Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kehamilan ialah hasil dari konsepsi atau pembuahan setelah melakukan senggama yang
ditandai dengan perubahan fisiologis yang pada hakekatnya terjadi pada seluruh sistem organ,
masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir). Kehamilan
dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 6 bulan. Trimester ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di
dalam keluarga. Di dalam kehamilan juga banyak terjadi proses patofisiologi yang terjadi, di
dalam asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang perdarahan pada kehamilan muda.
Diantaranya adalah mola hidatidosa atau orang awam menyebutnya dengan hamil
anggur. Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi kanalis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal
sedemikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin atau
bagian dari janin disebut mola parsialis atau partial mole.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui dan memahami konsep Mola Hidatidosa
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Mola Hidatidosa
1.3 Manfaat
1. Bagi pembaca
Bisa memberikan pengetahuan tentang Mola Hidatidosa
2. Bagi penulis
Bisa memberikan pengetahuan lebih dan mendorong penulis untuk menulis karya-karya
yang baru.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili khoriolisnya
mengalami degenerasi hidrofik yang menyerupai anggur. (FK. UNPAD, 2005). Mola Hidatidosa
adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh villi khorialis mengalami hidrofik. (Sarwono Prawirohardjo, 1999)
Mola Hidatidosa ( hamil anggur ) adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak
berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi prolifesasi tropoblast, dan ditemukan villi korialis
yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang hipo vaskuler atau avaskuler,
janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar danedematus itu hidup dan
tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Ada juga yang
mendefinisikan Mola Hidatidosa sebagai pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi korialis,
disertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel korion serta tidak terbentuknya fetus. Dan
definisi yang lain dari Mola Hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi
sejumlah kista yang menyerupai anggur yangdipenuhi dengan cairan, embrio mati, mola tumbuh
dengan cepat, uterus membesar dan menghasilkan sejumlah besar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG). (Taufan, 2010:107).
Mola Hidatidosa adalah keadaan patologi dari khorion dengan sifat degenerasi kistik villi
dan perubahan hidrofik, tidak ada pembuluh darah janin, dan proliferasi trofoblas. (Balai
penerbit FKUI)
2.1 Etiologi
Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola hidatidosa
belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah:
1. Faktor Ovum
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki
ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
2. Keadaan Sosial Ekonomi yang Rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial

ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang
sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
3. Paritas Tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran
atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan
stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).
4. Kekurangan Protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan
pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada
waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan
bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
5. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya
mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini
sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta
daya tahan tubuh. (Taufan, 2010: 108)
2.3 Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita dengan kehamilan mola juga mengalami reaksi kehamilan seperti wanita
hamil normal.
1. Mengalami perdarahan bercak coklat gelap pada akhir trimester pertama.
2. Hipertensi dan hiperemesis akibat kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu.
3. Inspeksi pada muka dan badan tampak pucat kekuning-kuningan atau disebut muka mola
(mola face).
4. Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak
ditemukan ballotemen dan denyut jantung janin, keluar jaringan mola.
5. Kadar HCG tinggi dan tiroksin plasma juga mengalami peningkatan.
6. Pemeriksaan USG terdapat gambaran vesikular (badai salju) dan tidak terlihat janin.
2.4 Klasifikasi Mola Hidatidosa
Kehamilan mola hidatidosa dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Mola hidatidosa lengkap
Mola hidatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membran, kromosom
maternal haploid dan paternal 2 haploid.
2. Mola hidatidosa parsial

Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan
normal, kromosom paternal diploid
3. Mola hidatidosa invasive
Mola hidatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium,
terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.
2.5 Patofisiologi
Mola Hidatidosa terbagi menjadi :
1. Mola Hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakt trofoblast
1. Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah
sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung.
2. Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung,
3. Studi dari Hertig
Mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal
atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi
maternal yang terus

menerus dan tidak adanya fetus.menyebabkan trofoblast

berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.


2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan kadar beta hCG: pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah
atau rutin.
2. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
3. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 4 bulan).
4. Ultrasonografi: pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat
janin.
5. Foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara.
6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
(Taufan, 2010: 112)

2.7 Penatalaksanaan
1. Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah : diagnosis dini akan
menguntungkan prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber
daya sangat terbatas, dapat dilakukan :
1) Evaluasi klinim dengan fokus pada riwayat haid terakhir dan kehamilan.
2) Perdarahan tidak teratur atau spotting
3) Pembesaran abnormal uterus.
4) Pelunakan serviks dan korpus uteri
5) Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
6) Patikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan
Perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dngan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.
Pengolaan Mola Hidatidosa sebaiknya dilakukan di rumah sakit, adapun langkah langkah
pengelolaannya adalah :
a) Pengelolaan syok bila terjadi syok
b) Transfusi darah bila kadar Hb < 8 gr %
c) Kuretase sebaiknya dengan vakum kuretase, kemudian dilanjutkan dengan sendok
kuret yang tumpul setelah terjadi pengecilan uterus dan harus dilindungi dengan
d)
e)
f)
g)

oksitosin 10 iu dalam 500 ml Dextrose 5 % apabila sondase uterus > 12 cm.


Pasca kuretase diberikan ergometrin tablet 3 X 1 tablet/hari.
Adanya penyulit pre-eklamsia dikelola sesuai dengan prokol pre-eklamsia.
Adanya penyulit tirotoksikosis dikelola dengan konsultasi internis.
Pengamatan lanjut dilakukan untuk kemungkinan keganasan pasca Mola hidatidosa,
selama 1-2 tahun dengan jadwal sebagai berikut :
a. 1x1 minggu pertama selama 1 bulan (4x)
b. 1x2 minggu selama 2 bulan (4x)
c. 1x1 bulan selama 4 bulan (4x)
d. 1x3 bulan selama 1 tahun (4x). Dilakukan sampai 2x pemeriksaan berturut-

turut negatif.
h) Untuk tidak mengacaukan pengamatan, pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi
kondom dan tidak hamil selama pengawasan.
(Taufan, 2010: 112-113)
2.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan mola hidatidosa adalah:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perdarahan hebat sampai syok;


Perdarahan berulang;
Anemia;
Infeksi sekunder;
Perforasi karena tindakan dan keganasan, dan
Keganasan apabila terjadi mola destruens/ koriokarsinoma.
(Taufan, 2010: 114)

2.9 Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa


1. Pengkajian
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
a) Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
b) Riwayat kesehatan masa lalu :
1. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
2. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit
lainnya.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
4. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya.
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

6. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahan yang menyertainya.
7. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
8. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit
d. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi
antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya.
b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan :
merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit
atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi,
mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan
amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005)
e. Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan laboratorium :
a) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.

b) Keluarga berencana : kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
f. Data lain-lain
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.
g. Data psikososial
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang
menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
h. Status sosio-ekonomi
Kaji masalah finansial klien
i. Data spiritual
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan.
2. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.

Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.


Resiko Tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder.
Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1

: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.

Tujuan
: Klien akan menunjukkan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil
a) Klien mengatakan nyeri berkurang.
b) Ekspresi wajah tenang .
c) TTV dalam batas waktu normal.
Intervensi
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri

Rasional
Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan

yang dirasakan klien.

sehingga dapat membantu menentukan


intervensi yang tepat.

Observasi tanda-tanda vital.

Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu


dan nadi merupakan salah satu indikasi
peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.

Anjurkan klien untuk melakukan teknik

Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa

relaksasi & teknik distraksi.

sedikit nyaman dan distraksi dapat


mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri

sehingga dapat membantu mengurangi nyeri


yang dirasakan.
Beri posisi yang nyaman.

Posisi yang nyaman dapat menghindarkan


penekanan p ada area luka/nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetik.

Obat-obat analgetik akan memblok reseptor


nyeri sehingga nyeri tidak dapat
dipersepsikan.

6. Diagnosa 2

: Kekurangan Resiko Tinggi kekurangan volume cairan berhubungan

dengan perdarahan.
Tujuan
: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil
a) TTV stabil
b) Membran mukosa lembab
c) Turgor kulit baik
Intervensi
Kaji kondisi status hemodinamika.

Rasional
Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat
abortus memiliki karekteristik bervariasi.

Observasi Nadi dan Tensi.

Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).

Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan


elektrolit dan transfusi.

Ukur pengeluaran harian.

Jumlah

cairan

ditentukan

dari

jumlah

kebutuhan harian ditambah dengan jumlah


cairan yang hilang pervaginal.
Nilai hasil lab. Hb/Ht.

Menghindari

perdarahan

spontan

karena

proliferasi sel darah merah.


2. Diagnosa 3

: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat

pertahanan sekunder.
Tujuan
: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Kriteria Hasil
: Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Intervensi
Rasional
Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji
jumlah, warna, dan bau.

setiap saat dischart keluar. Adanya warna


yang lebih gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi.

Terangkan

pada

klien

pentingnya Infeksi dapat timbul akibat kurangnya

perawatan vulva selama masa perdarahan.

kebersihan genital yang lebih luar.

Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. Berbagai

kuman

dapat

teridentifikasi

melalui dischart.
Lakukan perawatan vulva.

Inkubasi kuman pada area genital yang


relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.

Jelaskan pada klien cara mengidentifikasi Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi
tanda infeksi.

tanda nonspesifik infeksi; demam dan


peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan
gejala infeksi.

3. Diagnosa 4
Tujuan

: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan.


: Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap

penyakit meningkat.
Kriteria Hasil
a) Klien tenang.
b) Klien dapat informasi tentang penyakitnya.
Intervensi
Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien

Rasional
Ketidaktahuan dapat menjadi dasar

dan keluarga terhadap penyakit.

peningkatan rasa cemas.

Kaji derajat kecemasan yang dialami

Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan

klien.

penurunan penilaian objektif klien tentang


penyakit.

Bantu klien mengidentifikasi penyebab

Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan

kecemasan.

keperawatan merupakan support yang


mungkin berguna bagi klien dan

meningkatkan kesadaran diri klien


Terangkan hal-hal seputar Mola

Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi

Hidatidosa yang perlu diketahui oleh

klien untuk meningkatkan pengetahuan dan

klien dan keluarga.

membangnn support system keluarga

4. Diagnosa 5 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan
: Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri dan ADL.
Kriteria Hasil
a) Kebutuhan personal hygiene terpenuhi.
b) Klien tampak rapi dan bersih.
Intervensi
Rasional
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi Mengetahui
tingkat
kemampuan/
rawat diri.
ketergantungan klien dalam merawat diri
sehingga dapat membantu klien memenuhi
kebutuhan hygienenya.
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan Kebutuhan hygienenya klien terpenuhi
sehari-hari.
tanpa membuat klien ketergantungan pada
perawat.
Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien
sesuai kemampuannya.
untuk mengembalikan kekuatan secara
bertahap dan menambah kemandirian dalam
memenuhi kebutuhannya.
Anjurkan keluarga klien untuk selalu Membantu memenuhi kebutuhan klien yang
berada didekat klien dan membantu tidak terpenuhi secara mandiri.
memenuhi kebutuhan klien.

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
a)
b)
c)
d)
e)

Klien tidak merasakan nyeri.


Tidak terjadi defisit volume cairan.
Tidak terjadi infeksi.
Klien sudah tidak merasa cemas.
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus
Ny. S 38 tahun, seorang ibu rumah tangga, G9P0A8, masuk rumah sakit tanggal 19
September 2011 dengan keluhan merasa hamil disertai mual muntah dan perdarahan pervaginam.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil: uterus sebesar 16 minggu, porsio tertutup, fluxus
(+).
Dengan hasil pemeriksaan laboratorium: hemopoetik: normal, SGOT 444,3 U/L. T3
1,58ng/ml, T4 > 24,86 ug/dl, TSH 0,005 mLU/L, beta hCG 772,093 IU/ml, fungsi ginjal baik.
Pengkajian
1. Informasi umum
Nama
: Ny S
Umur
: 38 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Tanggal masuk
: 19 september 2011
Diagnosa medik : Mola hidatidosa
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Klien mengatakan merasa hamil disertai mual muntah dan pendarahan pervaginam
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa hamil dan mual muntah, dan keluar darah pervaginam
c) Riwayat obstetric dan gynekologi
Klien dengan G9 P0 A8. Saat ini klien berada dikehamilan yang ke 9 namun sudah 8 kali
mengalami keguguran dan belum mempunyai anak.
3. Pemeriksaan fisik
a) Uterus sebesar 16 minggu
b) Forsio tertutup
c) Fluxus ( + )
Hasil pemeriksaan laboratorium :
a. Hemopoetik : Normal
b. SGOT
: 444,3 v/l
c. SGPT
: 566,7 v/l
d. T3
: 1,58 ng/ml
e. T4
: 724,86 ug/dl
f. TSH
: 0,05 ml u/l
g. hCG
: 772,093 IU/ml

Diagnosa Keperawatan
1. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
DS
: Klien mengatakan mual muntah.
DO
: Nilai beta hCG tinggi yaitu 772,093 IU/ml
2. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan pervagina yang abnormal
DS
: Klien mengatakan masih mengeluarkan darah pervagina
DO
: Terdapat perdarahan pervagina yang abnormal, TSH : 0,05 VTV/ml
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak mengenal sumber
informasi
DS
: Klien mengatakan ia merasa hamil
DO
: Uterus sebesar 16 minggu, Porsio tertutup, Fluxus (+).
Intervensi
1. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
a) Nafsu makan meningkat
b) Porsi makan dihabiskan
c) Mual muntah teratasi
Intervensi
Kaji status nutrisi klien.
Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi
sering.
Anjurkan makan-makanan dalam keadaan
hangat dan bervariasi
Timbang berat badan sesuai indikasi.

Sebagai

awal

Rasional
menetapkan

langlah

selanjutnya.
Makan demi sedikit mampu membantu
meminimalkan anoreksia.
Makanan yang hangat dan bervariasi dapat
membangkitkan nafsu makanan klien.

Tingkatkan kenyaman lingkungan termasuk Mengevaluasi kefektifan atau kebutuhan


sosialisasi saat makan dan anjurkan orang

mengubah pemberian nutrisi.

terdekat untuk membawa makanan yang

Sosialisasi waktu makan dengan orang

disukai klien.

terdekat atau teman dapat meningkatkan


pemasukan

dan

menormalkan

fungsi

makanan.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan pervagina yang abnormal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, color, rubor, tumor dan fungsi leasa)

b) Tanda-tanda vital dalam batas normal


Intervensi
Catat suhu, jumlah bau dan warna darah

Kehilangan

pervagina.

penurunan

Pantau respon merugikan pada pemberian


produk darah.
Berikan informasi tentang risiko
penerimaan produk darah.
Anjurkan ganti pembalut bila basah atau
habis BAK.
Kolaborasi pemberian antibiotic.

Rasional
darah berlebihan
haemoglobin

dengan

meningkatkan

risiko klien untuk terkena infeksi.


Pengenalan dan intervensi dini dapat
mencegah situasi yang mengancam hidup.
Komplikasi seperti hepatitis dan (HIV /
AIDS) dapat tidak bermanfestasi selama
perawatan di rumah sakit.
Basah merupakan media kuman untuk
berkembang.
Untuk

mencegah

dan

meminimalkan

infeksi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak mengenal
sumber informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien
mengerti / paham tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
a) Klien tampak rileks
b) Klien dapat mengungkapkan tentang penyakitnya dalam istilah sederhana sesuai dengan
situasi klinis.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi
Jelaskan tindakan dan rasional yang

Memberi

ditentukan untuk kondisi hemoragic.

kesalahan

Kaji ulang pengetahuan pasien tentang


pengetahuan
Motivasi pasien untuk menerima
keadaannya.

Rasional
informasi,
konsep

dan

Memperjelas
membantu

menurunkan stress yang berhubungan.


Untuk

mengetahui

seberapa

jauh

pengetahuan pasien tentang penyakitnya.


Untuk

mengetahui

seberapa

jauh

pengetahuan pasien tentang penyakitnya.


Libatkan keluarga untuk memberi

Penerimaan tentang keadaan dapat

dukungan moril maupun spiritual pada

mengurangi stress psikologisnya.

klien.

Memberi

support

membantu

untuk

pemulihan kesembuhan pasien.


Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
Evaluasi
a) Nafsu makan klien meningkat
b) Tidak terjadi infeksi.
c) Klien dan keluarga memahami dan mengenal sumber-sumber informasi mengenai kehamilan
ektopik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hamil anggur atau yang dalam dunia medis dikenal sebagai mola hidatidosa adalah suatu
kehamilan yang berkembang tidak wajar. Di dalam rahim tidak ditemukan janin, melainkan
jaringan berbentuk gelembung-gelembung seperti buah anggur yang berisi cairan.
Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi kanalis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal
sedemikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin atau
bagian dari janin disebut mola parsialis atau partial mole. Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam
bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola hidatidosa belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor
yang mungkin menjadi penyebab adalah a) faktor ovum, b) keadaan sosial ekonomi yang rendah
c) paritas tinggi, d) kekurangan protein, dan e) infeksi virus.

4.2 Saran
1. Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca tentang

Mola Hidatidosa dan bagi perawat bisa melakukan asuhan keperawatan Hidatidosa
dengan baik.

2. Diharapkan di dalam kasus ditambahkan diagnose kekurangan volume cairan dan


gangguan rasa nyaman nyeri.

DAFTAR PUSTAKA
JNPKKR-POGI. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency Untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan (Edisi Kedua). Jakarta : Tridasa Printer.
Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan (Edisi Keempat). Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rohmah, Nikmatur dan Saiful Walid. 2009. Proses Keperawatan :Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Rustam, Mochtar. (1992). Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
Suzanne, Smeltzer. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
http://perawatyulius.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-molahidatidosa.html (Kasus)

Anda mungkin juga menyukai