baya
mengalami kesulitan dalam melihat objek objek yang dekat (Kline & Schieber, 1985).

Sementara itu, pendengaran juga mengalami penurunan pada usia sekitar 40 tahun. Penurunan
dalam hal pendengaran ini lebih terlihat pada sensitivitas terhadap nada tinggi. Dalam hal
penurunan sensitivitas terhadap nada tinggi ini, terdapat perbedaan jenis kelamin, yakni Iaki-laki
biasanya kehilangan sensitivitasnya terhadap nada tinggi lebih awal dibandingkan perempuan.

Perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih disebabkan oleh pengaruh pengalaman laki-laki
terhadap suara gaduh dalam pekerjaan sehari-hari. Selanjutnya pada masa dewasa akhir,
perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan indera penglihatan, indera pendengaran, indera
perasa, indera pencium, dan indera peraba.
Perubahan dalam indera penglihatan pada masa dewasa akhir misalnya tampak pada
berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya.

Biji mata menyusut dan lensanya menjadi kurang jernih, sehingga jumlah cahaya yang diperoleh
retina berkurang. Retina orang tua usia 65 tahun hanya mampu menerima jumla cahaya sepertiga
dari jumlah cahaya yang diperolehnya pada usia 20 tahun (Kline & Schiebcr, 1985).

3. Otak.

Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Khususnya bagi orang-
orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan
pendapat umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara
mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas demikian
pada tahun-tahun selanjutnya.

Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil
sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa
dewasa. Tetapi, penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu lebih sedikit.

Menurut Santrock (1995), diperkirakan bahwa 5 hingga 10 % dari neuron kita berhenti tumbuh
sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan semakin cepat.Hilangnya
sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa di antaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil,
tumor otak, atau karena terlalu banyak minum minuman beralkohol.

Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering
disebut dengan kepikunan (senility). Bahkan, juga dapat menimbulkan penyakit otak yang lebih
menakutkan lagi, yaitu penyakit Alzheimer (kepikunsn), yang diderita 3 % dari populasi dunia
berusia 75 tahun.

Alzheimer dapat merusak kecerdasan pikiran. Pertama pertama Alzheimer menyebabkan memori
berkurang, kemudian penalaran dan bahasa memburuk. Sebagai penyakit yang menjalar cepat,
setelah 5 hingga 20 tahun, penderita menjadi kehilangan arah, kemudian tidak dapat
mengendalikan diri, dan akhirnya kosong secara mental, hidup menjadi merana (Myers, 1996).

2.  Penyesuaian Terhadap Perkembangan Agama

                        Penyesuaian terhadap perkembangan agama pada masa dewasa dewasa antara lain
memiliki ciri sebagai berikut:

1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan


sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan
dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga
sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain
didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing,
sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan social, sehingga
perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.

3. Penyesuaian Terhadap Perkembangan Emosi

Perkembangan emosional yang terjadi pada masa dewasa adn tua yaitu sebagai berikut:

1. Memulai masa dewasa-muda dengan optimisme dan pengharapan, kemudian berangsur-


angsur mengatur hidupnya kembali dalam pergumulan antara harapan-kenyataan, idealisme-
pengalaman.
2. Goncangan emosional mudah timbul karena frustrasi dan kekecewaan dalam penyesuaian
diri dalam pekerjaan, pernikahan (dan kondisi tidak menikah), bermasyarakat. Dewasa-muda
yang stabil secara emosi adalah yang tidak membawa masalah emosional yang belum
terselesaikan dalam masa sebelumnya.
3. Kedewasaan emosi dibangun melalui evaluasi terhadap diri, gaya hidup, dan
pengalamannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya (keberhasilan dan kebermaknaan).

4.             Penyesuaian Terhadap Perkembangn Cinta

Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. Cinta mengacu pada
perilaku manusia yang sangat luas dan kompleks. Menurut Santrock (1995), cinta dapat
diklasifikasikan menjadi empat bentuk cinta, yaitu:

1. Altruisme (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri


sendiri),
2. Persahabatan,
3. Cinta yang romantis atau bergairah
4. Cinta yang penuh perasaan atau persahabatan.

Meskipun cinta sudah tampak dalam tahap-tahap sebelumnya (seperti _cinta bayi pada ibunya
dan cinta  birahi pada remaja). Namun perkembangan cinta dan keintiman sejati baru  muncul
setelah seseorang memasuki masa  dewasa. Pada masa ini, perasaan cinta lebih dari sekadar
gairah atau romantisme, melainkan suatu afeksi – cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang.

Cinta pada orang dewasa ini diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain. Orang-
orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama, di mana mereka
saling berbagi hidup dengan seorang mitra yang intim.

 5.        Penyesuaian Terhadap Perkembangn Seksual


a.     Anak Laki-Laki Menjadi Lelaki

Setelah aktivitas testis terbentuk pada masa pubertas, secara normal berlanjut sepanjang sisa
umur dengan hanya sedikit pelemahan pada tahun-tahun mendatang. Pada usia tua ada sedikit
pengurangan sperma dan androgen. Hal ini dikaitkan dengan beberapa perubahan degenerasi di
dalam testis, tetapi tidak ada penurunan testikel yang tiba-tiba dibandingkan dengan daya
klimaks wanita.

b.     Anak Perempuan Menjadi Wanita

Pada tahap terakhir kedewasaan, biasanya setelah menstruasi, tubuh anak perempuan mulai
membentuk tubuh wanita. Perubahan yang dialami anak perempuan secara langsung
berhubungan dengan sekresi hormon wanita, estrogen dan progesteron.

Dia menjadi lebih tinggi, pinggul dan paha lebih berisi, tubuh lebih padat dan berlekuk. Buah
dada mulai membesar dan rambut tumbuh di tangan dan kaki. Alat genital eksternal dan internal
tumbuh dan berkembang, dinding vagina mulai menebal. Sekresi vagina terjadi.

Bentuk tubuh wanita tergantung pada dua hal: besar hormon yang dihasilkan dan sensitivitas
tubuh dalam mereaksi terhadap hormon-hormon tersebut.

Sekitar umur 45, fungsi ovarium perlahan-lahan semakin berkurang, tingkat estrogen dan
progesteron menurun, yang mengakibatkan berhenti menstruasi dan tidak subur, penipisan
dinding vagina dan sangat sering, perubahan tulang yang menyebabkan bongkok.
BAB III

PENUTUP

A.           Kesimpulan

Setelah melewati masa kanak-kanak dan remaja, akhirnya individu memasuki masa dewasa,
yakni masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja. Masa ini adalah masa dimana
seseorang harus melepaskan ketergantungannya dari orang tua dan mulai belajar madiri karena ia
sudah mempunyai peran dan tugas-tugasnya yang baru.

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa ini jika tidak dioptimalkan dengan baik akan
menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Perkembangan fisik,
emosional, agama, cinta, kognitif dan sosial pada masa ini juga sangat berpengaruh bagi tiap
individu.

Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu
makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun
psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya
sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan ataupun masalah yang dialami
dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk
orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu
masalah akan dapat dijadikan pelajaran berharga guna mem-bentuk seorang pribadi yang
matang, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa depannya.

B.       Saran

Saran dari penyusun, selagi kita bisa melakukan apa yang masih bisa di kerjakan, kerjakanlah!
Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang baik. Janganlah menjadi
orang dewasa atau tua yang masih melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan di masa muda.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang kita harapkan,
maka dari pada itu penulis butuh kritikan dan saran dari ibu dosen pembimbing kita dan bagi
teman-teman yang membacanya, yang sifatnya membanggun, demi kesempurnaannya kedepan.
DAFTAR PUSTAKA

–          http://belajarpsikologi.com

–          mewarnaihidup.blogspot.com

–          qalbinur.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai