Oleh:
dr. Astri Kusuma Dewi
Penguji:
dr. Wanarani Alwin, SpKFR-K
dr. Melinda Harini, SpKFR
DAFTAR ISI
1. IDENTITAS 2
2. ANAMNESIS 2
3. ANALISIS FUNGSIONAL 11
4. PEMERIKSAAN STATUS FUNGSIONAL ADL BARTHEL 12
5. PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN USIA LANJUT DI RAWAT
INAP 16
6. PENILAIAN FATIGUE SEVERITY SCALE DAN FRAILTY 17
7. RIWAYAT ASUPAN MAKANAN 19
8. ASUHAN GIZI KEPERAWATAN20
9. PENAPISAN DEPRESI 22
10. PENGKAJIAN RISIKO LUKA (SKALA NORTON) 23
11. PENGKAJIAN STATUS MENTAL (MMSE) 23
12. PENGKAJIAN EQ-5D 25
13. ANAMNESIS SISTEM 27
14. PEMERIKSAAN FISIK 28
15. PEMERIKSAAN PENUNJANG 34
16. RESUME 35
17. DIAGNOSIS MEDIS 35
18. DIAGNOSIS ICF 37
19. MASALAH REHABILITASI 38
20. PROGNOSIS 38
21. TUJUAN 39
22. PENGKAJIAN MASALAH REHABILITASI MEDIK 40
23. RENCANA PEMULANGAN 50
24. KERANGKA MASALAH 45
25. ANALISA KASUS 46
26. FOLLOW UP 48
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................51
Universitas Indonesia
3
1. IDENTITAS
Nama : Tn. H M
No.RekamMedis : 4420593
Jeniskelamin :Laki-laki
Tanggallahir : 24 Maret 1954
Umur : 65tahun
Statusperkawinan : Menikah
Jumlahanak : 3 orang (3 perempuan)
Jumlahcucu : Tidak ada
Alamat : Tangerang
Sukubangsa :Jawa
Agama :Islam
Pendidikanformal : SMP
Pekerjaan : Pensiunan
Pelakurawat : Anak dan istri
Masuk IGD RSCM : 4 November 2019
Masuk Rawat Gedung A Lantai8 :5 November 2019
Pembiayaan : BPJS Kesehatan
2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan pasien, anak, istri pasien, serta rekam
medis pada tanggal 20 November 2019.
2.1 Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kanan 10 hari SMRS.
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada 26 Oktober 2019, pasien merasakan kelemahan pada tangan dan kaki
kanan. Pasien bisa mengangkat tangan tapi terasa lemah, kaki kanan tidak bisa
diangkat oleh pasien, kaki sedikit bergerak kanan kiri dikasur. Pasien menjadi
tidak bisa berjalan. Mobilisasi menggunakan kursi roda. Keluhan awalnya
dirasakan lemas, tapi makin lama makin terasa berat sehingga pasien tidak bisa
menggerakkan kakinya. Lalu pasien dibawa ke RSCM pada tanggal 4
Universitas Indonesia
4
November 2019.
Pasien terdiagnosis PPOK sejak tahun 2017. Keluhan sesak memberat sejak
Juli 2019. Sesak dirasakan terus menerus. Sesak tidak dipengaruhi posisi , atau
aktivitas. Pasien terkadang mengeluh nyeri dada kiri sampai dengan perut sisi
kiri. Pasien berobat ke RS Sari Asih dikatakan penyakit paru obstruksi, namun
terdapat kecurigaan nodul paru. Tidak ada demam dan tidak ada batuk darah.
Pasien merasakan berat badan turun 5 kg dalam 1 bulan, dan nafsu makan
menurun. Tidak ada bengkak pada kaki. Batuk jarang, dengan tidak ada
riwayat batuk darah. Lalu pasien melakukan pemeriksaan gene expert hasilnya
negatif, pemeriksaan ronsen dada didapatkan atelektasis paru kiri atas, dan
pleuritis kiri. Hasil CT scan pada 16 Juli 2019 mengatakan adanya
perselubungan pada paru kiri atas, sehingga menekan saluran nafas pasien.
Pada Juli 2019 dilakukan pungsi cairan, tetapi yang keluar hanya sedikit.
Kemudian dilakukan biopsi paru, tanggal 21 Oktober 2019 didapatkan hasil
positif tumor ganas dengan condong neuroendokrin carcinoma. Hasil
pemeriksaan CT kepala didapatkan terdapat metastasis ke otak. Tidak terdapat
keluhan pandangan ganda, atau pandangan menjadi buram.
Saat masa perawatan pasien mengeluhkan nyeri dada kiri terus menerus, tidak
berubah saat perubahan posisi, terasa lebih nyeri saat menarik nafas. Skala
nyeri yang dirasakan pasien VAS 4-5. Pasien diberikan morphine, lalu nyeri
dada berkurang. Pasien juga mengeluhkan tidak buang air besar selama 1
minggu. Pasien merasa perut terasa begah dan nyeri pada perut tengah bawah.
Pasien mendapatkan terapi Whole Brain Radio Therapy selama 10x.
Saat ini pasien diperbolehkan pulang, dan akan menjalani rawat jalan. Saat
rawat jalan onkologi radiasi, dilaporkan setelah whole brain radio terapi kaki
pasien masih terasa lemas, dan tidak ada perubahan. Pasien disarankan untuk
memulai kemoterapi.
Pasien bisa proses duduk mandiri, mandi dengan posisi duduk, makan sendiri
dengan tangan kiri. Memakai baju dibantu sebagian, memakai celana dibantu
Universitas Indonesia
5
sebagian oleh istri atau anaknya. Pasien berharap dapat kembali berjalan, dan
dapat melakukan aktivitas rumah dan bisa ke masjid.
Universitas Indonesia
6
- Aktivitas sosial
Sejak pasien pensiun, pasien lebih banyak menghabiskan waktu di
lingkungan tempat tinggal pasien. Pasien sering berinteraksi dengan
tetangga yang merupakan teman-teman pasien dengan mengobrol, ibadah
bersama di mesjid dekat tempat tinggal pasien. Kadang kala pasien
bermain bulu tangkis dan catur bersama. Pasien sering ke pasar dekat
tempat tinggal pasein dengan berjalan kaki dan kadang kala mengendarai
motor.
Sejak bulan Juli 2019, pasien sehari-hari lebih banyak menghabiskan
waktu hanya dirumah, berkebun, dan beribadah ke mesjid dekat rumah,
berisitirahat dan menonton TV. Pasien masih dapat beraktivitas di luar
rumah seperti berbelanja ke pasar dan pasien masih dapat mengendarai
motor secara mandiri namun aktivitas ini sudah berkurang. Pasien juga
masih berinteraksi dengan teman-temannya di lingkungan tempat tinggal
pasien dan hanya mengobrol, terkadang bermain catur.
- Kondisi psikologis
Saat minggu awal perawatan pasien berada dalam fase anger. Pasien
belum menerima kondisinya. Pasien cenderung sering marah ke keluarga,
dan menjadi tidak sabar.
Setelah 3 minggu perawatan, pasien cenderung bisa menerima keadaan.
Pasien mau bergerak dan duduk mandiri, dan melakukan aktivitas dasar
mandiri. Dari assessmen TS Psikiatri dikatakan tidak terdapat gangguan
psikopatologis (Axis II).
Universitas Indonesia
7
- Kondisi keluarga
Universitas Indonesia
8
- Genogram
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
duduk, pasien bisa juga berpegangan pada wastafel. Tidak ada keset anti-
slip ataupun hand rail pada dinding.
Universitas Indonesia
11
3. ANALISIS FUNGSIONAL
Waktu 2017
Klinis Penyakit : Pasien mengalami sesak nafas, terasa hilang timbul
bila berjalan cepat. Keluhan pasien terkontrol dengan
obat.
Pasien masih dapat beraktivitas
Status Fungsional : AKS mandiri (tidak terdapat ketergantungan)
IADL 7
Analisis aktivitas dalam 24 jam:
- 50% melakukan aktivitas 1 METs
- 30% melakukan aktivitas 1,5 – 2 METs
- 20% melakukan aktivitas3,5 – 5,5 METs
Waktu Oktober 2019
Klinis Penyakit : Pasien sesak nafas mulai memberat
Kaki dan tangan kanan terasa lemah, kaki kanan tidak
dapat digerakkan
Perubahan Status : AKS Barthel Index13 (ketergantungan ringan)
Fungsional IADL 3,
Analisis aktivitas dalam 24 jam:
- 60% melakukan aktivitas 1 METs
- 30% melakukan aktivitas 1,5 – 2 METs
- 10% melakukan aktivitas 2 – 3,5 METs
Waktu : Saat perawatan April 2019
Klinis Penyakit : Kaki kanan tidak bisa digerakkan, tangan kanan terasa
lemah
Pasien mengalami sesak napas, dan nyeri dada
Pusing saat berubah posisi dari berbaring ke duduk
Perubahan Status : Mobilisasi berbaring – duduk dengan bantuan minimal
Fungsional AKS Barthel Index 10 (ketergantungan sedang)
Analisis aktivitas dalam 24 jam:
- 80 % melakukan aktivitas 1 METs
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
5–8 : Ketergantunganberat
0-4 : Ketergantungan total
Universitas Indonesia
14
5. Mencuci pakaian
a. Mampu mencuci pakaian sendiri 1
b. Mampu mencuci pakaian-pakaian yang ringan 1
c. Kegiatan mencuci pakaian dilakukan oleh orang lain 0
6. Penggunaan Transportasi
a. Dapat berpergian dengan menggunakan kendaraan umum 1
atau menyetir sendiri
b. Dapat berpergian dengan taksi, bajaj, atau ojeg namun tidak 1
dengan kendaraan umum
c. Dapat berpergian dengan kendaraan umum jika ditemani 1
d. Berpergian hanya bisa dengan taxi atau mobil sendiri
dengan ditemani 0
e. Sama sekali tidak mampu berpergian 0
7. Tanggung jawab terhadap obat sendiri
a. Mampu bertanggung jawab terhadap minum obat dengan dosis 1
dan waktu yang tepat
b. Mampu bertanggung jawab terhadap obat jika telah disiapkan 1
c. Tidak mampu minum obat sendiri 0
8. Mampu mengatur keuangan
a. Mampu mengatur masalah keuangan sendiri (merencanakan, 1
membuat catatan, membayar tagihan, dll)
b. Mampu mengatur belanja sehari-hari, namun perlu
bantuan dalam hal perbankan, dll 1
c. Tidak mampu mengatur keuangan sendiri 0
Total nilai 2
*) Skor total antara 0 – 8.
Skor total yang semakin rendah menandakan semakin tinggi tingkat ketergantungan.
Universitas Indonesia
15
makanan
Urusan rumah A-1 E–0 E–0 0 B–0
tangga
Mencuci C-0 C–0 C-0 0 C–0
pakaian
Penggunaan A-1 D–0 D-0 0 C–0
transportasi
Tanggung A-1 C–0 C-0 0 A–1
jawab terhadap
obat
Mengatur A-1 C–0 C-0 0 B–0
keuangan
Total 7 0 0 Tidak 2
dilakukan
Keterangan: Skor total antara 1-8. Skor total yang semakin rendah menandakan
semakin tinggi tingkat ketergantungan.
Universitas Indonesia
16
Pasien memiliki risiko tinggi untuk jatuh dengan faktor risiko sebagai berikut:
A. Faktor risiko internal jatuh pada pasien iniadalah:
1. Kelemahan ekstremitas kanan
2. Kelemahan umum
B. Faktor risiko eksternal jatuh pada pasien iniadalah:
1. Polifarmasi (>4obat)
2. Lingkungan rumah:
• Kamar mandi licin, tidak terdapat keset antislip
Universitas Indonesia
17
Total skor: 39
Skor total > 36 = fatigue
FRAIL Scale
- Fatigue (“are you fatigue?”) Yes
- Resistance (“can you climb one flight of stairs?”) No
- Ambulation (“can you walk one block?”) No
- Illness (greater than 5) Yes
- Loss of Weight (greater than 5%) Yes
Robust : 0 points
Pre-frail : 1 – 2 points
Frail : 3 – 5 points
Skor : 3 (frail)
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
mengatakan rutin makan buah setiap hari. Pasien mampu makan sendiri tanpa
perlu dibantu. Minum rata-rata 1200 ml/hari. Rerata asupan gizi selama di
rumah sebelum sakit 1377 kkal/hari.
Sarapan pagi : Nasi uduk (260 kkal) + telur (93 kkal) + sayur (60 kkal)
: 413 kkal
Makan siang : Nasi putih (204 kkal) + daging (288 kkal) + sayur (60 kkal)
: 552 kkal
Makan malam : Nasi putih (204 kkal) + telur (93 kkal) + sayur (60 kkal)
: 357 kkal
Selingan : Buah papaya (55 kkal)
Universitas Indonesia
20
N. Cara makan
TOTAL: 0 = tidak dapat makan tanpa bantuan
Skor PENAPISAN (subtotal maksimum 14 1 = makan sendiri dengan sedikit kesulitan
poin) 2 = dapat makan sendiri tanpa masalah
Skor ≥12 normal, tidak berisiko tak
perlu melengkapi form pengkajian O. Pandangan pasien terhadap status gizinya
Skor ≤11 kemungkinan malnutrisi 0 = merasa dirinya kekurangan makan/ kurang gizi
lanjutkan pengkajian 1 = tidak dapat menilai/ tidak yakin akan status
gizinya
2 = merasa tidak ada masalah dengan status gizinya
Universitas Indonesia
21
9. PENAPISAN DEPRESI
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? YA TIDAK
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau YA TIDAK
kesenangan anda ?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ? YA TIDAK
4. Apakah anda sering merasa bosan ? YA TIDAK
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ? YA TIDAK
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? YA TIDAK
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ? YA TIDAK
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? YA TIDAK
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan YA TIDAK
mengerjakan sesuatu hal yang baru ?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat YA TIDAK
anda dibandingkan kebanyakan orang ?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ? YA TIDAK
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ? YA TIDAK
13. Apakah anda merasa penuh semangat ? YA TIDAK
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ? YA TIDAK
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda ? YA TIDAK
SKOR: 2 (kemungkinan kecil depresi)
Skor : hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal.
Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1.
Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi.
Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi.
Universitas Indonesia
22
MENGENAL KEMBALI
3 ( 3) Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek diatas tadi. Berikan nilai
1 untuk tiap jawaban yang benar
BAHASA
Universitas Indonesia
23
Jumlah nilai : 28
Interpretasi: nilai MMSE tersebut menunjukkan tidak adanya gangguan kognitif
pada pasien. Hal tersebut sesuai dengan tingkat pendidikan dan pemahaman pasien.
Hal yang terjawab kurang tepat adalah pada bagian pengenalan kembali (pasien lupa
satu nama benda yang telah disebutkan sebelumnya).
Mohon beri tanda pada kotak yang paling sesuai untuk pernyataan tentang tingkat
kesehatan Bapak/ Ibu
1. MOBILITAS
a. Saya tidak mempunyai masalah untuk berjalan
b. Saya ada masalah untuk berjalan
c. Saya hanya mampu berbaring
2. PERAWATAN DIRI SENDIRI
a. Saya tidak mempunyai kesulitan dalam perawatan diri sendiri
b. Saya mengalami kesulitan untuk membasuh badan, mandi atau berpakaian
c. Saya tidak mampu membasuh badan, mandi atau berpakaian sendiri
3. AKTIVITAS SEHARI-HARI (mis. pekerjaan rumah tangga, aktivitas
keluarga, bersantai)
a. Saya tak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari saya
b. Saya mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Untuk membantu menyatakan tingkat kesehatan Bapak/ Ibu, berikut ini adalah sebuah alat
ukur dengan skala yang dapat menggambarkan tingkat kesehatan yang menurut Bapak/ Ibu
paling sesuai. Jika tingkat kesehatan yang dirasakan sangat baik maka dapat ditandai ke
angka 100 sedangkan jika tingkat kesehatan Bapak/ Ibu sangat buruk maka dapat diberi
tanda di angka 0.
Mohon dapat menunjukkan tingkat kesehatan Bapak/ Ibu saat ini dengan menggunakan alat
ukur ini dengan cara menarik garis dari kotak di bawah ini ke titik mana saja yang
menggambarkan tingkat kesehatan Bapak/ Ibu.
Tingkat kesehatan yang dirasakan 70%
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Tanda Vital
Tekanan darah : berbaring 122/69 mmHg; duduk 3 menit 104/60 mmHg
Nadi : berbaring 81 kali/menit; duduk 93 kali/menit
Pernapasan : berbaring 18 kali/menit, teratur; duduk 20 kali/menit, teratur
Saturasi O2 : berbaring 97 - 98% room air; duduk 97 - 98% room air
Status Gizi
Berat badan : 74,5 kg LLA : 30 cm
Tinggi badan :170 cm LB :35 cm
IMT :25,7 kg/m2 LP :100 cm
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Neuromuskular
Pemeriksaan saraf kranialis
I : Normosmia.
II : Pemeriksaan kasar visus kesan baik, refleks cahaya langsung/tak
langsung positif/positif bilateral.
Tes lapang pandang dalam batas normal.
III, IV,VI : Gerakan bola mata normal ke segala arah, tidak ada ptosis.
V : Sensorik dahi, pipi, dagu simetris kanan sama dengan kiri, kontraksi
m.temporalis dan m.masseter dalam batas normal,refleks kornea baik.
VII : Angkat alis simetris, kedua kelopak mata dapat tertutup rapat, dapat
menggembungkan pipi,mulut simetris saat mencucudan menyeringai,
plika nasolabialis dan sudut mulut simetris.
VIII : Tes berbisik normal.
IX, X : Uvula dan arkus faring kesan simetris. Gag reflex positif.
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Feel : slight hipotonus, tidak ada nyeri tekan, proprioseptif dan sensibilitas normal.
Move : ROM dan MMT tercantum dalam tabel,tidak ada nyeri gerak.
Refleks Patella dan Achilles negatif/negatif. Refleks Babinsky positif.
Spastisitas tidak ada.
LGS Kanan / Kiri MMT Kanan / Kiri
Panggul Panggul
Fleksi 0- 120 / 0- 120 Fleksi 2 5
Ekstensi 0 - 30 / 0- 30 Ekstensi 2 5
Abduksi 0- 45 / 0- 45 Abduksi 2 5
Adduksi 0 - 30 / 0- 30 Adduksi 2 5
Rotasi Internal 0- 45 / 0- 45 Rotasi Internal 2 5
Rotasi Eksternal 0- 45 / 0- 45 Rotasi Eksternal 2 5
Lutut Lutut
Fleksi 0 - 135 / 0 - 135 Fleksi 1 5
Ekstensi 135 - 0 / 135 - 0 Ekstensi 1 5
Pergelangan kaki Pergelangan kaki
Dorso Fleksi 0 - 20 / 0 - 20 Dorso Fleksi 1 5
Plantar Fleksi 0 - 50 / 0 - 50 Plantar Fleksi 1 5
Inversi 0 - 35 / 0 - 35 Inversi 1 5
Eversi 0 - 15 / 0 - 15 Eversi 1 5
Universitas Indonesia
32
Perselubungan lateral kiri posterior atas hemithorax kiri. Trakea, arcus aorta bergeser ke kiri.
Dd/ Atelektasis paru kiri atas
Pleuritis kiri posterior atas
Universitas Indonesia
33
Konsolidasi di lapangan atas tengah paru kiri dengan penarikan trakea ke sisi kiri dd/
Loculated pleural effusion.
Kemungkinan disertai adanya massa serta komponen atelektasis belum dapat
disingkirkan. Infitrat di perihilar kanan dan parakardial kanan-kiri, suspek
pneumonia. Tak tampak kelainan radiologis pada jantung.
Masa multiple dengan necrotic pada fronto dan parietal kanan dan kiri serta
intraventrikular kiri, dd/ metastasis.
Universitas Indonesia
34
Suspek lakunar infark pada nucleus lentiformis kanan dan thalamus kiri.
Elektrokardiografi (5/11/2019)
Sinus ritme, QRS rate 130 x/menit, LAD, P wave normal, PR int 0.12 s, QRS
complex 0.06s, ST elevasi V1-V4, T inverted tidak ada, Bundle Branch Block tidak
ada
Universitas Indonesia
35
16. RESUME
Pasien laki-laki 65 tahun, dengan kelemahan ekstremitas sisi kanan. Tangan bisa
digerakan, kaki sulit bergerak. Tahun 2017 pasien didiagnosis PPOK, lalu pasien
rutin kontrol dengan obat. Pada Juli 2019 pasien mengeluh sesak dan batuk.
Tidak ada batuk berdarah. Pada Oktober 2019 sesak memberat, lalu dilakukan
pemeriksaan ct scan dicurigai adanya efusi dan masa. Lalu dilakukan pungsi
hasilnya hanya sedikit. Dilakukan biopsi hasilnya terdapat keganasan condong
ke neuroendocrine tumor paru. Oktober akhir pasien merasa kaki kanan lemas.
Pada November kaki kanan tidak dapat digerakkan. Kemudian pasien dibawa ke
rscm. Dilakukan CT otak, didapatkan hasil terdapat masa intracranial suspek
metastasis. TIdak ada pandangan ganda. Tidak ada gangguan pendengaran.
Pasien mengeluh nyeri pada dada kiri. Nyeri bertambah saat inspirasi. Pasien
diberikan morphine 10 mg/24 jam, lalu nyeri berkurang. Proses duduk pasien
dibantu sebagian. Pasien bisa duduk tanpa sandaran. Pasien sudah bisa
menerima kondisi kesehatannya. Pasien bisa makan per oral. Istri pasien sebagai
pelaku rawat utama. Pasien memiliki 3 anak perempuan. 2 sudah menikah.
Pasien tinggal bersama istri dan anak ketiganya.
Geriatric Giants
Yang ada pada pasien Yang tidak ada pada pasien
Immobility Incontinence
Instability Intellectual Impairment
Impecunity Impairment of vision and hearing
Immune Deficiency Isolation
Universitas Indonesia
36
Iatrogenic Impaction
Insomnia Impotence
Inanition
infection
Terapi:
Di rumah sakit:
- Injeksi :
o Dexametason 2x2 mg
- Per oral:
o Amlodipin 1x10 mg
o Omeprazol 1x10 mg
o Laxadin 15 ml 3x1
Dirumah:
- Laxadine 60 ml 3x1
- Omeprazole capsule 1x20 mg
- Paracetamol tablet 3x500mg
- Dexametason 2x0.5 mg
- Amlodipin 1x10 mg
- MST continuous tablet 2x10 mg
Body Functions:
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
1. Hemiparese Dextra
2. Cancer pain
3. Gangguan pengembangan dada
4. Low endurance kardiorespirasi
5. Low endurance otot
6. Cancer related fatigue
7. Frailty
8. Instabilitas dengan risiko jatuh tinggi
9. Imobilisasi dengan ADL ketergantungan sedang
10. Penurunan kualitas hidup
11. Risiko jatuh tinggi
20. PROGNOSIS
Ad vitam:dubia ad malam
Angka harapan hidup pasien dengan NET paru dengan metastasis yaitu 41
bulan. Persentase laju harapan hidup dalam 1,3,5, dan 10 tahun yaitu sebesar
78,2%, 52.7%, 39.4%, dan 18,1% secara berurutan. Lokasi tumor primer
menentukan prediksi harapan hidup. Lokasi Net pada rectum memiliki prognosis
paling bagus, sedangkan lokasi NET pada pancreas memiliki prognosis paling
buruk.
Ad sanactionam: dubia ad malam
Dalam 100 tahun studi klinis, NET masih menjadi sulit untuk dimengerti karena
kejadian NET yang jarang, heterogen, gejala yang tidak jelas, dan kurangnya
kesadaran akan penyakit ini.
Ad functionam: dubia ad bonam
Fungsi untuk mobilisasi dengan berjalan dengan alat bantu. Kekuatan motorik
pada ekstremitas kiri 5, ekstremitas atas kiri 4.
Universitas Indonesia
39
Berdasarkan The Duke Activity Status Index skor 7.2 dengan prediksi METs
pada pasien ini adalah 3.08 (Aktivitas intensitas ringan).3
21. TUJUAN
Tujuan Jangka Pendek:
1. Mengurangi rasa cemas untuk beraktivitas
2. Mengurangi rasa nyeri
3. Meningkatkan pengembangan dada
4. Meningkatkan endurance otot dan kardiorespirasi
5. Mencegah jatuh dengan pemberian edukasi, modifikasi lingkungan tempat
tinggal
6. Pasien, keluarga beserta pelaku rawat memahami kondisi penyakit,
tatalaksana, prognosis dan komplikasi
Universitas Indonesia
40
1. Mencegah re-hospitalisasi
2. Meningkatkan aktivits fisik
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien
4. Memaksimalkan partisipasi pasien di keluarga dan lingkungan sekitar
pasien
Program:
Latihan AAROM pada UE dextra,
dan PROM pada LE dextra,
3x/hari 10 repetisi.
Latihan penguatan UE dextra dengan
beban 1kg , 3xhari , 10 repetisi
Latihan berdiri dengan walker, dan
berpindah ke kursi roda.
Behavioral Therapy dengan
menunjukkan pada pasien bahwa
pasien mampu untuk duduk mandiri
dan ADL hanya dibantu sebagian
Universitas Indonesia
41
Program :
- Lakukan teknik relaksasi
breathing exercise saat nyeri
terjadi
- MST sesuai TS IPD
4. Low endurance Subjektif: Target:
kardiorespirasi Pasien lelah saat Meningkatkan endurance
melakukan aktivitas kardiorespirasi untuk dapat
melakukanADL, mobilisasi mandiri,
Objektif: aktivitas sosial
TD: 122/69 mmHg Hambatan:
Nadi : 81 x/menit Imobilisasi
RR:20 x/menit
SaO2:97-98 % Potensi:
Kognisi pasien baik
Semangat pasien baik
MMT 4/5
Lingkup gerak sendipenuh
Program:
In bed aerobic exercise, moderate
intensity exercise (Borg scale 13-15,
60-80% maksimum heart rate, 50-60
menit, 2-3 x/ minggu)
5. Low muscle Subjektif: Target:
endurance Pasien lelah saat Meningkatkan endurance otot untuk
melakukan aktivitas aktivitas
Hambatan:
Imobilisasi
Potensi:
Kognisi baik
Semangat baik
MMT 5 sinistra
Lingkup gerak sendi penuh
Universitas Indonesia
42
Program:
Rencana uji latih kekuatan otot
Melakukan ADL dengan teknik
konservasi energi
Rencana latihan penguatan otot
isotonik extremitas atas 40-60% 1
RM, mulai dengan 1 set 8-10 repetisi
dinaikkan bertahap, frekuensi 2-3
x/minggu
6. Fatigue Subjektif: Target:
Pasien lelah saat Mengurangi fatigue (target fatigue
melakukan aktivitas severity scale<36)
Hambatan:
Objektif: Low endurance
RR : 20 x/menit Potensi:
Fatigue severity scale 39
Tidak terdapat depresi
MMT 5sinistra
Aktivitas fisik pasien sebelum masuk
RSbaik
Program:
Perbaikan kondisi medis sesuai TS
IPD
Melakukan ADL dengan teknik
konservasi energi
7. Frailty Subjektif : Target
Pasien lelah saat Meningkatkan endurance
melakukan aktivitas kardiorespirasi pasien
Hambatan:
Objektif:
Low endurance Low endurance
kardiorespi
Potensi:
Barthel Indeks menurun
Tidak terdapat depresi
Lingkup gerak sendi penuh
MMT 5 sinistra
Aktivitas fisik pasien sebelum masuk
RS baik
Program
Latihan aerobic on bed
8. Instabilitas dengan Objektif: Target:
risiko jatuh tinggi Pengkajian risiko jatuh Mencegah jatuh
skor 12 risiko jatuh Modifikasi lingkungan
tinggi Hambatan:
FES-I skor 51 (rasa
Kelemahan umum
takut jatuh tinggi)
Polifarmasi
Balance inadekuat
Sensorik dan propioceptive inadekuat
Universitas Indonesia
43
Potensi:
Kognisi baik
Kooperatif
Caregiver suportif
MMT 5
Program:
Edukasi pasien dan keluarga
mengenai risiko jatuh dan caregiver
harus mengawasi dan membantu
mobilisasi pasien, berpegangan bila
melakukan mobilisasi
Edukasi kondisi rumah:
o Pencahayaan cukup
o Hindari lantai yang licin
o Pemasangan handrail dan keset
antislip di kamar mandi, WC
duduk
9. ADL Objektif: Target:
ketergantungan Barthel Index 10/20 Meningkatkan kemandirian ADL
sedang o Berubah posisi dari baring ke
duduk target: mandiri
o Berpindah target: mandiri
Hambatan:
Kelemahan umum
Potensi:
Kognisi baik
Kooperatif
Semangat baik
Caregiver suportif
MMT 5 sinistra
Sebelumnya Barthel Index pasien
19/20
Program:
Latihan kemandirian ADL
10. Penurunan kualitas Subjektif: Target:
hidup Pasien mengatakan sejak Meningkatkan kualitas hidup
sakit untuk melakukan Hambatan:
aktivitas menjadi sulit. Cancer pain
Pasien tidak bisa Potensi:
berjalan, terdapat nyeri Kognisi baik
dan sesak pada dada. Semangat baik
Pasien berharap agar Pasien tidak ada depresi
bisa berjalan berkebun. Caregiver suportif
Infeksi paru perbaikan
MMT 5
Objektif:
EQ-5D :32332 EQ-5D sebelum perawatan : 11211
EQ-5D VAS : 50 EQ-5D VAS 80
Program:
Edukasi pasien dankeluarga
mengenaipenyakitnya
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
78,2%, 52.7%, 39.4%, dan 18,1% secara berurutan. Lokasi tumor primer
menentukan prediksi harapan hidup. Lokasi Net pada rectum memiliki prognosis
paling bagus, sedangkan lokasi NET pada pancreas memiliki prognosis paling
buruk. Dalam 100 tahun studi klinis, NET masih menjadi sulit untuk dimengerti
karena kejadian NET yang jarang, heterogen, gejala yang tidak jelas, dan
kurangnya kesadaran akan penyakit ini.
25. FOLLOW UP
Tanggal 11/12/2019
S : Pasien kembali masuk IGD karena nyeri dada kiri yang terasa tajam,
VAS 9. Nyeri muncul terus menerus, tidak berubah saat aktivitas,
sesak juga dirasakan pasien. Kelemahan pada ekstremitas kanan
pasien bertambah. Tangan kanan menjadi lebih lemah, kaki kanan
sama sekali tidak bisa digerakkan. Pasien merasa tangan kiri juga
menjadi lemah, kaki kiri masih bisa digerakkan tapi terasa lebih
lemah. Pasien mobilisasi menggunakan kursi roda.
O : Compos mentis, tampak sakit sedang
TD: 130/73 mmHg N: 93 x/menit RR: 20 x/menit SaO2 98%
tanpa O2
Borg scale: 15-4-5
Status fungsional: Barthel Index = 9
Evaluasi mobilisasi: mobilisasi on bed,
Regio toraks: Pengembangan dada kiri tertinggal, vesikuler menurun
pada lapang kiri, ronki dan wheezing tidak ada.
Status Muskuloskeletal :
Look : Tampak hipotrofi pada lower extremity dextra
Feel : Hipotonus bilateral
Move : Upper Extremity 3344/4444
Lower extremity 1111/4444
Hb 14,7, Ht 43.2. leukosit 7.5, trombosit 179000
Na 128, K 4.4, Cl 104,1
A : 1. Neuroendocrine Tumor of Lung Stadium IV, metastasis intracranial
2. Cancer pain
3. Kelemahan extremitas bilateral
4. Low endurance kardiorespirasi
Universitas Indonesia
47
Tanggal 18/12/2019
S : Nyeri dada berkurang setelah diberikan obat. Sesak berkurang. Pasien
sudah mau mencoba untuk ke posisi duduk. Pasien direncanakan
kemo hari ini dengan total 3x. Tidak ada keluhan batuk, mual, muntah
O : Compos mentis, tampak sakit sedang
TD: 115/70 mmHg N: 89 x/menit RR: 18 x/menit SaO2 99%
tanpa O2
Borg scale: 13-3-4
Status fungsional: Barthel Index = 9
Evaluasi mobilisasi: Perubahan dari berbaring ke duduk. TD: 102/73
mmHg, Nadi 97 x/menit, RR 20 x/menit, SaO 2 97%, Borg scale 12-0-
0. Pasien dapat betahan 10 menit.
Regio toraks: Pengembangan dada kiri tertinggal, vesikuler menurun
pada lapang kiri, ronki dan wheezing tidak ada.
Status Muskuloskeletal :
Look : Tampak hipotrofi pada lower extremity dextra
Feel : Hipotonus bilateral
Move : Upper Extremity 3344/4444
Lower extremity 1111/4444
Universitas Indonesia
48
P : 1. Breathing exercise
2. Ankle pumping exercise
3. Strengthening exercise isotonic lower extremity bilateral sehari 2
kali, 10 repetisi (as tolerated pasien dengan batasan Borg Scale 13-4-
4)
4. Kemoterepi 1
RENCANA PEMULANGAN
1. Pasien dapat dipulangkan jika:
- Kondisi medis secara umum baik.
- Status fungsional pasien ketergantungan ringan.
- Asupan makanan pasien 80-100%.
- Pasien dapat melakukan latihan di rumah untuk mempertahankan
kekuatan otot dan meningkatkan pengembangan rongga dada.
2. Pasien dan keluarga teredukasi mengenai:
- Risiko jatuh tinggi pada pasien dan pencegahan jatuh yang dapat
dilakukan (penggunaan keset anti-slip, handrail di kamar mandi,
penerangan yang baik pada seluruh ruangan rumah, dan lainnya)
- Cara pemberian obat-obatan untuk pasien
- Program perbaikan nutrisi pasien sesuai saran ahli gizi.
- Program jangka menengah dan jangka panjang pada pasien.
- Palliative care
Universitas Indonesia
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Hlatky MA, Boineau RE,Higginbotham MB, Lee KL, Mark DB, Califf RM,
et al. A brief self-administered questionnaire to determine functional capacity.
Am J Cardiol. 1989;64:651–4.
2. American Psychiatric Association. Diagnostic And Statistical Manual of
Mental Disorders DSM-5. 5th ed. Washington DC: American Psychiatric
Publishing; 2013. 1–947 p.
3. Hallet J, Law CH, Cukier M, Saskin R, Liu N, Singh S. Exploring the rising
incidence of neuroendocrine tumors: a population-based analysis of
epidemiology,metastatic presentation, and outcomes. Cancer. 2015; 121 (4):
589–597.
4. Kunz PL. Carcinoid and neuroendocrine tumors: building on success. J Clin
Oncol. 2015;33(16):1855–1863.
5. Dasari A, Mehta K, Byers LA, Sorbye H, Yao JC. Comparative studyof lung
and extrapulmonary poorly differentiated neuroendocrine
carcinomas: A SEER database analysis of 162,983 cases. Cancer. 2018 ;
124(4) :807–815.
6. National Cancer Institute. Surveillance, Epidemiology, and End Results
Program [webpage on the Internet]. Overview of the SEER program.
Available from: https://seer.cancer.gov/about/overview.html. Accessed
October 17, 2018.
7. Yao JC, Hassan M, Phan A, et al. One hundred years after “carcinoid”:
epidemiology of and prognostic factors for neuroendocrine tumors in
35,825 cases in the United States. J Clin Oncol. 2008;26(18):3063–3072.
8. Boyar Cetinkaya R, Aagnes B, Myklebust TÅ, Thiis-Evensen E. Survival
in neuroendocrine neoplasms; A report from a large Norwegian
population-based study. Int J Cancer. 2018;142(6):1139–1147.
9. Shen C, Dasari A, Chu Y, et al. Clinical, pathological, and demographic
factors associated with development of recurrences after surgical
resection in elderly patients with neuroendocrine tumors. Ann Oncol.
2017;28(7):1582–1589.
10. Kunz PL, Reidy-Lagunes D, Anthony LB, et al. Consensus guidelines
for the management and treatment of neuroendocrine tumors. Pancreas.
2013;42(4):557–577.
Universitas Indonesia