Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI LAKI 4 TAHUN 2 BULAN DENGAN


DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Komprehensif


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:
Aulia Izzati 22010116210082
Gita Ayu Rachma 22010116210083

Pembimbing:
dr. Li’ainy Hastu Ambari

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO


PUSKESMAS KARIMUNJAWA
JEPARA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Aulia Izzati (22010116210082)


Gita Ayu Rachma (22010116210083)
Bagian : Kepaniteraan Komprehensif
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Diponegoro
Judul : Seorang Anak 4 Tahun 10 Bulan Dengan Diare Akut
dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
Pembimbing : dr. Li’ainy Hastu Ambari

Jepara, 29 Agustus 2018

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Karimunjawa Pembimbing

Dian Susiyanto, S. KM dr. Li’ainy Hastu Ambari

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kasus “Seorang Anak 4
Tahun 10 Bulan Dengan Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang” ini dapat
penulis selesaikan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam
menempuh kepaniteraan komprehensif Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dian Suisyanto, S. KM selaku Kepala Puskesmas Karimunjawa yang telah
bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan yang berharga
2. dr. Li’ainy Hastu Ambari dan dr. Adie Fitra Favorenda, selaku dokter
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan
masukan yang berharga
3. Keluaga pasien An. SR, atas keramahan dan keterbukannya dalam
kegiatan penyusunan laporan
4. Keluarga dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Jepara, 29 Agustus 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................... 1
1.2 TUJUAN ............................................................................................... 2
1.3 MANFAAT ........................................................................................... 2
BAB II. PENYAJIAN KASUS ............................................................................ 3
2.1 IDENTITAS PENDERITA .................................................................. 3
2.2 DATA DASAR ..................................................................................... 3
2.3 DATA KHUSUS .................................................................................. 7
2.4 PEMERIKSAAN FISIK ........................................................................ 10
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG .......................................................... 12
2.6 DAFTAR MASALAH........................................................................... 12
2.7 DIAGNOSIS .......................................................................................... 13
2.8 RENCANA PEMECAHAN MASALAH ............................................. 13
2.9 CATATAN KEMAJUAN ..................................................................... 15
BAB III.PEMBAHASAN ................................................................................... 16
3.1 DIARE ................................................................................................... 16
BAB IV. RINGKASAN ........................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama anak usia di bawah 5 tahun.1
Berdasarkan data WHO (2016), penyebab utama kematian anak di bawah
lima tahun adalah pneumonia dan diare, masing-masing sebesar 14%. Diare
yang disebabkan oleh infeksi, telah menyebar luas terutama pada negara
berkembang. Di negara negara berkembang, anak dibawah 3 tahun rata rata
mengalami 3 episode diare setiap tahunnya.2 Berdasarkan Riskesdas 2016,
proporsi kasus diare ditemukan dan ditangani di Jawa Tengah tahun 2016
sebesar 68,9%, meningkat bila dibandingkan tahun 2015 yaitu 67,7%. Angka
penemuan kasus diare di Kabupaten Jepara sebesar 58,5%.3 Tahun 2017, di
Karimunjawa, diare menempati urutan ke-14 penyakit dengan 175 kasus dari
Kelurahan Karimunjawa, Kemujan, Parang, dan Nyamuk.4 Penyebab utama
kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.5
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan atau tanpa darah atau lendir.6 Berdasarkan etiologinya, diare
diklasifikasikan menjadi diare cair dan diare berdarah. Diare cair adalah
buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi lebih 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, sedangkan
diare berdarah sering disebut sebagai disentri, yaitu episode diare akut yang
pada tinjanya ditemukan darah terlihat secara kasat mata. Darah yang hanya
terlihat secara mikroskopis, atau tinja berwarna hitam yan menandakan
adanya darah pada saluran cerna atas, bukan merupakan diare berdarah.8

1
2

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara
mendiagnosis dan mengelola pasien secara komprehensif dan holistik
berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang serta kepustakaan pada anak yang diare dengan
dehidrasi maupun tanpa dehidrasi.
1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar
agar dapat mendiagnosis dan mengelola pasien dengan tepat dan
komprehensif, serta mengetahui prognosis penyakit diare pada anak.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Penderita


Nama : An. SR
Umur : 4 tahun 2 bulan
Tanggal lahir : 30 Mei 2014
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Genting RT 02/RW04
Agama : Islam
No. CM :-
Bangsal : Stigi
Tanggal Masuk : 21 Agustus 2018
Tanggal Keluar : 23 Agustus 2018
Identitas Orangtua
Nama Ayah : Tn. M
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. NA
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SLTP

2.2 Data Dasar


Anamnesis
Didapat dari alloanamnesis dengan ibu pasien di Bangsal Stigi pada tanggal 22
Agustus 2018 pukul 8.30 WIB.
Keluhan utama: BAB cair

3
4

Riwayat Penyakit Sekarang


± 2 hari sebelum masuk puskesmas anak BAB lembek 4-5 kali sehari,
setiap kali BAB sebanyak ± ½ gelas belimbing, BAB menyemprot (-), lendir (-),
darah (-), berbau asam (-), anus tidak merah, anak tidak mau makan tapi masih
mau minum susu, tidak tampak kehausan, demam (+) suhu tidak diukur oleh ibu.
Anak diberi obat penurun demam namun demam tidak turun, kejang (-), batuk (-),
pilek (-), muntah (-), BAK tidak ada kelainan.
± 1 hari SMRS anak BAB lebih dari 5 kali, BAB cair, ampas (+), setiap
kali BAB sebanyak ± ½ gelas belimbing, menyemprot (-), lendir (-), darah (-),
berbau asam (-), anus tidak merah, mual (-), muntah (+) 3 kali dalam sehari,
muntahan berisi minuman dan makanan yang dikonsumsi oleh anak, anak lemas,
rewel, mata cowong (+), demam (+) tetapi tidak diukur suhunya. Anak diberi obat
penurun demam (paracetamol), tetapi suhu tidak turun. BAK terakhir sebelum ke
puskesmas, jumlah dan frekuensinya berkurang, warna kuning jernih. Anak
kemudian dibaws ke IGD Puskesmas Karimunjawa.

Riwayat Penyakit Dahulu


Umur Umur
Morbili - Diare -
Pertusis - Muntaber -
Varisela - DBD -
Difteri - Tifus abdominalis -
Malaria - Cacingan -
Tetanus - Operasi -
Bronkitis - Reaksi obat -
Bronkopneumoni - Patah Tulang -

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita diare
5

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan ± Rp 1.250.000/bulan.
Ibu seorang ibu rumah tangga. Menanggung 2 orang anak yang belum mandiri.
Biaya pengobatan menggunakan BPJS.
Kriteria Sosial Ekonomi menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
1. Jumlah anggota keluarga (4)
(skor : 0)
2. Luas lantai bangunan :
a. < 8 m2 per kapita
b. > 8 m2 per kapita
(skor: 0)
3. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas :
a. Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester
b. Semen/ keramik/ kayu berkualitas tinggi
(skor : 1)
4. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas :
a. Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah
b. Tembok/ kayu berkualitas tinggi
(skor : 1)
5. Fasilitas untuk buang air besar :
a. Bersama/ umum/ lainnya
b. Sendiri
(skor: 1)
6. Sumber air minum :
a. Sumur atau mata air tak terlindungi/ sungai/ air hujan
b. Air kemasan/ledeng/pompa/sumur atau mata air terlindungi
(skor : 1)
7. Sumber penerangan utama :
a. Bukan listrik
b. Listrik (PLN/non PLN)
(skor : 1)
6

8. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari :


a. Kayu/ arang/ minyak tanah
b. Gas/ listrik
(skor : 1)
9. Berapa kali dalam seminggu rumah tangga membeli daging/ susu/ayam :
a. Tidak pernah membeli/ satu kali
b. Dua kali atau lebih
(skor : 1)
10. Berapa kali sehari biasanya rumah tangga makan :
a. Satu kali/ dua kali
b. Tiga kali atau lebih
(skor : 1)
11. Berapa stel pakaian baru dalam setahun biasanya dibeli oleh/ untuk setiap/
sebagian besar anggota keluarga :
a. Tidak pernah membeli/satu kali
b. Lebih dari satu kali
(skor : 1)
12. Apabila ada anggota keluarga yang sakit apakah mampu berobat ke
Puskesmas atau Poliklinik :
a. Tidak
b. Ya
(skor : 1)
13. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga :
a. Tidak bekerja/ pertanian padi/ palawija
b. Perkebunan/ peternakan/ perikanan/ industri/ perdagangan/
angkutan/ jasa lainnya
(skor : 1)
14. 14. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga :
a. SD/ MI ke bawah/ SLTP
b. SLTA ke atas
(skor : 1)
7

15. Apakah keluarga memiliki barang-barang berikut yang masing-masing


bernilai paling sedikit Rp 500.000,- :
a. Tidak ada
b. Tabungan/ emas/ TV berwarna/ ternak/ sepeda motor/ kulkas
(skor : 1)
16. Apakah rumah tangga pernah menerima kredit UKM/ KUKM setahun lalu?
a. Tidak
b. Ya
(skor: 1)
Jumlah skor : 14
Kriteria BPS: Jumlah skor <10 = miskin, jumlah skor ≥ 10 = tidak miskin.
Jumlah skor keluarga ini adalah 14 sehingga termasuk dalam keluarga tidak
miskin menurut kriteria BPS. Kesimpulan: keluarga ini termasuk dalam keluarga
tidak miskin menurut kriteria BPS.

2.3 Data Khusus


Riwayat Perinatal
Riwayat Prenatal: Perawatan antenatal > 4 kali di bidan, melakukan imunisasi
TT, konsumsi vitamin dan tablet Fe, riwayat minum jamu dan obat-obatan lain
disangkal. Riwayat Diabetes Mellitus dan hipertensi disangkal, hipertiroid (-),
riwayat demam, perdarahan dari jalan lahir, dan trauma disangkal.
Riwayat Natal: Lahir bayi laki-laki dari ibu G2P1A0 saat usia 30 tahun, usia
kehamilan cukup bulan, lahir spontan. Berat bayi lahir lahir 3200 gram, panjang
badan lahir 43cm, langsung menangis, biru (-), kuning (-), ketuban pecah dini (-),
ketuban jernih dan tidak bau.
Riwayat Postnatal: Anak rutin dibawa ke posyandu setiap bulan untuk ditimbang
dan diimunisasi, anak dikatakan sehat.

Riwayat Makan dan Minum


Usia 0 – 6 bulan : ASI. Anak minum 4 – 6 kali setiap harinya.
Usia 6 bulan – 9 bulan : MPASI, diberikan bubur susu dan puree buah.
8

Usia 9 bulan – 12 bulan : MPASI, diberikan bubur nasi, lauk, dan sayur.
Usia 1 tahun – sekarang : MPASI, diberikan nasi tim, sayur dan lauk
menyesuaikan keluarga. ASI hingga usia 18
bulan.
Kesan : ASI eksklusif dan MPASI tepat waktu.

Riwayat Imunisasi
BCG : 1 x (1 bulan, scar +)
DPT : 3 x (2, 3, 4 bulan)
HiB : 3 x (2, 3, 4 bulan)
Polio : 4 x (0, 2, 3, 4 bulan)
Hepatitis B : 3 x (0, 2, 3, 4 bulan)
Campak : 1 x (9 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia, booster (-)

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


a. Pertumbuhan
 Berat badan lahir : 3200 gram
 Panjang badan lahir : 43 cm
 Berat badan 1 bulan lalu : 18,5 kilogram
 Berat badan sekarang : 18 kilogram
 Panjang badan sekarang : 102 cm
 Lingkar Kepala : 50 cm
 LILA : 15 cm
Berdasarkan status antropometri dengan WHO Anthro
 WAZ : 0.53 SD
 HAZ : -0.67 SD
 WHZ : 1.43 SD
 HC-Z score : -0.24 SD
 MUAC-Z score : -0.95 SD
9

 BMI : 17.3
Kesan: gizi baik, berat badan normal, perawakan normal, lingkar kepala
normal, lingkar lengan atas normal.

Gambar 1. Berat Badan Menurut Umur. WAZ : 0.53 SD

Gambar 2. Panjang Badan Menurut Umur. HAZ : -0.67 SD


10

Gambar 3. Berat Badan Menurut Panjang Badan. WHZ : 1.43 SD

b. Perkembangan :
Anak berusia 4 tahun dapat bersepeda roda tiga, menggambar lingkaran,
bercerita singkat, dan memakai baju secara mandiri.
Kesan: Perkembangan sesuai usia

Riwayat KB
Ibu saat ini menggunakan KB suntik 3 bulanan.

2.4 Pemeriksaan Fisik


Tanggal : 22 Agustus 2018 di Bangsal Stigi
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital
TD : 110/80
Nadi : 90x per menit
RR : 20x per menit
T : 37,2°C (axilla)
11

Status Internus
Kepala
Rambut : hitam, mudah rontok (-)
Wajah : dismorfik (-)
Mata : cowong (+/+). konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), cekung (-/-), air mata (+/+)
Hidung : discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Telinga : discharge (-)
Bibir : sianosis (-)
Mukosa : sianosis (-), kering (-)
Lidah : normoglossi
Tenggorokan : faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran nnll (-/-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi subcostal (-), retraksi
epigastrial (-), retraksi suprasternal (-)
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : suara dasar: vesikuler +/+ , suara tambahan: -/-

Paru depan Paru belakang


Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di sela iga V 2 cm medial linea medioclavicula
sinistra
Perkusi : konfigurasi batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)
12

Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kembali lambat (+)
Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Alat Kelamin : laki-laki, tanda radang (-)
Anus : (+), hiperemis (-)
Anggota Gerak Supor Infor
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cap.refill <2” <2”
Gerak +/+ +/+

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Belum ada data

2.6 Daftar Masalah


Tabel 1. Daftar Masalah
No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal
1. Demam 22 Agustus 2018
2. Mual 22 Agustus 2018
3. Muntah 22 Agustus 2018
4. Diare akut dengan 22 Agustus 2018
dehidrasi ringan-
sedang
13

2.7 Diagnosis
1. Diagnosis Banding
a. Diare akut tanpa tanda dehidrasi pasca dehidrasi tak berat
DD/ Osmotik dd/ infeksi dd/ virus dd/ rotavirus
dd/ bakteri
dd/ non infeksi dd/ malabsorbsi
dd/ intoleransi laktosa
DD/ Sekretorik dd/ bakteri
dd/ parasit
dd/ jamur
dd/ protozoa
2. Diagnosis Kerja
1) Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
2) Gizi baik perawakan normal

2.8 Rencana Pemecahan Masalah


1. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
IpDx : S: -
O: darah rutin, feses rutin
IpRx :
- Infus RL 20 tpm
- Zinc 20 mg/24 jam
- Oralit 100 – 200 ml/ mencret
- Parasetamol syr ½ cth/ 4-6 jam bila suhu >38oC
- Domperidon syr ½ cth/ 8 jam bila muntah
IpMx :
- Evaluasi keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi, balans cairan,
volume dan konsistensi diare, tanda syok, akseptibilitas diet.
IpEx :
- Menjelaskan kepada orang tua mengenai kondisi anak dan
kemungkinan penyebab diare pada anak.
14

- Menjelaskan kepada orang tua bahwa anak perlu diberikan oralit untuk
tujuan rehidrasi pada anak dan diminumkan sedikit demi sedikit
namun sering. Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan
lagi lebih lambat.
- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat
makan/minum dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan
menggunakan alat-alat makan/minum yang sudah dicuci bersih atau
direbus dahulu.
- Selama dirawat di bangsal ataupun di rumah, bila anak buang air besar
harus segera dibersihkan dengan air dan ganti dengan celana/popok
yang bersih, bila tinja mengotori perlak segera bersihkan dan ganti
dengan perlak yang bersih.
- Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan susu formula (untuk
mengurangi perkembangbiakan bakteri) yaitu selalu menggunakan air
bersih untuk minum, dan memasak susu formula dengan benar dan
menyiapkan makanan sesaat sebelum diberikan kepada anak.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai cara membersihkan botol susu
yaitu membersihkan seluruh bagian botol susu dengan air yang
mengalir. Menggunakan sikat dan sabun akan membantu
menghilangkan sisa – sisa susu di dalam botol. Setelah bersih dari sisa
susu, rendam botol di dalam air yang mendidih selama 15 menit.
Setelah diangkat, tiriskan dan keringkan dengan menggunakan handuk
bersih. Sebaiknya anak memiliki lebih dari dua botol susu.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel,
kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering.
Bila anak diare disertai muntah berulang, anak tampak kehausan
sebaiknya segera dibawa ke sarana kesehatan terdekat (penting bila
setelah pulang dari puskesmas anak sakit lagi )
- Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga
10-14 hari sekalipun nantinya diare sudah sembuh.
15

2.9 Catatan Kemajuan


Tabel 2. Catatan Kemajuan
Tanggal Keadaan Klinis Program Terapi / Tindakan
23 Agustus S Diare (-), nyeri perut (-), demam (- - Infus RL 20 tpm
2018 ) - PO:
O KU: baik, compos mentis  Zinc 20mg/24 jam (H3)
TTV:  Paracetamol syr 70 mg/ 4-
- HR: 88x/menit 6jam bila suhu ≥380C
- RR: 24x/menit  Oralit 50-100 ml/ diare
- T: 36,8oC  Domperidone syr ⁄ cth/8
- Nadi: reguler isi/tegangan jam bila muntah
cukup - Monitoring:
Kepala: mesosefal Evaluasi KU, tanda vital, tanda
Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), dehidrasi
cowong (-/-), RC (+/+) - Acc BLPL
Mulut: sianosis (-), mukosa kering
(-)
Hidung: discharge (-), napas
cuping (-)
Telinga: discharge (-)
Leher : kaku kuduk (-),
pembesaran nnll (-)
Thorax: simetris, retraksi (-)
Pulmo: dalam batas normal
Cor: dalam batas normal
Abdomen:
I : datar, gambaran gerak usus
(-)
Au : BU (+) normal
Pe : timpani
Pa : supel, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tak teraba,
turgor kulit kembali cepat.
genital : OUE hiperemis(-)
ekstremitas :
P Diare akut tanpa tanda dehidrasi
paska dehidrasi ringan-sedang
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Diare
3.1.1 Definisi
Diare adalah keadaan buang air besar seseorang dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya >3 kali atau lebih) dalam satu hari.7 Berdasarkan etiologinya, diare
diklasifikasikan menjadi diare cair dan diare berdarah. Diare cair adalah buang
air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih 3
kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, sedangkan diare berdarah
sering disebut sebagai disentri, yaitu episode diare akut yang pada tinjanya
ditemukan darah terlihat secara kasat mata. Darah yang hanya terlihat secara
mikroskopis, atau tinja berwarna hitam yan menandakan adanya darah pada
saluran cerna atas, bukan merupakan diare berdarah.8
Diare juga dibagi berdasarkan durasinya yaitu diare akut, diare persisten
dan diare kronik. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 14 hari.7,8,9 Pada bayi yang
minum ASI biasanya buang air besar lebih dari 3-4 kali sehari, namun, selama
berat badan bayi meningkat normal hal ini tidak tergolong diare, namun
merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna. Sedangkan untuk bayi yang minum ASI secara
ekslusif, definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau
tidak seperti biasanya. Bahkan, kadang – kadang, pada anak dengan buang air
besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair sudah dapat disebut
diare.1
Diare persisten biasanya merupakan kelanjutan dari diare akut dengan
atau tanpa disertai darah yang berlangsung selama 14 hari atau lebih. Terdapat
definisi diare persisten yang lain yaitu episode diare yang diperkirakan

32 16
17

penyebabnya adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir
lebih dari 14 hari, serta kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi
menyebabkan kematian.9 Diare persisten berbeda dengan diare kronik, diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi, sedangkan untuk diare persisten etiologinya berasal dari infeksi.1
Pada kasus ini anak mengalami mencret selama kurang dari 14 hari
sehingga masuk ke dalam kategori diare akut. BAB ±4-5x sehari sebanyak ½
gelas belimbing, dengan konsistensi feses cair, warna kuning, terdapat sedikit
ampas, tidak ada lendir maupun darah, tidak menyemprot, dan tidak berbau
asam, tidak nyeri dan tidak tampak kemerahan di sekitar anus. Anak juga
demam, demam dirasakan terus menerus sepanjang hari, tidak turun jika diberi
obat penurun panas.
3.1.2 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang termasuk di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab
kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama anak usia di bawah 5
tahun. Berdasarkan data WHO (2016), penyebab utama kematian anak di bawah
lima tahun adalah pneumonia dan diare, masing-masing sebesar 14%. Diare
yang disebabkan oleh infeksi, telah menyebar luas terutama pada negara
berkembang. Di negara negara berkembang, anak dibawah 3 tahun rata rata
mengalami 3 episode diare setiap tahunnya.2 Berdasarkan Riskesdas 2013,
insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Karakteristik diare balita
tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%),
tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan
terbawah (6,2%). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita
adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Berdasarkan kuintil indeks
kepemilikan, semakin rendah kuintil indeks kepemilikan, maka semakin tinggi
proporsi diare pada penduduk.3
Berdasarkan Riskesdas 2016, proporsi kasus diare ditemukan dan
ditangani di Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 68,9%, meningkat bila
dibandingkan tahun 2015 yaitu 67,7%. Angka penemuan kasus diare di
18

Kabupaten Jepara sebesar 58,5%. Di Karimunjawa, diare menempati urutan ke-


14 penyakit terbanyak, menyebar di Kelurahan Karimunjawa, Kemujan, dan
Parang.4
Pada kasus ini anak yang terkena diare berusia 4 tahun 2 bulan,
meipakan seorang laki-laki yang merupakan penduduk pedesaan. Sehingga
anak termasuk ke dalam golongan yang sering menderita diare secara statistik.
Anak tinggal di Pulau Genting bersama ayah, ibu, dan kakaknya. Data
penemuan kasus diare di Karimun Jawa belum mencakup data dari Pulau
Genting.
3.1.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare pada umumnya terjadi melalui cara fekal oral yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen atau kontak
langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita atau tidak langsung melalui lalat. Diare dapat disebabkan oleh
berbagai patogen seperti bakteri, virus dan parasit. Berbagai penelitian
epidemiologis menunjukkan bahwa penyebab utama (55%) diare akut adalah
rotavirus. Diare akibat infeksi virus umumnya bersifat self limiting, sehingga
aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi
yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk
mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.10
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara
lain: tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan
bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis, dan cara
penyapihan yang tidak baik. Selain hal hal tersebut, beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain:
gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir, dan faktor genetik.1
19

Pada kasus ini salah satu faktor risiko yang meningkatkan penularan
enteropatogen pada anak ini adalah tidak memadainya penyediaan air bersih,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, serta penyiapan dan
penyimpanan makanan yang kurang higienis.
3.1.4 Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi. Penyebab
infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan
parasit.1,7 Untuk diare cair akut, penyebab utama dari diare adalah rotavirus.
Rotavirus diperkirakan sebagai penyebab diare cair akut pada 20-80% anak di
dunia. Selain itu, virus ini telah menyebabkan kematian pada 440.000 anak
dengan diare per tahunnya di dunia.8 Baik di negara maju dan negara
berkembang, rotavirus merupakan penyebab diare terbanyak pada balita. Suatu
penelitian oleh Soenarto (2009) di 6 provinsi di Indonesia, 60% kasus diare akut
pada balita yang di rawat inap disebabkan oleh rotavirus.11
Berbeda dengan diare cair akut yang umumnya disebabkan oleh
rotavirus, diare akut berdarah pada anak biasanya merupakan pertanda
masuknya bakteri invasif yang serius pada usus besar. Di Indonesia, penyebab
utama diare akut berdarah adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni,
Eschericia coli, dan Entamoeba hystolitica. Disentri berat umumnya disebabkan
oleh Shigella dysentri, Shigela flexneri, Salmonella dan enteroinvasive E. coli. 8
Penyebab diare non infeksi antara lain: kesulitan makan; defek anatomis
(malrotasi, penyakit Hirscprung, Short bowel syndrome, atrofi mikrovili,
striktur); malabsorbsi (defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa-galaktosa,
cystic fibrosis, cholestasis, penyakit celiac); Endokrinopati (thyrotoksitosis,
penyakit addison, sindroma adrenogenital); keracunan makanan (logam berat,
mushrooms); neoplasma (neuroblastoma, phaeochromocytoma, sindroma
Zollinger Ellison); dan penyebab lainnya seperti infeksi non gastrointestinal,
alergi susu sapi, penyakit chron, defisiensi imun, colitis ulseratif, gangguan
motilitas usus, pellagra.8
Pada kasus ini anak mengalami diare kurang dari 14 hari, sehingga
anak dikatakan diare akut. Sedangkan dengan konsistensi fesesnya yang cair,
20

berlendir dan tidak berdarah, dapat membantu untuk menyingkirkan diare akut
berdarah pada anak dimana merupakan pertanda masuknya bakteri invasif pada
usus besar. Sehingga pada pasien ini, anak dikatakan mengalami diare cair akut.
Pasien merupakan seorang balita, dan berdasarkan insidensi tertinggi penyebab
diare pada balita adalah rotavirus.
3.1.5 Patogenesis dan Mekanisme
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang
menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan
menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus. Hal ini
menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus
yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum
matang sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi sehingga tidak
dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan
makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan koloid
osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan
yang tidak terserap terdiring keluar usus melalui anus, menyebabkan terjadinya
diare osmotik.10
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang
terdiferensiasi, yang mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakarida
dan fungsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui pengangkut
bersama (kotransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit kripta merupakan
sel yang tidak terdiferensiasi, yang tidak mempunyai enzim hidrofilik tepi
bersilia dan merupakan pensekresi (sekretor) air dan elektrolit.10
Dengan demikian infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus pada
diare rotavirus menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus
terhadap sekresi dan malabsorbsi karbohidrat kompleks terutama laktosa.10
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, shigella, E.
Coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir
21

sama. Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus
sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik.10
Pembagian diare berdasarkan patofisiologi terbagi atas diare osmotik
,sekretorik, dan eksudatif (inflammatorik). Diare osmotik berkaitan erat dengan
kegagalan vili usus untuk mengabsorbsi terutama makanan dari intraluminal.
Secara fisiologis, villi usus berfungsi untuk absorpsi serta memproduski enzim
disakaridase. Gangguan fungsi pada villi usus akan menyebabkan malabsorpsi
serta gangguan dalam pemecahan karbohidrat kompleks akibatnya karbohidrat
yang masih berbentuk molekul besar memiliki osmolaritas tinggi dan
menyebabkan penarikan cairan dari intersisial. Karbohidrat yang gagal dipecah
selanjutnya akan diurai oleh bakteri menjadi asam dan gas sehingga pada klinis
akan didapatkan feses berbau asam dan menyemprot serta dapat ditemukan
ekskoriasi pada anus akibat asam.
Diare sekretorik memiliki manifestasi kerusakan yang tidak terjadi pada
villi usus melainkan ke lapisan yang lebih dalam yakni kripte. Villi yang intak
memberikan gambaran fungsi absorpsi yang tidak terganggu sehingga tidak
dipengaruhi oleh makanan. Kripte yang rusak akan meningkatkan produksi air
dan lendir. Kondisi kripte yang rapuh akan memungkinkan terjadinya
perdarahan sehingga pada feses akan ditemukan darah.
Diare eksudatif adalah diare yang diakibatkan oleh karena adanya suatu
proses inflamasi, Inflamasi yang terjadi akan mengakibatkan kerusakan pada
mukosa baik usus halus dan usus besar. Kerusakan ini akan ditandai dengan
adanya tanda-tanda inflamasi dan akan terlihat jelas dengan adanya gambaran
feses disertai dengan darah dan lendir. Inflamasi sendiri dapat terjadi akibat
infeksi bakteri ataupun non infeksi seperti gluten sensitive enteropaty atau
inflammatory bowel disease.
Pada kasus ini anak mencret dengan konsistensi feses cair, warna
kuning, terdapat sedikit ampas, tidak ada lendir maupun darah, tidak tampak
berminyak, tidak menyemprot, tidak berbau asam, tidak nyeri dan tidak tampak
kemerahan di sekitar anus. Feses yang tidak disertai dengan lendir dan darah
22

dapat membantu untuk memikirkan kemungkinan mekanisme selain diare


sekretorik.
3.1.6 Diagnosis
Dalam menentukan diagnosis, maka gejala-gejala klinik dari penyakit
diare dapat dibagi menjadi empat aspek8, yaitu :
1) Aspek muntah dan berak
Muntah dan berak merupakan gejala utama gastroenteritis yang dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Muntah akan
menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan tubuh secara oral, keadaan ini
akan mempercepat dehidrasi dan timbulnya asidosis. Pada diare penting sekali
diketahui secara anamnesis dan pemeriksaan tentang kualitas dan kuantitas
tinja, diantaranya: konsistensi, warna, disertai darah dan atau lendir, bau,
berbuih, jumlah, disertai nyemprot, dan frekuensinya.
2) Aspek etiologi
Etiologi pada diare terdiri dari beberapa faktor, yaitu faktor psikis,
makanan, konstitusi dan infeksi (enteral dan parenteral)12,13
a. Faktor psikis
Keadaan depresif atau stres emosional,melalui susunan saraf
vegetatif dapat meningkatkan peristaltik usus sehingga terjadi diare.
Diare karena faktor psikis jarang terjadi pada bayi dan anak kecil.
b. Faktor makanan
Faktor etiologi diare akut dapat berasal dari faktor makanan seperti
perubahan susunan makanan yang mendadak, makanan busuk, atau
makanan yang tidak sesuai umur bayi yang memiliki osmolaritas
terlalu tinggi atau banyak serat.
c. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi yaitu kondisi saluran cerna yang dijumpai pada
keadaan intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi
protein. Malabsorbsi merupakan gangguan transportasi mukosa
yang abnormal yang disebabkan oleh satu atau lebih substansi
spesifik yang akan menyebabkan ekskresi feses dari nutrisi yang
23

dicerna. Malabsorbsi dapat terjadi pada penyakit gangguan


pancreas, empedu dan gangguan usus (seperti kerusakan mukosa
usus, gangguan motilitas usus, perubahan ekologi bakteri usus,
tindakan post operatif usus). Di samping itu malabsorbsi dapat
terjadi karena gangguan metabolisme kongenital, malnutrisi,
defisiensi imunitas dan faktor emosi.12,13 Pada faktor konstitusi diare
biasanya berlangsung sejak bayi lahir.
d. Faktor infeksi enteral dan parenteral
Infeksi enteral yang terdiri dari:
- Rotavirus
Virus ini berkembang dalam vili usus halus dan menyebabkan
kerusakan sel epitel serta pemendekan vili.Hal ini
mengakibatkan gangguan absorbsi dan peningkatan sekresi
cairan maka terjadi diare.Infeksi virus juga bisa menyebabkan
kekurangan enzim dissakaridase untuk menyerap laktosa
sehingga terjadi diare dengan tanda intoleransi laktosa seperti
bau asam, nyemprot karena adanya CO2 dan ekskoriasi pada
anusnya.
- Bakteri
Penempelan di mukosa usus menyebabkan perubahan epitel
usus sehingga terjadi gangguan absorbsi dan meningkatnya
sekresi cairan. Adanya toksin yang dihasilkan oleh kuman
menyebabkan peningkatan sekresi. Bakteri yang menyebabkan
invasi ke mukosa seperti shigella, C. Jejuni, E coli enteroinvasif
dan salmonella dapat mengakibatkan adanya diare berdarah.
- Protozoa
Invasi protozoa (amoeba) ke daerah mukosa colon ini
mengakibatkan terbentuknya mikro abses dan ulkus pada colon.
Dengan demikian akan menimbulkan rangsang sekresi cairan
dengan perdarahan dan lendir bila defekasi.
24

Infeksi parenteral yaitu:


- Merupakan infeksi di luar usus seperti infeksi saluran nafas,
infeksi saluran kencing, campak, dan lainnya.Diperkirakan
terjadi melalui jalur susunan saraf vegetatif yang mempengaruhi
sisteim saluran cerna sehingga terjadi diare.
3) Aspek dehidrasi dan asidosis
Dehidrasi terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak dari cairan yang
masuk.Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan, muntah, dan penguapan
karena demam.Pengeluaran cairan sangat dipengaruhi oleh jumlah, frekuensi,
dan komposisi elektrolit tinja penderita. Dehidrasi adalah keadaan akibat diare
yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan volume darah
(hipovolemia), kolaps kardiovaskuler, dan kematian bila tidak diterapi dengan
tepat.
Dehidrasi terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak dari cairan yang
masuk. Untuk mempermudah penilaian klinis, maka derajat dehidrasi dibagi
menjadi 3 menurut UKK Gastrohepatologi IDAI 2009, yaitu : tanpa tanda
dehidrasi, dehidrasi tidak berat, dehidrasi berat.8 Untuk menilai derajat
dehidrasi dapat menggunakan skor Maurice King, kriteria WHO, maupun
Depkes. Berikut ini tabel derajat dehidrasi dinilai berdasarkan kriteria WHO
1992 dan menurut UKK gastrohepatologi IDAI 2009.
Tabel 3. Gejala dehidrasi menurut kriteria WHO adalah sebagai berikut:

Tanpa Tanda Dehidrasi Ringan-


Gejala Dehidrasi Berat
Dehidrasi Sedang
* Lesu, Lunglai,
Keadaan Umum Baik, Sadar * Gelisah, Rewel
Atau Tidak Sadar
Mata Normal Cekung Sangat Cekung
Dan Kering
Berkurang /
Air Mata Ada Tidak Ada
Tidak Ada
Mulut & Lidah Basah Kering Sangat Kering
Minum Baik, Tidak * Haus, Ingin * Malas Minum,
Rasa Haus
Haus Minum Banyak Tidak Bisa Minum
Kembali Cepat * Kembali Lambat * Kembali Sangat
Turgor
Lambat
25

Penilaian untuk dehidrasi ringan-sedang atau berat adalah bila


ditemukan satu tanda. * ditambah satu atau lebih tanda lainnya.
Tabel 4. Gejala dehidrasi.

KATEGORI TANDA DAN GEJALA


Dehidrasi berat 2 atau lebih tanda berikut:
- letargi atau penurunan kesadaran
- mata cowong
- tidak bisa minum atau malas minum
- cubitan kulit perut kembali sangat lambat
Dehidrasi ringan- 2 atau lebih tanda berikut:
sedang - gelisah
- mata cowong
- kehausan atau sangat haus
- cubitan kulit perut kembali lambat
Tanpa dehidrasi Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk
mengelompokkan dalam dehidrasi berat atau tak
berat.
Pada kasus ini, pada saat masuk rumah sakit anak rewel dan tampak
kehausan. Anak tampak lemas. BAK dirasakan berkurang. Pada keadaan
tersebut anak dapat digolongkan ke dalam dehidrasi ringan-sedang sehingga
anak mendapatkan rehidrasi saat di IGD Puskesmas Karimunjawa.
4) Aspek komplikasi dehidrasi
Akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
komplikasi karena dehidrasi dan asidosis antara lain: hipokalemi, kejang, syok,
gagal ginjal dan malnutrisi. Gejala hipokalemi adalah kelemahan otot secara
umum, aritmia jantung, dan ileus paralitik. Komplikasi tersebut biasanya terjadi
pada dehidrasi berat.14
Pada kasus ini, Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, anak memenuhi kriteria dehidrasi ringan-sedang yaitu
terdapat mata cowong dan turgor kulit kembali lambat. Anak tidak mengalami
kejang, tidak ada tanda tanda syok, tidak ada penurunan kesadaran.
26

3.1.7 Penatalaksanaan Diare


Penderita diare akut dehidrasi tidak berat dirawat inap bila disertai
dengan muntah berak yang frekuen dan voluminous sehingga diperkirakan
keadaan dehidrasi akan bertambah berat.13 Terdapat Lima Lintas (Lima
Langkah Tuntaskan Diare), yaitu:15
– Rehidrasi
– Dukungan nutrisi
– Suplementasi Zinc
– Antibiotik selektif
– Edukasi orang tua
1) Rehidrasi
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion kalsium, natrium, klorida,dan bikarbonat. Semua komplikasi diare
akut dapat disebabkan oleh karena kehilangan air dan elektrolit melalui tinja.
Kehilangan sejumlah air dan elektrolit akanbertambah jika ada muntah, dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Kehilangan ini menyebabkan
dehidrasi karena kehilangan air dan natrium khlorida, terjadi asidosis karena
kehilangan bikarbonat, dan kekurangan kalium.
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari memberi
cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur atau air sup.
Bila terjadi dehidrasi anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat yaitu dengan oralit.
2) Dukungan Nutrisi
Makanan harus tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang agar status
gizinya tidak menurun menjadi gizi buruk, mencegah terjadi uremia akibat
protein tubuh terpaksa diuraikan. Adanya perbaikan nafsu makan dapat
menandakan fase kesembuhan.
3) Suplementasi Zinc
Dosis zinc yang dianjurkan adalan 10 mg/hari (1/2 tablet) untuk anak
berumur <6 bulan, dan 20 mg/hari (1 tablet) untuk anak ≥6 bulan. Tablet zinc
27

diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama dan


beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Diare dapat menurunkan kadar zinc dalam
plasma darah bayi dan anak. Defisiensi zinc dapat menurunkan absorbsi air dan
elektrolit. Pemberian rutin suplementasi zinc pada pasien anak selain
menurunkan frekuensi diare juga menurunkan jumlah cairan yang terbuang
akibat diare. Pemberian zinc pada diare juga dapat mempertahankan keutuhan
epitel usus, karena zinc berperan sebagai faktor transkripsi, sehingga transkripsi
dalam sel usus dapat terjaga.
4) Antibiotik Selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan
indikasi yaitu pada diare dengan lendir darah dan kolera.Pengobatan kausal
dengan antibiotika harus dengan indikasi yang jelas, karena penggunaan secara
bebas dapat menyebabkan resistensi. Pemberian antibiotik yang tidak rasional
justru memperpanjang lamanya diare karena mengganggu keseimbangan flora
usus dan clostridium difficile yang akan tumbuh dan sulit disembuhkan.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional juga menambah biaya pengobatan
yang tidak perlu.
5) Edukasi Orang Tua
Keluarga, terutama ibu penderita mendapatkan pengarahan tentang
diare, tanda-tanda dehidrasi, pencegahan diare serta pemberian nutrisi pada
penderita selama perawatan, ibu diikutsertakan untuk merawat anaknya dan
mengetahui cara pembuatan cairan rehidrasi oral agar ibu dapat membuat
sendiri di rumah. Ibu diharapkan dapat memberikan pertolongan pertama di
rumah apabila anak menderita diare.Misalnya dengan memberikan oralit atau
larutan gula garam. Bila tidak ada perubahan atau memburuk, diharapkan cepat
dibawa ke sarana kesehatan terdekat. Menyarankan kepada orang tua untuk
membawa anaknya berobat segera apabila anak mengalami diare dengan
demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan dan minum sedikit atau anak
menjadi malas makan dan minum, anak merasa sangat haus, diare makin sering
dan gejala diare tidak membaik dalam 3 hari. Selain itu disarankan menjaga
28

kebersihan, cuci tangan setelah buang air kecil/besar dan sebelum makan, air
minum dimasak, persiapan alat makan dan minum yang bersih, pengolahan
makanan yang bersih mengingat sumber penularannya melalui fekal oral.
Rencana pengobatan diare dibagi menjadi tiga (3) berdasarkan derajat
dehidrasi yang dialami oleh balita.15
1) Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi
2) Rencana Terapi B, jika penderita diare mengalami dehidrasi
ringan/sedang
3) Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat.
Rencana Terapi A
Rencana terapi A diberikan pada pasien diare tanpa tanda dehidrasi.
Menggunakan cara ini untuk mengajari ibu saat:
1. Meneruskan mengobati anak diare di rumah
2. Memberikan terapi awal bila terkena diare
Rencana terapi A dilakukan dengan menerangkan 5 langkah terapi
diare di rumah, yaitu:
1) Beri cairan lebih banyak dari biasanya
- Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
- Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang
sebagai tambahan
- Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa
diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan
(kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
- Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit
dan dilanjutkan sedikit demi sedikit
o Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
o Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
- Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200 ml) di rumah bila:
o Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
o Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare
memburuk
29

- Ketentuan memberikan oralit:


o Memberikan ibu 2 bungkus oralit formula baru.
o Melarutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air
matang untuk persediaan 24 jam.
o Memberikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air
besar, dengan ketentuan sebagai berikut:
 Anak < 2 tahun: memberikan 50-100 ml tiap kali
buang air besar
 Anak > 2 tahun: memberikan 100-200 ml tiap kali
buang air besar
- Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa,
maka sisa larutan itu harus dibuang.
- Ajari ibu cara memberikan oralit:
o Memberikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2
tahun.
o Memberikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih
besar.
o Apabila anak muntah, menunggu 10 menit, kemudian
memberikan cairan lebih lama (misalkan satu sendok tiap 2-3
menit).
o Apabila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu
untuk memberikan cairan lain seperti dijelaskan pada cara
pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan tambahan oralit.
2) Berikan obat zinc
Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air
matang atau ASI
- Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
- Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
30

3) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi


- Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat
- Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan.
- Beri makanan kaya kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa
hijau
- Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil
(setiap 3-4 jam)
- Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan
tambahan selama 2 minggu
4) Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi. Misal: disenteri, kolera
dll
5) Nasihati ibu/pengasuh untuk membawa anak kembali ke petugas
kesehatan bila berak cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus,
makan dan minum sangat sedikit, timbul demam, berak berdarah,
dan diare tidak membaik dalam 3 hari
Rencana Terapi B
Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Rencana
terapi B diberikan pada pasien yang menderita diare dengan dehidrasi tidak
berat atau dehidrasi ringan-sedang.
1) Rehidrasi oral
Mengukur jumlah rehidrasi oral yang akan diberikan selama 3 jam
pertama: 75ml x BB anak, bila BB tidak diketahui dapat diberikan
oralit sesuai table berikut:
Tabel 5. Jumlah cairan rehidrasi oral 3 jam pertama
Umur < 1 tahun 1-4 tahun >5 tahun
Dalam ml 200-400 400-700 700-900

- Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah


- Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
31

- Untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200
air masak selama masa ini
- Untuk anak >6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali
ASI dan oralit
- Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut
2) Setelah 3-4 jam:
- Menilai ulang derajat dehidrasi anak
- Menentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi
- Mulai memberi makan, susu, dan sari buah pada anak di klinik
3) Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B:
- Menunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam
di rumah
- Memberikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti
dijelaskan dalam Rencana Terapi A
- Menjelaskan 5 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di
rumah
Rencana Terapi C
Pasien diare dengan tanda dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas
maupun sarana kesehatan lainnya seperti rumah sakit. Pengobatan terbaik
adalah dengan terapi rehidrasi parenteral. Rencana terapi C diberikan pada
pasien yang mengalami diare dengan tanda dehidrasi berat. Berikut adalah
bagan tatalaksana rencana terapi C.
32

Gambar 4. Rencana terapi C


33

BAB IV
RINGKASAN

Seorang anak laki – laki, umur 4 tahun, berat badan 18,5 kg, dan
panjang badan 102 cm datang dengan keluhan mencret. Anamnesis didapat dari
alloanamnesis dengan ibu pasien dan rekam medis di Bangsal Stigi pada
tanggal 22 Agustus 2018. ± 2 hari SMRS anak BAB lembek 4-5 kali sehari,
setiap kali BAB sebanyak ± ½ gelas belimbing, BAB kuning lembek,
menyemprot (-), lendir (-), darah (-), berbau asam (-), anus tidak merah, anak
tidak mau makan tapi masih mau minum susu, tidak tampak kehausan, demam
(+) tidak diukur oleh ibu. Anak diberi obat penurun demam namun demam anak
dirasa tidak turun, kejang (-), batuk (-), pilek (-), muntah (-), BAK dalam batas
normal.
± 1 hari SMRS anak BAB lebih dari 5 kali, BAB kuning cair, sedikit
ampas, setiap kali BAB sebanyak ± ½ gelas belimbing, menyemprot (+), lendir
(-), darah(-), berbau asam (-), anus tidak merah, muntah (+), anak muntah
sampai 3 kali, muntahan berisi susu yang diminum oleh anak, anak lemas,
rewel, mata cowong (+), bibir kering (+). Anak dibawa ke rumah sakit dengan
demam. Sudah diminumkan sirup paracetamol dari apotek namun demam dirasa
tidak menurun. BAK terakhir sebelum ke rumah sakit dan dirasa jumlah dan
frekuensinya berkurang, warna kuning jernih, batuk (-), pilek (-). Anak
didiagnosis diare akut dengan tanda dehidrasi tidak berat. Di IGD anak
dipasang infus, diberi penurun panas, kemudian anak dirawat di Ruang Stigi.
Anak lahir dari seorang ibu ibu G2P1A0 saat usia 30 tahun, usia
kehamilan cukup bulan, lahir spontan. Berat bayi lahir lahir 3200 gram, panjang
badan lahir 43cm, langsung menangis. Riwayat imunisasi lengkap, booster (-).
Riwayat makan dan minum anak kesan ASI eksklusif, MPASI tepat waktu.
Riwayat pertumbuhan anak gizi baik, berat badan normal, perawakan normal,
dan lingkar kepala normal, lingan lengan atas atas normal. Riwayat
perkembangan anak sesuai usia.
34

Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak sadar, tampak lemas, dengan


tanda dehidrasi ringan-sedangi, terpasang infus (+) di tangan kanan. Tanda
vital, tekanan darah: 110/80mmHg, Nadi: 90x / menit reguler, isi dan tegangan
cukup; RR: 20x / menit, reguler; suhu: 37,2°C axilla.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka ditarik beberapa masalah
aktif yaitu diare akut dengan tanda dehidrasi ringan-sedang. Anak dirawat di
bangsal Stigi selama 3 hari. Prognosis pada penderita ini baik karena selama
dirawat keadaan penderita membaik dan tidak didapatkan komplikasi lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo B. Santoso N. Diare akut. JuIIrie 0, Soenarto SS, Oswari H, ArieI S,


5osalina I, Sri 0ulyani N, editors Buku ajar gastroenterologi hepatologi
Jakarta: Badan 3enerbit IDAI. 2010:87.
2. WHO. Diarrhoeal disease : Fact Sheets 2016 [cited 2018 30 Agustus 2018].
Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.
3. Dasar RK. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
2017. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI. 2017.
4. Laporan Data Kejadian Diare Puskesmas Karimun Jawa. 2017.
5. Coulston AM, Rock CL, Monsen ER, King Janet(Ed.). Nutrition in the
Prevention and Treatment of Disease. USA: Academic Press; 2003.303
6. Suraatmaja, Sudaryat. Kapita Selekta Gastroenterologi. Jakarta:Sagung Seto.
2007
7. Depkes R. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare.
Jakarta.[online],(diunduh 22 maret 2013), tersedia dari: 8https://agus34drajat.
files. wordpress. com/2010/10/buku-saku-lintasdiare-edi si-2011. pdf; 2011.
8. IDAI UG. Modul Pelatihan Diare. Yogyakarta: IDAI; 2009.
9. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris N, Gandaputra E, Harmoniati E.
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ed. 2009;1:250-
55.
10. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Buku Ajar Ilmu kesehatan Anak. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro; 2011
11. Soenarto Y, Aman AT, Bakri A, Waluya H, Firmansyah A, Kadim M, et al.
Burden of severe rotavirus diarrhea in Indonesia. Journal of Infectious
Diseases. 2009;200(Supplement 1):S188-S94.
12. I S. Pengantar diare akut anak. Semarang: Badanpenerbit FK UNDIP; 1991.
13. UI SPIKAF. Gastroenterologi. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 1985.
14. IN K. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat.
Dalam: Kongres Nasional II BKGAI Bandung: BKGAI. 2003:29-43.
15. Kemenkes R. Panduan Sosialisasi Tata Laksana Diare Pada Balita. Kemenkes
RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2011.
16. Arif, Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta:Medica
Aesculpalus, FKUI; 2014.

35

Anda mungkin juga menyukai