Anda di halaman 1dari 51

Case Report

LAPORAN KASUS ANAK PEREMPUAN USIA 6 BULAN DENGAN


PNEUMONIA

Oleh :
Randi Agustian Sitorus
H1AP09036

Pembimbing:
dr. Rini Kemala Sari, Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Randi Agustian Sitorus


NPM : H1AP09036
Fakultas : Kedokteran
Judul : Laporan Kasus Anak Perempuan Usia 6 Bulan
dengan Pneumonia

Bagian : SMF Ilmu Kesehatan Anak dan Remaja


Pembimbing : dr. Rini Kemala Sari, Sp.A, M.Kes

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan


klinik di Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak dan Remaja Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.

Bengkulu, Desember 2019


Pembimbing

dr. Rini Kemala Sari, Sp.A, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT,


pencipta alam semesta, melalui rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus ini dengan judul “Laporan Kasus Anak Perempuan Usia 6 Bulan
dengan Pneumonia”.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik di Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak dan Remaja Fakultas
Kedokteran Universitas Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Rini Kemala Sari, Sp.A, M.Kes sebagai
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan telah memberikan
masukan-masukan, petunjuk serta bantuan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman – teman yang telah memberikan bantuan
baik material maupun spiritual kepada penulis dalam menyusun laporan kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus
ini,maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Penulis
sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bengkulu, Desember 2019

Randi Agustian Sitorus


H1AP09036

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

PENDAHULUAN....................................................................................................1

LAPORAN KASUS.................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................16

PEMBAHASAN....................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pneumonia merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai gejala demam,
batuk, sesak napas, dan adanya ronki basah halus serta gambaran infiltrat pada
foto polos dada. Bronkopneumonia pada anak merupakan salah satu penyakit
infeksi saluran pernapasan yang serius dan banyak menimbulkan permasalahan
yaitu sebagai penyebab kematian terbesar pada anak terutama di negara
berkembang. Pneumonia disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus,
mikoplasma, jamur atau bahkan kimia/benda asing yang teraspirasi. Pada
neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes merupakan
penyebab yang paling banyak. Virus adalah penyebab terbanyak pada usia
prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia. Selain itu Streptococcus
pneumoniae merupakan penyebab paling utama pada pneumonia bakterial.
Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae merupakan penyebab yang
sering didapatkan pada anak di atas usia 5 tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan faktor usia yang ikut menentukan dugaan
pola kuman penyebabnya, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium dan foto polos
dada. Terapi empiris antibiotika tidak dapat ditunda bila diagnosis pneumonia
telah ditegakkan meskipun secara mikrobiologis sulit ditemukan patogen
penyebabnya. Berbagai macam pedoman terapi empiris antibiotika untuk
penanganan pneumonia pada anak, pertimbangan terapi tergantung umur dan
kondisi penderita. Pemberian imunisasi memberikan arti yang sangat penting
dalam pencegahan bronkopneumonia.
Berikut ini laporan kasus mengenai pneumonia pada seorang anak
perempuan berusia 6 bulan yang dirawat di Rumah Sakit Dr. M Yunus Bengkulu.

1
1.2. TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola penderita pneumonia, sekaligus mencoba membandingkan tindakan
yang diberikan berdasarkan kepustakaan yang ada, sehingga dapat mengarah
kepada penatalaksanaan yang lebih tepat dan rasional.

1.3. MANFAAT
Laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran
kepaniteraan klinik untuk belajar mendiagnosis dan mengelola penderita
pneumonia.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. IDENTITAS
2.1.1. Identitas Pasien
Nama Penderita : An. DR
Umur/Tanggal lahir : 6 Bulan / 26 Juni 2019
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Babatan 7 Kec.Sukaraja, Kab. Seluma
Tanggal masuk : 04 Desember 2019
Nomor RM : 812471

2.1.2. Identitas Ayah


Nama ayah : Tn. TT
Umur : 33 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Babatan 7 Kec.Sukaraja, Kab. Seluma

2.1.3. Identitas Ibu


Nama ibu : Ny. ST
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat : Babatan 7 Kec.Sukaraja, Kab. Seluma

3
2.2. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan orangtua pasien.

2.2.1. Keluhan Utama


Sesak napas sejak 2 hari SMRS
2.2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 1 minggu yang lalu pasien mengalami demam, demam yang
dirasakan naik turun. Demam meningkat dari sore hingga malam hari dan
menurun di pagi harinya. Pasien sudah minum obat paracetamol yang diberikan
oleh bidan desa, awalnya demam mulai turun namun setelah ± 4 jam demam
kembali naik, selain itu pasien juga mengalami batuk, batuk timbul sejak 5 hari
yang lalu, awalnya batuk kering dan hilang timbul. Seiring waktu, pasien semakin
sering batuk dan batuk seperti berdahak, namun sulit untuk dikeluarkan. Selain itu
pasien juga mengalami muntah, muntah timbul saat pasien batuk. Muntah
sebanyak 2 kali dan hanya berisi cairan bercampur susu ± 1/4 gelas belimbing.
Batuk berdarah tidak ada.
Orang tua pasien juga menyatakan sejak 2 hari yang lalu anak mulai tampak
sesak dan keesokan harinya sesak semakin memberat, lalu malam harinya pasien
dibawa oleh orangtuanya ke IGD RSMY untuk mendapatkan pengobatan. Sesak
yang timbul tidak dipengaruhi aktifitas fisik, sesak juga tidak dipengaruhi cuaca
ataupun makanan. Nafsu makan dan minum susu berkurang, BAB dan BAK
normal.

2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa

2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan atau penyakit yang sama
seperti pasien.
- Kakak kandung pertama dan kedua pasien memiliki riwayat penyakit
thalassemia.

4
2.2.5. Riwayat Kehamilan
Pada saat mengandung pasien, ibu pasien rutin mengontrol kehamilannya ke
bidan desa. Saat hamil ibu tidak pernah sakit. Riwayat minum obat-obatan selama
kehamilan berupa vitamin, tablet tambah darah, dan mendapat imunisasi TT 2
kali, riwayat keputihan (-), riwayat ketuban pecah dini (-), riwayat trauma/ jatuh
(-), dan riwayat menderita suatu penyakit selama kehamilan disangkal.

2.2.6. Riwayat Persalinan


Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien lahir spontan
ditolong oleh Bidan, lahir langsung menangis, apgar score tidak diketahui, berat
badan lahir 2800 gram, panjang badan 47 cm. Ketuban berwarna jernih.

2.2.7. Riwayat Pemeliharaan Post Natal


Pemeliharaan postnatal di posyandu, keadaan anak sehat.

2.2.8. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


Morbili belum pernah Diare (+)

Pertusis belum pernah Kejang belum pernah

Varisela belum pernah Kecacingan belum pernah

Difteri belum pernah Disentri basiler belum pernah

Malaria belum pernah Disentri amuba belum pernah

Tetanus belum pernah Demam tifoid belum pernah

Operasi belum pernah Fraktur belum pernah

Pneumonia belum pernah Tuberkulosis belum pernah

Bronkitis belum pernah Alergi obat/makanan belum pernah

TBC belum pernah Hepatitis belum pernah

Batuk belum pernah Pilek belum pernah

2.2.9. Riwayat Nutrisi


Pada usia 0 bulan sampai saat ini usia 6 bulan pasien hanya mengkonsumsi
ASI ekslusif dan belum diberikan makan tambahan.

5
2.2.10. Riwayat Imunisasi
Imunisasi Frekuensi Usia
BCG 1x 2 bulan
Hepatitis B 4x 0,2,3,4 bulan
Polio 4x 0,2,3,4 bulan
DTP 3x 2,3,4 bulan

2.2.11. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


 Pertumbuhan : Berat badan bulan ini 6 kg, panjang badan sekarang 60 cm.

6
Kesan: Gizi cukup, perawakan normal, arah pertumbuhan sejajar garis hijau

7
2.2.12. Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya. Rumah tempat tinggal memiliki
ventilasi dan sirkulasi yang cukup. Pasien dan keluarga tinggal di lingkungan
sekitar rumah yang padat penduduk dan mempunyai sanitasi yang kurang baik.

2.3. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 04 Desember 2019
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- HR : 155 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)
- RR : 64 x/menit
- T : 37, 1 oC (axilla)
- SpO2 : 89 %

Status Gizi :
- BB : 6 kg
- PB : 60 cm
- Status Gizi : Gizi Cukup

Status Generalis :
Kepala : Normocephali

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra


(-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor

Hidung : Nafas cuping (+), deviasi tidak ada

Telinga : Tidak ada sekret, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid
(-/-)

Mulut : Mukosa bibir kering, sianosis (+), lidah tidak kotor, tonsil sulit
dinilai.

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

8
Paru : Inspeksi : Gerakan dinding dada statis dan dinamis simetris
kanan dan kiri, retraksi dinding dada di interkosta

Palpasi : Stem fremitus sulit dinilai

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler normal (+/+), ronkhi basah halus (+/+),


wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung sulit dinillai

Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : Datar, lemas

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel, hepar dan lien sulit dinilai, nyeri


tekan (-), turgor kulit normal

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik (+/+), sianosis (-/-),
Superior edema (-/-),

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik (+/+), sianosis (-/-),
Superior edema (-/-),

Genitalia : Dalam batas normal

2.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


I. Hasil laboratorium, tanggal 04 Desember 2019

9
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,0 gr/dl L :13-18 gr/dl
P: 12-16 gr/dl
Hematokrit 30 % L: 37-47%
P: 40-54%
Leukosit 16.000 mm3 4.000-10.000 mm3
Trombosit 394.000 sel/mm3 150.000-450.000 sel/mm3

II. Hasil rontgen thorax PA, tanggal 23 Agustus 2018

10
11
12
13
14
15
16
17
Thorak AP :
 Foto asimetris dan cukup insipirasi
 Trakea sedikit deviasi ke kanan
 Cor tidak membesar
 Sinuses dan diafragma normal
 Pulmo:
- Hilli normal
- Corakan bronkovaskuler normal
- Tampak perbercakan di lapang tengah sampai bawah paru kanan dan
lapang atas sampai bawah paru kiri
- Opositas homogeny dilapang atas paru kanan yang menarik fissure minor
- Terpasang OGT dengan ujung tidak tervisualisasi, skeletal yang
tervisualisasi tidak tampak kelainan
Kesan :
- Pneumonia
- Atelektasis lobus superior paru kanan
- Tidak tampak kardiomegali

2.5. DIAGNOSIS
- Pneumonia

2.6. DIAGNOSIS DIFFERENTIAL


- Bronkiolitis
- Tuberkulosis
- Asma

2.7. TERAPI
- Non – Medikamentosa
 Istirahat cukup
 ASI (8 x 30 cc)  OGT
- Medikamentosa
 O2 Sungkup masker 6 L/ menit

18
 IVD KAEN 1B 24 cc (mikro)/ jam
 Inj. Ampicilin 200 mg/ 8 jam (i.v)
 Inj. Gentamicin 20 mg/ 12 jam (i.v)
 Inj. Dexametasone 1 mg/ 8 jam (i.v)
 Mucera drop 0,3 cc/ 8 jam  OGT
 Nebulizer NaCl 0,9% 5cc + Combivent ½ / 8 jam
 Rontgen Thorax
 Pemeriksaan Laboratorium (H2TL)
 Fisioterapi Dada
- Monitoring
 Monitoring keadaan umum
 Monitoring vital sign
- Edukasi
 Penjelasan kepada keluaraga tentang penyakit penderita
 Edukasi mengenai perlunya menjaga kebersihan badan pasien
serta lingkungan rumah
 Edukasi tentang penghindaran dari asap pembakaran sampah, asap
rokok serta ventilasi udara dirumah.
 Memberikan kompres dingin pada dahi dan atau ketiak bila
demam, jika suhu > 380 Celcius perlu diberi obat penurun panas
 Memberikan pakaian yang mudah menyerap keringat.

2.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam

19
2.9. FOLLOW UP (PICU)
Tanggal S O A P
05/12/2019 Sesak (+), KU : Tampak Sakit Berat - Pneumonia - O2 sungkup 6
demam (-), Kesadaran : Compos mentis - DD - Bronkiolitis L/menit
Batuk (+) HR : 144 x/menit, isi dan tegangan - Tuberkulosis - ASI 8 x 30
Lab : berdahak, cukup - Asma cc OGT
Hb: 10,0 pilek (-), RR : 48 x/menit - IVFD KAEN
gr/dl mual (-), T : 36,6 0C (Aksila) 1B 24 cc/menit
muntah (-), SpO2 : 95 % (mikro)
Ht: 30% BAB dan Kepala : Normocephali - Inj. Ampicillin
BAK Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-)
Leukosit: normal Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi 200 mg/ 8 jam
16.000 (-), sekret (-) (i.v)
mm3 Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-), - Inj.Gentamicin
nyeri tekan mastoid (-)
Trombosit: Mulut : Mukosa bibir kering, bibir 20 mg/ 12 jam
394.000 sianosis (-), lidah kotor (-), Tonsil (i.v)
sel/mm3 sulit dinilai - Inj.
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran Dexametason
kelenjar tiroid (-) 1 mg/8 jam
Rontgen Pulmo (i.v)
Thorax : I : Gerakan dinding dada statis - Mucera drop
Kesan dinamis simetris ka/ki (+), retraksi 0,3 cc / 8 jam
pneumonia dinding dada minimal di - Nebulizer
interkosta NaCl 0,9% 5cc
P : stem fremitus sulit dinilai + Combivent
P : sonor di semua lapang paru ½ / 8 jam
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi - Fisioterapi
basah halus (+/+) dada
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal

20
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior

06/12/2019 Sesak - Pneumonia - O2 sungkup 6


KU : Tampak Sakit Berat
berkurang, - DD - Bronkiolitis L/menit
Kesadaran : Compos mentis
demam (-), - Tuberkulosis - ASI 8 x 30
HR : 118 x/menit, isi dan tegangan
Batuk (+) - Asma cc OGT
cukup
berdahak, - IVFD KAEN
RR : 37 x/menit
pilek (-), 1B 24 cc/menit
T : 36,7 0C (Aksila)
mual (-), (mikro)
Sp02 : 97 %
muntah (-). - Inj. Ampicillin
Kepala : Normocephali
BAB dan
Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-)
BAK 200 mg/ 8 jam
Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi
normal (i.v)
(-), sekret (-)
- Inj.Gentamicin
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan mastoid (-)
20 mg/ 12 jam
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis
(i.v)
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit
- Inj.
dinilai
Dexametason
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran
1 mg/8 jam
kelenjar tiroid (-)
(i.v)
Pulmo
- Mucera drop
I : Gerakan dinding dada statis
0,3 cc / 8 jam
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi
- Nebulizer
dinding dada minimal di
NaCl 0,9% 5cc
interkosta
+ Combivent
P : stem fremitus sulit dinilai
½ / 8 jam
P : sonor di semua lapang paru
- Fisioterapi
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
dada
basah halus (+/+)
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”

21
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior

07/08/2019 Sesak - Pneumonia - O2 nasal 2


KU : Tampak Sakit Berat
berkurang, - DD - Bronkiolitis L/menit
Kesadaran : Compos mentis
demam (-), - Tuberkulosis - ASI 12 x 60
HR : 115 x/menit, isi dan tegangan
Batuk (+) - Asma cc OGT
cukup
berdahak, - IVFD KAEN
RR : 33 x/menit
pilek (-), - 1B 24 cc/menit
T : 36,2 0C (Aksila)
mual (-), (mikro)
SpO2 : 96 %
muntah (-), - Inj. Ampicillin
Kepala : Normocephali
BAB dan
Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-)
BAK 200 mg/ 8 jam
Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi
normal (i.v)
(-), sekret (-)
- Inj.Gentamicin
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan mastoid (-)
20 mg/ 12 jam
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis
(i.v)
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit
- Inj.
dinilai
Dexametason
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran
1 mg/8 jam
kelenjar tiroid (-)
(i.v)
Pulmo
- Mucera drop
I : Gerakan dinding dada statis
0,3 cc / 8 jam
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi
- Nebulizer
dinding dada minimal
NaCl 0,9% 5cc
P : stem fremitus sulit dinilai
+ Combivent
P : sonor di semua lapang paru
½ / 8 jam
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
- Fisioterapi
basah (+/+)
dada
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : datar, lemas
A : Bising usus (+) normal
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), tugor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)

22
dan inferio

08/12/2019 Sesak - Pneumonia - O2 nasal 2


KU : Tampak Sakit Sedang
berkurang, - DD - Bronkiolitis L/menit
Kesadaran : Compos mentis
demam (-), - Tuberkulosis - ASI 12 x 60
HR : 112x/menit, isi dan tegangan
Batuk (+) - Asma cc OGT
cukup
berdahak - IVFD KAEN
RR : 36 x/menit
berkurang, 1B 24 cc/menit
T : 36,50C (Aksila)
pilek (-), (mikro)
SpO2 : 98 %
mual (-), - Inj. Ampicillin
Kepala : Normocephali
muntah (-),
Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-)
BAB dan 200 mg/ 8 jam
Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi
BAK (i.v)
(-), sekret (-)
normal - Inj.Gentamicin
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan mastoid (-)
20 mg/ 12 jam
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis
(i.v)
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit
- Inj.
dinilai
Dexametason
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran
1 mg/8 jam
kelenjar tiroid (-)
(i.v)
Pulmo
- Mucera drop
I : Gerakan dinding dada statis
0,3 cc / 8 jam
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi
- Nebulizer
dinding dada minimal
NaCl 0,9% 5cc
P : stem fremitus sulit dinilai
+ Combivent
P : sonor di semua lapang paru
½ / 8 jam
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
- Fisioterapi
basah halus (+/+)
dada
Cor
- Pindah
I : iktus cordis terlihat (-)
ruangan biasa
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal
P : Timpsni (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)

23
dan inferior

FOLLOW UP (BANGSAL)
Tanggal S O A P
09/12/2019 Sesak (-), KU : Tampak Sakit Sedang - Pneumonia - ASI 12 x 60
demam (-), Kesadaran : Compos mentis - DD - Bronkiolitis cc OGT
Batuk (+) HR : 105 x/menit, isi dan tegangan - Tuberkulosis - IVFD KAEN
berkurang, cukup - Asma 1B 24 cc/menit
pilek (-), RR : 34 x/menit (mikro)
mual (-), T : 36,6 0C (Aksila) - Inj. Ampicillin
muntah (-), SpO2 : 98 %
BAB dan Kepala : Normocephali 200 mg/ 8 jam
BAK Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) (i.v)
normal Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi - Inj.Gentamicin
(-), sekret (-)
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-), 20 mg/ 12 jam
nyeri tekan mastoid (-) (i.v)
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis - Inj.
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit Dexametason
dinilai 1 mg/8 jam
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran (i.v)
kelenjar tiroid (-) - Mucera drop
Pulmo 0,3 cc / 8 jam
I : Gerakan dinding dada statis - Fisioterapi
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi dada
dinding dada (-)
P : stem fremitus sulit dinilai
P : sonor di semua lapang paru
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
basah halus (+/+)
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal

24
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior

Tanggal S O A P
10/12/2019 Sesak (-), KU : Tampak Sakit Sedang - Pneumonia - ASI 12 x 60
demam (-), Kesadaran : Compos mentis - DD - Bronkiolitis cc OGT
Batuk (+) HR : 102 x/menit, isi dan tegangan - Tuberkulosis - IVFD KAEN
berkurang, cukup - Asma 1B 24 cc/menit
pilek (-), RR : 32 x/menit (mikro)
mual (-), T : 36,3 0C (Aksila) - Inj. Ampicillin
muntah (-), SpO2 : 98 %
BAB dan Kepala : Normocephali 200 mg/ 8 jam
BAK Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) (i.v)
normal Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi - Inj.Gentamicin
(-), sekret (-)
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-), 20 mg/ 12 jam
nyeri tekan mastoid (-) (i.v)
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis - Inj.
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit Dexametason
dinilai 1 mg/8 jam
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran (i.v)
kelenjar tiroid (-) - Mucera drop
Pulmo 0,3 cc / 8 jam
I : Gerakan dinding dada statis - Fisioterapi
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi dada
dinding dada (-)
P : stem fremitus sulit dinilai
P : sonor di semua lapang paru
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
basah halus (+/+)
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”

25
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior

Tanggal S O A P
11/12/2019 Sesak (-), KU : Tampak Sakit Sedang - Pneumonia Terapi Pulang
demam (-), Kesadaran : Compos mentis - DD - Bronkiolitis - ASI  Ibu
Batuk (+) HR : 110 x/menit, isi dan tegangan - Tuberkulosis - Cefixime drop
berkurang, cukup - Asma 1,5 ml/ 12 jam
pilek (-), RR : 33 x/menit - Mucera drop
mual (-), T : 36,6 0C (Aksila) 0,3 cc/ 8 jam
muntah (-), SpO2 : 99% - Paracetamol
BAB dan Kepala : Normocephali drop 0,6 ml/ 8
BAK Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) jam
normal Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi - Apialys 0,5
(-), sekret (-) ml/ 24 jam
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-), - Kontol poli
nyeri tekan mastoid (-) anak 7 hari
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis kemudian.
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit
dinilai
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)
Pulmo
I : Gerakan dinding dada statis
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi
dinding dada (-)
P : stem fremitus sulit dinilai
P : sonor di semua lapang paru
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
basah halus (-/-)
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”

26
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. PNEUMONIA
3.1. Definisi
Pneumonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru – paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Pneumonia adalah
peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang
berupa distribusi berbentuk bercak – bercak (patchy distribution).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya dan pada pneumonia terjadi konsolidasi area berbercak2.

3.2. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun. Menurut survey kesehatan nasional (SKN) 2001,
27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit system respirasi, terutama pneumonia2.

3.3. Etiologi
Penyebab pneumonia yang sering di jumpai adalah2:
 Faktor infeksi

27
1. Pada neonatus: Steptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV)
2. Pada bayi:
a) Virus: parainfluenza, influenza, adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
b) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocystis.
c) Bakteri: Streptokokuspneumoni, haemofilus influinza,
Mycobacterium tuberculosis, B. Pertusis.
3. Pada anak-anak :
a) Virus: Parainfluinsa, Influinza virus, Adenovirus, RSV
b) Organisme tipikal: Mycoplasma pneumonia
c) Bakteri: Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosa.
4. Pada anak besar – dewasa muda:
a) Organisme tiptikal : Mycoplasma pneumonia,C.trachomatis
b) Bakteri: Pneumokokus, B. pertusis, M. tuberculosis.

 Faktor non – infeksi


Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi:
1. Pneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama menelan muntah atau sonde
lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah, dan bensin).
2. Pneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasuksn obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum.Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis.Keparahan penyakit tergantung
pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.

Selain faktor diatas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
pneumonia.Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat

28
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

3.4. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman WHO, bronkopneumonia dibedakan berdasarkan3:
 Pneumonia sangat berat:
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak
harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
 Pneumonia berat:
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
 Pneumonia:
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
> 60 x/menit pada anak usia< 2 bulan
> 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun
> 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
 Bukan penumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu
dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.

3.5. Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat
timbulnya infeksi penyakit.Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan
paru dapat melalui berbagai cara, antara lain5:
1. Inhalasi langsung dari udara
2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring.

29
3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain.
4. Penyebaran secara hematogen.

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius sangat efisien untuk mencegah


infeksi yang terdiri dari5:
1. Susunan anatomis rongga hidung.
2. Jaringan limfoid di nasofaring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk.
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
8. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang
bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan
nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu
proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu5:
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.Hiperemia ini
terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator – mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin.Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

30
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

31
32
3.6. Gejala Klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja.Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan dirumah sakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran
klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik,
mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas
terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic invasive, etiologi
noninfeksi yang relative lebih sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu,
kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang menyebabkan
karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam
tatalaksana pneumonia2.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut2:
- Gejala infeksi umum, yaitu: demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti: mual, muntah
atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu: batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.

3.7. Pemeriksaan Fisik


Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkopneumoni ditemukan hal-hal
sebagai berikut1:
 Pada inspeksi tampak retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.
 Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris. Konsolidasi yang
kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama

33
jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
(kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
 Pada perkusi tidak terdapat kelainan
 Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring. Crackles adalah bunyi
non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan
spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun
rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras
atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak
(tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari
mekanisme terjadinya). Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung
udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba
terbuka.

3.8. Pemeriksaan Penunjang


 Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 12.000 – 40.000
mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat
berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.
 Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
 Peningkatan LED.
 Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati.
Selain kultur dahak, biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan
tenggorok (throat swab).
 Analisa gas darah (AGD) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
 Pengambilan sekret secara bronkoskopi dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari
etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit.
 Foto toraks bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus.

34
 C-Reactive Protein (CRP). Secara klinis CRP digunakan sebagai alat
diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi
virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda. Kadar
CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri
superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang digunakan
untuk evaluasi respons terhadap terapi antibiotik6.

3.9. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai
pemeriksaan penunjang. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi
seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Pada
bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar
hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun. Diagnosis etiologi dibuat
berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi
tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu
dapat ditemukan1.
Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab1:
1. Kultur sputum atau bilasan cairan lambung
2. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
3. Deteksi antigen bakteri

3.10. Diagnosis Banding


Diagnosis banding anak yang datang dengan keluhan batuk dan atau
kesulitan bernapas4
Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan
Bronkiolitis - Episode pertama wheezing pada anak
umur < 2 tahun
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Gejala pada pneumonia juga dapat

35
dijumpai kurang atau tidak ada respon
dengan bronkodilator

Tuberculosis (TB) - Riwayat kontak positif dengan pasien


TB dewasa
- Uji tuberculin positif (≥10 mm, pada
keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)
- Pertumbuhan buruk/kurus atau berat
badan menurun
- Demam (≥ 2 minggu) tanpa sebab yang
jelas
- Batuk kronis (≥ 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher,
aksila, inguinal yang spesifik.
- Pembengkakan tulang/sendi punggung,
panggul, lutut, falang.
Asma - Riwayat wheezing berulang, kadang
tidak berhubungan dengan batuk dan
pilek
- Hiperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Berespon baik terhadap bronkodilator

3.11. Penatalaksanaan
Sebelum memberikan obat ditentukan dahulu: berat ringannya penyakit,
riwayat pengobatan sebelumnya dan respons terhadap pengobatan tersebut,
adanya penyakit yang mendasarinya4.
- Antibiotik awal (dalam 24-72 jam pertama):
a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan):
 Ampicillin + Aminoglikosid (gentamisin)
 Amoksisillin – Asam klavulanat

36
 Amoksisillin + Aminoglikosid
 Sefalosporin generasi ke-3

b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan – 5 tahun)


 Beta laktam amoksisillin
 Amoksisillin – Amoksisillin Klavulanat
 Golongan sefalosporin
 Kotrimoksazol
 Makrolid (eritromisin)
c. Anak usia sekolah (> 5 thn)
 Amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
 Tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
- Penderita imunodefisiensi atau ditemukan penyakit lain yang mendasari →
Ampisilin + Aminoglikosida (Gentamisin), Hipersensitif dengan
Penisilin/Ampisilin: Eritromisin, Sefalosporin (5 – 16 % ada reaksi silang)
atau Linkomisin/Klindamisin. Antibiotik pengganti bergantung pada
kuman penyebab:
 Pneumokokus : 3 – 16% sudah resisten dengan Penicilin diganti dengan
Sefuroksim, Sefotaksim, Linkomisin atau Vankomisin
 H. Influenzae: Diganti dengan Sefuroksim, Sefazolin, Sefotaksim,
Eritromisin, Linkomisin atau Klindamisin
 S. Aureus: Diganti dengan Kloksasilin, Dikloksasilin, Flukloksasilin,
Sefazolin, Klindamisin atau Linkomisin
 Gram (-): Aminoglikosida (Gentamisin, Amikasin, dll)
 Mikoplasma: Eritomisin, Tetrasiklin (untuk anak > 8 th)
- Simtomatik (untuk panas badan dan batuk) Sebaiknya tidak diberikan
terutama pada 72 jam pertama, karena dapat mengacaukan interpretasi
reaksi terhadap antibiotik awal
- Suportif O2 lembab 40% melalui kateter hidung diberikan sampai sesak
nafas hilang (analisis gas sampai dengan PaO2 ≥ 60 Torr)

37
- Cairan, nutrisi dan kalori yang memadai: Melalui oral, intragastrik, atau
infus. Jenis cairan infus disesuaikan dengan keseimbangan elektrolit. Bila
elektrolit normal berikan larutan 1:4 (1 bagian NaCl fisiologis + 3 bagian
dekstrosa 5%), Asidosis (pH < 7,30) diatasi dengan bikarbonat i.v. Dosis
awal : 0,5 x 0,3 x defisit basa x BB (kg) → mEq, Dosis selanjutnya
tergantung hasil pemeriksaan pH dan kelebihan basa (base excess ) 4-6
jam setelah dosis awal. Apabila pH dan kelebihan basa tidak dapat
diperiksa, berikan bikarbonat i.v. = 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg) sebagai dosis
awal, dosis selanjutnya tergantung gambaran klinis 6 jam setelah dosis
awal
- Fisioterapi

Indikasi rawat
Kriteria rawat inap, yaitu :
 Bayi
 Saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
 Frekuensi napas > 60 x/menit
 Distress pernapasan, apneu intermitten, atau grunting
 Tidak mau minum / menetek
 Keluarga tidak bisa merawat dirumah
 Anak – anak
 Saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
 Frekuensi napas ≥ 50 x/menit
 Distress pernapasan
 Grunting
 Terdapat tanda dehidrasi
 Keluarga tidak bisa merawat dirumah

Kriteria pulang
 Gejala dan tanda pneumonia menghilang
 Asupan peroral adekuat

38
 Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
 Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan
rencana kontrol
 Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan
dirumah
Tabel Dosis Harian Antibiotik
OBAT CARA DOSIS FREK. (jam) INDIKASI
PEMBERIA
N
Gol. PENISILIN i.v., i.m. 100-200 4-6 Pneumoniaberat disebabkan
Ampisilin p.o. 40-160 6 Gram (+), Gram (-) ; Bakteri
Amoksisilin p.o. 25-100 8 anaerob
Tikarsilin i.v., i.m. 300-600 4-6 Fibrosis kistik (kombinasi
dengan aminoglikosida)
Azlosilin i.v. 300-600 4 Sama dengan tikarsilin
Neonatus <7 hr 50-150 12
Neonatus >7 hr 200 4-8
Mezlosilin i.v. 300 4 Sama dengan tikarsilin
Neonatus >2.000 g 75 6-12
Neonatus <2.000 g 75 8-12
Piperasilin i.v. 300 4 Sama dengan tikarsilin
Oksasilin i.v. 150 4-6 Pneumonia, abses paru,
empiema, trakeitis yang
Kloksasilin i.v. 50-100 4-6
disebabkan oleh S. aureus
Dikloksasilin i.v. 25-80 4-6
GOL. SEFALOSPORIN
Sefalotin i.v. 75-150 6 Pneumonia oleh S. aureus
(bila alergi penisilin)
Sefuroksim i.v. 100-150 6-8 Terapi awal infeksi oleh
Sefotaksim i.v. 50-200 6 patogen Gram (-) :
Seftriakson i.v., i.m. 50-100 12-24 K. pneumoniae, E. coli
Seftazidim i.v. 100-150 8 Diduga Pseudomonas
aeruginosa
GOL. AMINOGLIKOSIDA
Gentamisin i.v., i.m. 5 8 Terapi inisial untuk Pneumonia
Tobramisin i.v., i.m. 8-10 8 dan abses paru karena bakteri
Gram (-)
Amikasin i.v., i.m. 15-20 6-8 Patogen Gram (-) resisten
dengan gentamisin dan
tobramisin
Netilmisin i.v. 4-6 12 Gram (-) yang resisten terhadap
gentamisin
GOL. MAKROLID p.o. 30-50 6 M. pneumoniae, B. pertussis, C.
Eritromisin i.v. (infus 40-70 6 diphtheriae, C. trachomatis,
lambat) Legionella pneumophila
Roksitromisin p.o. 5-8 12

39
KLINDAMISIN i.v. 15-40 6 S. aureus, Streptokokus,
p.o. 10-30 6 Pneumokokus yang alergi
penisilin dan efalosporin Abses
paru karena bakteri anaerob

KLORAMFENIKOL i.v. 75-100 6 Epiglotitis, abses paru,


pneumonia
3.12. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah4:
 Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau
refleks batuk hilang.
 Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah
dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
 Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
 Infeksi sitemik
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

3.13. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang
terlambat untuk pengobatan6.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.Infeksi
berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan
hilangnya zat – zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.Kedua-duanya bekerja
sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif
yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi
apabila berdiri sendiri 6.

3.14. Pencegahan

40
Penyakit pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya pneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya
tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti cara hidup
sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang
cukup, rajin berolahraga dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat
mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain.
 Vaksinasi pneumokokus
Dapat diberikan pada umur 2,4,6, 12-15 bulan. Pada umur 7-12 bulan
diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan ; pada usia > 1 tahun di berikan 1
kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau
minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun
PCV diberikan cukup 1 kali.
 Vaksinasi H.Influenzae
Diberikan pada usia 2, 4, 6, dan 15-18 bulan
 Vaksinasi varisela
Yang di anjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah dapat
diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk
sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu
 Vaksinasi influenza
Diberiikan pada umur > 6 bulan setiap tahun.Untuk imunisasi primer anak
6 bulan - < 9 tahun di berikan 2 kali dengan interval minimal 4 minggu.

41
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien ini ditegakkan
diagnosis pneumonia.
Dari anamnesis didapatkan:
- Keluhan utama sesak sejak ± 2 hari SMRS
- Pasein juga demam sejak ± 1 minggu yang lalu, demam yang dirasakan naik
turun dan demam meningkat dari sore hingga malam hari dan menurun di
pagi harinya, awalnya demam mulai turun namun setelah ± 4 jam demam
kembali naik, selain itu pasien juga mengalami batuk sejak 5 hari SMRS,
awalnya batuk kering dan kemudian batuk menjadi berdahak, namun sulit
untuk dikeluarkan dan terkadang pasien tampak sesak napas. Sesak tidak
berkurang dengan perubahan posisi, tidak diperngaruhi oleh perubahan cuaca
dan sesak tidak bertambah saat bermain ataupun beraktifitas fisik.
Dari alloanamnesis didapatkan keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit pada
pasien mengarah ke penyakit pneumonia, secara teori penyakit pneumonia
mencakup gejala yang timbul didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari, kemudian disertai demam dengan suhu dapat naik secara
mendadak sampai 39 – 40 oC dan terkadang dapat disertai kejang karena demam
yang tinggi. Anak tampak sangat gelisah dan sesak dengan pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung. Batuk biasanya tidak dijumpai pada
awal penyakit, anak akan mengalami batuk setelah beberapa hari dan pada
awalnya berupa batuk kering kemudian batuk menjadi produktif.
Dari pemeriksaan fisik pada waktu pasien datang ke RS tanggal 04 Desember
2019 didapatkan hasil pemeriksaam:

42
- Nadi 155 x/m, pernapasan 64 x/m, suhu 37,1 0C, SpO2 89 %
- Pada pemeriksaan paru didapatkan retraksi dinding dada di interkosta dan
pemeriksaan auskultasi didapatkan suara vesikuler normal, ronki basah halus
pada lapang paru kanan dan kiri.
Dari pemeriksaan fisik yang didapatkan mendukung ke arah penyakit pneumonia.
Pada pemeriksaan hidung terdapat adanya cuping hidung (+), pada pemeriksaan
inspeksi paru terdapat retraksi dinding dada di interkosta dan pada pemeriksaan
auskultasi patu terdengarnya suara rhonki basah halus pada kedua lapang paru,
hal ini merupakan salah satu tanda gejala penyakit pneumonia. Secara teori
penyakit bpneuomonia pada pemeriksaan paru auskultasi terdengar ronki basah
halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada
auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.

Dari pemeriksaan penunjang :


Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (leukosit 16.000 mm3) yang
menandakan adanya infeksi. Pada pemeriksaan foto toraks AP ditemukan
perbercakan di lapang tengah sampai bawah paru kanan dan lapang atas sampai
bawah paru kiri dengan kesan pneumonia.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah


dilakukan, maka pasien ini di diagnosa dengan pneumonia.

Diagnosis banding yang paling lazim dari bronkopneumonia adalah


bronkiolitis. Bronkiolitis merupakan infeksi saluran pernapasan yang
menyebabkan terjadinya radang dan penyumbatan didalam bronkiolus. Pada
bronkiolitis umumnya insidens terjadi di usia < 2 tahun. Gejala yang dapat terjadi
dari bronkiolitis berupa demam (suhu ≥ 39 0C), sesak napas, batuk kering, nafsu
makan/minum menurun dan pada pemeriksaan fisik paru auskultasi ditemukan
suara ronki dan wheezing.

Tatalaksana awal pada pasien ini diberikan:


- Non – Medikamentosa

43
 Istirahat cukup
 ASI 8x30 cc  OGT

- Medikamentosa
 IVFD KAEN 1B 24 cc /menit (mikro)
Di pilih KAEN 1B karena mengandung natrium, klorida dan
glukosida yang dapat digunakan untuk membantu menyalurkan atau
mengganti cairan elektrolit. KAEN 1B memenuhi kebutuhan harian
air dan elektrolit dengan kandungan natrium 38,5 meq, clorida 38,5
meq dan dekstrosa 37,5 gram dan yang cukup untuk mengganti
ekskresi harian dan nutrisi pada keadaan asupan oral terbatas.
 Inj. Ampicilin 200 mg/ 8 jam (i.v)
Dipilih Ampicilin, antibiotik ini golongan penisilin yang merupakan
obat lini pertama dan antibiotik berspektrum luas yang di indikasikan
untuk infeksi paru (pneumonia) yang disebabkan oleh bakteri gram
(+) gram (-). Namun antibiotik ini tidak terlalu kuat kerjanya dalam
membunuh bakteri gram (-), sehingga biasanya obat ini sering
dikombinasikan dengan obat golongan aminoglikosida.
 Inj. Gentamicin 20 mg/ 12 jam (i.v)
Dipilih Gentamicin, karena obat ini merupakan lini pertama dari
golongan obat aminoglikosida dan obat ini di indikasikan untuk
infeksi paru (pneumonia) yang disebabkan oleh bakteri gram negatif.
Antibiotik ini merupakan obat yang tepat dikombinasikan dengan
antibiotik lain yang kurang efektif dalam membunuh bakteri gram
negatif.
 Inj. Dexametasone 1 mg/ 8 jam (i.v)
Dipilih Dexametasone sebagai anti inflamasi yang dapat mengontrol
jumlah sitokin sehingga inflamasi yang terjadi tidak berlebihan
 Mucera drop 3 x 0,3 cc

44
Dipilih Mucera (Ambroxol) karena merupakan obat bersifat
mukolitik yang dapat mengencerkan dahak dan mempermudah
pengeluaran dahak

 Rontgen Thorax
Dilakukan pemeriksaan rontgen thorax bertujuan untuk
mengetahui secara radiografi organ – organ didalam rongga dada.
Pada hasil yang didapatkan dari pemeriksaan rontgen thorax
berguna dalam menyingkirkan beberapa diagnosa, sehingga dapat
membantu mendiagnosa secara tepat.
 Pemeriksaan Laboratorium (H2TL)
Dilakukan pemeriksaan Laboratorim H2TL untuk membantu
mendeteksi adanya infeksi.
 Fisioterapi
Fisioterapi dada untuk membantu memperbaiki pergerakan dan
aliran sekret.
- Monitoring
 Monitoring keadaan umum
 Monitoring vital sign
- Edukasi
 Penjelasan kepada keluaraga tentang penyakit penderita
 Edukasi mengenai perlunya menjaga kebersihan badan pasien serta
lingkungan rumah
 Edukasi tentang penghindaran dari asap pembakaran sampah, asap
rokok serta ventilasi udara dirumah.
 Memberikan kompres dingin pada dahi dan atau ketiak bila demam,
jika suhu > 380 Celcius perlu diberi obat penurun panas
 Memberikan pakaian yang mudah menyerap keringat.

45
Pada pasien ini, prognosis quo ad vitam adalah ad bonam, karena walaupun
datang dengan sesak, dapat ditangani dengan segera dan tepat. Sedangkan
prognosis quo ad functionam adalah ad bonam, dikarenakan pada pasien ini
terdapat perbaikan yaitu sesak sudah tidak ada, batuk berkurang. Pada
pemeriksaan paru retraksi dinding dada sudah tidak ada dan suara ronki basah
halus telah hilang. Prognosis quo ad sanactionam dubia ad malam karena bapak
dari si pasien merupakan perokok aktif dan di sebelah rumah pasien terdapat
tempat pembakaran sampah komplek perumahan sehingga ada faktor resiko batuk
dan sesak napas berulang kembali. Maka dibutuhkan perhatian orang tua lebih
untuk tidak merokok di dekat anak atau tidak merokok saat dirumah serta
menghindari anak bermain di luar rumah dalam waktu tertentu.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : media aesculapius.


2. Hegar, badriul. 2010. Pedoman pelayanan medis. Jakarta : IDAI.
3. Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S., Alverson B., Carter E.R., dkk.
2011. The Management of Community Acuired Pneumonia in Infan and
Children Older than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the
Pediatric Infection Diseases Society and the Infection Deseases Society of
America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
4. Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit standar
WHO. Jakarta : Depkes
5. Price, Sylvia Anderson.1994. Pathophysiology : Clinical Concepts Of
Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC
6. Smeltzer, Suzanne C.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah,Volume I.Jakarta : EGC
7. Sastroasmoro, sudigdo, dkk. 2007. Panduan pelayanan medis dept. IKA.
Jakarta : RSCM
8. Rahajoe, Nastini.N.2008.Buku Ajar Respirologi,Edisi 1.Jakarta : IDAI
9. Nelson .2000.Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15,Volume 2.Jakarta :EGC.

47

Anda mungkin juga menyukai