Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Pre-eklampsia berat adalah sebuah gangguan multisistem yang ditandai
oleh hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan dengan tekanan
darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah siastolik 110 mmHg disertai
dengan proteinur 5 g/24 jam 1. Insiden pre-eklampsia dan eklampsia pada
wanita hamil berkisar 4-9 %, 3-7 % terjadi pada nulipara, 0,8 5% terjadi pada
multipara. Angka kejadian pre-eklampsia di Indonesia berkisar 3-10 % 4. Di
Indonesia, pre-eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab dari 30-40 %
kematian perinatal. Data rekam medis di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
menunjukkan peningkatan kejadian pre-eklampsia berat dan eklampsia dari
tahun ke tahun. Angka pre-eklampsia berat tahun 2010 sebesar 74 pasien,
sedangkan angka kejadian eklampsia sebesar 42 pasien. Angka kejadian tahun
2011 untuk pre-eklampsia berat sebesar 112 pasien dan eklampsia sebesar 10
pasien

. Secara global, pre-eklampsia dan gangguan hipertensi selama

kehamilan banyak menyebabkan kematian ibu, kematian perinatal, persalinan


preterm dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) 1. Perkiraan konservatif
menggambarkan gangguan pada kehamilan tersebut menyebabkan 76.000
kematian ibu dan 500.000 kematian janin di dunia setiap tahunnya.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, eklampsia
menyumbangkan 24% penyebab langsung kematian Ibu. Selain itu,
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Indonesia tahun 2007 menyebutkan
penyebab langsung kematian ibu karena eklampsia sebesar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.

Hipertensi Pada Kehamilan


Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan
morbiditas dan mortalitas maternal, janin, dan neonatus 6. Hal ini
tidak hanya terjadi pada negara berkembang, tetapi juga pada negara
maju. Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai risiko yang
tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta, penyakit
serebrovaskular, gagal organ, koagulasi intravaskular 6. Pada penelitian
observasi pasien hipertensi kronik yang ringan didapatkan risiko
kehamilan sebagai berikut:
-pre-eklampsia 10-25 %
-abruptio 0,7-1,5%
-kelahiran prematur kurang dari 37 minggu 12-34 %
-hambatan pertumbuhan janin 8-16 %
Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat pada trimester
pertama dengan didapatkannya pre-eklampsia sampai 50 %. Terhadap
janin, hipertensi mengakibatkan risiko retardasi perekembangan
interauteri, prematuritas, dan kematian interauteri. Selain itu risiko
hipertensi seperti gagal jantung, ensefalopati, retinpati, perdarahan
serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi 7. Akan tetapi manfaat
pengobatan hipertensi selama kehamilan tergantung pada beratnya
penyakit 7 .

2.

Klasifikasi hipertensi pada kehamilan


1. Pre-eklampsia eklampsia atau disebut juga sebagai
hipertensi yang diakibatkan kehamilan. Keadaan hipertensi
(140/90 mmHg) dan proteinuria (> 300 mg/24 jam urin)
yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan
yang sebelumnya normotensi. 6

2. Hipertensi kronik (preexisting hypertension) dimana


tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang
telah ada sebelum kehamilan, pada saat kehamilan 20
minggu yang bertahan sampai lebih dari 20 minggu pasca
partus 6.
3. Pre-eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed)
dimana hipertensi pada perempuan hamil yang kemudian
mengalami proteinuria, atau pada yang sebelumnya sudah
ada hipertensi dan proteinuria, adanaya kenaikan mendadak
tekanan darah atau proteinuria, trombositopenia, atau
peningkatan enzim hati 6.
4. Hipertensi gestasional atau sesaat, yang terjadi pada saat
kehamilan 20 minggu tetapi tanpa proteinuria. Pada
perkembangannya dapat terjadi proteinuria sehingga
dianggap sebagai pre-eklampsia, kemudian dapat juga
keadaan ini berlanjut menjadi hipertensi kronik 6 .
3.
Pre-eklampsia Berat
A. Pengertian
gangguan spesifik pada kehamilan yang bersifat multisistemik, berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasopasme dan aktivitas sel endotel
7

.
B. Tanda dan gejala
Penyakit ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria. Pre-eklampsia terjadi pada gestasi minggu ke-20 sampai
hari kesepuluh postpartum 7
C. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa teori menyebutkan ada beberapa hal yang mungkin dapat
menyebabkan pre-eklampsia, seperti gangguan autoimun, gangguan
pada pembuluh darah, predisposisi genetik, obesitas 1.
D. Faktor Risiko
Usia Ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun)
Primigravida
Kehamilan multipel (hiperplasentosis)

Obesitas
Riwayat hipertensi kronik
Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya atau

keluarga yang memiliki riwayat pre-eklampsia


E. Patofisiologi
Pada Kehamilan normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arterialis. Invasi trofoblas

juga memasuki

jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi


gembur dan meudahkan lumen arteri spiralis mengalamai distensi dan
dilatasi 1. Hal ini memberi dampak penurunan resistensi vaskular, dan
peningkatan aliran darah pada daerah uteroplasenta. Hal ini berakibat
aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik 2.
Pada kasus pre-eklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga
lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi 1. Hal ini berakibat arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Plasenta yang mengalami
iskemia akan menghasilkan oksidan 2. Radikal ini akan merusak
membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh
menjadi peroksida lemak. Disfungsi endotel yang terjadi antara lain:
a. Gangguan metabolisme prostaglandin
b. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan suatu vasokonstriktor kuat dan mengakibatkan

F.

kenaikan tekanan darah.


c. Peningkatan permeabilitas kapiler 7.
Gambaran Klinis
Tekanan darah tinggi, 140/ 90 mmHg atau lebih,
Proteinuria > 300 mg/ 24 jam atau > +1 pada dipstick
Edema pada tangan, kaki, muka (khususnya di sekitar mata), dan
terdapat pitting edema

Berikut tabel kriteria pre-eklampsia ringan dan berat 7

G. Penanganan Pre-eklampsia Berat Secara Umum


Rawat di ruang yang tenang, tidak terlalu terang di kamar isolasi
(tidak bercampur dengan pasien lainnya). Minimalkan rasa tidak
nyaman pada ibu. Minimalkan rangsangan untuk mencegahkan

kejang pada ibu 8.


Tirah baring miringkan satu sisi (kiri)
Diet cukup protein rendah karbohidrat, lemak, dan garam
Pasang dower catheter bertujuan untuk menghitung balance cairan
(keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar.
Cairan masuk (input) dihitung dari jumlah penggunaan infus,
transfusi, minum. Sedangkan cairan keluar dihitung dari jumlah
produksi urine, insenssible water loss (IWL) yaitu cairan tubuh
yang hilang yang tidak terlihat keluar lewat keringat, pernafasan,
dan feses. Kelebihan cairan dapat meningkatkan risiko edema paru
yang dapat membahayakan ibu maupun janin yang dikandungnya 9.

H. Penanganan Pre-eklampsia Berat Secara Khusus


Resusitasi cairan dengan infus RL 500

ml

20

tetes/

menit,maksimum 2000 ml; dalam 24 jam, jika berlebihan dapat

terjadi edema paru 10.


Diberikan obat anti kejang MgSO4 20 % intravena bolus diberikan
dalam waktu lebih dari 3 menit bahkan dianjurkan lebih dari 5
menit. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi komplikasi dalam
pemberian MgSO4 yang dapat membahayakan jiwa pasien seperti

depresi pernapasan, paralisis, toksisitas jantung 10.


Dosis maintenance, dilanjutkan dengan drip/syringe pump MgSO4
20 % 1-2 gr/jam. Jika drip menggunakan infus RL, dapat
dilanjutkan lagi setiap 4 jam dengan memenuhi syarat sebagai
berikut 10:
a. Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium glukonas
10 % = 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan intravena dalam
waktu 3 menit.
b. Refleks patella (+) kuat
c. Frekuensi pernapasan lebih dari 16 x/menit dan tidak ada

tanda-anda distress napas


d. Produksi urin lebih dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan obat antihipertensi
sampai tekanan diastolik 90 - 100 mmHg, obat utama adalah
hypersalazine 5 mg setiap dalam 20 menit dimasukkan sampai 20

mg 8. Tujuan pemberian antihipertensi adalah


a. Meminimalkan risiko CVA pada ibu
b. Memaksimalkan kondisi ibu untuk persalinan aman
c. Mendapatkan waktu untuk penilaian lebih lanjut:
i. Memfasilitasi persalinan pervaginam bila mungkin
ii. Memperpanjang kehamilan bila tepat
Pemeriksaan funduskopi untuk menyingkirkan tanda-tanda adanya

retinopati hipertensi dan komplikasi di organ mata


Pemeriksaan EKG
Diberikan antibiotika profilaksis ampicilin 1 gr/6 jam
Pemeriksaan laboratorium (Hb, leukosit, trombosit, protein urin,

SGOT, SGPT, gula darah, LDH,asam urat,ureum, creatinin, HbsAg


Monitoring keadaan janin (USG) 9

a) Gerakan janin
b) Penilaian denyut jantung janin
c) Ultrasonografi untuk perkembangan
d) Profil biofisik
e) Indeks cairan amnion
Monitoring keadaan ibu:
a) Keadaan umum
b) Tingkat kesadaran
c) Tanda-tanda vital: tekanan darah sistolik dan diastolik,
nadi, pernapasan, temperatur.
d) Diuresis (produksi urin) untuk mengetahui produksi
urin ibu karena bila diuresis kurang dari 100 cc dalam 4
jam sebelumnya dapat terjadi intoksikasi MgSO4
e) Refleks patella normal (+) kuat, jika refleks patella
menghilang berarti kadar magnesium sulfat dalam
plasma sudah tinggi dan dapat mengakibatkan depresi
pernapasan.
f) Index gestotis: tekanan darah, proteinuria, edema
g) Balance cairan: untuk mengetahui keseimbangan cairan
masuk dan cairan keluar. Jika balance cairan (+)
berbahaya karena bisa mengakibatkan edema paru.
h) Tanda-tanda impending eklampsia: nyeri kepala hebat,
gangguan visus (mata kabur), muntah-muntah, nyeri
epigastrium, kenaikan progresif dari tekanan darah
i) Tanda- tanda HELLP syndroem (hemolysis, elevated

liver enzyme and low platelet)


I. Penanganan Eklampsia 9
Pemberian antikonvulsan. Tahap awal MgSO4 4 mg dalam 5

menit.selanjutnya 1 gram dipertahankan dalam 24 jam


Jika terjadi distress pernapasan, ganti dengan kalsium glukonat. Jika

masih kejang pertimbangkan penggunaan diazepam


Bebaskan jalan nafas, siapkan masker oksigen, lindungi pasien dari

kemungkinan trauma
Aspirasi mulut dan tenggorokan,
Baringkan pada posisi miring ke kiri untuk menghindari aspirasi, dan
Berikan oksigen 4 - 6 liter/menit

J. Penanganan saat persalinan 10

Persalinan harus terjadi dalam 24 jam pada pre-eklampsia berat,

sedangkan pada eklampsia 12 jam sejak gejala eklampsia timbul,


Jika terjadi gawat janin dan tidak dapat dilahirkan dalam waktu 12 jam,

lakukan seksio sesarea,


Pada kehamilan kurang dari 34 minggu, gunakan steroid
Untuk seksio sesarea gunakan anastesi umum,
Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan induksi
dengan oksitosin 2 - 5 IU dalam 500 ml dekstrose 10 tetes/ menit atau
dengan prostaglandin

K. Terminasi Kehamilan 11
Jika kehamilan berusia lebih sama dengan 37 minggu segera terminasi
Lebih dari 34 minggu sampai 37 minggu, setelah 24 jam jika status quo

atau pengobatan tidak respon atau tanda-tanda impending eklampsia


Kurang dari 34 minggu dengan tekanan darah yang sulit dikontrol,
dugaan gawat janin,kejang tidak terkontrol, tidak repon terhadap terapi
dan bukti pemeriksaan bukti keterlibatan multiorgan yang memburuk
dan tanda HELLP syndrome

L. Penanganan Postpartum 11
Berikan antikonvulsan selama 24 jam atau saat kejang
Berikan obat antihipertensi jika tekanan darah diastolik tetap lebih 110

mm/Hg
Pantau proteinuria
Pada perempuan yang tidak menyusui bayi dapat diberikan golongan

obat penghambat ACE, penyekat beta, dan antagonis kalsium.


Pemberian diuretik pada keadaan hipervolumia, dengan edema selama
beberapa hari dapat menurunkan tekanan darah menjadi normal

kembali.
Jika tekanan darah kembali normal setelah 3 minggu pasca partus obat
hipertensi dapat dihentikan dengan pengawasan.

BAB III
SIMPULAN
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas
dan mortalitas maternal, janin, dan neonatus 1. Hal ini tidak hanya terjadi pada
negara berkembang, tetapi juga pada negara maju. Perempuan hamil dengan
hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk komplikasi yang berat seperti
abruptio plasenta, penyakit serebrovaskular, gagal organ, koagulasi intravascular 7.
Pre-eklampsia berat adalah gangguan spesifik pada kehamilan yang bersifat
multisistemik, berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasopasme dan aktivitas
sel endotel. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria. Pre-eklampsia terjadi pada gestasi minggu ke-20 sampai hari
kesepuluh postpartum 2.
Gambaran klinis dari pre-eklampsia berat berupa:

Tekanan darah tinggi, 140/ 90 mmHg atau lebih,


Proteinuria > 300 mg/ 24 jam atau > +1 pada dipstick
Edema pada tangan, kaki, muka (khususnya di sekitar mata), dan
terdapat pitting edema

Penanganan Pre-eklampsia Berat Secara Umum 8.

Rawat di ruang yang tenang, tidak terlalu terang di kamar isolasi


(tidak bercampur dengan pasien lainnya). Minimalkan rasa tidak
nyaman pada ibu. Minimalkan rangsangan untuk mencegahkan

kejang pada ibu 8.


Tirah baring miringke satu sisi (kiri)
Diet cukup protein rendah karbohidrah, lemak, dan garam
Pasang dower catheter bertujuan untuk menghitung balance cairan
(keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar.
Cairan masuk (input) dihitung dari jumlah penggunaan infus,
transfusi, minum. Sedangkan cairan keluar dihitung dari jumlah
produksi urine, insenssible water loss (IWL) yaitu cairan tubuh
yang hilang yang tidak terlihat keluar lewat keringat, pernafasan,

dan feses. Kelebihan cairan dapat meningkatkan risiko edema paru


yang dapat membahayakan ibu maupun janin yang dikandungnya 9.
Penanganan Pre-eklampsia Berat Secara Khusus 10.
Resusitasi cairan dengan infus RL 500 ml 20 tetes/
menit,maksimum 2000 ml; dalam 24 jam, jika berlebihan dapat

terjadi edema paru


Diberikan obat anti kejang MgSO4 20 % intravena bolus diberikan
dalam waktu lebih dari 3 menit bahkan dianjurkan lebih dari 5
menit. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi komplikasi dalam
pemberian MgSO4 yang dapat membahayakan jiwa pasien seperti

depresi pernapasan, paralisis, toksisitas jantung.


Dosis maintenance, dilanjutkan dengan drip/syringe pump MgSO4
20 % 1-2 gr/jam. Jika drip menggunakan infus RL, dapat
dilanjutkan lagi setiap 4 jam dengan memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium glukonas
10 % = 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan intravena dalam
waktu 3 menit.
b. Refleks patella (+) kuat
c. Frekuensi pernapasan lebih dari 16 x/menit dan tidak ada
tanda-anda distress napas
d. Produksi urin lebih dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan obat antihipertensi
sampai tekanan diastolik 90 - 100 mmHg, obat utama adalah
hydrasalazine 5 mg setiap dalam 20 menit dimasukkan sampai 20
mg 8.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, dkk. Obstetri williams edisi 21. Jakarta: EGC; 2005. hal.
62549.

10

2. Sibai B, Dekker G, Kupferminc M. Pre-eclampsia. Lancet; 2005. 365. p.


78595.
3. Osungbade KO, Olusimbo KI. Public Health Perspectives of Preeclampsia in
Developing Countries: Implication for Health System Strengthening. Hindawi
Publishing Cooporation: Journal og Pregnancy; 2011. p. 1-6.
4. RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Data Rekam medis RSUD M.Yunus Bengkulu
tahun 2010. Bengkulu: RSUD M. Yunus Bengkulu; 2011. hal. 9.
5. RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Data Rekam medis RSUD M.Yunus Bengkulu
tahun 2011. Bengkulu: RSUD M. Yunus Bengkulu; 2012. hal. 9.
6. Hermawan LC, dkk. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010. hal. 1-3.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diagnosis dan Tata Laksana
Pre-eklampsia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. hal. 110.
8. Cunningham FG, dkk. Obstetri williams edisi 21. Jakarta: EGC; 2005. hal.
62549.
9. Moghadam AD, Afra K, Kourosh S. Predictive Factors for Preeclampsia in
Pregnant Women: A Univariatean Multivariate Logistic Regression Analysis.
Acta Biochimica Polonica; 2012. 59(4). p. 673-7.
10. Gibss RS, et al. Danforths obstetrics and gymecology 10th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. p. 25866.
11. Duley L. Pre-eclampsia and the hypertensive disorders of pregnancy. British
Medical Bulletin; 2003. 67. p. 16176.

11

LAPORAN MAKALAH
PRE-EKLAMPSIA BERAT

Disusun Oleh:
DONI TRINANDA
H1A010028

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BENGKULU
2014

KATA PENGANTAR
Assalamuaalaikum, Wr, Wb
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang masih melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Laporan Makalah Pre-eklampsia Berat. Tidak lupa
pula salawat dan salam saya kirimkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan umat manusia hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, kesehatan,
dan rahmatNya.
2. dr. Yalta Hasanudin Nuh, Sp.An dan dr. Zulki Maulub Ritonga, Sp.An
selaku dokter pembimbing koas state anestesi yang telah banyak
mengajarkan, memberikan ilmunya dan menasehati sehingga memperkuat
semangat dan kepercayaan diri.
3. Dr. Zayadi Zaynuddin selaku sekretaris modul state anestesi yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan state
anestesi.
4. Mas Irawan, selaku sekretaris bakordik state anestesi di RSUD M. Yunus
yang telah membantu penulis selama belajar di ruang O.K RSUD M.
Yunus.
5. Kak Firdaus Dalisam, selaku penata anetesi di ruang O.K RS.
Bhayangkara Polda Bengkulu, yang sudah sangat sabar mengajari,
membimbing, memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di
ruang O.K RS. Bhayangkara Polda Bengkulu.
6. Seluruh penata anestesi di RSUD M Yunus yang telah membimbing
penulis selama belajar di ruang O.K RSUD M. Yunus dan ruang O.K RS.
Bhayangkara polda Bengkulu
7. Uni Deti, Mba bela, Kak Romi, Kak Boank, Kak Randi, Kak Anggi, Kak
Surya, Kak Heru, Kak Jono, Kak Heri, Kak Dodi, ayuk Lela, dan semua
kakak-kakak yang ada di ruang O.K RS. Bhayangkara yang telah

membantu, mengajarkan, memberikan ilmunya kepada penulis selama


belajar di rung O.K RS. Bhayngkara Polda Bengkulu.
8. Teman-teman seperjuangan anestesi , Doni, Selvi, Arsy, Efi, dan Bayu.
Demikianlah, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
dalam menunjang proses belajar dan menambah pengetahuan pembaca terutama
penulis mengenai Monitoring Anestesi. Dan apabila terdapat kesalahan dalam
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya juga mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan ke depan.Terima
kasih.
Wassalamualaikum, Wr, Wb
Bengkulu, April 2014

DONI TRINANDA

Abstrak
Pre-eklampsia berat adalah sebuah gangguan multisistem yang
ditandai oleh hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 110 mmHg disertai dengan proteinuria 5 g/24 jam 1.
Insiden pre-eklampsia dan eklampsia pada wanita hamil berkisar 49 %, 3-7 % terjadi pada nulipara, 0,8 5% terjadi pada multipara.
Angka kejadian pre-eklampsia di Indonesia berkisar 3-10 % 2.
Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat pada trimester
pertama dengan didapatkannya pre-eklampsia sampai 50 %.
Terhadap

janin,

hipertensi

mengakibatkan

risiko

retardasi

perekembangan interauteri, prematuritas, dan kematian interauteri.


Selain itu risiko hipertensi seperti gagal jantung, ensefalopati,
retinpati, perdarahan serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi 3.
Pada

pasien

kasus

ini,

harus

dimonitor

balance

cairan

(keseimbangan cairan masuk dan cairan keluar) 3. Cairan masuk


(input) dihitung dari jumlah penggunaan infus, transfusi, minum.
Sedangkan cairan keluar dihitung dari jumlah produksi urine,
insenssible water loss (IWL) yaitu cairan tubuh yang hilang yang
tidak terlihat keluar lewat keringat, pernafasan, dan feses.
Kelebihan cairan dapat meningkatkan risiko edema paru yang
dapat membahayakan ibu maupun janin yang dikandungnya 1.

Abstract
Severe pre-eklampsia is the multsistemic disorder which is
characterized with hypertension after 20 weeks of gestation ( 160
mmHg of sistolic pressure and 110 mmHg of diastolic pressure)
this symptoms is followed by proteinuria 5 g/24 hour 1. Incidence
of pre-eclampsia and eclampsia on the pregnant women varies
about 4-9 %, 3-7 % at the nulipara state, 0,8 5% at the multipara
state. Prevalence of pre-eclampsia in Indonesia is about 3-10 % 2.
The risk will increase on severe chronic hypertension at the first
(50 %) . The impact of the fetus, hypertension causes the risk of
interauteri, prematurity, dan interauteri deaths. Beside that, the
complication of hypertension such as heart failure, encephalopaty,
retionopaty, cerebral hemorragic, acute renal failure may also occur
3

. On these patients, its a must to take fluid balance monitoring

(equilibrium of the input and output). Input fluid is counted by the


amount of the infusion, transfusion, and drinking. The output fluid
is couted by the amount of urine production, insenssible water loss
(IWL) body fluid which loss insenssibly such as sweat, breathing
and also feces 3. The overloading of fluid could increase risk of
pulmonal edema which is so dangerous for the mother and also her
pregnancy 1.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

ii

ABSTRAK.......................................................................................................

iv

ABSTRACT.....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

vi

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

I.

Ilustrasi Kasus................................................................................
A. Identitas Pasien........................................................................
B. Anamnesa.................................................................................
C. Pemeriksaan Fisik....................................................................
D. Pemeriksaan Penunjang...........................................................
E. Diagnosa..................................................................................
F. Konsul Anestesi.......................................................................
Permasalahan.................................................................................
Pre-Operatif...................................................................................
Durante Operatif............................................................................
Post Operatif..................................................................................

1
1
1
2
4
5
5
5
6
7
11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

12

II.
III.
IV.
V.
I.

Pre-Operatif...................................................................................
a. Premedikasi Anestesi...............................................................
Durante Operatif............................................................................
a. Induksi Anestesi.......................................................................
b. Prosedur Anestesi.....................................................................
c. Monitoring Anestesi.................................................................
Post-Operatif..................................................................................
Benign Hyperplasia Prostate..........................................................

14
14
15
16
16
21
22
25

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................

27

BAB IV KESIMPULAN.................................................................................

29

II.

III.
IV.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai