Disusun oleh:
Aulia Izzati 22010116210082
Gita Ayu Rachma 22010116210083
Pembimbing:
dr. Li’ainy Hastu Ambari
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kasus “Seorang Anak 4
Tahun 10 Bulan Dengan Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang” ini dapat
penulis selesaikan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam
menempuh kepaniteraan komprehensif Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dian Suisyanto, S. KM selaku Kepala Puskesmas Karimunjawa yang telah
bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan yang berharga
2. dr. Li’ainy Hastu Ambari dan dr. Adie Fitra Favorenda, selaku dokter
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan
masukan yang berharga
3. Keluaga pasien An. SR, atas keramahan dan keterbukannya dalam
kegiatan penyusunan laporan
4. Keluarga dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara
mendiagnosis dan mengelola pasien secara komprehensif dan holistik
berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang serta kepustakaan pada anak yang diare dengan
dehidrasi maupun tanpa dehidrasi.
1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar
agar dapat mendiagnosis dan mengelola pasien dengan tepat dan
komprehensif, serta mengetahui prognosis penyakit diare pada anak.
BAB II
LAPORAN KASUS
3
4
Usia 9 bulan – 12 bulan : MPASI, diberikan bubur nasi, lauk, dan sayur.
Usia 1 tahun – sekarang : MPASI, diberikan nasi tim, sayur dan lauk
menyesuaikan keluarga. ASI hingga usia 18
bulan.
Kesan : ASI eksklusif dan MPASI tepat waktu.
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 x (1 bulan, scar +)
DPT : 3 x (2, 3, 4 bulan)
HiB : 3 x (2, 3, 4 bulan)
Polio : 4 x (0, 2, 3, 4 bulan)
Hepatitis B : 3 x (0, 2, 3, 4 bulan)
Campak : 1 x (9 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia, booster (-)
BMI : 17.3
Kesan: gizi baik, berat badan normal, perawakan normal, lingkar kepala
normal, lingkar lengan atas normal.
b. Perkembangan :
Anak berusia 4 tahun dapat bersepeda roda tiga, menggambar lingkaran,
bercerita singkat, dan memakai baju secara mandiri.
Kesan: Perkembangan sesuai usia
Riwayat KB
Ibu saat ini menggunakan KB suntik 3 bulanan.
Status Internus
Kepala
Rambut : hitam, mudah rontok (-)
Wajah : dismorfik (-)
Mata : cowong (+/+). konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), cekung (-/-), air mata (+/+)
Hidung : discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Telinga : discharge (-)
Bibir : sianosis (-)
Mukosa : sianosis (-), kering (-)
Lidah : normoglossi
Tenggorokan : faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran nnll (-/-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi subcostal (-), retraksi
epigastrial (-), retraksi suprasternal (-)
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : suara dasar: vesikuler +/+ , suara tambahan: -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kembali lambat (+)
Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Alat Kelamin : laki-laki, tanda radang (-)
Anus : (+), hiperemis (-)
Anggota Gerak Supor Infor
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cap.refill <2” <2”
Gerak +/+ +/+
2.7 Diagnosis
1. Diagnosis Banding
a. Diare akut tanpa tanda dehidrasi pasca dehidrasi tak berat
DD/ Osmotik dd/ infeksi dd/ virus dd/ rotavirus
dd/ bakteri
dd/ non infeksi dd/ malabsorbsi
dd/ intoleransi laktosa
DD/ Sekretorik dd/ bakteri
dd/ parasit
dd/ jamur
dd/ protozoa
2. Diagnosis Kerja
1) Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
2) Gizi baik perawakan normal
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa anak perlu diberikan oralit untuk
tujuan rehidrasi pada anak dan diminumkan sedikit demi sedikit
namun sering. Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan
lagi lebih lambat.
- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat
makan/minum dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan
menggunakan alat-alat makan/minum yang sudah dicuci bersih atau
direbus dahulu.
- Selama dirawat di bangsal ataupun di rumah, bila anak buang air besar
harus segera dibersihkan dengan air dan ganti dengan celana/popok
yang bersih, bila tinja mengotori perlak segera bersihkan dan ganti
dengan perlak yang bersih.
- Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan susu formula (untuk
mengurangi perkembangbiakan bakteri) yaitu selalu menggunakan air
bersih untuk minum, dan memasak susu formula dengan benar dan
menyiapkan makanan sesaat sebelum diberikan kepada anak.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai cara membersihkan botol susu
yaitu membersihkan seluruh bagian botol susu dengan air yang
mengalir. Menggunakan sikat dan sabun akan membantu
menghilangkan sisa – sisa susu di dalam botol. Setelah bersih dari sisa
susu, rendam botol di dalam air yang mendidih selama 15 menit.
Setelah diangkat, tiriskan dan keringkan dengan menggunakan handuk
bersih. Sebaiknya anak memiliki lebih dari dua botol susu.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel,
kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering.
Bila anak diare disertai muntah berulang, anak tampak kehausan
sebaiknya segera dibawa ke sarana kesehatan terdekat (penting bila
setelah pulang dari puskesmas anak sakit lagi )
- Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga
10-14 hari sekalipun nantinya diare sudah sembuh.
15
3.1 Diare
3.1.1 Definisi
Diare adalah keadaan buang air besar seseorang dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya >3 kali atau lebih) dalam satu hari.7 Berdasarkan etiologinya, diare
diklasifikasikan menjadi diare cair dan diare berdarah. Diare cair adalah buang
air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih 3
kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, sedangkan diare berdarah
sering disebut sebagai disentri, yaitu episode diare akut yang pada tinjanya
ditemukan darah terlihat secara kasat mata. Darah yang hanya terlihat secara
mikroskopis, atau tinja berwarna hitam yan menandakan adanya darah pada
saluran cerna atas, bukan merupakan diare berdarah.8
Diare juga dibagi berdasarkan durasinya yaitu diare akut, diare persisten
dan diare kronik. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 14 hari.7,8,9 Pada bayi yang
minum ASI biasanya buang air besar lebih dari 3-4 kali sehari, namun, selama
berat badan bayi meningkat normal hal ini tidak tergolong diare, namun
merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna. Sedangkan untuk bayi yang minum ASI secara
ekslusif, definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau
tidak seperti biasanya. Bahkan, kadang – kadang, pada anak dengan buang air
besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair sudah dapat disebut
diare.1
Diare persisten biasanya merupakan kelanjutan dari diare akut dengan
atau tanpa disertai darah yang berlangsung selama 14 hari atau lebih. Terdapat
definisi diare persisten yang lain yaitu episode diare yang diperkirakan
32 16
17
penyebabnya adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir
lebih dari 14 hari, serta kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi
menyebabkan kematian.9 Diare persisten berbeda dengan diare kronik, diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi, sedangkan untuk diare persisten etiologinya berasal dari infeksi.1
Pada kasus ini anak mengalami mencret selama kurang dari 14 hari
sehingga masuk ke dalam kategori diare akut. BAB ±4-5x sehari sebanyak ½
gelas belimbing, dengan konsistensi feses cair, warna kuning, terdapat sedikit
ampas, tidak ada lendir maupun darah, tidak menyemprot, dan tidak berbau
asam, tidak nyeri dan tidak tampak kemerahan di sekitar anus. Anak juga
demam, demam dirasakan terus menerus sepanjang hari, tidak turun jika diberi
obat penurun panas.
3.1.2 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang termasuk di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab
kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama anak usia di bawah 5
tahun. Berdasarkan data WHO (2016), penyebab utama kematian anak di bawah
lima tahun adalah pneumonia dan diare, masing-masing sebesar 14%. Diare
yang disebabkan oleh infeksi, telah menyebar luas terutama pada negara
berkembang. Di negara negara berkembang, anak dibawah 3 tahun rata rata
mengalami 3 episode diare setiap tahunnya.2 Berdasarkan Riskesdas 2013,
insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Karakteristik diare balita
tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%),
tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan
terbawah (6,2%). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita
adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Berdasarkan kuintil indeks
kepemilikan, semakin rendah kuintil indeks kepemilikan, maka semakin tinggi
proporsi diare pada penduduk.3
Berdasarkan Riskesdas 2016, proporsi kasus diare ditemukan dan
ditangani di Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 68,9%, meningkat bila
dibandingkan tahun 2015 yaitu 67,7%. Angka penemuan kasus diare di
18
Pada kasus ini salah satu faktor risiko yang meningkatkan penularan
enteropatogen pada anak ini adalah tidak memadainya penyediaan air bersih,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, serta penyiapan dan
penyimpanan makanan yang kurang higienis.
3.1.4 Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi. Penyebab
infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan
parasit.1,7 Untuk diare cair akut, penyebab utama dari diare adalah rotavirus.
Rotavirus diperkirakan sebagai penyebab diare cair akut pada 20-80% anak di
dunia. Selain itu, virus ini telah menyebabkan kematian pada 440.000 anak
dengan diare per tahunnya di dunia.8 Baik di negara maju dan negara
berkembang, rotavirus merupakan penyebab diare terbanyak pada balita. Suatu
penelitian oleh Soenarto (2009) di 6 provinsi di Indonesia, 60% kasus diare akut
pada balita yang di rawat inap disebabkan oleh rotavirus.11
Berbeda dengan diare cair akut yang umumnya disebabkan oleh
rotavirus, diare akut berdarah pada anak biasanya merupakan pertanda
masuknya bakteri invasif yang serius pada usus besar. Di Indonesia, penyebab
utama diare akut berdarah adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni,
Eschericia coli, dan Entamoeba hystolitica. Disentri berat umumnya disebabkan
oleh Shigella dysentri, Shigela flexneri, Salmonella dan enteroinvasive E. coli. 8
Penyebab diare non infeksi antara lain: kesulitan makan; defek anatomis
(malrotasi, penyakit Hirscprung, Short bowel syndrome, atrofi mikrovili,
striktur); malabsorbsi (defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa-galaktosa,
cystic fibrosis, cholestasis, penyakit celiac); Endokrinopati (thyrotoksitosis,
penyakit addison, sindroma adrenogenital); keracunan makanan (logam berat,
mushrooms); neoplasma (neuroblastoma, phaeochromocytoma, sindroma
Zollinger Ellison); dan penyebab lainnya seperti infeksi non gastrointestinal,
alergi susu sapi, penyakit chron, defisiensi imun, colitis ulseratif, gangguan
motilitas usus, pellagra.8
Pada kasus ini anak mengalami diare kurang dari 14 hari, sehingga
anak dikatakan diare akut. Sedangkan dengan konsistensi fesesnya yang cair,
20
berlendir dan tidak berdarah, dapat membantu untuk menyingkirkan diare akut
berdarah pada anak dimana merupakan pertanda masuknya bakteri invasif pada
usus besar. Sehingga pada pasien ini, anak dikatakan mengalami diare cair akut.
Pasien merupakan seorang balita, dan berdasarkan insidensi tertinggi penyebab
diare pada balita adalah rotavirus.
3.1.5 Patogenesis dan Mekanisme
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang
menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan
menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus. Hal ini
menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus
yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum
matang sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi sehingga tidak
dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan
makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan koloid
osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan
yang tidak terserap terdiring keluar usus melalui anus, menyebabkan terjadinya
diare osmotik.10
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang
terdiferensiasi, yang mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakarida
dan fungsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui pengangkut
bersama (kotransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit kripta merupakan
sel yang tidak terdiferensiasi, yang tidak mempunyai enzim hidrofilik tepi
bersilia dan merupakan pensekresi (sekretor) air dan elektrolit.10
Dengan demikian infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus pada
diare rotavirus menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus
terhadap sekresi dan malabsorbsi karbohidrat kompleks terutama laktosa.10
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, shigella, E.
Coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir
21
sama. Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus
sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik.10
Pembagian diare berdasarkan patofisiologi terbagi atas diare osmotik
,sekretorik, dan eksudatif (inflammatorik). Diare osmotik berkaitan erat dengan
kegagalan vili usus untuk mengabsorbsi terutama makanan dari intraluminal.
Secara fisiologis, villi usus berfungsi untuk absorpsi serta memproduski enzim
disakaridase. Gangguan fungsi pada villi usus akan menyebabkan malabsorpsi
serta gangguan dalam pemecahan karbohidrat kompleks akibatnya karbohidrat
yang masih berbentuk molekul besar memiliki osmolaritas tinggi dan
menyebabkan penarikan cairan dari intersisial. Karbohidrat yang gagal dipecah
selanjutnya akan diurai oleh bakteri menjadi asam dan gas sehingga pada klinis
akan didapatkan feses berbau asam dan menyemprot serta dapat ditemukan
ekskoriasi pada anus akibat asam.
Diare sekretorik memiliki manifestasi kerusakan yang tidak terjadi pada
villi usus melainkan ke lapisan yang lebih dalam yakni kripte. Villi yang intak
memberikan gambaran fungsi absorpsi yang tidak terganggu sehingga tidak
dipengaruhi oleh makanan. Kripte yang rusak akan meningkatkan produksi air
dan lendir. Kondisi kripte yang rapuh akan memungkinkan terjadinya
perdarahan sehingga pada feses akan ditemukan darah.
Diare eksudatif adalah diare yang diakibatkan oleh karena adanya suatu
proses inflamasi, Inflamasi yang terjadi akan mengakibatkan kerusakan pada
mukosa baik usus halus dan usus besar. Kerusakan ini akan ditandai dengan
adanya tanda-tanda inflamasi dan akan terlihat jelas dengan adanya gambaran
feses disertai dengan darah dan lendir. Inflamasi sendiri dapat terjadi akibat
infeksi bakteri ataupun non infeksi seperti gluten sensitive enteropaty atau
inflammatory bowel disease.
Pada kasus ini anak mencret dengan konsistensi feses cair, warna
kuning, terdapat sedikit ampas, tidak ada lendir maupun darah, tidak tampak
berminyak, tidak menyemprot, tidak berbau asam, tidak nyeri dan tidak tampak
kemerahan di sekitar anus. Feses yang tidak disertai dengan lendir dan darah
22
kebersihan, cuci tangan setelah buang air kecil/besar dan sebelum makan, air
minum dimasak, persiapan alat makan dan minum yang bersih, pengolahan
makanan yang bersih mengingat sumber penularannya melalui fekal oral.
Rencana pengobatan diare dibagi menjadi tiga (3) berdasarkan derajat
dehidrasi yang dialami oleh balita.15
1) Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi
2) Rencana Terapi B, jika penderita diare mengalami dehidrasi
ringan/sedang
3) Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat.
Rencana Terapi A
Rencana terapi A diberikan pada pasien diare tanpa tanda dehidrasi.
Menggunakan cara ini untuk mengajari ibu saat:
1. Meneruskan mengobati anak diare di rumah
2. Memberikan terapi awal bila terkena diare
Rencana terapi A dilakukan dengan menerangkan 5 langkah terapi
diare di rumah, yaitu:
1) Beri cairan lebih banyak dari biasanya
- Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
- Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang
sebagai tambahan
- Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa
diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan
(kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
- Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit
dan dilanjutkan sedikit demi sedikit
o Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
o Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
- Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200 ml) di rumah bila:
o Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
o Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare
memburuk
29
- Untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200
air masak selama masa ini
- Untuk anak >6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali
ASI dan oralit
- Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut
2) Setelah 3-4 jam:
- Menilai ulang derajat dehidrasi anak
- Menentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi
- Mulai memberi makan, susu, dan sari buah pada anak di klinik
3) Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B:
- Menunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam
di rumah
- Memberikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti
dijelaskan dalam Rencana Terapi A
- Menjelaskan 5 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di
rumah
Rencana Terapi C
Pasien diare dengan tanda dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas
maupun sarana kesehatan lainnya seperti rumah sakit. Pengobatan terbaik
adalah dengan terapi rehidrasi parenteral. Rencana terapi C diberikan pada
pasien yang mengalami diare dengan tanda dehidrasi berat. Berikut adalah
bagan tatalaksana rencana terapi C.
32
BAB IV
RINGKASAN
Seorang anak laki – laki, umur 4 tahun, berat badan 18,5 kg, dan
panjang badan 102 cm datang dengan keluhan mencret. Anamnesis didapat dari
alloanamnesis dengan ibu pasien dan rekam medis di Bangsal Stigi pada
tanggal 22 Agustus 2018. ± 2 hari SMRS anak BAB lembek 4-5 kali sehari,
setiap kali BAB sebanyak ± ½ gelas belimbing, BAB kuning lembek,
menyemprot (-), lendir (-), darah (-), berbau asam (-), anus tidak merah, anak
tidak mau makan tapi masih mau minum susu, tidak tampak kehausan, demam
(+) tidak diukur oleh ibu. Anak diberi obat penurun demam namun demam anak
dirasa tidak turun, kejang (-), batuk (-), pilek (-), muntah (-), BAK dalam batas
normal.
± 1 hari SMRS anak BAB lebih dari 5 kali, BAB kuning cair, sedikit
ampas, setiap kali BAB sebanyak ± ½ gelas belimbing, menyemprot (+), lendir
(-), darah(-), berbau asam (-), anus tidak merah, muntah (+), anak muntah
sampai 3 kali, muntahan berisi susu yang diminum oleh anak, anak lemas,
rewel, mata cowong (+), bibir kering (+). Anak dibawa ke rumah sakit dengan
demam. Sudah diminumkan sirup paracetamol dari apotek namun demam dirasa
tidak menurun. BAK terakhir sebelum ke rumah sakit dan dirasa jumlah dan
frekuensinya berkurang, warna kuning jernih, batuk (-), pilek (-). Anak
didiagnosis diare akut dengan tanda dehidrasi tidak berat. Di IGD anak
dipasang infus, diberi penurun panas, kemudian anak dirawat di Ruang Stigi.
Anak lahir dari seorang ibu ibu G2P1A0 saat usia 30 tahun, usia
kehamilan cukup bulan, lahir spontan. Berat bayi lahir lahir 3200 gram, panjang
badan lahir 43cm, langsung menangis. Riwayat imunisasi lengkap, booster (-).
Riwayat makan dan minum anak kesan ASI eksklusif, MPASI tepat waktu.
Riwayat pertumbuhan anak gizi baik, berat badan normal, perawakan normal,
dan lingkar kepala normal, lingan lengan atas atas normal. Riwayat
perkembangan anak sesuai usia.
34
35