Anda di halaman 1dari 23

Asuhan keperawtan

pada MOLA HIDATIDOSA


MOLA HIDATIDOSA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir
ovum, sesudah keluar dari ovarium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus
(pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang
secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi
dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar
pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang
sempurna.Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian.Sering kali
perkembangan kehamilan mendapat gangguan.Demikian pula dengan penyakit
trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan
tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi
keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa
degenerasi hidrifik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang
disebut ”mola hidatidosa”. Pada umumnya penderita ”mola hidatidosa akan
menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami
degenerasi keganasan yang berupa karsinoma (Prawihardjo, 2009).
PENGERTIAN
Mola hidatidosa (Hamil Anggur) adalah kehamilan dini yang
akan berkembang menjadi abnormal dan uterus terisi oleh
gelembung-gelembung mirip buah anggur yang menghasilkan
hormon korionik gonadotropin dalam jumlah yang sangat besar.
ETIOLOGI
1. Faktor Ovum

2. Keadaan Sosial Ekonomi yang Rendah

3. Paritas Tinggi

4. Kekurangan protein

5. Infeksi virus
KLASIFIKASI
1. Mola hidatidosa komplet atau klasik

Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilsasi sebuah


telur yang intinya telah hilang atau tidak aktif. Mola
menyerupai setangkai buah anggur putih. Vesikel-vesikel
hidrofik (berisi cairan) tumbuh dengan cepat, menyebabkan
rahim menjadi lebih besar dari uisa kehamilan seharusnya.
Lnjtn....
2. Mola hidatidosa inkomplet atau parsial

Mola inkomplet atau parsia terjadi jika disertai janin atau


bagian janin. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat,
dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja.
PATOFISIOLOGI
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan
mengandung cairan merupakan kista-kista
kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya
tidak berisi embrio. Secara histo patologic
kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada
plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda, yang dimaksud dengan mola
kehamilan ganda adalah : satu janin tumbuh
dan yang satu menjadi mola hidatidosa.
Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai
dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari
1 cm. mola parsialis adalah bila dijumpai janin
dan gelembung - gelembung mola.
Lanjutan……

Secara mikroskopik terlihat trias :


1. Proliferasi dari trofoblas.
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi.
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan
adanya sel sinsisial giantik (Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola
banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10
cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur - angsur mengecil
dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh
(Prawirohardjo,2009).
MANIFESTASI KLINIK
1. Manifestasi berdasarkan pengkajian dihasilkan:
a. Perdarahan pervagina (bisa mengandung beberapa vili yang
mengalami edema).
b. Uterus lebih besar daripada yang seharusnya untuk usia kehamilan.
c. Kram abdomen karena distensi usus.
d. Tanda dan gejala preeklamsi sebelum kehamilan 20 minggu.
e. Mual dan muntah beral
f. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya
DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
2. Hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostic
a. Kadar hCG serum secara abnormal tinggi.
b. Ultrasonografi menunjukkan tampilan khas pertumbuhan mola.
PENATALAKSANAAN
1. Kuretase (Suction Curetase)
Kuret adalah pembersihan sisa- sisa jaringan yang ada dalam rahim.
Teknik Pengeluaran Jaringan:
Yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi
dapat dikeluarkan secara manual dilanjutkan dengan kuretase.
a. Sondage menentukan posisi ukuran uterus.
b. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90° untuk
melepaskan jaringan kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
c. Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa
masuk.
d. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua dengan eksplorasi jari maupun kuret.
Lanjutan…..
Teknik Suction Curetase :
a. Dilatasi Serviks kanalis dengan busi terbesar yang dapat dimasukkan
b. Pilih kanula yang paling besar dan dapat dimasukkan kedalam kanalis servikalis
c. Serviks dipegang dengan tenakulum
d. Menjelang dilakukan suction kuretase, oksitosin disuntikan ataupun secara drip
sehingga suction akan selalu diikuti dengan makin kecilnya uterus
e. Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri dengan tujuan untuk mengikuti turunya
fundus uteri dan merasakan bahwa tidak terjadi perforasi karena kanula
f. Setelah suction kuretase ikuti dengan kuret tajam dan besar sehingga dapat
dijamin kebersihannya
2. Histerektomi

Teknik operasi sampai saat ini belum dijumpai secara utuh diberbagai
pustaka. Oleh karena itu dianjurkan teknik operasi sebagai berikut:
a. Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi uterus sehingga dapat
mengurangi metastase saat operasi berlangsung.
b. Lakukan laangkah histerektomi dengan mencari dulu pembuluh darah yang
besar di potong dan diikat sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan
perdarahan.
c. Lakukan vaginal alkohol tampon padat sehingga tercecernya sel trofoblas dari
uterus segera mengalami denaturasi dan dapat mengalami kemungkinan hidup
untuk metastase.
d. Jika dapat dilakukan, serviks di jahit sehingga kanalis servikalis tertutup dan
mengurangi kemungkinan tercecernya sel trofoblas saat operasi berlangsung.
e. Metastase durante operationum, dapat dilindungi dengan kemoterapi drip
(belum umum di Indonesia) tetapi dianjurkan dan evaluasi hasilnya.
3. Program lanjut
Setelah evaluasi suatu kehamilan mola pasien diamati
dengan seksama terhadap serangkaian titer chorionic
gonadotrophin (hCG), menggunakan radioimmunoassay untuk
submit β, setiap satu atau dua minggu sampai negatif hilangnya
hCG secara sempurna diperkirakan terjadi dalam sembilan
sampai lima belas minggu setelah pengosongan uterus. Pasien
disarankan untuk menghindari kehamilan sampai titer chorionic
gonadotrophin (hCG) negatif selama satu tahun. Biasanya
diberikan kontrasepsi oral esterogen-progestin
KOMPLIKASI
1. Perforasi uterus saat melakukan tindakan kuretase (suction curettage)
terkadang terjadi karena uterus luas dan lembek (boggy). Jika terjadi
perforasi, harus segera diambil tindakan dengan bantuan laparoskop.
2. Perdarahan (hemorrhage) merupakan komplikasi yang sering terjadi saat
pengangkatan (evacuation) mola. Oleh karena itu, oksitosin intravena
harus diberikan sebelum evakuasi mola. Methergine dan atau Hemabate
juga harus tersedia. Selain itu, darah yang sesuai dan cocok dengan pasien
juga harus tersedia.
3. Penyakit trofoblas ganas (malignant trophoblastic disease) berkembang
pada 20% kehamilan mola. Oleh karena itu, quantitative HCG sebaiknya
dimonitor terus-menerus selama satu tahun setelah evakuasi
(postevacuation) mola sampai hasilnya negatif.
Lanjutan………

Pembebasan faktor-faktor pembekuan darah oleh jaringan


mola memiliki aktivitas fibrinolisis. Oleh karena itu, semua
pasien harus diskrining untuk disseminated intravascular
coagulopathy (DIC).

Emboli trofoblas dipercaya menyebabkan acute respiratory


insufficiency. Faktor risiko terbesar adalah ukuran uterus yang
lebih besar dibandingkan usia kehamilan (gestational age) 16
minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
PENGKAJIAN FOKUS

1. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi :
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan
alamat
2. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
> Riwayat kesehatan sekarang
yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau
pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar
siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
Lnjtn....
• Riwayat kesehatan masa lalu :
1. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
2. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
4. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
6. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
7. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.
Pem Fisik
1. Inspeksi
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik,
dan seterusnya.
2. Palpasi
merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan
kontraksi uterus.Tekanan : menentukan karakter nadi,
mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam
: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
4. Perkusi
ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa
refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak.
5. Auskultasi
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk
tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen
untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson &
Taylor, 2004)
DIAGNOSA

1. Gangguan rasa nyaman:


Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri.(00214)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.(00027)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat
pertahanan sekunder. (00004)
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.(00146)
DAGTAR PUSTAKA
Bobak, L. J. (2005). Buku Ajar Keerawatan maternitas edisi 4.
Jakarta: EGC.
Johnson, R., & Taylor, W. (2004). Buku Ajar Praktik:
Kebidanan. Jakarta: EBC.
Mansjoer, A. (2005). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketija
Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Mochtar, R. (2011). Rustam Mochtar sinopsis obstetri. Jakarta:
EGC.
Prawirohardjo, S. (2009). Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Matrnal
dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Straight, B. R. (2005). Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Anak
Baru Lahir edisi 3. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirlohardjo.

Anda mungkin juga menyukai