Anda di halaman 1dari 26

MINI CEX DOKTER MUDA

POLI JIWA DAN NARKOBA


RSUD JENDRAL AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MALAHAYATI

Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)

Oleh :
Vina Putri Anisya
21360094

Penguji :
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA DAN NARKOBA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD JEND. AHMAD YANI METRO
LAMPUNG 2022
MINI CEX DOKTER MUDA
POLI JIWA DAN NARKOBA
RSUD JENDRAL AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MALAHAYATI

Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)

Vina Putri Anisya


21360094

Penguji :
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA DAN NARKOBA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD JEND. AHMAD YANI METRO
LAMPUNG 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI
PASIEN MINI CEX

Seorang Pasien Dengan Skizoafektif Tipe Depresif


(F25.1)

Nama : Riska Amelia


Umur : 20 Tahun

Telah di setujui untuk menjadi pasien pada 13 Oktober 2022

Mengetahui,

dr. Woro Pramesti, Sp. KJ

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Mini CEX dengan diagnosis, “Skizoafektif Tipe Depresif”


telah dibacakan dan di setujui pada 13 Oktober 2022

Oleh :
Vina Putri Anisya
21360094
Masa KKM : 26 September 2022 – 29 Oktober 2022

Penguji

dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Vina Putri Anisya


NPM : 21360094
Masa KKM : 26 September 2022 – 29 Oktober 2022

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya benar-benar telah melakukan

wawancara psikiatri terhadap pasien.

Metro, 13 Oktober 2022

Vina Putri Anisya

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN ............................................................. ii

LEMBAR PENGASAHAN .............................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

IDENTITAS ....................................................................................................... 1

RIWAYAT PSIKIATRI ................................................................................... 1

PEMERIKSAAN LAIN .................................................................................... 8

RINGKASAN .................................................................................................... 11

DIAGNOSIS BANDING .................................................................................. 11

DIAGNOSIS ...................................................................................................... 12

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL ........................................................................ 12

PENATALAKSANAAN ................................................................................... 12

DISKUSI ............................................................................................................ 13

KESIMPULAN.................................................................................................. 18

SARAN ............................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

v
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Nn. RA
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Bumi Jaya, 11 Agustus 2002
Alamat Domisili : Bumi jaya, Anak Tuha, Lampung Tengah
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan : Pegawai Minimarket
Tanggal pemeriksaan : 13 Oktober 2022
Tempat pemeriksaan : Poli jiwa RSUD Jend. Ahmad Yani Metro
Cara Datang : Mandiri
No. RM : 439122

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan berhalusinasi, cemas dan takut bila
dalam keramaian, merasa curiga terhadap orang lain berbuat jahat kepada
dirinya dan merasa sedih tanpa sebab sejak 1 bulan SMRS.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Autoanamnesis:
Pada hari selasa tanggal 13 Oktober 2022 Pasien datang sendiri dan
dilakukan wawancara di Poli Jiwa dan Narkoba RSUD Jend. Ahmad Yani
Metro. Pasien seorang perempuan berumur 20 tahun.
Pasien mengeluhkan berhalusinasi dengan melihat bayangan seperti
manusia dan pasien kerap kali mendengar bisikan – bisikan
1
membangunkannya saat ingin tidur sehingga pasien mengalami kesulitan
tidur, pasien merasa takut dan cemas saat bila berada didalam situasi suatu
perkumpulan yang ramai sampai membuat pasien merasakan mual, pusing
dan keringat dingin. Pasien merasa curiga terhadap orang lain akan
berbuat jahat dan akan melecehkannya, merasa tidak berguna namun tidak
ada perasaan ingin bunuh diri. Pasien kerapkali merasakan kesedihan
tanpa sebab yang bisa membuat pasien menangis hingga 2-3 jam. Selepas
tamat SMK pasien sekarang pasien bekerja menjadi pegawai minimarket,
pasien kerap kali mudah marah dan tersinggung dengan temannya.
Dari keterangan pasien, Pasien mulai merasakan kecemasan dan
ketakutan ditempat ramai diawali saat 1 tahun lalu pasien dipijat oleh
kakek pasien awalnya hanya di pijat daerah bahu namun tiba tiba kakek
pasien memijat area dada pasien yang membuat pasien terkejut. Tidak
lama dari kejadian tersebut saat pasien barada dipasar yang penuh
keramaian tiba tiba ada orang asing yang hampir memegang area dada
pasien namun pasien dapat menghindar. Dari kedua kejadian tersebut
pasieng sekarang kerapkali merasa cemas, takut dan sering bersedih.
Ditambah lagi, pasien mengalami masalah penyakit lambung yang
dianggap menambah penderitaanya.
Alloanamnesis:
Tidak dilakukan alloanamesis dikarenakan pasien datang sendiri ke
poli jiwa RSUD Ahamad Yani

C. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU


a. Riwayat gangguan psikiatri
Awal keluhan pskiatri muncul sejak 1 bulan lalu
b. Riwayat gangguan medik
Dispepsia Syndrom

D. RIWAYAT PENGOBATAN
a. Riwayat pengobatan psikiatri

2
Belum pernah konsultasi ke psikiater sebelumnya
b. Riwayat pengobatan medis
Berobat ke mantri dan dokter untuk penyakit dyspepsia syndrome
nya.

E. RIWAYAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF/NAPZA


Tidak ada.

F. RIWAYAT KELUARGA
Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa

G. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien
dilahirkan cukup bulan, spontan dengan persalinan normal ditolong
bidan setempat. Berat badan lahir cukup.
2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Sejak kecil pasien di asuh oleh kedua orangtuanya dan diberi
ASI sampai dengan usia 2 tahun. Pasien memiliki keluarga yang
lengkap dan tidak ada masalah keluarga yang mendasari gangguan
psikiatri.
3. Masa Kanak Pertengahan
Pasien sekolah seperti anak biasanya di taman kanak – kanak
hingga sekolah dasar negeri.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien melanjutkan sekolahnya ke SMP sampai SMK.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja di minimarket selepas lulus SMK
b. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah

3
c. Agama
Pasien beragama islam.
d. Aktivitas Sosial
Sejak 1 tahun lalu pasien merasa takut bila berada
dikeramaian yang membuat pasien sulit beraktivitas yang terdapat
orang banyak.
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki trauma seksual yang dilakukan oleh
kakeknya dengan memijat area dada dan saat dikeramaian terdapat
orang asing yang hampir memegang area dada pasien 1 tahun lalu
f. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.

4
III. PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang perempuan berusia 20 tahun, berpenampilan

fisik sesuai dengan usianya. Pasien datang ke klinik jiwa dengan

mengenakan baju kemeja hijau, celana dan jilbab hitam polos. Pasien

memiliki kulit coklat, dan berpenampilan cukup rapi.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Selama wawancara pasien merespon suara dan mampu

melakukan kontak mata dengan pemeriksa namun terkadang

menundukkan pandangan jika menceritakan kesedihannya.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien terbuka menceritakan semua keluhan dan riwayat

kehidupannya. Pasien bersikap kooperatif dari awal wawancara

anamnesis sampai dengan selesai.

B. Pembicaraan

1. Kualitas

Volume suara pelan dan monoton, artikulasi jelas.

2. Kuantitas

Pasien mampu menjawab sesuai pertanyaan.

3. Hendaya Bahasa

Tidak ada hendaya bahasa, pasien dapat berbicara Bahasa Indonesia.

C. Keadaan Mood dan Afek

1. Mood/suasana perasaan : Hipotimia dan Anhedonia


5
2. Afek/ekspresi afek : Disforik dan Menumpul

3. Keserasian antara respons emosional dengan topik pembicaraan

: Serasi

D. Proses Berfikir

1. Bentuk Pikir : Tidak Realistis

2. Arus Pikir : Inkoherensia

3. Isi Pikir : Waham (+), fobia (-), kemiskinan isi piker (-), obsesi (-),

dan kompulsi (-).

E. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi dan Ilusi

 Halusinasi : Visual dan Auditorik

 Ilusi : Tidak ada

2. Depersonalisasi dan Derealisasi

 Dipersonalisasi : Tidak ada

 Derealisasi : Tidak ada

F. Sensorium dan Kognisi

1. Kesadaran : Compos mentis

2. Orientasi :

 Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu pada saat

pemeriksaan

 Tempat : Baik, pasien mengetahui dimana pemeriksaan

dilakukan.

6
 Orang : Baik, pasien dapat mengenali keluarganya dan

dokter yang mewawancarainya.

3. Konsentrasi dan Berhitung : Baik, pasien masih bisa berhitung.

4. Memori dan Daya Ingat

 Segera : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat

aktivitas yang dilakukan hari ini.

 Jangka pendek : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat

apa yang dilakukan beberapa jam yang lalu.

 Jangka menengah : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat

apa yang baru dilakukan pasien pada 1 bulan yang lalu.

 Jangka panjang : Tidak terganggu, pasien dapat menceritakan

masa kecilnya dengan baik.

5. Perhatian

Tidak terganggu ketika wawancara berlangsung pasien dapat

memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa.

6. Kemampuan visuospasial

Tidak dievaluasi

7. Pikiran abstrak

Terganggu, pasien tidak dapat membedakan kejadian yang nyata dan

tidak nyata.

8. Kemampuan membaca dan menulis

Tidak terganggu, pasien masih bisa membaca dan menulis.

7
9. Kapasitas intelegensia

Pasien dapat menangkap, mengingat, serta mendiskusikan apa yang

disampaikan pemeriksa terhadap pasien.

G. Daya Nilai dan Tilikan

1. Daya nilai sosial

Terganggu, pasien kerap kali merasa ketakutan dan cemas bila berada

di lingkungan sosial yang ramai.

2. Uji daya nilai

Terganggu, pasien tidak dapat menilai situasi secara benar dan

bertindak tidak sesuai dalam situasi tertentu.

3. Tilikan

Pasien memiliki tilikan derajat 4, dimana pasien menyadari dirinya

sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.

H. Pengendalian impuls

Baik, selama wawancara pasien duduk dengan tenang.

I. Taraf dan Dipercaya

Secara keseluruhan informasi yang diberikan pasien dapat

dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN LAIN


A. Status Internistik
a. Tekanan Darah : 124/58 mmHg
b. Nadi : 140 x/menit
c. Respirasi : 20 x/menit
d. Suhu : 36,7 oC
e. Berat Badan : 60 kg

8
f. Tinggi Badan : 165 cm
g. IMT : 22,0 (normoweight)
h. Mata : Anemia : - /- ; Ikterus : -/-
i. THT / KL : Tidak dievaluasi
j. Cor : BJ I & II reguler
k. Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
l. Abdomen : DBN
m. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), tremor (-)

B. Status Neurologis
a. GCS : E4; V5; M6
b. Nervus kranialis
1. N. Olfaktorius (N.I)

Tidak dievaluasi

2. N. Optik (N.II)

Tidak dievaluasi.

3. N. okulomotorius (N.III), N. trochlearis (N. IV), N. Abducens

(N.VI)

Selama wawancara pasien memiliki gerakkan bola mata

yang wajar.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

4. N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara, wajah pasien terlihat simetris.

Kesan : Nervus dalam batas normal.

5. N. facialis (N.VII)

Pasien dapat menunjukkan ekpresi dan mengangkat alis, wajah

pasien terlihat simetris kiri dan kanan.

Kesan: Nervus dalam batas normal.


9
6. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan

tepat. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

7. N. glosssopharyngeus (N.IX),

Pasien dapat mengecap rasa manis dan asam.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

8. N. vagus (N.X)

Pasien dapat menelan ludah.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

9. N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara, terlihat pasien dapat menggerakkan

kepalanya ke kiri dan kanan.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

10. N. hypoglossus (N.XII)

Pasien dapat menjulurkan lidah dan menggerakkan ke kiri dan

kanan.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

c. Pupil : Reflek cahaya (+) / (+) ; Bulat Isokor

d. Motorik : Tidak dievaluasi

e. Refleks Fisiologis : Tidak dievaluasi

f. Refleks Patologis : Tidak dievaluasi

g. Refleks Primitif : Tidak dievaluasi

10
C. Pemeriksaan Penunjang

Mini Mental Stase Examination (MMSE) : Tidak dievaluasi

D. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dievaluasi

V. RINGKASAN
Pada hari selasa tanggal 13 Oktober 2022 Pasien datang sendiri dan
dilakukan wawancara di Poli Jiwa dan Narkoba RSUD Jend. Ahmad Yani
Metro. Pasien seorang perempuan berumur 20 tahun.
Pasien mengeluhkan berhalusinasi, kesulitan tidur, pasien merasa
takut dan cemas saat bila berada didalam situasi suatu perkumpulan yang
ramai sampai membuat pasien merasakan mual, pusing dan keringat dingin.
Pasien merasa curiga terhadap orang lain akan berbuat jahat dan akan
melecehkannya, merasa tidak berguna. Pasien kerapkali merasakan
kesedihan tanpa sebab. Pasien kerap kali mudah marah dan tersinggung
dengan temannya. Pasien mulai merasakan kecemasan dan ketakutan
ditempat ramai diawali saat 1 tahun lalu pasien dipijat di area dada dan
terdapat suatu kejadian saat pasien di keramaian tiba tiba ada orang asing
yang hampir memegang area dada pasien. Dari kedua kejadian tersebut
pasieng sekarang kerapkali merasa cemas, takut dan sering bersedih.
Saat dilakukan wawancara, pasien menjawab pertanyaan dengan
volume suara pelan dan mononton, mampu melakukan kontak mata namun
terkadang pandangannya menunduk. Pasien memiliki mood hipotimia dan
anhedonia dengan afek disforik dan menumpul. Terdapat waham, halusinasi,
bentuk pikir yang tidak realistic dan daya nilai dan tilikan yang terganggu.
Pada pemeriksaan intrinsik dan neurologis dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS BANDING


- Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
- Skizofrenia Paranoid (F20.0)
- Episode Depresi sedang dengan gejala somatik (F32.11)
11
- Agorafobia (F40.0)
- Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F 41.2)
VII. DIAGNOSIS

Skizofrenia Tipe Depresif (F25.1)

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Axis 1 : Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
Axis 2 : Tidak ada diagnosis axis II (Z 03.2)
Axis 3 : Penyakit Sistem Pencernaan (K00-K93)
Axis 4 : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Axis 5 : GAF scale 60 -51 (gejala sedang/moderate, disabilitas
sedang)

IX. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
R/
Clozapine 1x12,5 mg (Antipsikotik atipikal – Dibenzodiazepin)
Risperidon 2x2 mg (Antipsikotik atipikal – Benzizoxasole)
Fluoxetine 1x20 mg (Antidepresan – Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor/SSRI)
Alprazolam 3x0,25 mg (anti-anxietas)
THP (Trihexyphenidyl) 1 x 2mg (antikolinergik)

B. Psikoterapi
- Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) dengan
megembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif serta
melatih kembali respon kognitif dan pikiran yang baru.
- Memberikan semangat serta motivasi kepada pasien agar optimis
dalam proses penyembuhan.
- Memberitahu pasien untuk meminum obat secara teratur.
- Menasehati pasien untuk lebih bersabar dalam mengendalikan emosi.

12
- Memberitahu pasien mengenai keterampilan social dan okupasional
juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam
kehidupan sehari – harinya.
- Edukasi keluarga: memberitahu pasien siap menghadapi
deteriorasiyang mungkin dapat terjadi. Dapat mendiskusikan
masalah sehari – hari, hubungan dengan keluarga dan hal hal lain
missal pendidikan dan pekerjaan pasien.

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

XI. DISKUSI
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia
maupun gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas
skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala
gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu,
tipe manik dan tipe depresif.
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa (PPDGJ-III):
25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif.
 Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe
depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagain
besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
 Afek Depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala
khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum
dalam uraian untuk episode depresif (F32);
 Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan
sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan
dalam pedoman diagnostik skizofrenia,F20 -, (a) sampai (d)).
13
F20 Skizofrenia
- Harus ada setidaknya satu dari gejala berikut, salah satunya sangat
jelas (dan biasanya dua atau lebih jika tajam atau kurang jelas):
(a) - "Thought Echo" = isi pikiran sendiri yang berulang sendiri atau
bergema di kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran yang
berulang-ulang, meskipun isinya sama, tetapi kualitasnya
berbeda; atau
- "Thought insertion or withdrawal" = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
dikeluarkan oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- "Thought Brodcasting" = isi pikirannya disiarkan agar orang lain
atau publik mengetahuinya;
(b) - "delusion of control" = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan eksternal, atau
-"delusion of influence" = waham tentang dirinya yang
dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar; atau
-"delusion of passivity" = waham tentang dirinya tak berdaya dan
menyerah pada kekuatan dari luar, (tentang “dirinya" = secara
jelas mengacu pada gerakan tubuh/anggota badan atau pikiran,
tindakan, atau pengindera khusus);
-"delusion perception" = pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang memiliki arti yang sangat khusus baginya, biasanya mistis
atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang terus menerus mengomentari perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan masalah pasien di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara)
- jenis suara halusinasi lainnya yang berasal dari satu bagian
tubuh

14
(d) Waham waham menetap lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan tidak mungkin, misalnya
mengenai keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan
dan kemampuan di atas manusia biasa (mis. mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain).
- Atau setidaknya dua dari gejala berikut harus: selalu ada dengan jelas:

(e) Halusinasi yang menetap dari salah satu indera, bila disertai
dengan waham mengambang atau setengah berbentuk tanpa isi
afektif yang jelas, atau disertai dengan ide-ide berlebihan, atau
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus;
(f) Aliran pemikiran terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang mengakibatkan inkoherensi atau ucapan
yang tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala - gejala "negatif", seperti sangat apatis, jarang berbicara,
dan respons emosional yang tumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari lingkungan sosial dan
penurunan kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua ini
tidak disebabkan oleh depresi atau pengobatan neuroleptik;
- Adanya gejala gejala khas di atas telah berlangsung selama satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam kualitas
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, yang
dimanifestasikan sebagai kehilangan minat, kehidupan tanpa tujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri
dari sosial.
15
F.32 Episode Depresif
 Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
- afek depresif,
- kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
 Gejala lainnya:
(a) konsentrasi dan perhatian berkurang:
(b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang:
(c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
(d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
(e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
(f) tidur terganggu
(g) nafsu makan berkurang.
 Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Penatalaksanaan:
1. Farmakoterapi
a) Injeksi:
Olanzapin 2 X 5-10 mg / hari dengan diazepam 2 x 10 mg / hari
b) Oral:
Terapi kombinasi:
1. Litium 2 x 400 m g / hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik
0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat
1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau Divalproat
dengan dosis awal 3 x 250 mg / hari dan dinaikkan setiap
beberapa hari hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L atau

16
Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg / hari dan dosis
dapat dinaikkan 200 mg setiap dua-empat hari hingga mencapai
kadar plasma 4-12 µg/mL sesuai dengan karbamazepin 800-
1600 mg / hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari
2. Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1 x 10 30 mg / hari atau
risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg), hari
II (400mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x
10-30 mg / hari.

2. Psikoterapi
Psikoterapi individu dapat diberikan, terapi kelompok jarang
digunakan, karena biasanya mereka sering tidak nyaman atau kurang
dapat mentolerir terapi kelompok, terutama dengan pasien dengan
berbagai diagnosis. Jika akan dilakukan, lebih baik jika pasien dirawat
secara rawat jalan. tidur siang, tidak Psikoterapi individual yang dapat
diberikan berupa psikoterapi suportif, client-centered therapy, atau terapi
perilaku. Psikoterapi suportifnya sebaiknya yang relatif konkrit, berfokus
pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien
dengan orang-orang terdekatnya. Ketrampilan sosial dan okupasional
juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam
kehidupan sehari-harinya.
Edukasi keluarga, Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi
deteriorasi yang mungkin dapat terjadi. Diskusi dapat tentang problem
sehari-hari, hubungan dalam keluarga, dan hal-hal kusus lainnya,
misalnya tentang rencana pendidikan, atau pekerjaan pasien.

17
Differential Diagnosis
Episode depresi Gangguan
Skizofrenia
sedang dengan campuran
Paranoid Agorafobia (F40.0)
gejala somatik anxietas &
(F20.0)
(F32.11) depresi (F 41.2)
Episode depresif yang - Memenuhi - Gejala psikologis, - Terdapat gejala
berlangsung sekurang kriteria perilaku/otonomikyang anxietas & depresi
kurangnya 2 minggu, umum timbul akibat masalh dimana gejala
min 2 gejala utama skizofrenia primer anxietasnya tidak cukup berat
depresi (afek depresi, - Halusinasi bukan sekunder seperti untuk
hilang minat, mudah dan waham waham (pusing, mual meneggakkan
lelah) dan harus & keringat dingin) diagnosis
sekurangnya 3 gejala menonjol: - Anxietas timbul harus
tersendiri.
lain (tidur Halusinasi berhubungan dengan
- Gejala otonomik
terganggu, auditorik & setidaknya 2 dari situasi
kepercayaan diri visual. berikut (banyak harus ditemukan
kurang, merasa Waham orang/keramaian, disamping rasa
tidak berguna). rujukan (+). tempat umum, cemas dan
Terdapat gejala - Gangguan berpergian keluar kekhaawatiran
somatik dan afektif rumah, berpergian berlebihan
mengalami kesulitan sendiri) (pusing, mual &
nyata meneruskan - Menghindari situasi keringat dingin)
kegiatan soasial. fobik

Mood: hipotimia - Terdapat - Waham (-) halusinasi - Waham (-)


Afek : disforik gejala (-) Halusinasi (-)
Pasien tidak katanonik - Gangguan depresif (-)
melakukan kontak namun tidak
mata dengan menonjol
pemeriksa. - Gangguan
Halusinasi (-) Waham depresif (-)
(-)

XII. KESIMPULAN
a. Pasien didiagnosis dengan skizoafektif tipe depresif
b. Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun
gangguan afektif.
c. Diagnosis dilakukan dengan gejala klinis berdasarkan pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III). F 25.1
Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif.
d. Terapi yang diberikan adalah berupa farmakoterapi, seperti antipsikotik
untuk mengobati penyakit primernya, anti-depressan untuk mengurangi
gejala depresinya, anti anxietas untuk mengurangi rasa cemas berlebih
dan antimuskarinik untuk mengatasi efek samping penggunaan
antipsikotik.
18
XIII. SARAN
Anjurkan pasien untuk konsul sesering mungkin untuk memantau
kemajuannya dan untuk mendeteksi awal, bila pasien tidak datang kontrol
lakukan kunjungan ke rumah. Memberikan semangat serta motivasi kepada
pasien agar optimis dalam proses penyembuhan.
Bantu pasien mengendalikan stress yang berlebihan, kenalilah
bahwa semakin produktif dan trampil pasien semakin besar
kemungkinannya memertahankan kesembuhan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Maslim, Dr. dr. Rusdi, Sp. KJ, M. Kes. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Singkat Dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: FK Unika Atmajaya.
Hal 57.

br Surbakti, R. 2014. A 30 Years Old Man with Depressed Type of Schizoaffective


Disorder. Medula: Jurnal Profesi Kedokteran Universitas Lampung, 3(02), 89-
95.
Amir, N., 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta, Indonesia: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai