Oleh :
Novita A. Abay
18014101070
Pembimbing :
Prof Dr. dr. B. H. R. Kairupan Sp.KJ (K)
1
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI
Mengetahui,
Dokter Penanggung Jawab Pasien
i
SURAT PERNYATAAN
Novita A. Abay
18014101070
Novita A. Abay
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Novita A. Abay
18014101070
Dokter Pembimbing :
iii
DAFTAR ISI
LAPORAN KASUS................................................................................................................... 1
XII. DISKUSI...................................................................................................................... 19
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 32
iv
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. RJ
Umur : 48 tahun
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sering mendengar suara-suara yang orang lain
1
B. Riwayat Gangguan Sekarang
sering mendengar suara-suara yang orang lain tidak dengar sejak 2 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan keluhannya kambuh kembali karena tidak minum obat
yang diberikan dokter psikiater sebelumnya. Pasien tidak minum obat lagi karena
kronis yang cukup banyak dari dokter keluarganya. Hal itu juga menjadi satu
Pasien mengatakan bahwa suara yang didengar adalah suara laki-laki dan hanya
ada satu suara. Suara yang pasien dengar menyuruh pasien untuk bunuh diri.
Pasien juga mengeluhkan susah tidur akibat suara-suara yang ia dengar hampir
setiap hari. Pasien juga mengatakan sepanjang hari hanya melamun dan merasa
tidak berdaya, dan juga seringkali berfikir tentang kematian. Pasien mengatakan ia
menjadi seperti ini karena sudah 2 kali gagal dalam berumah tangga yaitu sudah 2
kali menikah tetapi dua-dua istrinya meninggalkan pasien. Pasien juga mengalami
masalah dengan ibunya yaitu sering berkelahi karena ibu pasien menganggap
suaminya meninggal karena pasien lahir dan pasien adalah beban keluarga. Sejak
saat itu sampai pasien menikah hanya diurus oleh nenek dan kakek pasien.
2
Pasien sejak kecil sudah mulai merasakan mendengar suara-suara
bisikkan tetapi belum mengganggu pasien. Keluhan muncul saat masa remaja
(saat SMP) yaitu ketika saat berkelahi dengan ibu pasien. Pasien mulai
mencoba minum alkohol untuk menghilangkan suara yang ada. Pasien mulai
dari manager suatu coffee shop karena ada suatu masalah yang dihadapi
pasien. Karena pasien tidak kuat menahan suara-suara yang didengarnya dan
Saat ini pasien secara mandiri memberhentikan obat yang diberikan dokter
karena takut banyak obat dan minum terus-terusan berefek buat ginjalnya.
Pasien sebelumnya memiliki riwayat darah tinggi. Pasien sudah lupa sejak
dan bahakn pernah sampai mabuk saat pasien remaja. Namun sekarang ia
sudah tidak meminum alkohol lagi. Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-
obatan terlarang.
3
Pasien merupakan anak tunggal. Saat sedang mengandung pasien, ibu
pasien mengatakan kondisi kesehatan fisiknya baik dan pasien dilahirkan di rumah
sakit lewat pervaginam dengan dibantu oleh seorang dokter di rumah sakit
tersebut. Pasien lahir dalam keadaan normal, tidak memiliki cacat, dan tidak ada
kelainan bawaan lainnya. Namun setelah pasien lahir, ayah pasien meninggal
dunia.
Saat lahir, pasien dibesarkan oleh kakek dan neneknya, ibu pasien tidak
mau mengurus pasien karena merasa karena pasien lahir membuat ayah pasien
meninggal. Pada stadium oral (0-1 tahun), pasien mengatakan mungkin ia tidak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). Pada stadium kepercayaan dasar lawan
menyuruh kakek dan neneknya untuk membesarkan pasien dengan baik. Pada
masa ini, pasien termasuk anak yang aktif seperti anak yang lainnya. Pasien
Pada stadium otonomi lawan rasa malu-malu usia (1-3 tahun), pasien
sudah dapat berdiri, berjalan dan makan minum sendiri pada usia 1 tahun. Pasien
juga tidak ingat sejak kapan pasien mulai diajarkan untuk buang air besar (BAB)
dan buang air kecil (BAK) di kamar mandi. Pasien sudah bisa ke toilet sendiri saat
usia 3 tahun. Pasien mengatakan berdasarkan penjelasan orang tua dulu, semua
perkembangan dalam batas normal dan seperti anak pada umumnya. Waktu kecil
ketika ditinggal satu kali dan menangis, setelah itu pasien sudah tidak menangis
lagi.
4
C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (3–5 tahun), pasien adalah anak
yang aktif dan lincah, suka bermain dengan teman-teman sekitarnya. Pasien
termasuk anak yang suka bergaul dan berteman dengan siapa saja. Pasien pun
siswa yang baik di sekolah. Pasien tidak pernah tinggal kelas. Menurut penjelasan
dari orangtua pasien terhadap pasien, prestasi akademik dari biasa-biasa saja.
Pasien lebih suka bermain dibandingkan belajar. Pasien mengatakan hal itu
pekerjaan. Pasien tidak mengalami kesulitan belajar di sekolah dan belajar seperti
SMP saat berusia 12 tahun, saat memasuki SMP pasien mulai merasakan bisikan
yang ia perhatikan bahwa tidak ada orang disekitarnya. Pasien sejak SMP, prestasi
pasien cukup menurun karena ia hanya fokus dengan pergaulan yang tidak baik
dimana pasien mulai merokok dan minum alkohol. Pasien melakukan hal ini agar
bisikkan yang ia dengar bisa hilang. Walaupun prestasi pasien agak menurun,
pasien lulus tepat waktu pada usia 15 tahun. Pasien pun masuk SMA, pasien dapat
Prestasi pasien masih begitu saja belum ada perkembangan yang signifikan.
Pasien pun lulus pada usia 18 tahun. Pasien pun setelah lulus tidak melanjutkan ke
5
jenjang perguruan tinggi karena tidak memiliki biaya yang memadai. Pasien pun
1. Riwayat pendidikan
dan bergaul dengan siapa saja. Namun, prestasi pasien mengalami penurunan
dan terjerumus ke pergaulan yang tidak baik seperti meminum alkohol sampai
2. Riwayat pekerjaan
Sejak lulus SMA, pasien bekerja sebagai manager di coffee shop. Sekarang ini
pasien bekerja sebagai ojek online dan sambil menjaga rumah kos-kosan.
3. Riwayat psikoseksual
secara biologis dan karakteristik dia adalah seorang laki-laki. Orientasi seksual
pasien baik (menyukai lawan jenis). Hal ini ditandai pasien sudah menikah.
4. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah dua kali dan bercerai dua kali juga. Pasien memiliki 2
anak dengan istri pertama yaitu satu laki-laki dan satu perempuan, dengan istri
kedua pun pasien memiliki dua anak satu laki-laki satu perempuan. Istri
Pasien masih memiliki komunikasi yang baik walaupun tidak begitu intens
dengan mereka khususnya kepada kedua anaknya. Istri kedua juga sudah
bercerai dan dia sudah membawa satu anaknya untuk tinggal bersamanya.
6
Komunikasi dengan mereka masih harmonis dan sepertinya ada rencana dari
5. Riwayat beragama
beribadah dari sejak kecil sampai dewasa. Keanggotaan pasien di gereja hanya
sebagai jemaat. Pasien tiap hari minggu selalu menyempatkan diri untuk
beribadah. Pasien percaya bahwa Tuhan itu ada dan berperan dalam
6. Aktivitas sosial
Pasien tidak memiliki teman dekat. Pasien juga mengatakan bahwa interaksi
dengan tetangga juga kurang karena pasien lebih suka menyendiri dibanding
Saat ini pasien tinggal bersama anaknya, sepupu dan anak-anak kos yang
disewakan pasien.
7
DENAH RUMAH PASIEN
Kamar
Tidur Dapur
Pintu
Pintu
Ruang
Keluarga
Ruang Kamar WC
Tamu Tidur
SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
8
G. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Lingkungannya
Pasien sadar dia sakit dan berusaha untuk lebih sehat serta dapat
dapat bekerja kembali dan bisa melihat anak-anak menjadi besar dan berhasil.
Pasien merasa ibu pasien tidak suka dengan dirinya, karena menurut pasien
ibu pasien lebih suka anak perempuan dan menganggap pasien memberi petaka
buat mendiang ayahnya, pasien dibesarkan oleh oma dan opa sejak bayi sampai
pasien menikah. Harapan pasein ia ingin di terima oleh ibunya dan berdamai
Tidak dievaluasi karena tidak ada saudara atau keluarga pasien yang dapat
ditanyakan.
A. Gambaran Umum
1) Penampilan
berpenampilan sesuai usia. Pasien berkulit sawo matang dan berambut pendek.
Pasien memiliki tubuh cukup berisi. Saat dianamnesis di rumah pasien, pasien
memakai baju lengan panjang berwarna abu-abu dan orange serta celana
berwarna hitam.
9
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
dapat duduk dengan tenang. Pasien menjawab dengan volume suara sedang
1) Mood : Hipotimia
2) Afek : Menyempit
3) Kesesuaian : Sesuai
C. Pembicaraan
1) Kualitas
2) Kuantitas
suara bisikkan.
3) Hendaya berbahasa
Tidak ada hendaya berbahasa, pasien dapat berbicara bahasa Indonesia dan
D. Gangguan Persepsi
10
3) Ilusi (-) : Pasien tidak memiliki persepsi yang keliru tentang
mendengar suara bisikkan dari sosok laki-laki yang menyuruhnya untuk bunuh
diri
E. Proses Pikir
1) Arus pikiran
ditanyakan oleh dokter muda. Sehingga arus pikir pasien adalah koheren.
2) Isi pikiran
2) Orientasi
11
3) Daya ingat
5) Kemampuan visuospasial
dan mandi
7) Pengendalian impuls
Pasien mengikuti wawancara dalam waktu yang cukup lama. Pasien tidak
1) Daya nilai sosial: Baik. Pasien mengerti dan memahami bahwa membunuh
12
2) Uji daya nilai: Baik. Pasien mengerti dan memahami bila terjadi sebuah
penyebab akan penyakit yang pasien alami dan ingin mencari pengobatan.
A. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak
B. Status Neurologis
N. olfaktorius (N.I)
N. optikus (N.II)
13
N. okulomotorik (N.III), N. trochlearis (N.IV), N. abducens (N.VI)
Selama wawancara gerakan bola mata pasien normal, pasien dapat melirikkan
bola matanya ke kiri dan kekanan, selain itu pasien dapat mengikuti jari
N. trigeminus (N.V)
N. facialis (N.VII)
N. vestibulocochlearis (N.VIII)
dengan volume suara sedang tanpa harus menggunakan suara yang keras. Hal
ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan pasien
N. glossopharyngeus (N.IX)
N. vagus (N.X)
N. aksesorius (N.XI)
kepala ke kiri dan ke kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi nervus
N. hypoglossus (N.XII)
14
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien datang dengan keluhan sering mendengar suara-suara yang orang lain
tidak dengar sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan keluhannya kambuh kembali
karena tidak minum obat yang diberikan dokter psikiater sebelumnya. Suara-suara
yang didengar pasien sangat terdengar jelas oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa
suara yang didengar adalah suara laki-laki dan hanya ada satu suara. Suara yang
pasien dengar menyuruh pasien untuk bunuh diri. Pasien juga mengeluhkan susah
tidur akibat suara-suara yang ia dengar hampir setiap hari. Pasien mengatakan ia
menjadi seperti ini karena sudah 2 kali gagal dalam berumah tangga yaitu sudah 2 kali
masalah dengan ibunya yaitu sering berkelahi karena ibu pasien menganggap
suaminya meninggal karena pasien lahir. Sejak saat itu sampai pasien menikah hanya
pembicaraan jelas dan dapat dimengerti, mood hipotimia, afek menyempit, arus pikir
koheren, isi pikir tidak adanya gangguan, persepsi adanya halusinasi auditorik,
orang lain tidak dengar sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
keluhannya kambuh kembali karena tidak minum obat yang diberikan dokter
15
psikiater sebelumnya. Suara-suara yang didengar pasien sangat terdengar jelas
oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa suara yang didengar adalah suara laki-
laki dan hanya ada satu suara. Suara yang pasien dengar menyuruh pasien
untuk bunuh diri. Pasien juga mengeluhkan susah tidur akibat suara-suara
yang ia dengar hampir setiap hari. Pasien mengatakan ia menjadi seperti ini
karena sudah 2 kali gagal dalam berumah tangga yaitu sudah 2 kali menikah
dengan ibunya yaitu sering berkelahi karena ibu pasien menganggap suaminya
meninggal karena pasien lahir. Sejak saat itu sampai pasien menikah hanya
diurus oleh nenek dan kakek pasien. Berdasarkan hasil temuan di atas, pasien
B. Pada aksis II, pasien memiliki memiliki ciri atau gangguan kepribadian tipe
cluster A, yairu Ciri Kepribadian Paranoid. Hal ini ditandai dengan pasien
selalu memilih untuk keluar ruamh saat ibu pasien datang karena takur akan
dimana gejala yang muncul hanya bersifat sementara dan merupakan reaksi
sosial dan okupasional. Pasien tidak lagi mendengar suara-suara saat minum
obat namun muncul ketika berhenti, pasien masih belum bisa bekerja terlalu
jauh dari rumah karena tidak mau meninggalkan anaknya di rumah sendiri.
16
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
A. Organobiologi
Neurotransmitter yang terganggu pada pasien ini adalah serotonin dan dopamin.
B. Psikologi
Pasien merasa terganggu karena sering berkelahi dengan ibu pasien karena
masalah pendapat.
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmako
Trihexylpenidyl 2 mg 2 dd ½
Merlopam 2mg ½ - 0 -1
17
B. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
dirinya.
melakukan aktivitasnya.
2. Terhadap keluarga
kondisi pasien.
18
3. Meminta keluarga untuk memastikan pasien tetap berada dalam pengawasan
keluarga.
XI. PROGNOSIS
XII. DISKUSI
A. Diagnosis
wanita. Dasar umum untuk gangguan depresi mayor tidak diketahui. Faktor
penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetika, dan
faktor psikososial.1,2
A) Lima (atau lebih) gejala berikut telah ditemukan selama periode dua minggu
yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu
dari gejala adalah salah satu dari (1) mood terdepresi atau (2) hilangnya minat
dan kesenangan.
1. Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari. Seperti yang
19
2. Hilangnya minat atau kesenangan yang jelas dalam semua, atau hampir
3. Penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan diet atau
dalam satu bulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir
setiap hari
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat dilihat oleh
menjadi lamban)
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak
9. Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide bunuh
diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau
20
C) Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
(misalnya hipotiroidisme).
PPDGJ-III:3
diatas;
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
dapat dibenarkan
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
21
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau
halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek
(mood-congruent).
Pada pasien ini ditemukan merasakan cemas dan ketakutan. Pasien juga
merasakan adanya bisikkan suara dari laki-laki yang menyuruhnya untuk bunuh
diri. Tetapi pasien belum mencobanya. Gejala sudah dialami pasien sejak 2 tahun
yang lalu. Keadaan pasien membuat pasien sering gelisah, menyendiri, gemetar,
pasien sering terganggu. Pasien saat ini tidak mengonsumsi minuman keras atau
penggunaan zat narkotika. Tidak ditemukan episode manik atau hipomanik pada
pasien.
B. Diagnosis Banding
1. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
22
menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat, penurunan
kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan
kematian dan bunuh diri. Untuk menegakkan diagnosis pasti, episode yang
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik dan harus ada harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
tidak pernah mengalami atau merasakan mood manik yang berupa perasaan
meluap-luap dan ciri-ciri lainnya selama beberapa waktu tertentu. Pasien juga
2. Skizoafektif
yang muncul paling pertama adalah gejala mood depresi terlebih dahulu,
kurang lebih 2 tahun yang lalu pada saat pasien berkonflik dengan ibunya.
Gejala psikotik berupa halusinasi auditorik berupa bisikan yang timbul pada
terakhir ini. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada, tetapi tidak lagi
23
mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala depresif menonjol dan
telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu. Pada diagnosis
Pada pasien ini, diagnosis diatas dapat disingkirkan karena pasien tidak
sebagai skizofrenia.
4. Skizofrenia residual
aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan
residual juga sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana gejala yang
nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia dan tidak terdapat dementia,
kognitif otak.
pada pasien juga belum memenuhi untuk jadi skizofrenia karena gejala harus
24
muncul selama minimal 6-12 bulan yang lalu dan setidaknya minimal 1
bulan gejala muncul terus menerus. Pada pasien ini terdapat gejala halusinasi
C. Ciri Kepribadian
melalui cara yang khas terhadap lingkungan internal dan eksternal yang berubah-
memenuhi kriteria atau pedoman diagnostik, bersifat lebih ringan dari gangguan
dan mal adaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan
kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan dan diri
sendiri yang bersifat berakar mendalam, tidak fleksibel dan bersifat maladaptif.4
Pada pasien ini masuk ke ciri kepribadian paranoid yaitu ditandai dengan
pasien selalu memilih untuk keluar ruamh saat ibu pasien datang karena takur
paranoid yaitu:2
pada awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
25
1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain
terlihat oleh orang lain dan cepat bereaksi dengan marah atau
bipolar atau gangguan depresi dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik
lain dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari kondisi medis lain
D. Psikoterapi
agar pasien dapat memiliki pikiran yang positif sehingga dapat mengurangi gejala
26
Cognitive behavioral therapy (CBT) adalah psikoterapi yang sering
digunakan dalam pengobatan depresi. CBT berpusat pada premis bahwa pasein
yang mengalami depresi memiliki pandangan yang negatif tentang diri mereka
termasuk mengatur jadwal kegiatan dari pasien dan juga rekonstruksi kognitif
dengan tujuan untuk merubah pola piker yang negatif. CBT terbukti efektif pada
E. Psikofarmaka
1. Risperidon
D2, tetapi lebih dari blokade reseptor serotonin seperti 5HT2A. Antipsikotik
generasi kedua memiliki ikatan yang longgar dengan reseptor D2 dan dapat
27
dalam memperbaiki gejala kejiwaan tertentu. Sebagai catatan, risperidone
diminum pada saat pagi satu dosis dan malam hari sebelum tidur satu dosis.
2. Lorazepam
pasien dan supaya pasien dapat tidur pada malam hari, diberika obat golongan
keluhan pasien. Lorazepam dipilih karena memilik rasio terapetik yang cukup
tinggi setara dengan diazepam, kurang menimbulkan adiksi dan toksisitas yang
rendah, selain itu onset of action dari dizepin cepat sehingga langsung
memberikan efek pada psien. Lorazepam memiliki waktu paruh < 24 jam
sehingga obat ini diberikan 2 kali dengan dosis 10 mg untuk efek sedasi.
Lorazepam efektif bekerja sebagai anti kejang, antiansietas, dan anti agitasi
akut. Pasien ini diberikan karena memiliki keadaan agitasi akut. 9 Lorazepam 2
mg diminum pada saat pagi setengah dosis dan malam hari sebelum tidur satu
dosis.
28
3. Trihexyphenidyl
sistem parasimpatis, seperti kelenjar ludah, mata, dan otot polos (langsung dan
dengan dosis yang lebih tinggi. Para peneliti percaya bahwa reseptor yang
terpengaruh adalah reseptor muskarinik dopamin dan M1. Obat diabsorbsi dari
saluran cerna, dan onset kerja terjadi 60 menit setelah dosis oral, dengan
aktivitas puncak terjadi setelah 2 sampai 3 jam. Satu dosis memiliki durasi
XIII. KESIMPULAN
B. Terapi pada pasien dengan Gangguan Depresi Dengan Gejala Psikotik adalah
dan psikoterapi.
terapi, baik dari segi materi, waktu, dan terutama motivasi untuk pasien.
29
30
DAFTAR PUSTA
1. Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry, tenth edition. New
3. Maslim R, ed. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ
5. Young JE, Weinberger AD, Beck, AT. Cognitive therapy for depression. Barlow
6. Beck AT, Rush AJ, Shaw BF, Emery G. Cognitive therapy of depression. New York:
review. Australian & New Zealand Journal of Psychiatry. 2021: 55(8), p 772-783.
9. Griffin CE, Kaye Am, Bueno FR, Kaye AD. Benzodiazepine Pharmacology and Central
31
LAMPIRAN
32