Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

EPIDIDIMO ORKITIS

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Gawat Darurat di


RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Kabupaten Blitar

Oleh:
Wulan Purwanty
150070300011040
Kelompok 13

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epididymitis dan orchitis merupakan inflamasi dari epididimis dan testis,
dengan atau tanpa disertai infeksi. Kelainan ini bisa diklasifikasikan menjadi akut,
subakut, atau kronik berdasarkan durasi gejala dirasakan. Pada epididymitis
akut, gejala biasanya menetap kurang dari enam minggu dan ditandai dengan
nyeri dan pembengkakan. Epididymitis kronik ditandai dengan nyeri umumnya
tanpa pembengkakan yang terjadi lebih dari tiga bulan. Orchitis biasanya terjadi
bila inflamasi menyebar dari epididymis ke testis. Sebagian besar kasus
berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus lain dan bakteri dapat
menyebabkan orchitis.
Insidensi orchitis umumnya ditemukan pada pria prepubertas terutama
pasien yang mengalami penyakit gondong. Bakteri yang dapat menyebabkan
orchitis antara lain Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus,
Streptococcus, bakteri tersebut biasanya menyebar dari epididymitis terkait
dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH
Untuk menegakkan diagnosis orchitis diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang baik. Pemeriksaan penunjang tidak terlalu membantu
untuk menegakkan diagnosis orchitis. USG dapat membantu menyingkirkan
diagnosis lain nya seperti torsio testis.
Penatalaksanaan dari orchitis terutama bersifat suportif karena biasanya
sebagian besar pasien orchitis akan sembuh spontan dalam 3- 10 hari, kecuali
bila penyebabnya bakteri, perlu diberikan antibiotik.
2.1 Definisi
Orchitis adalah inflamasi akut pada testis (Black, 1997) (kongesti testikular),
yang biasanya dapat disebabkan oleh factor-faktor pyogenik, virus, spiroseta,
parasit, traumatis, kimia, atau factor yang tidak dapat diketahui.
Orchitis adalah reaksi inflamasi akut pada testis akibat sekunder dari infeksi
(Emedicine, 2010). Orchitis adalah inflamasi pada satu atau kedua testis,
biasanya diakibatkan oleh virus yang menyebabkan gondok (Mayo Clinic, 2009) .
2.2

Etiologi
Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokokus, basil tuberkal, atau
virus seperti paramiksovirus, penyebab dari gondongan (parotitis). Sekitar 20%

dari orchitis timbul sebagai komplikasi dari gondongan (parotitis) setelah


pubertas (Baradero, 2006)
Menurut Price, 2005 virus adalah penyebab orchitis yang paling sering.
Orchitis parotiditis adalah infeksi virus yang paling sering terlihat, walaupun
imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa anak-anak telah menurunkan
insiden. 20-30% kasus parotiditis pada orang dewasa terjadi bersamaan dengan
orchitis, terjadi bilateral pada sekitar 15% pria dengan orkitis parotiditis. Pada
laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya terdapat kerusakan tubulus seminiferus
dengan resiko infertilitas, dan pada beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel
leydig yang mengakibatkan hipogonadisme difesiensi testosterone. Orchitis
paroditisis jarang terjadi pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat
diharapkan kesembuhan yang sempurna tanpa disfungsi testiskular sesudahnya.
Virus lain yang dapat menyababkan orchitis dan memberikan gambaran klinis
yang sama adalah : virus Coxsakie B, Varisela, dan mononukleosis.
Orchitis bakterial piogenik disebabkan oleh bakteri (Escherichia coli,
Klebsiella pneumonia, Pseudmonas aeruginosa) dan infeksi parasitik (malaria,
filariasis, skistosomiasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang
ditularkan pada epididimitis. Seseorang dengan orchitis parotiditis terlihat sakit
akut dengan demam tinggi, edema, peradangan hidrokel akut, dan terdapat nyeri
skrotum yang menyebar ke kanalisis inguinalis. Komplikasinya termasuk infark
testis, abses, dan terdapatnya pus dalam skrotum.
Orchitis granulomaktosa dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit
mikrobakterial, aktinomikosis, penyakit jamur, mycobacterium tuberculosis, dan
mycobacterium leprae. Infeksi dapat menyebar melalui funikulus spermatikus
menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung
kemih, dan ginjal.
2.3 PATOFISIOLOGI
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah
gondongan (mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam
3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. Virus parotitis juga dapat
mengakibatkan orchitis sekitar 15 % 20% pria menderita orchitis akut
bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitis
parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada
pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan
pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme
akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria
dewasa dengan orchitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui

darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk
nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat
menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut
terjadi pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price,
2005).
2.4 FAKTOR RESIKO
-

Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan factor resiko yang umum


untuk epididimis akut. Uretritis atau prostatitis juga bisa menjadi factor resiko

Refluks urin terinfeksi dari uretra prostatic ke epididimis melalui saluran


sperma dan vas deferens bisa dipicu melalui valsava atau pendesakan kuat
Factor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular
seksual adalah :

Imunisasi gondongan yang tidak adekuat

Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)

Infeksi saluran berkemih berulang

Kelainan saluran kemih


Factor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual
adalah:

Berganti-ganti pasangan

Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan

Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya

2.5 GAMBARAN KLINIS


Nyeri dan bengkak pada skrotum unilateral maupun bilateral secara akut.
Pada orkhitis karena infeksi menular seksual, didapatkan gejala-gejala uretritis
atau adanya discharge uretra . Namun biasanya uretritis asimptomatik. Pada
orkhitis karena uropatogen terdapat gejala ISK (infeksi saluran kemih) atau
riwayat bakteriuria. Demam, menggigil, nyeri kepala, dan nyeri otot. (Widjaja,
2004).
Selain itu, dapat juga ditemukan gejala seperti :

Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.

Kelelahan / mialgia

Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan

Demam dan menggigil

Mual

Sakit kepala

Pembesaran testis dan skrotum

Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.

Pembengkakan KGB inguinal

Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis

2.6 KOMPLIKASI
Sebagian besar sekitar 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa
derajat atrofi testis, selain itu dapat berupa komplikasi lainnya seperti :

Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.

Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.

Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah


untuk mengurangi tekanan dari tunika.

Abscess scrotalis

Infark testis

Rekurensi

Epididymitis kronis

Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian


sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam
kualitas sperma biasanya hanya sementara.

Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang
disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki
penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian
kondisi ini masih belum diketahui.
2.7 PENGELOLAAN KASUS
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang menunjukkan gejala dan
tanda-tanda epididimo orkitis, yaitu nyeri hebat dan pembengkakan di daerah
belakang testis hingga testis disertai skrotum yang bengkak dan berwarna
merah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada sisi yang sakit,
teraba epididimis yang edema dari ekor hingga kepala epididimis. Salah satu
pemeriksaan yang penting adalah Prehn Sign untuk menyingkirkan diagnosis
banding torsio testis. Meskipun Prehn Sign bukan patokan pasti untuk diagnosis
torsio testis, namun dalam praktek klinik dimana tidak terdapat alat Doppler,
pemeriksaan ini dapat membantu untuk menetapkan dilakukan eksplorasi testis
dengan segera atau tidak. Menurut 2010 United Kingdom national guideline for

the management of epididymo-orchitis, ada beberapa lamgkah yang dilakukan


untuk diagnosis:
a. Apusan Gram dari uretra. Pemeriksaan ini dilakukan meskipun gejala
uretritis tidak ada. Pemeriksaan mikroskopis untuk diagnosis uretritis (> 5 PMNLs
perlapang pandang besar x 1000) dan diagnosis untuk gonorrhea (Gram
negative intracellular diplococci). Apabila pemeriksaan mikroskopik apusan uretra
dari seorang pria memperlihatkan diplokokus intraseluler gram negative, pasien
menderita uretritis gonokokus. Jika organisme ini tidak terlihat, maka terdapat
bukti presumtif yang kuat akan adanya uretritis non gonokokus (NGU), sering
disebabkan oleh klamidia. Meskipun demikian secret harus diperiksa untuk kultur
gonore dan klamidia.
b. Pemeriksaan mikroskopis dan kultur mid-stream urin. Urin tengah
merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu
untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih
karena adanya bakteri.
c. Jika memungkinkan, colour Doppler ultrasound dapat digunakan untuk
memeriksa aliran darah arteri (edema akut). Pemeriksaan ini berguna untuk
membedakan antara epididimo-orkitis dan torsio spermatic cord. Pemeriksaan
tersebut berfungsi untuk membedakan torsio testis dengan keadaan skrotum
yang lain dengan menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio testis tidak
didapatkan adanya aliran darah ketestis sedangkan pada keradangan akut testis,
terjadi peningkatan aliran darah ke testis. Color Doppler ultrasound scanning
memiliki kegunaan besar dalam membedakan antara diagnosa di atas dengan
pengesampingan torsio testis. Tidak adanya aliran darah ke testikel yang
terpengaruh dicatat dalam torsio testis, sedangkan aliran darah yang meningkat
dicatat dalam epididymitis/orchitis.
2.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling
penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya
hampir mirip.Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena
virus.
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara
seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan
klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan
Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan

Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah


resisten.
Contoh antibiotik:
1.Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif;
efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding
proteins. Dewasa: IM 125-250 mg sekali, anak: 25-50 mg / kg / hari IV; tidak
melebihi 125 mg / d
2. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat
30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi
dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7
hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg /
hari
3.Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan
mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada
saluran kelamin.Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi
klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
4.Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan
TMP, PO tid / qid selama 14 hari
5.Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S
epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada
aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya
pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak
tidak dianjurkan

Diagnosis Differensial
Torsio Testis

Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus yang


terpelintir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena
atau arteri ke testis dan epididimis. Torsio testis merupakan suatu keadaan yang
termasuk gawat darurat dan butuh segera dilakukan tindakan bedah. Kondisi ini,
jika tidak segera ditangani dengan cepat dalam 4 hingga 6 jam setelah onset
nyeri maka dapat menyebabkan infark dari testis yang selanjutnya akan diikuti
oleh atrofi testis.
Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan urologi yang paling
sering terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 400
orang dibawah usia 25 tahun dan paling banyak diderita oleh anak pada masa
pubertas (12-20 tahun). Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasienpasien dengan nyeri akut pada skrotum dan kondisi tersebut juga harus
dibedakan dari keluhan-keluhan nyeri pada testis lainnya agar tidak terjadi
kesalahan diagnosis yang dapat berujung pada kesalahan terapi

Gambar 4. Torsio Testis


Hernia Incarserata
Pada anamnesis didapatkan riwayat benjolan yang dapat keluar masuk
ke dalam scrotum yang muncul bersamaan dengan keaadaan peningkatan
tekanan intraabdominal seperti batuk atau mengejan. Benjolan dapat hilang bila
berbaring. Ukuran benjolan dapat bervariasi dari kecil sampai besar, Bila hernia
sudah mengalami inkarserta maka gejala yang timbul dapat berupa mual, nyeri

kolik abdomen, konstipasi, keerahan pada skrotum, dan bila di auskultasi dapat
didengat bunyi bising usus di daerah skrotum.

Gambar 5. Hernia Skrotalis

Tumor testis
Pembesaran testis yang tidak nyeri, biasanya terjadi pada usia 20-50
tahun dan sering disertai dengan limfadenopati.

Gambar 6. Tumor pada Testis

DAFTAR PUSTAKA

1. Siroky.M.B : Torsion of the testis. In : Siroky.M.B, Oates.R.D, Babayan.R.K (eds),


Handbook of urology: diagnosis and Therapy, 3rd ed, Lippincot
William&Wilkins; Philadelpihia 2004: 369-72.
2. Rupp.T.J : testicular Torsion, Department of Emergency Medicine, Thomas
Jefferson University, available in
http://www.emedicine.com/med/topic2560.htm, Dec 13, 2006
3. Anonym : Testicular torsion, available in http://en.wikipedia.org/wik/
Testicular_torsion, May 07, 2007
4. Cuckow.P.M, Frank.J.D : Torsion of the testis, BJU International 2000; 86 (3) :
349
5. Galejs.L.E, Kass.E.J : Diagnosis and Treatment of the Acute Scrotum, Am Fam
Physician J 1999; 59 (4): 231-3.
6. Minevich.E : Testicular Torsion, Department of Surgery, Division of Pediatric
urology, available in http://www.emedicine.com/ med/topic2780htm, Feb 9,
2007
7. Ringdahl.E, Teague.L : Testicular Torsion, Am Fam Physician J 2006 ; 74 (10):
214-9.
8. Reynard.J : Torsion of the testis and testicular appendages. In: Reynard.J,
Brewster.S, Biers.S (eds), Oxford Handbook of Urology, Oxford University
Press, New York 2006: 452
9. Grechi. G, Li Marzi.V :Torsion of the Testicle. In: Graham.S.D (ed), Glenns
Urologic Surgery, Fifth ed, Lippincot-Raven, Philadelphia 1998 : 535-8
10. Leape.L.L : Testicular Torsion. In : Ashcraft.K.W (ed), Pediatric Urology, W.B.
Saunders Company; Philadelphia 1990: 429-36

Anda mungkin juga menyukai