Oleh :
Vina Putri Anisya
21360094
Penguji :
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ
Penguji :
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ
i
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI
PASIEN MINI CEX
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Vina Putri Anisya
21360094
Masa KKM : 26 September 2022 – 29 Oktober 2022
Penguji
iii
SURAT PERNYATAAN
iv
DAFTAR ISI
IDENTITAS ....................................................................................................... 1
RINGKASAN .................................................................................................... 11
DIAGNOSIS ...................................................................................................... 12
PENATALAKSANAAN ................................................................................... 12
DISKUSI ............................................................................................................ 13
KESIMPULAN.................................................................................................. 18
SARAN ............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
v
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Nn. RA
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Bumi Jaya, 11 Agustus 2002
Alamat Domisili : Bumi jaya, Anak Tuha, Lampung Tengah
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan : Pegawai Minimarket
Tanggal pemeriksaan : 13 Oktober 2022
Tempat pemeriksaan : Poli jiwa RSUD Jend. Ahmad Yani Metro
Cara Datang : Mandiri
No. RM : 439122
D. RIWAYAT PENGOBATAN
a. Riwayat pengobatan psikiatri
2
Belum pernah konsultasi ke psikiater sebelumnya
b. Riwayat pengobatan medis
Berobat ke mantri dan dokter untuk penyakit dyspepsia syndrome
nya.
F. RIWAYAT KELUARGA
Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa
3
c. Agama
Pasien beragama islam.
d. Aktivitas Sosial
Sejak 1 tahun lalu pasien merasa takut bila berada
dikeramaian yang membuat pasien sulit beraktivitas yang terdapat
orang banyak.
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki trauma seksual yang dilakukan oleh
kakeknya dengan memijat area dada dan saat dikeramaian terdapat
orang asing yang hampir memegang area dada pasien 1 tahun lalu
f. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.
4
III. PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
mengenakan baju kemeja hijau, celana dan jilbab hitam polos. Pasien
B. Pembicaraan
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Hendaya Bahasa
: Serasi
D. Proses Berfikir
3. Isi Pikir : Waham (+), fobia (-), kemiskinan isi piker (-), obsesi (-),
E. Gangguan Persepsi
2. Orientasi :
pemeriksaan
dilakukan.
6
Orang : Baik, pasien dapat mengenali keluarganya dan
5. Perhatian
6. Kemampuan visuospasial
Tidak dievaluasi
7. Pikiran abstrak
tidak nyata.
7
9. Kapasitas intelegensia
Terganggu, pasien kerap kali merasa ketakutan dan cemas bila berada
3. Tilikan
H. Pengendalian impuls
dipercaya.
8
f. Tinggi Badan : 165 cm
g. IMT : 22,0 (normoweight)
h. Mata : Anemia : - /- ; Ikterus : -/-
i. THT / KL : Tidak dievaluasi
j. Cor : BJ I & II reguler
k. Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
l. Abdomen : DBN
m. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), tremor (-)
B. Status Neurologis
a. GCS : E4; V5; M6
b. Nervus kranialis
1. N. Olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi
2. N. Optik (N.II)
Tidak dievaluasi.
(N.VI)
yang wajar.
4. N. trigeminus (N.V)
5. N. facialis (N.VII)
7. N. glosssopharyngeus (N.IX),
8. N. vagus (N.X)
9. N. aksesorius (N.XI)
kanan.
10
C. Pemeriksaan Penunjang
D. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dievaluasi
V. RINGKASAN
Pada hari selasa tanggal 13 Oktober 2022 Pasien datang sendiri dan
dilakukan wawancara di Poli Jiwa dan Narkoba RSUD Jend. Ahmad Yani
Metro. Pasien seorang perempuan berumur 20 tahun.
Pasien mengeluhkan berhalusinasi, kesulitan tidur, pasien merasa
takut dan cemas saat bila berada didalam situasi suatu perkumpulan yang
ramai sampai membuat pasien merasakan mual, pusing dan keringat dingin.
Pasien merasa curiga terhadap orang lain akan berbuat jahat dan akan
melecehkannya, merasa tidak berguna. Pasien kerapkali merasakan
kesedihan tanpa sebab. Pasien kerap kali mudah marah dan tersinggung
dengan temannya. Pasien mulai merasakan kecemasan dan ketakutan
ditempat ramai diawali saat 1 tahun lalu pasien dipijat di area dada dan
terdapat suatu kejadian saat pasien di keramaian tiba tiba ada orang asing
yang hampir memegang area dada pasien. Dari kedua kejadian tersebut
pasieng sekarang kerapkali merasa cemas, takut dan sering bersedih.
Saat dilakukan wawancara, pasien menjawab pertanyaan dengan
volume suara pelan dan mononton, mampu melakukan kontak mata namun
terkadang pandangannya menunduk. Pasien memiliki mood hipotimia dan
anhedonia dengan afek disforik dan menumpul. Terdapat waham, halusinasi,
bentuk pikir yang tidak realistic dan daya nilai dan tilikan yang terganggu.
Pada pemeriksaan intrinsik dan neurologis dalam batas normal.
IX. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
R/
Clozapine 1x12,5 mg (Antipsikotik atipikal – Dibenzodiazepin)
Risperidon 2x2 mg (Antipsikotik atipikal – Benzizoxasole)
Fluoxetine 1x20 mg (Antidepresan – Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor/SSRI)
Alprazolam 3x0,25 mg (anti-anxietas)
THP (Trihexyphenidyl) 1 x 2mg (antikolinergik)
B. Psikoterapi
- Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) dengan
megembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif serta
melatih kembali respon kognitif dan pikiran yang baru.
- Memberikan semangat serta motivasi kepada pasien agar optimis
dalam proses penyembuhan.
- Memberitahu pasien untuk meminum obat secara teratur.
- Menasehati pasien untuk lebih bersabar dalam mengendalikan emosi.
12
- Memberitahu pasien mengenai keterampilan social dan okupasional
juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam
kehidupan sehari – harinya.
- Edukasi keluarga: memberitahu pasien siap menghadapi
deteriorasiyang mungkin dapat terjadi. Dapat mendiskusikan
masalah sehari – hari, hubungan dengan keluarga dan hal hal lain
missal pendidikan dan pekerjaan pasien.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
XI. DISKUSI
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia
maupun gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas
skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala
gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu,
tipe manik dan tipe depresif.
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa (PPDGJ-III):
25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif.
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe
depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagain
besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
Afek Depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala
khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum
dalam uraian untuk episode depresif (F32);
Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan
sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan
dalam pedoman diagnostik skizofrenia,F20 -, (a) sampai (d)).
13
F20 Skizofrenia
- Harus ada setidaknya satu dari gejala berikut, salah satunya sangat
jelas (dan biasanya dua atau lebih jika tajam atau kurang jelas):
(a) - "Thought Echo" = isi pikiran sendiri yang berulang sendiri atau
bergema di kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran yang
berulang-ulang, meskipun isinya sama, tetapi kualitasnya
berbeda; atau
- "Thought insertion or withdrawal" = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
dikeluarkan oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- "Thought Brodcasting" = isi pikirannya disiarkan agar orang lain
atau publik mengetahuinya;
(b) - "delusion of control" = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan eksternal, atau
-"delusion of influence" = waham tentang dirinya yang
dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar; atau
-"delusion of passivity" = waham tentang dirinya tak berdaya dan
menyerah pada kekuatan dari luar, (tentang “dirinya" = secara
jelas mengacu pada gerakan tubuh/anggota badan atau pikiran,
tindakan, atau pengindera khusus);
-"delusion perception" = pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang memiliki arti yang sangat khusus baginya, biasanya mistis
atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang terus menerus mengomentari perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan masalah pasien di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara)
- jenis suara halusinasi lainnya yang berasal dari satu bagian
tubuh
14
(d) Waham waham menetap lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan tidak mungkin, misalnya
mengenai keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan
dan kemampuan di atas manusia biasa (mis. mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain).
- Atau setidaknya dua dari gejala berikut harus: selalu ada dengan jelas:
️
(e) Halusinasi yang menetap dari salah satu indera, bila disertai
dengan waham mengambang atau setengah berbentuk tanpa isi
afektif yang jelas, atau disertai dengan ide-ide berlebihan, atau
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus;
(f) Aliran pemikiran terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang mengakibatkan inkoherensi atau ucapan
yang tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala - gejala "negatif", seperti sangat apatis, jarang berbicara,
dan respons emosional yang tumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari lingkungan sosial dan
penurunan kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua ini
tidak disebabkan oleh depresi atau pengobatan neuroleptik;
- Adanya gejala gejala khas di atas telah berlangsung selama satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam kualitas
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, yang
dimanifestasikan sebagai kehilangan minat, kehidupan tanpa tujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri
dari sosial.
15
F.32 Episode Depresif
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
- afek depresif,
- kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:
(a) konsentrasi dan perhatian berkurang:
(b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang:
(c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
(d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
(e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
(f) tidur terganggu
(g) nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Penatalaksanaan:
1. Farmakoterapi
a) Injeksi:
Olanzapin 2 X 5-10 mg / hari dengan diazepam 2 x 10 mg / hari
b) Oral:
Terapi kombinasi:
1. Litium 2 x 400 m g / hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik
0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat
1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau Divalproat
dengan dosis awal 3 x 250 mg / hari dan dinaikkan setiap
beberapa hari hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L atau
16
Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg / hari dan dosis
dapat dinaikkan 200 mg setiap dua-empat hari hingga mencapai
kadar plasma 4-12 µg/mL sesuai dengan karbamazepin 800-
1600 mg / hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari
2. Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1 x 10 30 mg / hari atau
risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg), hari
II (400mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x
10-30 mg / hari.
2. Psikoterapi
Psikoterapi individu dapat diberikan, terapi kelompok jarang
digunakan, karena biasanya mereka sering tidak nyaman atau kurang
dapat mentolerir terapi kelompok, terutama dengan pasien dengan
berbagai diagnosis. Jika akan dilakukan, lebih baik jika pasien dirawat
secara rawat jalan. tidur siang, tidak Psikoterapi individual yang dapat
diberikan berupa psikoterapi suportif, client-centered therapy, atau terapi
perilaku. Psikoterapi suportifnya sebaiknya yang relatif konkrit, berfokus
pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien
dengan orang-orang terdekatnya. Ketrampilan sosial dan okupasional
juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam
kehidupan sehari-harinya.
Edukasi keluarga, Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi
deteriorasi yang mungkin dapat terjadi. Diskusi dapat tentang problem
sehari-hari, hubungan dalam keluarga, dan hal-hal kusus lainnya,
misalnya tentang rencana pendidikan, atau pekerjaan pasien.
17
Differential Diagnosis
Episode depresi Gangguan
Skizofrenia
sedang dengan campuran
Paranoid Agorafobia (F40.0)
gejala somatik anxietas &
(F20.0)
(F32.11) depresi (F 41.2)
Episode depresif yang - Memenuhi - Gejala psikologis, - Terdapat gejala
berlangsung sekurang kriteria perilaku/otonomikyang anxietas & depresi
kurangnya 2 minggu, umum timbul akibat masalh dimana gejala
min 2 gejala utama skizofrenia primer anxietasnya tidak cukup berat
depresi (afek depresi, - Halusinasi bukan sekunder seperti untuk
hilang minat, mudah dan waham waham (pusing, mual meneggakkan
lelah) dan harus & keringat dingin) diagnosis
sekurangnya 3 gejala menonjol: - Anxietas timbul harus
tersendiri.
lain (tidur Halusinasi berhubungan dengan
- Gejala otonomik
terganggu, auditorik & setidaknya 2 dari situasi
kepercayaan diri visual. berikut (banyak harus ditemukan
kurang, merasa Waham orang/keramaian, disamping rasa
tidak berguna). rujukan (+). tempat umum, cemas dan
Terdapat gejala - Gangguan berpergian keluar kekhaawatiran
somatik dan afektif rumah, berpergian berlebihan
mengalami kesulitan sendiri) (pusing, mual &
nyata meneruskan - Menghindari situasi keringat dingin)
kegiatan soasial. fobik
XII. KESIMPULAN
a. Pasien didiagnosis dengan skizoafektif tipe depresif
b. Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun
gangguan afektif.
c. Diagnosis dilakukan dengan gejala klinis berdasarkan pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III). F 25.1
Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif.
d. Terapi yang diberikan adalah berupa farmakoterapi, seperti antipsikotik
untuk mengobati penyakit primernya, anti-depressan untuk mengurangi
gejala depresinya, anti anxietas untuk mengurangi rasa cemas berlebih
dan antimuskarinik untuk mengatasi efek samping penggunaan
antipsikotik.
18
XIII. SARAN
Anjurkan pasien untuk konsul sesering mungkin untuk memantau
kemajuannya dan untuk mendeteksi awal, bila pasien tidak datang kontrol
lakukan kunjungan ke rumah. Memberikan semangat serta motivasi kepada
pasien agar optimis dalam proses penyembuhan.
Bantu pasien mengendalikan stress yang berlebihan, kenalilah
bahwa semakin produktif dan trampil pasien semakin besar
kemungkinannya memertahankan kesembuhan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Dr. dr. Rusdi, Sp. KJ, M. Kes. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Singkat Dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: FK Unika Atmajaya.
Hal 57.
20