Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN PUSTAKA

CHRONIC KIDNEY DISEASE

1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). CKD merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun.
Chronic kidney disease (CKD) atau disebut juga Gagal Ginjal Kronik
adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung 3
bulan, dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration rate (GFR).
Selain itu, CKD dapat pula didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana GFR <
60 mL/menit/1,73 m2 selama 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan
ginjal (National Kidney Foundation, 2002).

(American Diabetes Association, 2007)

2. Etiologi CKD:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

3. Klasifikasi
Terdapat 8 kelas sebagai berikut :

Klasifikasi penyakit Penyakit


Infeksi Pielonefritis kronik
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vascular Nefrosklerosis benigna
hipertensif Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteri renalis
Gangguan jaringan Lupus eritematosus sistemik Poliarteritis
penyambung
nodus
Skelrosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubulus ginjal
herediter
Penyakit metabolik Diabetes mellitus, Gout
Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik
Nefropati timbal
Nefropati obstruktif Saluran kemih atas : kalkuli, neoplasma
fibrosis retroperitoneal
Saluran kemih bawah : hipertropi
prostat, striktur uretra, anomaly
congenital pada leher kandung kemih dan
uretra

Klasifikasi GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease):

Stage Gambaran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)


1 Normal atau elevated GFR 90
2 Mild decrease in GFR 60-89
3 Moderate decrease in GFR 30-59
4 Severe decrease in GFR 15-29
5 Requires dialysis 15
Terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis yang ditentukan melalui
penghitungan nilai Glumerular Filtration Rate (GFR). Untuk menghitung GFR
dokter akan memeriksakan sampel darah penderita ke laboratorium untuk
melihat kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa yang
berasal dari aktivitas otot yang seharusnya disaring dari dalam darah oleh
ginjal yang sehat.
Dibawah ini 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut :
Stadium 1, dengan GFR normal (> 90 ml/min)
Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)
Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat ( 30 s/d 59 ml/min )
Stadium 4, dengan penurunan GFR parah ( 15 s.d 29 ml/min)
Stadium 5, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance
Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
Stadium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK)
biasanya belum merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan
pada ginjalnya. Hal ini disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal
meskipun tidak lagi dalam kondisi tidak lagi 100 persen, sehingga banyak
penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam stadium 1. Kalaupun
hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk
penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.

Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda tanda seseorang berada pada
stadium 2 juga dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal tetap
dapat berfungsi dengan baik. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat
penderita memeriksakan diri untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan
hipertensi.
Stadium 3
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR
moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini
akumulasi sisa sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang
disebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah
tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala juga
terkadang mulai dirasakan seperti :
Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal
tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal
ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian
bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak
nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami
perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur
dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan
terkadang penderita sering trbangun untuk buang air kecil di tengah
malam.
Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada
dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal
seperti polikistik dan infeksi.
Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang
ahli ginjal hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi
terbaik serta terapi terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju
penurunan fungsi ginjal. Selain itu sangat disarankan juga untuk meminta
bantuan ahli gizi untuk mendapatkan perencanaan diet yang tepat.
Penderita GGK pada stadium ini biasanya akan diminta untuk menjaga
kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam
makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah
penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus
membatasi asupan kalsium apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi.
Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas
normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan bagi penderita
yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan selain
pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 30 persen saja dan
apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam
waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal / dialisis atau
melakukan transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam
darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar
kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi),
anemia, penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular
lainnya.
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah :
Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat
ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam
tubuh. Hal ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar
kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat
mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada dalam
tubuh.
Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami
perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur
dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan
terkadang penderita sering trbangun untuk buang air kecil di tengah
malam.
Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada
dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal
seperti polikistik dan infeksi.
Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.
Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang
dikonsumsi tidak terasa seperti biasanya.
Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi
melalui bau pernafasan yang tidak enak.
Sulit berkonsentrasi
Stadium 5 (gagal ginjal terminal)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk
bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal
(dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup.
Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain :
Kehilangan napsu makan
Nausea.
Sakit kepala.
Merasa lelah.
Tidak mampu berkonsentrasi.
Gatal gatal.
Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.
Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.
Keram otot
Perubahan warna kulit

4. Patofisiologi
Perjalanan umum GGK melalui 3 stadium:
1. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
Kreatinin serum dan kadar BUN normal
Asimptomatik
Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2. Stadium II : Insufisiensi ginjal
Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
Kadar kreatinin serum meningkat
Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
a. Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b. Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Kondisi berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
air kemih/urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010

Patofisiologi umum GGK


Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)
Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur,
namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal
Source: United States Renal Data System. USRDS 2007 Annual Data Report
5. Manifestasi Klinis
Kardiovaskuler
o Hipertensi
o Pitting edema
o Edema periorbital
o Pembesaran vena leher
o Friction rub perikardial
Pulmoner
o KrekelS
o Nafas dangkal
o Kusmaul
o Sputum kental dan liat
Gastrointestinal
o Anoreksia, mual dan muntah
o Perdarahan saluran GI
o Ulserasi dan perdarahan pada mulut
o Konstipasi / diare
o Nafas berbau amonia
Muskuloskeletal
o Kram otot
o Kehilangan kekuatan otot
o Fraktur tulang
o Foot drop
Integumen
o Warna kulit abu-abu mengkilat
o Kulit kering, bersisik
o Pruritus
o Ekimosis
o Kuku tipis dan rapuh
o Rambut tipis dan kasar
Reproduksi
o Amenore, atrofi testis

6. Pemeriksaan Penunjang
Atas dasar penelitian kasus-kasus di Surabaya, maka berdasarkan
visibilitas, diagnosis, manifestasi klinik, dan prognosis, telah dibuat kriteria
diagnosis klasifikasi Nefropati Diabetika tahun 1983 yang praktis dan sederhana.
Diagnosis Nefropati Diabetika dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti
di bawah ini:
1. DM
2. Retinopati Diabetika
3. Proteinuri yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu tanpa
penyebab proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus
kadar kreatinin serum >2,5mg/dl.
Data yang didapatkan pada pasien antara lain pada:
1. Anamnesis
Dari anamnesis kita dapatkan gejala-gejala khas maupun keluhan tidak khas dari
gejala penyakit diabetes. Keluhan khas berupa poliuri, polidipsi, polipagi,
penurunan berat badan. Keluhan tidak khas berupa: kesemutan, luka sukar
sembuh, gatal-gatal pada kulit, ginekomastia, impotens.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada Nefropati Diabetika didapatkan kelainan pada retina yang
merupakan tanda retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan Funduskopi,
berupa :
1. Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam
kapiler retina.
2. Mikroaneusisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah kapiler
vena.
3. Eksudat berupa :
Hard exudate. Berwarna kuning, karena eksudasi plasma yang lama.
Cotton wool patches. Berwarna putih, tak berbatas tegas,
dihubungkan dengan iskhemia retina.
4. Shunt artesi-vena, akibat pengurangan aliran darah arteri karena
obstruksi kapiler.
5. Perdarahan bintik atau perdarahan bercak, akibat gangguan
permeabilitas mikroaneurisma atau pecahnya kapiler.
6. Neovaskularisasi Bila penderita jatuh pada stadium end stage (stadium
IV-V) atau CRF end stage, didapatkan perubahan pada :
- Cor _ cardiomegali
- Pulmo _ oedem pulmo

3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
- Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
- Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan
menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
- Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
- Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn
ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
- Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b. Darah
- BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
- Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
- SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
- GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
- Natrium serum : rendah
- Kalium: meningkat
- Magnesium;
- Meningkat
- Kalsium ; menurun
- Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

7. Komplikasi:
Komplikasi yang mungkin timbul akibat CKD antara lain :
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang (Smeltzer & Bare, 2001)

8. Penatalaksanaan
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
d) Pengendalian gula darah
Dapat dilakukan dengan olahraga, diet dan obat anti diabetes. Pada pasien
ini diberikan diet DM 1700 kal/hari. Pemberian insulin diberikan untuk
mengendalikan kadar gula darah pasien. Pemberian anti diabetik oral tidak
diberikan karena pasien telah mengalami komplikasi berupa gangguan ginjal.
Akibat dari gangguan fungsi ginjal apabila obat oral diberikan tidak dapat
diekskresikan, sehingga mengalami penumpukan akibatnya terjadi
hipoglikemia
e) Diet
Diet protein 0,6 /KgBB/hari dimaksudkan untuk mengurangi sindrom uremik
dan memperlambat penurunan GFR. Diet rendah garam dimaksudkan untuk
mengurangi retensi natrium yang dapat mengakibatkan hipertensi dan
edema. Diet rendah kalium dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
hiperkalemia yang dapat menimbulkan aritmia jantung yang fatal.
f) Diuretik
Diuretik diberikan untuk mengurangi cairan akibat dari retensi Na dan air.
Pemberian diuretik pada pasien ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala
sesak napas akibat edema paru . Diuretik yang diberikan furosemid 40 mg 1
tab/hari. Selain itu diuretik juga digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Target tekanan darah yang dianjurkan adalah <130/80
g) Anti hipertensi
Pemberian antihipertensi diperlukan untuk mengurangi tekanan darah pada
pasien, karena hal ini dapat memperberat proses sklerosis glomerulus dan
menambah beban jantung sehingga jantung bekerja lebih berat lagi dan
akhirnya menimbulkan dekompensasi kordis. Anti hipertensi yang diberikan
pada pasien ini awalnya methyldopa 250 mg 3x1, kemudian digantikan
dengan amlodipine 5 mg 1x/hari. Amlodipine termasuk dalam golongan Ca
antagonis non dihydropiridine, yang berfungsi sebagai venodilator vas eferen
h) Statin
Statin diberikan pada keadaan dislipidemia dengan target LDL kolestrol
<100mg/dl pada pasien DM dan <70 mg/dl bila sudah ada kelainan
kardiovaskular. Pada pasien ini diberikan simvastatin 10 gr, malam hari. 5.
Terapi pengganti ginjal Terapi ini dilakukan pada penyakit ginjal kronik
stadium 5 yaitu pada LFG <15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut berupa
hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
Manajemen terapi
GGK
(penyakit ginjal terminal) terpi konservatif

Dialysis HD di RS, rumah, CAPD

Transplantasi ginjal

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan


homeostasis selama mungkin.
Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam
organik merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara
cepat dalam darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang
dikonsumsi harus bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di mana
makanan tersebut dapat mensuplai asam amino untuk perbaikan dan
pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori
untuk mencegah kelemahan dari KH dan lemak. Pemberian vitamin juga
penting karena pasien dialisis mungkin kehilangan vitamin larut air melalui
darah sewaktu dialisa.
Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume
intravaskule. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu
pembatasan cairan, diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan
dialisis. Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak
perlu penanganan, namun suplemen natrium bikarbonat pada dialisis
mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis.
Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia
rekombinan). Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala
spesifik seperti malaise, keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas.
Abnormalitas neurologi dapat terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium
atau aktivitas kejang. Pasien dilindungi dari kejang.
Pada prinsipnya penatalaksanaan Terdiri dari tiga tahap :
Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium,
cairan
Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat local&sistemik, anti
hipertensi
Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi
Asuhan Keperawatan CKD
Fokus Pengkajian
2. Aktifitas /istirahat
Gejala:
- kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
- Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
- Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
3.Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat hipertensi lama atau berat
- Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
- Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki,
telapak tangan
- Disritmia jantung
- Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
- Friction rub pericardial
- Pucat pada kulit
- Kecenderungan perdarahan
3. Integritas ego
Gejala:
- Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
- Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan
kepribadian
4. Eliminasi
Gejala:
- Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
- Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan
- Oliguria, dapat menjadi anuria
5. Makanan/cairan
Gejala:
- Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
- Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
- Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
- Perubahan turgor kuit/kelembaban
- Edema (umum,tergantung)
- Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga
6. Neurosensori
Gejala:
- Sakit kepala, penglihatan kabur
- Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada
telapak kaki
- Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah
(neuropati perifer)
Tanda:
- Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, stupor, koma
- Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
- Rambut tipis, uku rapuh dan tipis

7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyei panggu, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
8. Pernapasan
Gejala:
- nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal,
batuk dengan/tanpa Sputum
Tanda:
- takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
- Batuk produktif dengan sputum merah muda encer
(edema paru)
9. Keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
- pruritus
- Demam (sepsis, dehidrasi)
10. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas
11. Interaksi sosial
Gejala:
- Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
12. Penyuluhan
- Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis
herediter, kalkulus urinaria
- Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
- Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628)

Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
2. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic,
pneumonitis, perikarditis
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan
natrium.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d
kurangnya informasi kesehatan.
6. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan
invasive
7. PK: Insuf Renal
8. PK : Anemia
9. Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi
1 Intoleransi aktivitasSetelah dilakukan askep ...NIC: Toleransi aktivitas
Tentukan penyebab intoleransi aktivitas
B.d jam Klien dapatmenoleransi
& tentukan apakah penyebab dari fisik,
ketidakseimbangan aktivitas &melakukan
psikis / motivasi
suplai & kebutuhanADL dgn baik
Kaji kesesuaian aktivitas & istirahat
Kriteria Hasil:
O2
Berpartisipasi dalam klien sehari-hari
aktivitas fisik dgn TD, HR, Tingkatkan aktivitas secara bertahap,
RR yang sesuai biarkan klien berpartisipasi dapat
Warna kulit
perubahan posisi, berpindah& perawatan
normal,hangat & kering
diri
Memverbalisasikan
Pastikan klien mengubah posisi secara
pentingnya aktivitas secara
bertahap. Monitor gejala intoleransi
bertahap
aktivitas
Mengekspresikan
Ketika membantu klien berdiri,
pengertian pentingnya
observasi gejala intoleransi spt mual,
keseimbangan latihan &
pucat, pusing, gangguan
istirahat
kesadaran & tanda vital
Meningkatkan toleransi
Lakukan latihan ROM jika klien tidak
aktivitas
dapat menoleransi aktivitas
2 Pola nafas tidakSetelah dilakukan askep .....Monitor Pernafasan:
Monitor irama, kedalaman dan
efektif b.djam pola nafas klien
frekuensi pernafasan.
hiperventilasi, menunjukkan ventilasi yg
Perhatikan pergerakan dada.
penurunan energi,adekuat dg kriteria : Auskultasi bunyi nafas
Tidak ada dispnea Monitor peningkatan ketidakmampuan
kelemahan
Kedalaman nafas normal
istirahat, kecemasan dan sesag nafas.
Tidak ada retraksi dada /
Pengelolaan Jalan Nafas
penggunaan otot bantuan Atur posisi tidur klien untuk maximalkan
pernafasan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Monitor status pernafasan dan
oksigenasi sesuai kebutuhan
Auskultasi bunyi nafas
Bersihhkan skret jika ada dengan batuk
efektif / suction jika perlu.
3 Kelebihan volumeSetelah dilakukanFluit manajemen:
Monitor status hidrasi (kelembaban
cairan b.d.askep ..... jam pasien
membran mukosa, nadi adekuat)
mekanisme mengalamikeseimbangan
Monitor tanda vital
pengaturan melemah cairan dan elektrolit. Monitor adanya indikasi
Kriteria hasil:
overload/retraksi
Bebas dari edema
Kaji daerah edema jika ada
anasarka, efusi Fluit monitoring:
Suara paru bersih Monitor intake/output cairan
Tanda vital dalam batas Monitor serum albumin dan protein
normal total
Monitor RR, HR
Monitor turgor kulit dan adanya
kehausan
Monitor warna, kualitas dan BJ urine
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukanaskepManajemen Nutrisi
Kaji pola makan klien
nutrisi kurang dari.. jam klien
Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh menunjukanstatus nutrisi Kaji makanan yang disukai oleh klien.
Kolaborasi dg ahli gizi untuk
adekuatdengan kriteria hasil
penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan
:
BB stabil kebutuhan klien.
Tidak terjadi mal nutrisi Anjurkan klien untuk meningkatkan
Tingkat energi adekuat
asupan nutrisinya.
Masukan nutrisi
Yakinkan diet yang dikonsumsi
adekuat
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien
Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
Monitor lingkungan selama makan.
jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu klien
makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam
proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
5 Kurang pengetahuanSetelah dilakukan askep Pendidikan : proses penyakit
Kaji pengetahuan klien tentang
tentang penyakit,jam Pengetahuan klien /
penyakitnya
perawatan dan keluarga meningkat dg KH:
Jelaskan tentang proses penyakit
Pasien mampu:
pengobatan nya b.d.
Menjelaskan kembali (tanda dan gejala), identifikasi
kurangnya sumber
penjelasan yang diberikan kemungkinan penyebab.
informasi, Mengenal kebutuhan Jelaskan kondisi klien
Jelaskan tentang program pengobatan
terbatasnya kognitif perawatan dan
dan alternatif pengobantan
pengobatan tanpa cemas
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
Klien / keluarga kooperatif
mungkin digunakan untuk mencegah
saat dilakukan tindakan
komplikasi
Diskusikan tentang terapi dan
pilihannya
Eksplorasi kemungkinan sumber yang
bisa digunakan/ mendukung
Instruksikan kapan harus ke pelayanan
Tanyakan kembali pengetahuan klien
tentang penyakit, prosedur perawatan
dan pengobatan
6 Resiko infeksi b/dSetelah dilakukan askep ...Kontrol infeksi
Ajarkan tehnik mencuci tangan
tindakan invasive,jam risiko infeksi
Ajarkan tanda-tanda infeksi
penurunan dayaterkontrol dg KH: Laporkan dokter segera bila ada tanda
Bebas dari tanda-tanda
tahan tubuh primer infeksi
infeksi Batasi pengunjung
Angka leukosit normal( 4- Cuci tangan sebelum dan
10.000 ) sesudah kontak denganps
Ps mengatakan tahu Tingkatkan masukan gizi yang cukup
Anjurkan istirahat cukup
tentang tanda-tanda dan
Pastikan penanganan aseptic daerah
gejala infeksi
IV
Berikan PEN-KES tentang risk infeksi
proteksi infeksi:
monitor tanda dan gejala infeksi
Pantau hasil laboratorium
Amati faktor-faktor yang bisa
meningkatkan infeksi
Monitor VS
7 PK: Insuf Renal Setelah dilakukan askep ... Pantau tanda dan gejala insuf renal
jam Perawat akan ( peningkatan TD, urine <30 cc/jam,
menangani atau mengurangi peningkatan BJ urine, peningkatan
komplikasi dari insuf renal natrium urine, BUN Creat, kalium, pospat
dan amonia, edema).
Timbang BB jika memungkinkan
Catat balance cairan
Sesuaikan pemasukan cairan setiap
hari = cairan yang keluar + 300 500
ml/hr
Berikan dorongan untuk
pembatasan masukan cairan yang
ketat : 800-1000 cc/24 jam. Atau
haluaran urin / 24 jam + 500cc
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet, rendah natrium (2-4g/hr)
pantau tanda dan gejala asidosis
metabolik ( pernafasan dangkal cepat,
sakit kepala, mual muntah, Ph rendah,
letargi)
Kolaborasi dengan timkes lain dalam
therapinyadan HD
Pantau perdarahan, anemia,
hipoalbuminemia
8 PK: Anemia Setelah dilakukan askep .... Monitor tanda-tanda anemia
Anjurkan untuk meningkatkan asupan
jam perawat akan dapat
nutrisi klien yg bergizi
meminimalkan terjadinya
Kolaborasi untuk pemeberian terapi
komplikasi anemia :
initravena dan tranfusi darah
Hb >/= 10 gr/dl.
Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic,
Konjungtiva tdk anemis
Kulit tidak pucat status Fe
Akral hangat Observasi keadaan umum klien
9 Sindrom defisit selfSetelah dilakukan askep .Bantuan perawatan diri
Monitor kemampuan pasien terhadap
care b/d kelemahan jam klien mampu Perawatan
perawatan diri
diri Self care :Activity Daly
Monitor kebutuhan akan personal
Living dengan kriteria :
hygiene, berpakaian, toileting dan makan
Pasien dapat melakukan
Beri bantuan sampai klien mempunyai
aktivitas sehari-hari
kemapuan untuk merawat diri
(makan, berpakaian, Bantu klien dalam memenuhi
kebersihan, toileting, kebutuhannya.
Anjurkan klien untuk melakukan
ambulasi)
Kebersihan diri pasien aktivitas sehari-hari sesuai
terpenuhi kemampuannya
Pertahankan aktivitas perawatan diri
secara rutin
Evaluasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berikan reinforcement atas usaha yang
dilakukan.

9. Daftar Pustaka
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines
for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M.
Jakarta: EGC; 2000
Rindiastuti, Yuyun. 2006. Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal
Kronik
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth volume 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai