Oleh :
Randi Agustian Sitorus
H1AP09036
Pembimbing:
dr. Rini Kemala Sari, Sp.A, M.Kes
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
PENDAHULUAN....................................................................................................1
LAPORAN KASUS.................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................16
PEMBAHASAN....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola penderita pneumonia, sekaligus mencoba membandingkan tindakan
yang diberikan berdasarkan kepustakaan yang ada, sehingga dapat mengarah
kepada penatalaksanaan yang lebih tepat dan rasional.
1.3. MANFAAT
Laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran
kepaniteraan klinik untuk belajar mendiagnosis dan mengelola penderita
pneumonia.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTITAS
2.1.1. Identitas Pasien
Nama Penderita : An. DR
Umur/Tanggal lahir : 6 Bulan / 26 Juni 2019
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Babatan 7 Kec.Sukaraja, Kab. Seluma
Tanggal masuk : 04 Desember 2019
Nomor RM : 812471
3
2.2. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan orangtua pasien.
4
2.2.5. Riwayat Kehamilan
Pada saat mengandung pasien, ibu pasien rutin mengontrol kehamilannya ke
bidan desa. Saat hamil ibu tidak pernah sakit. Riwayat minum obat-obatan selama
kehamilan berupa vitamin, tablet tambah darah, dan mendapat imunisasi TT 2
kali, riwayat keputihan (-), riwayat ketuban pecah dini (-), riwayat trauma/ jatuh
(-), dan riwayat menderita suatu penyakit selama kehamilan disangkal.
5
2.2.10. Riwayat Imunisasi
Imunisasi Frekuensi Usia
BCG 1x 2 bulan
Hepatitis B 4x 0,2,3,4 bulan
Polio 4x 0,2,3,4 bulan
DTP 3x 2,3,4 bulan
6
Kesan: Gizi cukup, perawakan normal, arah pertumbuhan sejajar garis hijau
7
2.2.12. Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya. Rumah tempat tinggal memiliki
ventilasi dan sirkulasi yang cukup. Pasien dan keluarga tinggal di lingkungan
sekitar rumah yang padat penduduk dan mempunyai sanitasi yang kurang baik.
Status Gizi :
- BB : 6 kg
- PB : 60 cm
- Status Gizi : Gizi Cukup
Status Generalis :
Kepala : Normocephali
Telinga : Tidak ada sekret, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid
(-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering, sianosis (+), lidah tidak kotor, tonsil sulit
dinilai.
8
Paru : Inspeksi : Gerakan dinding dada statis dan dinamis simetris
kanan dan kiri, retraksi dinding dada di interkosta
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik (+/+), sianosis (-/-),
Superior edema (-/-),
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik (+/+), sianosis (-/-),
Superior edema (-/-),
9
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,0 gr/dl L :13-18 gr/dl
P: 12-16 gr/dl
Hematokrit 30 % L: 37-47%
P: 40-54%
Leukosit 16.000 mm3 4.000-10.000 mm3
Trombosit 394.000 sel/mm3 150.000-450.000 sel/mm3
10
11
12
13
14
15
16
17
Thorak AP :
Foto asimetris dan cukup insipirasi
Trakea sedikit deviasi ke kanan
Cor tidak membesar
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo:
- Hilli normal
- Corakan bronkovaskuler normal
- Tampak perbercakan di lapang tengah sampai bawah paru kanan dan
lapang atas sampai bawah paru kiri
- Opositas homogeny dilapang atas paru kanan yang menarik fissure minor
- Terpasang OGT dengan ujung tidak tervisualisasi, skeletal yang
tervisualisasi tidak tampak kelainan
Kesan :
- Pneumonia
- Atelektasis lobus superior paru kanan
- Tidak tampak kardiomegali
2.5. DIAGNOSIS
- Pneumonia
2.7. TERAPI
- Non – Medikamentosa
Istirahat cukup
ASI (8 x 30 cc) OGT
- Medikamentosa
O2 Sungkup masker 6 L/ menit
18
IVD KAEN 1B 24 cc (mikro)/ jam
Inj. Ampicilin 200 mg/ 8 jam (i.v)
Inj. Gentamicin 20 mg/ 12 jam (i.v)
Inj. Dexametasone 1 mg/ 8 jam (i.v)
Mucera drop 0,3 cc/ 8 jam OGT
Nebulizer NaCl 0,9% 5cc + Combivent ½ / 8 jam
Rontgen Thorax
Pemeriksaan Laboratorium (H2TL)
Fisioterapi Dada
- Monitoring
Monitoring keadaan umum
Monitoring vital sign
- Edukasi
Penjelasan kepada keluaraga tentang penyakit penderita
Edukasi mengenai perlunya menjaga kebersihan badan pasien
serta lingkungan rumah
Edukasi tentang penghindaran dari asap pembakaran sampah, asap
rokok serta ventilasi udara dirumah.
Memberikan kompres dingin pada dahi dan atau ketiak bila
demam, jika suhu > 380 Celcius perlu diberi obat penurun panas
Memberikan pakaian yang mudah menyerap keringat.
2.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
19
2.9. FOLLOW UP (PICU)
Tanggal S O A P
05/12/2019 Sesak (+), KU : Tampak Sakit Berat - Pneumonia - O2 sungkup 6
demam (-), Kesadaran : Compos mentis - DD - Bronkiolitis L/menit
Batuk (+) HR : 144 x/menit, isi dan tegangan - Tuberkulosis - ASI 8 x 30
Lab : berdahak, cukup - Asma cc OGT
Hb: 10,0 pilek (-), RR : 48 x/menit - IVFD KAEN
gr/dl mual (-), T : 36,6 0C (Aksila) 1B 24 cc/menit
muntah (-), SpO2 : 95 % (mikro)
Ht: 30% BAB dan Kepala : Normocephali - Inj. Ampicillin
BAK Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-)
Leukosit: normal Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi 200 mg/ 8 jam
16.000 (-), sekret (-) (i.v)
mm3 Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-), - Inj.Gentamicin
nyeri tekan mastoid (-)
Trombosit: Mulut : Mukosa bibir kering, bibir 20 mg/ 12 jam
394.000 sianosis (-), lidah kotor (-), Tonsil (i.v)
sel/mm3 sulit dinilai - Inj.
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran Dexametason
kelenjar tiroid (-) 1 mg/8 jam
Rontgen Pulmo (i.v)
Thorax : I : Gerakan dinding dada statis - Mucera drop
Kesan dinamis simetris ka/ki (+), retraksi 0,3 cc / 8 jam
pneumonia dinding dada minimal di - Nebulizer
interkosta NaCl 0,9% 5cc
P : stem fremitus sulit dinilai + Combivent
P : sonor di semua lapang paru ½ / 8 jam
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi - Fisioterapi
basah halus (+/+) dada
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal
20
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior
21
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior
22
dan inferio
23
dan inferior
FOLLOW UP (BANGSAL)
Tanggal S O A P
09/12/2019 Sesak (-), KU : Tampak Sakit Sedang - Pneumonia - ASI 12 x 60
demam (-), Kesadaran : Compos mentis - DD - Bronkiolitis cc OGT
Batuk (+) HR : 105 x/menit, isi dan tegangan - Tuberkulosis - IVFD KAEN
berkurang, cukup - Asma 1B 24 cc/menit
pilek (-), RR : 34 x/menit (mikro)
mual (-), T : 36,6 0C (Aksila) - Inj. Ampicillin
muntah (-), SpO2 : 98 %
BAB dan Kepala : Normocephali 200 mg/ 8 jam
BAK Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) (i.v)
normal Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi - Inj.Gentamicin
(-), sekret (-)
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-), 20 mg/ 12 jam
nyeri tekan mastoid (-) (i.v)
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis - Inj.
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit Dexametason
dinilai 1 mg/8 jam
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran (i.v)
kelenjar tiroid (-) - Mucera drop
Pulmo 0,3 cc / 8 jam
I : Gerakan dinding dada statis - Fisioterapi
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi dada
dinding dada (-)
P : stem fremitus sulit dinilai
P : sonor di semua lapang paru
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
basah halus (+/+)
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal
24
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior
Tanggal S O A P
10/12/2019 Sesak (-), KU : Tampak Sakit Sedang - Pneumonia - ASI 12 x 60
demam (-), Kesadaran : Compos mentis - DD - Bronkiolitis cc OGT
Batuk (+) HR : 102 x/menit, isi dan tegangan - Tuberkulosis - IVFD KAEN
berkurang, cukup - Asma 1B 24 cc/menit
pilek (-), RR : 32 x/menit (mikro)
mual (-), T : 36,3 0C (Aksila) - Inj. Ampicillin
muntah (-), SpO2 : 98 %
BAB dan Kepala : Normocephali 200 mg/ 8 jam
BAK Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) (i.v)
normal Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi - Inj.Gentamicin
(-), sekret (-)
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-), 20 mg/ 12 jam
nyeri tekan mastoid (-) (i.v)
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis - Inj.
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit Dexametason
dinilai 1 mg/8 jam
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran (i.v)
kelenjar tiroid (-) - Mucera drop
Pulmo 0,3 cc / 8 jam
I : Gerakan dinding dada statis - Fisioterapi
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi dada
dinding dada (-)
P : stem fremitus sulit dinilai
P : sonor di semua lapang paru
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
basah halus (+/+)
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”
25
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior
Tanggal S O A P
11/12/2019 Sesak (-), KU : Tampak Sakit Sedang - Pneumonia Terapi Pulang
demam (-), Kesadaran : Compos mentis - DD - Bronkiolitis - ASI Ibu
Batuk (+) HR : 110 x/menit, isi dan tegangan - Tuberkulosis - Cefixime drop
berkurang, cukup - Asma 1,5 ml/ 12 jam
pilek (-), RR : 33 x/menit - Mucera drop
mual (-), T : 36,6 0C (Aksila) 0,3 cc/ 8 jam
muntah (-), SpO2 : 99% - Paracetamol
BAB dan Kepala : Normocephali drop 0,6 ml/ 8
BAK Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-) jam
normal Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi - Apialys 0,5
(-), sekret (-) ml/ 24 jam
Telinga : Sekret(-), nyeri tekan tragus (-), - Kontol poli
nyeri tekan mastoid (-) anak 7 hari
Mulut : Mukosa bibir basah, bibir sianosis kemudian.
(-), lidah kotor (-), Tonsil sulit
dinilai
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)
Pulmo
I : Gerakan dinding dada statis
dinamis simetris ka/ki (+), retraksi
dinding dada (-)
P : stem fremitus sulit dinilai
P : sonor di semua lapang paru
A : Vesikuler normal (+/+), ronkhi
basah halus (-/-)
Cor
I : iktus cordis terlihat (-)
P : iktus cordis teraba (-)
P : batas jantung sulit dinilai
A : BJ I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar, lemas
A : Bising usus (+) normal.
P : Timpani (+)
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2”
26
Superior (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
dan inferior
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. PNEUMONIA
3.1. Definisi
Pneumonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru – paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Pneumonia adalah
peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang
berupa distribusi berbentuk bercak – bercak (patchy distribution).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya dan pada pneumonia terjadi konsolidasi area berbercak2.
3.2. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun. Menurut survey kesehatan nasional (SKN) 2001,
27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit system respirasi, terutama pneumonia2.
3.3. Etiologi
Penyebab pneumonia yang sering di jumpai adalah2:
Faktor infeksi
27
1. Pada neonatus: Steptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV)
2. Pada bayi:
a) Virus: parainfluenza, influenza, adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
b) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocystis.
c) Bakteri: Streptokokuspneumoni, haemofilus influinza,
Mycobacterium tuberculosis, B. Pertusis.
3. Pada anak-anak :
a) Virus: Parainfluinsa, Influinza virus, Adenovirus, RSV
b) Organisme tipikal: Mycoplasma pneumonia
c) Bakteri: Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosa.
4. Pada anak besar – dewasa muda:
a) Organisme tiptikal : Mycoplasma pneumonia,C.trachomatis
b) Bakteri: Pneumokokus, B. pertusis, M. tuberculosis.
Selain faktor diatas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
pneumonia.Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
28
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
3.4. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman WHO, bronkopneumonia dibedakan berdasarkan3:
Pneumonia sangat berat:
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak
harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Pneumonia berat:
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Pneumonia:
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
> 60 x/menit pada anak usia< 2 bulan
> 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun
> 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
Bukan penumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu
dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.
3.5. Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat
timbulnya infeksi penyakit.Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan
paru dapat melalui berbagai cara, antara lain5:
1. Inhalasi langsung dari udara
2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring.
29
3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain.
4. Penyebaran secara hematogen.
30
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
31
32
3.6. Gejala Klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja.Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan dirumah sakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran
klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik,
mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas
terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic invasive, etiologi
noninfeksi yang relative lebih sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu,
kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang menyebabkan
karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam
tatalaksana pneumonia2.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut2:
- Gejala infeksi umum, yaitu: demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti: mual, muntah
atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu: batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
33
jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
(kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
Pada perkusi tidak terdapat kelainan
Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring. Crackles adalah bunyi
non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan
spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun
rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras
atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak
(tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari
mekanisme terjadinya). Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung
udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba
terbuka.
34
C-Reactive Protein (CRP). Secara klinis CRP digunakan sebagai alat
diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi
virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda. Kadar
CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri
superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang digunakan
untuk evaluasi respons terhadap terapi antibiotik6.
3.9. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai
pemeriksaan penunjang. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi
seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Pada
bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar
hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun. Diagnosis etiologi dibuat
berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi
tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu
dapat ditemukan1.
Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab1:
1. Kultur sputum atau bilasan cairan lambung
2. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
3. Deteksi antigen bakteri
35
dijumpai kurang atau tidak ada respon
dengan bronkodilator
3.11. Penatalaksanaan
Sebelum memberikan obat ditentukan dahulu: berat ringannya penyakit,
riwayat pengobatan sebelumnya dan respons terhadap pengobatan tersebut,
adanya penyakit yang mendasarinya4.
- Antibiotik awal (dalam 24-72 jam pertama):
a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan):
Ampicillin + Aminoglikosid (gentamisin)
Amoksisillin – Asam klavulanat
36
Amoksisillin + Aminoglikosid
Sefalosporin generasi ke-3
37
- Cairan, nutrisi dan kalori yang memadai: Melalui oral, intragastrik, atau
infus. Jenis cairan infus disesuaikan dengan keseimbangan elektrolit. Bila
elektrolit normal berikan larutan 1:4 (1 bagian NaCl fisiologis + 3 bagian
dekstrosa 5%), Asidosis (pH < 7,30) diatasi dengan bikarbonat i.v. Dosis
awal : 0,5 x 0,3 x defisit basa x BB (kg) → mEq, Dosis selanjutnya
tergantung hasil pemeriksaan pH dan kelebihan basa (base excess ) 4-6
jam setelah dosis awal. Apabila pH dan kelebihan basa tidak dapat
diperiksa, berikan bikarbonat i.v. = 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg) sebagai dosis
awal, dosis selanjutnya tergantung gambaran klinis 6 jam setelah dosis
awal
- Fisioterapi
Indikasi rawat
Kriteria rawat inap, yaitu :
Bayi
Saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
Frekuensi napas > 60 x/menit
Distress pernapasan, apneu intermitten, atau grunting
Tidak mau minum / menetek
Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Anak – anak
Saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
Frekuensi napas ≥ 50 x/menit
Distress pernapasan
Grunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat dirumah
Kriteria pulang
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan peroral adekuat
38
Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan
rencana kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan
dirumah
Tabel Dosis Harian Antibiotik
OBAT CARA DOSIS FREK. (jam) INDIKASI
PEMBERIA
N
Gol. PENISILIN i.v., i.m. 100-200 4-6 Pneumoniaberat disebabkan
Ampisilin p.o. 40-160 6 Gram (+), Gram (-) ; Bakteri
Amoksisilin p.o. 25-100 8 anaerob
Tikarsilin i.v., i.m. 300-600 4-6 Fibrosis kistik (kombinasi
dengan aminoglikosida)
Azlosilin i.v. 300-600 4 Sama dengan tikarsilin
Neonatus <7 hr 50-150 12
Neonatus >7 hr 200 4-8
Mezlosilin i.v. 300 4 Sama dengan tikarsilin
Neonatus >2.000 g 75 6-12
Neonatus <2.000 g 75 8-12
Piperasilin i.v. 300 4 Sama dengan tikarsilin
Oksasilin i.v. 150 4-6 Pneumonia, abses paru,
empiema, trakeitis yang
Kloksasilin i.v. 50-100 4-6
disebabkan oleh S. aureus
Dikloksasilin i.v. 25-80 4-6
GOL. SEFALOSPORIN
Sefalotin i.v. 75-150 6 Pneumonia oleh S. aureus
(bila alergi penisilin)
Sefuroksim i.v. 100-150 6-8 Terapi awal infeksi oleh
Sefotaksim i.v. 50-200 6 patogen Gram (-) :
Seftriakson i.v., i.m. 50-100 12-24 K. pneumoniae, E. coli
Seftazidim i.v. 100-150 8 Diduga Pseudomonas
aeruginosa
GOL. AMINOGLIKOSIDA
Gentamisin i.v., i.m. 5 8 Terapi inisial untuk Pneumonia
Tobramisin i.v., i.m. 8-10 8 dan abses paru karena bakteri
Gram (-)
Amikasin i.v., i.m. 15-20 6-8 Patogen Gram (-) resisten
dengan gentamisin dan
tobramisin
Netilmisin i.v. 4-6 12 Gram (-) yang resisten terhadap
gentamisin
GOL. MAKROLID p.o. 30-50 6 M. pneumoniae, B. pertussis, C.
Eritromisin i.v. (infus 40-70 6 diphtheriae, C. trachomatis,
lambat) Legionella pneumophila
Roksitromisin p.o. 5-8 12
39
KLINDAMISIN i.v. 15-40 6 S. aureus, Streptokokus,
p.o. 10-30 6 Pneumokokus yang alergi
penisilin dan efalosporin Abses
paru karena bakteri anaerob
3.13. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang
terlambat untuk pengobatan6.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.Infeksi
berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan
hilangnya zat – zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.Kedua-duanya bekerja
sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif
yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi
apabila berdiri sendiri 6.
3.14. Pencegahan
40
Penyakit pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya pneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya
tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti cara hidup
sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang
cukup, rajin berolahraga dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat
mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain.
Vaksinasi pneumokokus
Dapat diberikan pada umur 2,4,6, 12-15 bulan. Pada umur 7-12 bulan
diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan ; pada usia > 1 tahun di berikan 1
kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau
minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun
PCV diberikan cukup 1 kali.
Vaksinasi H.Influenzae
Diberikan pada usia 2, 4, 6, dan 15-18 bulan
Vaksinasi varisela
Yang di anjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah dapat
diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk
sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu
Vaksinasi influenza
Diberiikan pada umur > 6 bulan setiap tahun.Untuk imunisasi primer anak
6 bulan - < 9 tahun di berikan 2 kali dengan interval minimal 4 minggu.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien ini ditegakkan
diagnosis pneumonia.
Dari anamnesis didapatkan:
- Keluhan utama sesak sejak ± 2 hari SMRS
- Pasein juga demam sejak ± 1 minggu yang lalu, demam yang dirasakan naik
turun dan demam meningkat dari sore hingga malam hari dan menurun di
pagi harinya, awalnya demam mulai turun namun setelah ± 4 jam demam
kembali naik, selain itu pasien juga mengalami batuk sejak 5 hari SMRS,
awalnya batuk kering dan kemudian batuk menjadi berdahak, namun sulit
untuk dikeluarkan dan terkadang pasien tampak sesak napas. Sesak tidak
berkurang dengan perubahan posisi, tidak diperngaruhi oleh perubahan cuaca
dan sesak tidak bertambah saat bermain ataupun beraktifitas fisik.
Dari alloanamnesis didapatkan keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit pada
pasien mengarah ke penyakit pneumonia, secara teori penyakit pneumonia
mencakup gejala yang timbul didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari, kemudian disertai demam dengan suhu dapat naik secara
mendadak sampai 39 – 40 oC dan terkadang dapat disertai kejang karena demam
yang tinggi. Anak tampak sangat gelisah dan sesak dengan pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung. Batuk biasanya tidak dijumpai pada
awal penyakit, anak akan mengalami batuk setelah beberapa hari dan pada
awalnya berupa batuk kering kemudian batuk menjadi produktif.
Dari pemeriksaan fisik pada waktu pasien datang ke RS tanggal 04 Desember
2019 didapatkan hasil pemeriksaam:
42
- Nadi 155 x/m, pernapasan 64 x/m, suhu 37,1 0C, SpO2 89 %
- Pada pemeriksaan paru didapatkan retraksi dinding dada di interkosta dan
pemeriksaan auskultasi didapatkan suara vesikuler normal, ronki basah halus
pada lapang paru kanan dan kiri.
Dari pemeriksaan fisik yang didapatkan mendukung ke arah penyakit pneumonia.
Pada pemeriksaan hidung terdapat adanya cuping hidung (+), pada pemeriksaan
inspeksi paru terdapat retraksi dinding dada di interkosta dan pada pemeriksaan
auskultasi patu terdengarnya suara rhonki basah halus pada kedua lapang paru,
hal ini merupakan salah satu tanda gejala penyakit pneumonia. Secara teori
penyakit bpneuomonia pada pemeriksaan paru auskultasi terdengar ronki basah
halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada
auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.
43
Istirahat cukup
ASI 8x30 cc OGT
- Medikamentosa
IVFD KAEN 1B 24 cc /menit (mikro)
Di pilih KAEN 1B karena mengandung natrium, klorida dan
glukosida yang dapat digunakan untuk membantu menyalurkan atau
mengganti cairan elektrolit. KAEN 1B memenuhi kebutuhan harian
air dan elektrolit dengan kandungan natrium 38,5 meq, clorida 38,5
meq dan dekstrosa 37,5 gram dan yang cukup untuk mengganti
ekskresi harian dan nutrisi pada keadaan asupan oral terbatas.
Inj. Ampicilin 200 mg/ 8 jam (i.v)
Dipilih Ampicilin, antibiotik ini golongan penisilin yang merupakan
obat lini pertama dan antibiotik berspektrum luas yang di indikasikan
untuk infeksi paru (pneumonia) yang disebabkan oleh bakteri gram
(+) gram (-). Namun antibiotik ini tidak terlalu kuat kerjanya dalam
membunuh bakteri gram (-), sehingga biasanya obat ini sering
dikombinasikan dengan obat golongan aminoglikosida.
Inj. Gentamicin 20 mg/ 12 jam (i.v)
Dipilih Gentamicin, karena obat ini merupakan lini pertama dari
golongan obat aminoglikosida dan obat ini di indikasikan untuk
infeksi paru (pneumonia) yang disebabkan oleh bakteri gram negatif.
Antibiotik ini merupakan obat yang tepat dikombinasikan dengan
antibiotik lain yang kurang efektif dalam membunuh bakteri gram
negatif.
Inj. Dexametasone 1 mg/ 8 jam (i.v)
Dipilih Dexametasone sebagai anti inflamasi yang dapat mengontrol
jumlah sitokin sehingga inflamasi yang terjadi tidak berlebihan
Mucera drop 3 x 0,3 cc
44
Dipilih Mucera (Ambroxol) karena merupakan obat bersifat
mukolitik yang dapat mengencerkan dahak dan mempermudah
pengeluaran dahak
Rontgen Thorax
Dilakukan pemeriksaan rontgen thorax bertujuan untuk
mengetahui secara radiografi organ – organ didalam rongga dada.
Pada hasil yang didapatkan dari pemeriksaan rontgen thorax
berguna dalam menyingkirkan beberapa diagnosa, sehingga dapat
membantu mendiagnosa secara tepat.
Pemeriksaan Laboratorium (H2TL)
Dilakukan pemeriksaan Laboratorim H2TL untuk membantu
mendeteksi adanya infeksi.
Fisioterapi
Fisioterapi dada untuk membantu memperbaiki pergerakan dan
aliran sekret.
- Monitoring
Monitoring keadaan umum
Monitoring vital sign
- Edukasi
Penjelasan kepada keluaraga tentang penyakit penderita
Edukasi mengenai perlunya menjaga kebersihan badan pasien serta
lingkungan rumah
Edukasi tentang penghindaran dari asap pembakaran sampah, asap
rokok serta ventilasi udara dirumah.
Memberikan kompres dingin pada dahi dan atau ketiak bila demam,
jika suhu > 380 Celcius perlu diberi obat penurun panas
Memberikan pakaian yang mudah menyerap keringat.
45
Pada pasien ini, prognosis quo ad vitam adalah ad bonam, karena walaupun
datang dengan sesak, dapat ditangani dengan segera dan tepat. Sedangkan
prognosis quo ad functionam adalah ad bonam, dikarenakan pada pasien ini
terdapat perbaikan yaitu sesak sudah tidak ada, batuk berkurang. Pada
pemeriksaan paru retraksi dinding dada sudah tidak ada dan suara ronki basah
halus telah hilang. Prognosis quo ad sanactionam dubia ad malam karena bapak
dari si pasien merupakan perokok aktif dan di sebelah rumah pasien terdapat
tempat pembakaran sampah komplek perumahan sehingga ada faktor resiko batuk
dan sesak napas berulang kembali. Maka dibutuhkan perhatian orang tua lebih
untuk tidak merokok di dekat anak atau tidak merokok saat dirumah serta
menghindari anak bermain di luar rumah dalam waktu tertentu.
46
DAFTAR PUSTAKA
47