Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS DOKTER MUDA

POLI JIWA DAN NARKOBA


RSUD JENDRAL AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MALAHAYATI

Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)

Oleh :
Vina Putri Anisya
21360094

Penguji :
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA DAN NARKOBA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD JEND. AHMAD YANI METRO
LAMPUNG 2022
LAPORAN KASUS DOKTER MUDA
POLI JIWA DAN NARKOBA
RSUD JENDRAL AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MALAHAYATI

Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)

Vina Putri Anisya


21360094

Penguji :
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA DAN NARKOBA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD JEND. AHMAD YANI METRO
LAMPUNG 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI
PASIEN LAPORAN KASUS

Seorang Pasien Dengan Skizoafektif Tipe Depresif


(F25.1)

Nama : Amrina Setyo Palupi


Umur : 22 Tahun

Telah di setujui untuk menjadi pasien pada 27 September 2022

Mengetahui,

dr. Woro Pramesti, Sp. KJ

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan diagnosis, “Skizoafektif Tipe


Depresif ” telah dibacakan dan di setujui pada Oktober
2022

Oleh :
Vina Putri Anisya
21360094
Masa KKM : 26 September 2022 – 29 Oktober 2022

Penguji

dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Vina Putri Anisya


NPM : 21360094
Masa KKM : 26 September 2022 – 29 Oktober 2022

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya benar-benar telah melakukan

wawancara psikiatri terhadap pasien.

Metro, Oktober 2022

Vina Putri Anisya

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN ............................................................. ii

LEMBAR PENGASAHAN .............................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

IDENTITAS ....................................................................................................... 1

RIWAYAT PSIKIATRI ................................................................................... 1

PEMERIKSAAN LAIN .................................................................................... 8

RINGKASAN .................................................................................................... 11

DIAGNOSIS BANDING .................................................................................. 11

DIAGNOSIS ...................................................................................................... 12

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL ........................................................................ 12

PENATALAKSANAAN ................................................................................... 12

DISKUSI ............................................................................................................ 13

KESIMPULAN.................................................................................................. 18

SARAN ............................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

v
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Nn. A
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Metro, 7 April 2000
Alamat Domisili : Braja Harjasari, Braja Selebah, Lampung Timur
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pengajar TK
Tanggal pemeriksaan : 27 September 2022
Tempat pemeriksaan : Poli jiwa RSUD Jend. Ahmad Yani Metro
Cara Datang : Mandiri
No. RM : 381648

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan berhalusinasi, merasa curiga terhadap
orang lain berkata buruk tentang dirinya, merasa cepat lelah, merasa tidak
berguna dan ingin bunuh diri sejak 1 bulan SMRS.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Autoanamnesis:
Pada hari selasa tanggal 27 September 2022 Pasien datang sendiri dan
dilakukan wawancara di Poli Jiwa dan Narkoba RSUD Jend. Ahmad Yani
Metro. Pasien seorang perempuan berumur 22 tahun.
Pasien mengeluhkan berhalusinasi dengan melihat tekstur pada
lantai dirumahnya yang berubah menjadi makhluk halus dan muka orang
1
jahat dan pasien kerap kali mendengar bisikan – bisikan
membangunkannya saat ingin tidur sehingga pasien mengalami kesulitan
tidur, pasien merasa curiga terhadap orang lain berkata buruk tentang
dirinya, merasa cepat lelah bahkan saat pasien bangun tidur, merasa tidak
berguna dan perasaan ingin bunuh diri dengan pikiran ingin menabrakan
diri ke mobil lain. Pasien merasakan dada terasa penuh dan sakit jika
mengingat kesedihannya sehingga pasien menyakiti dirinya dengan cara
meng “cutting” lengannya dan menjedotkan kepalanya kedinding sebagai
peralihan nyeri. Pasien menjadi mudah tersinggung jika adiknya berbicara
bernada tinggi dan ada perasaan ingin melukai adiknya. Pasien merasa
hilang motivasi dan mudah bosan dengan kegiatan yang dijalani, seperti
pasien kerap kali membuat lukisan untuk dijual, namun hal tersebut tidak
konsisten dijalaninya. Sekarang kegiatan pasien menjadi seorang pengajar
TK, pasien kerap kali mudah marah tanpa sebab dengan muridnya.
Dari keterangan pasien, pasien merupakan anak tunggal yang hanya
diasuh oleh ibunya dikarenakan ayahnya meninggalkan mereka pergi
tanpa alasan sejak pasien bayi, pasien juga kerapkali mendapat omongan
buruk dari keluarga dekat sejak pasien kecil. Pasien mulai suka
menyendiri saat 5 tahun lalu pada saat pasien duduk dibangku SMA.
Pasien menarik diri dari pergaulannya. Selepas SMA, pasien melanjutkan
ke jenjang perkuliahan namun tidak pernah menyelesaikan
perkuliahannya di 3 universitas berbeda dengan alasan malas dan mudah
bosan. Ditambah lagi, 3 tahun lalu pasien mengalami kecelakaan yang
mencederai tulang belakangnya yang dianggap menambah penderitaanya.
Alloanamnesis:
Tidak dilakukan alloanamesis dikarenakan pasien datang sendiri ke
poli jiwa RSUD Ahamad Yani

C. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU


a. Riwayat gangguan psikiatri
Awal keluhan pskiatri muncul sejak 5 tahun lalu

2
b. Riwayat gangguan medik
Stenosis canal sacrolumbal (SCSL) post trauma 3 tahun lalu

D. RIWAYAT PENGOBATAN
a. Riwayat pengobatan psikiatri
Belum pernah konsultasi ke psikiater sebelumnya
b. Riwayat pengobatan medis
Rutin kontrol ke spesialis orthopedi konsultan tulang belakang,
dilakukan 1 x injeksi sacrolumbal di ruang operasi

E. RIWAYAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF/NAPZA


Tidak ada.

F. RIWAYAT KELUARGA
Ibu kandung pasien mengalami hal serupa yaitu merasa tidak
berguna dan perasaan ingin bunuh diri, namun ibu pasien belum pernah
berobat ke pskiater.

G. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak tunggal. Pasien dilahirkan cukup
bulan, spontan dengan persalinan normal ditolong bidan setempat.
Berat badan lahir cukup.
2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Sejak kecil pasien hanya di asuh oleh ibunya dan diberi ASI
sampai dengan usia 2 tahun. Pasien dan ibunya ditinggal pergi oleh
ayahnya sejak pasien dilahirkan.
3. Masa Kanak Pertengahan
Pasien sekolah seperti anak biasanya di taman kanak – kanak
hingga sekolah dasar negeri. Namun sejak masa ini pasien menyadari

3
tidak memiliki kondisi keluarga harmonis, pasien kerap kali
mendapat omongan buruk tentangnya dari keluarga terdekat.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien melanjutkan sekolahnya di pesantren sampai SMA.
Pada saat mengenyam pendidikan di pesantren pasien kerap kali
mengasingkan diri dengan temannya yang membuat pasien dijauhi
oleh temannya.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan mahasiswa semester 5 jurusan Bahasa
arab di Mesir namun pasien tidak serius untuk melanjutkan
kuliahnya sehingga pasien mencari sambilan pekerjaan sebagai
Pengajar TK.
b. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
c. Agama
Pasien beragama islam. jika pasien sedang dalam
kesedihannya pasien malas untuk solat.
d. Aktivitas Sosial
Sejak SMA pasien sering mengasingkan diri dari teman -
temannya.
e. Riwayat Psikoseksual
Belum menikah.
f. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.

4
III. PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang perempuan berusia 22 tahun, berpenampilan

fisik sesuai dengan usianya. Pasien datang ke klinik jiwa dengan

mengenakan baju gamis, jilbab syar’i hitam polos. Pasien memiliki

kulit coklat, dan berpenampilan cukup rapi.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Selama wawancara pasien merespon suara dan mampu

melakukan kontak mata dengan pemeriksa namun terkadang

menundukkan pandangan jika menceritakan kesedihannya.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien terbuka menceritakan semua keluhan dan riwayat

kehidupannya. Pasien bersikap kooperatif dari awal wawancara

anamnesis sampai dengan selesai.

B. Pembicaraan

1. Kualitas

Volume suara pelan dan monoton, artikulasi jelas.

2. Kuantitas

Pasien mampu menjawab sesuai pertanyaan.

3. Hendaya Bahasa

Tidak ada hendaya bahasa, pasien dapat berbicara Bahasa Indonesia.

C. Keadaan Mood dan Afek

1. Mood/suasana perasaan : Hipotimia dan Anhedonia


5
2. Afek/ekspresi afek : Disforik dan Menumpul

3. Keserasian antara respons emosional dengan topik pembicaraan

: Serasi

D. Proses Berfikir

1. Bentuk Pikir : Tidak Realistis

2. Arus Pikir : Inkoherensia

3. Isi Pikir : Waham (+), fobia (-), kemiskinan isi piker (-), obsesi (-),

dan kompulsi (-).

E. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi dan Ilusi

 Halusinasi : Visual dan Auditorik

 Ilusi : Visual

2. Depersonalisasi dan Derealisasi

 Dipersonalisasi : Tidak ada

 Derealisasi : Tidak ada

F. Sensorium dan Kognisi

1. Kesadaran : Compos mentis

2. Orientasi :

 Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu pada saat

pemeriksaan

 Tempat : Baik, pasien mengetahui dimana pemeriksaan

dilakukan.

6
 Orang : Baik, pasien dapat mengenali keluarganya dan

dokter yang mewawancarainya.

3. Konsentrasi dan Berhitung : Baik, pasien masih bisa berhitung.

4. Memori dan Daya Ingat

 Segera : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat

aktivitas yang dilakukan hari ini.

 Jangka pendek : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat

apa yang dilakukan beberapa jam yang lalu.

 Jangka menengah : Tidak terganggu, pasien dapat mengingat

apa yang baru dilakukan pasien pada 1 bulan yang lalu.

 Jangka panjang : Tidak terganggu, pasien dapat menceritakan

masa kecilnya dengan baik.

5. Perhatian

Tidak terganggu ketika wawancara berlangsung pasien dapat

memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa.

6. Kemampuan visuospasial

Tidak dievaluasi

7. Pikiran abstrak

Terganggu, pasien tidak dapat membedakan kejadian yang nyata dan

tidak nyata.

8. Kemampuan membaca dan menulis

Tidak terganggu, pasien masih bisa membaca dan menulis.

7
9. Kapasitas intelegensia

Pasien dapat menangkap, mengingat, serta mendiskusikan apa yang

disampaikan pemeriksa terhadap pasien.

G. Daya Nilai dan Tilikan

1. Daya nilai sosial

Terganggu, pasien kerap kali mengasingkan dari dari lingkungan

sosialnya.

2. Uji daya nilai

Terganggu, pasien tidak dapat menilai situasi secara benar dan

bertindak tidak sesuai dalam situasi tertentu.

3. Tilikan

Pasien memiliki tilikan derajat 4, dimana pasien menyadari dirinya

sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.

H. Pengendalian impuls

Baik, selama wawancara pasien duduk dengan tenang.

I. Taraf dan Dipercaya

Secara keseluruhan informasi yang diberikan pasien dapat

dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN LAIN


A. Status Internistik
a. Tekanan Darah : 112/73 mmHg
b. Nadi : 85 x/menit
c. Respirasi : 20 x/menit
d. Suhu : 36,7 oC
e. Berat Badan : 49 kg

8
f. Tinggi Badan : 160 cm
g. IMT : 19,14 (normoweight)
h. Mata : Anemia : - /- ; Ikterus : -/-
i. THT / KL : Tidak dievaluasi
j. Cor : BJ I & II reguler
k. Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
l. Abdomen : DBN
m. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), tremor (-)

B. Status Neurologis
a. GCS : E4; V5; M6
b. Nervus kranialis
1. N. Olfaktorius (N.I)

Tidak dievaluasi

2. N. Optik (N.II)

Tidak dievaluasi.

3. N. okulomotorius (N.III), N. trochlearis (N. IV), N. Abducens

(N.VI)

Selama wawancara pasien memiliki gerakkan bola mata

yang wajar.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

4. N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara, wajah pasien terlihat simetris.

Kesan : Nervus dalam batas normal.

5. N. facialis (N.VII)

Pasien dapat menunjukkan ekpresi dan mengangkat alis, wajah

pasien terlihat simetris kiri dan kanan.

Kesan: Nervus dalam batas normal.


9
6. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan

tepat. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

7. N. glosssopharyngeus (N.IX),

Pasien dapat mengecap rasa manis dan asam.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

8. N. vagus (N.X)

Pasien dapat menelan ludah.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

9. N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara, terlihat pasien dapat menggerakkan

kepalanya ke kiri dan kanan.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

10. N. hypoglossus (N.XII)

Pasien dapat menjulurkan lidah dan menggerakkan ke kiri dan

kanan.

Kesan: Nervus dalam batas normal.

c. Pupil : Reflek cahaya (+) / (+) ; Bulat Isokor

d. Motorik : Tidak dievaluasi

e. Refleks Fisiologis : Tidak dievaluasi

f. Refleks Patologis : Tidak dievaluasi

g. Refleks Primitif : Tidak dievaluasi

10
C. Pemeriksaan Penunjang

Mini Mental Stase Examination (MMSE) : Tidak dievaluasi

D. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dievaluasi

V. RINGKASAN
Pada hari selasa tanggal 27 September 2022 Pasien perempuan 22
tahun datang sendiri dan dilakukan wawancara di Poli Jiwa dan Narkoba
RSUD Jend. Ahmad Yani Metro.
Pasien mengeluhkan berhalusinasi, mendengar bisikan – bisikan,
kesulitan tidur, pasien merasa curiga terhadap orang lain, merasa cepat lelah,
merasa tidak berguna dan perasaan ingin bunuh diri. Pasien menjadi mudah
tersinggung. Pasien merasa hilang motivasi dan mudah bosan dengan kegiatan
yang dijalani. Sekarang kegiatan pasien menjadi seorang pengajar TK, pasien
kerap kali mudah marah tanpa sebab dengan muridnya. Pasien merupakan
anak tunggal yang hanya diasuh oleh ibunya dan pasien juga kerapkali
mendapat omongan buruk dari keluarga dekat sejak pasien kecil. Pasien mulai
suka menyendiri saat 5 tahun lalu. Tiga tahun lalu pasien mengalami
kecelakaan yang mencederai tulang belakangnya yang dianggap menambah
penderitaanya. Ibu pasien memiliki keluhan serupa.
Saat dilakukan wawancara, pasien menjawab pertanyaan dengan
volume suara pelan dan mononton, mampu melakukan kontak mata namun
terkadang pandangannya menunduk. Pasien memiliki mood hipotimia dan
anhedonia dengan afek disforik dan menumpul. Terdapat waham, halusinasi,
ilusi, bentuk pikir yang tidak realistic dan daya nilai dan tilikan yang
terganggu. Pada pemeriksaan intrinsik dan neurologis dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS BANDING

- Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)


- Episode Depresi Berat dengan gejala psikotik (F32.2)

11
- Gangguan Afektif Bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik (F31.5)
- Gangguan Kepribadian Campuran (F.61.0)
VII. DIAGNOSIS

Skizofrenia Tipe Depresif (F25.1)

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Axis 1 : Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
Axis 2 : R 46.8 (Diagnosis Aksis II tertunda)
Axis 3 : Penyakit susunan syaraf (G00-G99)
Axis 4 :Masalah “primary support group” (keluarga) dan
psikososial & lingkungan lain
Axis 5 :GAF Scale 20-11 (Bahaya mencederai diri/oranglain,
disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri.

IX. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
R/
Clozapine 1x12,5 mg (Antipsikotik atipikal – Dibenzodiazepin)
Risperidon 2x2 mg (Antipsikotik atipikal – Benzizoxasole)
Fluoxetine 1x20 mg (Antidepresan – Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor/SSRI)
THP (Trihexyphenidyl) 1 x 2mg (antimuskarinik)

B. Psikoterapi
- Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) dengan
megembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif serta
melatih kembali respon kognitif dan pikiran yang baru.
- Memberikan semangat serta motivasi kepada pasien agar optimis
dalam proses penyembuhan.
- Memberitahu pasien untuk meminum obat secara teratur.

12
- Menasehati pasien untuk lebih bersabar dalam mengendalikan emosi.
- Memberitahu pasien mengenai keterampilan social dan okupasional
juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam
kehidupan sehari – harinya.
- Edukasi keluarga: memberitahu pasien siap menghadapi
deteriorasiyang mungkin dapat terjadi. Dapat mendiskusikan
masalah sehari – hari, hubungan dengan keluarga dan hal hal lain
missal pendidikan dan pekerjaan pasien.

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

XI. DISKUSI
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia
maupun gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas
skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala
gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu,
tipe manik dan tipe depresif.
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa (PPDGJ-III):
25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif.
 Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe
depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagain
besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
 Afek Depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala
khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum
dalam uraian untuk episode depresif (F32);

13
 Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan
sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan
dalam pedoman diagnostik skizofrenia,F20 -, (a) sampai (d)).
F20 Skizofrenia
- Harus ada setidaknya satu dari gejala berikut, salah satunya sangat
jelas (dan biasanya dua atau lebih jika tajam atau kurang jelas):
(a) - "Thought Echo" = isi pikiran sendiri yang berulang sendiri atau
bergema di kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran yang
berulang-ulang, meskipun isinya sama, tetapi kualitasnya
berbeda; atau
- "Thought insertion or withdrawal" = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
dikeluarkan oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- "Thought Brodcasting" = isi pikirannya disiarkan agar orang lain
atau publik mengetahuinya;
(b) - "delusion of control" = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan eksternal, atau
-"delusion of influence" = waham tentang dirinya yang
dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar; atau
-"delusion of passivity" = waham tentang dirinya tak berdaya dan
menyerah pada kekuatan dari luar, (tentang “dirinya" = secara
jelas mengacu pada gerakan tubuh/anggota badan atau pikiran,
tindakan, atau pengindera khusus);
-"delusion perception" = pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang memiliki arti yang sangat khusus baginya, biasanya mistis
atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang terus menerus mengomentari perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan masalah pasien di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara)

14
- jenis suara halusinasi lainnya yang berasal dari satu bagian
tubuh
(d) Waham waham menetap lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan tidak mungkin, misalnya
mengenai keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan
dan kemampuan di atas manusia biasa (mis. mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain).
- Atau setidaknya dua dari gejala berikut harus: selalu ada dengan jelas:

(e) Halusinasi yang menetap dari salah satu indera, bila disertai
dengan waham mengambang atau setengah berbentuk tanpa isi
afektif yang jelas, atau disertai dengan ide-ide berlebihan, atau
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus;
(f) Aliran pemikiran terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang mengakibatkan inkoherensi atau ucapan
yang tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala - gejala "negatif", seperti sangat apatis, jarang berbicara,
dan respons emosional yang tumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari lingkungan sosial dan
penurunan kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua ini
tidak disebabkan oleh depresi atau pengobatan neuroleptik;
- Adanya gejala gejala khas di atas telah berlangsung selama satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam kualitas
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, yang
dimanifestasikan sebagai kehilangan minat, kehidupan tanpa tujuan,
15
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri
dari sosial.

F.32 Episode Depresif


 Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
- afek depresif,
- kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
 Gejala lainnya:
(a) konsentrasi dan perhatian berkurang:
(b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang:
(c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
(d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
(e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
(f) tidur terganggu
(g) nafsu makan berkurang.
 Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Penatalaksanaan:
1. Farmakoterapi
a) Injeksi:
Olanzapin 2 X 5-10 mg / hari dengan diazepam 2 x 10 mg / hari
b) Oral:
Terapi kombinasi:
1. Litium 2 x 400 m g / hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik
0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat
1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau Divalproat

16
dengan dosis awal 3 x 250 mg / hari dan dinaikkan setiap
beberapa hari hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L atau
Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg / hari dan dosis
dapat dinaikkan 200 mg setiap dua-empat hari hingga mencapai
kadar plasma 4-12 µg/mL sesuai dengan karbamazepin 800-
1600 mg / hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari
2. Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1 x 10 30 mg / hari atau
risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg), hari
II (400mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x
10-30 mg / hari.

2. Psikoterapi
Psikoterapi individu dapat diberikan, terapi kelompok jarang
digunakan, karena biasanya mereka sering tidak nyaman atau kurang
dapat mentolerir terapi kelompok, terutama dengan pasien dengan
berbagai diagnosis. Jika akan dilakukan, lebih baik jika pasien dirawat
secara rawat jalan. tidur siang, tidak Psikoterapi individual yang dapat
diberikan berupa psikoterapi suportif, client-centered therapy, atau terapi
perilaku. Psikoterapi suportifnya sebaiknya yang relatif konkrit, berfokus
pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien
dengan orang-orang terdekatnya. Ketrampilan sosial dan okupasional
juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam
kehidupan sehari-harinya.
Edukasi keluarga, Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi
deteriorasi yang mungkin dapat terjadi. Diskusi dapat tentang problem
sehari-hari, hubungan dalam keluarga, dan hal-hal kusus lainnya,
misalnya tentang rencana pendidikan, atau pekerjaan pasien.

17
Differential Diagnosis
Episode depresi berat Gangguan Afektif Bipolar, Gangguan
dengan gejala psikotik episode kini depresi berat Kepribadian
(F32.3) dengan gejala psikotik (F Campuran (F 61)
31.5)
Episode depresif berat yang - Memenuhi kriteria F32.3 Gambaran beberapa
berlangsung sekurang (episode depresif yang gangguan F 60 (tidak
kurangnya 2 minggu, 3 gejala berlangsung sekurang ada penyakit otak,
utama depresi (afek depresi, kurangnya 2 minggu, waham disharmoni sikap yang
hilang minat, mudah lelah) dan (+), halusinasi (+)) berat meliputi afek, cara
sekurangnya 4 gejala lain (tidur - Harus ada sekurang memandang berfikir dan
terganggu, konsentrasi kurang, kurangnya satu episode berhubungan dengan
merasa tidak berguna, perasaan manik, hipomanik atau oranglain, dengan
ingin bunuh diri), waham (+), campuran di masa lampau jangka waktu lama,
halusinasi (+) manisfestasi yang
muncul dimasa kanak
menetap hingga
dewasa) namun tanpa
gejala yang dominan.
Mood: hipotimia Episode manik biasanya mulai - Belum mengganggu
Afek : disforik tiba-tiba dan berlangsung pekerjaan dan kinerja
Pasien tidak melakukan kontak selama 2 minggu hingga 5 social.
mata dengan pemeriksa. bulan. Episode depresi - Waham (-) halusinasi
berlangsung lebih lama yaitu 6 (-)
bulan.

XII. KESIMPULAN
a. Pasien didiagnosis dengan skizoafektif tipe depresif
b. Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun
gangguan afektif.
c. Diagnosis dilakukan dengan gejala klinis berdasarkan pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III). F 25.1
Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif.
d. Terapi yang diberikan adalah berupa farmakoterapi, seperti antipsikotik
untuk mengobati penyakit primernya, anti-depressan untuk mengurangi
gejala depresinya dan antimuskarinik untuk mengatasi efek samping
penggunaan antipsikotik.

18
XIII. SARAN
Anjurkan pasien untuk konsul sesering mungkin untuk memantau
kemajuannya dan untuk mendeteksi awal, bila pasien tidak datang kontrol
lakukan kunjungan ke rumah. Memberikan semangat serta motivasi kepada
pasien agar optimis dalam proses penyembuhan.
Bantu pasien mengendalikan stress yang berlebihan, kenalilah
bahwa semakin produktif dan trampil pasien semakin besar
kemungkinannya memertahankan kesembuhan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Maslim, Dr. dr. Rusdi, Sp. KJ, M. Kes. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Singkat Dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: FK Unika Atmajaya.
Hal 57.

br Surbakti, R. 2014. A 30 Years Old Man with Depressed Type of Schizoaffective


Disorder. Medula: Jurnal Profesi Kedokteran Universitas Lampung, 3(02), 89-
95.
Amir, N., 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta, Indonesia: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai