Oleh :
Vina Putri Anisya
21360094
Penguji :
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ
Penguji :
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ
i
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI
PASIEN LAPORAN KASUS
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Vina Putri Anisya
21360094
Masa KKM : 26 September 2022 – 29 Oktober 2022
Penguji
iii
SURAT PERNYATAAN
iv
DAFTAR ISI
IDENTITAS ....................................................................................................... 1
RINGKASAN .................................................................................................... 11
DIAGNOSIS ...................................................................................................... 12
PENATALAKSANAAN ................................................................................... 12
DISKUSI ............................................................................................................ 13
KESIMPULAN.................................................................................................. 18
SARAN ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
v
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Nn. A
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Metro, 7 April 2000
Alamat Domisili : Braja Harjasari, Braja Selebah, Lampung Timur
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pengajar TK
Tanggal pemeriksaan : 27 September 2022
Tempat pemeriksaan : Poli jiwa RSUD Jend. Ahmad Yani Metro
Cara Datang : Mandiri
No. RM : 381648
2
b. Riwayat gangguan medik
Stenosis canal sacrolumbal (SCSL) post trauma 3 tahun lalu
D. RIWAYAT PENGOBATAN
a. Riwayat pengobatan psikiatri
Belum pernah konsultasi ke psikiater sebelumnya
b. Riwayat pengobatan medis
Rutin kontrol ke spesialis orthopedi konsultan tulang belakang,
dilakukan 1 x injeksi sacrolumbal di ruang operasi
F. RIWAYAT KELUARGA
Ibu kandung pasien mengalami hal serupa yaitu merasa tidak
berguna dan perasaan ingin bunuh diri, namun ibu pasien belum pernah
berobat ke pskiater.
3
tidak memiliki kondisi keluarga harmonis, pasien kerap kali
mendapat omongan buruk tentangnya dari keluarga terdekat.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien melanjutkan sekolahnya di pesantren sampai SMA.
Pada saat mengenyam pendidikan di pesantren pasien kerap kali
mengasingkan diri dengan temannya yang membuat pasien dijauhi
oleh temannya.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan mahasiswa semester 5 jurusan Bahasa
arab di Mesir namun pasien tidak serius untuk melanjutkan
kuliahnya sehingga pasien mencari sambilan pekerjaan sebagai
Pengajar TK.
b. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
c. Agama
Pasien beragama islam. jika pasien sedang dalam
kesedihannya pasien malas untuk solat.
d. Aktivitas Sosial
Sejak SMA pasien sering mengasingkan diri dari teman -
temannya.
e. Riwayat Psikoseksual
Belum menikah.
f. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.
4
III. PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
B. Pembicaraan
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Hendaya Bahasa
: Serasi
D. Proses Berfikir
3. Isi Pikir : Waham (+), fobia (-), kemiskinan isi piker (-), obsesi (-),
E. Gangguan Persepsi
Ilusi : Visual
2. Orientasi :
pemeriksaan
dilakukan.
6
Orang : Baik, pasien dapat mengenali keluarganya dan
5. Perhatian
6. Kemampuan visuospasial
Tidak dievaluasi
7. Pikiran abstrak
tidak nyata.
7
9. Kapasitas intelegensia
sosialnya.
3. Tilikan
H. Pengendalian impuls
dipercaya.
8
f. Tinggi Badan : 160 cm
g. IMT : 19,14 (normoweight)
h. Mata : Anemia : - /- ; Ikterus : -/-
i. THT / KL : Tidak dievaluasi
j. Cor : BJ I & II reguler
k. Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
l. Abdomen : DBN
m. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), tremor (-)
B. Status Neurologis
a. GCS : E4; V5; M6
b. Nervus kranialis
1. N. Olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi
2. N. Optik (N.II)
Tidak dievaluasi.
(N.VI)
yang wajar.
4. N. trigeminus (N.V)
5. N. facialis (N.VII)
7. N. glosssopharyngeus (N.IX),
8. N. vagus (N.X)
9. N. aksesorius (N.XI)
kanan.
10
C. Pemeriksaan Penunjang
D. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dievaluasi
V. RINGKASAN
Pada hari selasa tanggal 27 September 2022 Pasien perempuan 22
tahun datang sendiri dan dilakukan wawancara di Poli Jiwa dan Narkoba
RSUD Jend. Ahmad Yani Metro.
Pasien mengeluhkan berhalusinasi, mendengar bisikan – bisikan,
kesulitan tidur, pasien merasa curiga terhadap orang lain, merasa cepat lelah,
merasa tidak berguna dan perasaan ingin bunuh diri. Pasien menjadi mudah
tersinggung. Pasien merasa hilang motivasi dan mudah bosan dengan kegiatan
yang dijalani. Sekarang kegiatan pasien menjadi seorang pengajar TK, pasien
kerap kali mudah marah tanpa sebab dengan muridnya. Pasien merupakan
anak tunggal yang hanya diasuh oleh ibunya dan pasien juga kerapkali
mendapat omongan buruk dari keluarga dekat sejak pasien kecil. Pasien mulai
suka menyendiri saat 5 tahun lalu. Tiga tahun lalu pasien mengalami
kecelakaan yang mencederai tulang belakangnya yang dianggap menambah
penderitaanya. Ibu pasien memiliki keluhan serupa.
Saat dilakukan wawancara, pasien menjawab pertanyaan dengan
volume suara pelan dan mononton, mampu melakukan kontak mata namun
terkadang pandangannya menunduk. Pasien memiliki mood hipotimia dan
anhedonia dengan afek disforik dan menumpul. Terdapat waham, halusinasi,
ilusi, bentuk pikir yang tidak realistic dan daya nilai dan tilikan yang
terganggu. Pada pemeriksaan intrinsik dan neurologis dalam batas normal.
11
- Gangguan Afektif Bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik (F31.5)
- Gangguan Kepribadian Campuran (F.61.0)
VII. DIAGNOSIS
IX. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
R/
Clozapine 1x12,5 mg (Antipsikotik atipikal – Dibenzodiazepin)
Risperidon 2x2 mg (Antipsikotik atipikal – Benzizoxasole)
Fluoxetine 1x20 mg (Antidepresan – Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor/SSRI)
THP (Trihexyphenidyl) 1 x 2mg (antimuskarinik)
B. Psikoterapi
- Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) dengan
megembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif serta
melatih kembali respon kognitif dan pikiran yang baru.
- Memberikan semangat serta motivasi kepada pasien agar optimis
dalam proses penyembuhan.
- Memberitahu pasien untuk meminum obat secara teratur.
12
- Menasehati pasien untuk lebih bersabar dalam mengendalikan emosi.
- Memberitahu pasien mengenai keterampilan social dan okupasional
juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam
kehidupan sehari – harinya.
- Edukasi keluarga: memberitahu pasien siap menghadapi
deteriorasiyang mungkin dapat terjadi. Dapat mendiskusikan
masalah sehari – hari, hubungan dengan keluarga dan hal hal lain
missal pendidikan dan pekerjaan pasien.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
XI. DISKUSI
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia
maupun gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas
skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala
gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu,
tipe manik dan tipe depresif.
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa (PPDGJ-III):
25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif.
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe
depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagain
besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
Afek Depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala
khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum
dalam uraian untuk episode depresif (F32);
13
Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan
sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan
dalam pedoman diagnostik skizofrenia,F20 -, (a) sampai (d)).
F20 Skizofrenia
- Harus ada setidaknya satu dari gejala berikut, salah satunya sangat
jelas (dan biasanya dua atau lebih jika tajam atau kurang jelas):
(a) - "Thought Echo" = isi pikiran sendiri yang berulang sendiri atau
bergema di kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran yang
berulang-ulang, meskipun isinya sama, tetapi kualitasnya
berbeda; atau
- "Thought insertion or withdrawal" = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
dikeluarkan oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- "Thought Brodcasting" = isi pikirannya disiarkan agar orang lain
atau publik mengetahuinya;
(b) - "delusion of control" = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan eksternal, atau
-"delusion of influence" = waham tentang dirinya yang
dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar; atau
-"delusion of passivity" = waham tentang dirinya tak berdaya dan
menyerah pada kekuatan dari luar, (tentang “dirinya" = secara
jelas mengacu pada gerakan tubuh/anggota badan atau pikiran,
tindakan, atau pengindera khusus);
-"delusion perception" = pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang memiliki arti yang sangat khusus baginya, biasanya mistis
atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang terus menerus mengomentari perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan masalah pasien di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara)
14
- jenis suara halusinasi lainnya yang berasal dari satu bagian
tubuh
(d) Waham waham menetap lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan tidak mungkin, misalnya
mengenai keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan
dan kemampuan di atas manusia biasa (mis. mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain).
- Atau setidaknya dua dari gejala berikut harus: selalu ada dengan jelas:
️
(e) Halusinasi yang menetap dari salah satu indera, bila disertai
dengan waham mengambang atau setengah berbentuk tanpa isi
afektif yang jelas, atau disertai dengan ide-ide berlebihan, atau
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus;
(f) Aliran pemikiran terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang mengakibatkan inkoherensi atau ucapan
yang tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala - gejala "negatif", seperti sangat apatis, jarang berbicara,
dan respons emosional yang tumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari lingkungan sosial dan
penurunan kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua ini
tidak disebabkan oleh depresi atau pengobatan neuroleptik;
- Adanya gejala gejala khas di atas telah berlangsung selama satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam kualitas
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, yang
dimanifestasikan sebagai kehilangan minat, kehidupan tanpa tujuan,
15
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri
dari sosial.
16
dengan dosis awal 3 x 250 mg / hari dan dinaikkan setiap
beberapa hari hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L atau
Karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg / hari dan dosis
dapat dinaikkan 200 mg setiap dua-empat hari hingga mencapai
kadar plasma 4-12 µg/mL sesuai dengan karbamazepin 800-
1600 mg / hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari
2. Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
3. Antipsikotika generasi kedua Olanzapin 1 x 10 30 mg / hari atau
risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg), hari
II (400mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x
10-30 mg / hari.
2. Psikoterapi
Psikoterapi individu dapat diberikan, terapi kelompok jarang
digunakan, karena biasanya mereka sering tidak nyaman atau kurang
dapat mentolerir terapi kelompok, terutama dengan pasien dengan
berbagai diagnosis. Jika akan dilakukan, lebih baik jika pasien dirawat
secara rawat jalan. tidur siang, tidak Psikoterapi individual yang dapat
diberikan berupa psikoterapi suportif, client-centered therapy, atau terapi
perilaku. Psikoterapi suportifnya sebaiknya yang relatif konkrit, berfokus
pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien
dengan orang-orang terdekatnya. Ketrampilan sosial dan okupasional
juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam
kehidupan sehari-harinya.
Edukasi keluarga, Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi
deteriorasi yang mungkin dapat terjadi. Diskusi dapat tentang problem
sehari-hari, hubungan dalam keluarga, dan hal-hal kusus lainnya,
misalnya tentang rencana pendidikan, atau pekerjaan pasien.
17
Differential Diagnosis
Episode depresi berat Gangguan Afektif Bipolar, Gangguan
dengan gejala psikotik episode kini depresi berat Kepribadian
(F32.3) dengan gejala psikotik (F Campuran (F 61)
31.5)
Episode depresif berat yang - Memenuhi kriteria F32.3 Gambaran beberapa
berlangsung sekurang (episode depresif yang gangguan F 60 (tidak
kurangnya 2 minggu, 3 gejala berlangsung sekurang ada penyakit otak,
utama depresi (afek depresi, kurangnya 2 minggu, waham disharmoni sikap yang
hilang minat, mudah lelah) dan (+), halusinasi (+)) berat meliputi afek, cara
sekurangnya 4 gejala lain (tidur - Harus ada sekurang memandang berfikir dan
terganggu, konsentrasi kurang, kurangnya satu episode berhubungan dengan
merasa tidak berguna, perasaan manik, hipomanik atau oranglain, dengan
ingin bunuh diri), waham (+), campuran di masa lampau jangka waktu lama,
halusinasi (+) manisfestasi yang
muncul dimasa kanak
menetap hingga
dewasa) namun tanpa
gejala yang dominan.
Mood: hipotimia Episode manik biasanya mulai - Belum mengganggu
Afek : disforik tiba-tiba dan berlangsung pekerjaan dan kinerja
Pasien tidak melakukan kontak selama 2 minggu hingga 5 social.
mata dengan pemeriksa. bulan. Episode depresi - Waham (-) halusinasi
berlangsung lebih lama yaitu 6 (-)
bulan.
XII. KESIMPULAN
a. Pasien didiagnosis dengan skizoafektif tipe depresif
b. Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun
gangguan afektif.
c. Diagnosis dilakukan dengan gejala klinis berdasarkan pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III). F 25.1
Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif.
d. Terapi yang diberikan adalah berupa farmakoterapi, seperti antipsikotik
untuk mengobati penyakit primernya, anti-depressan untuk mengurangi
gejala depresinya dan antimuskarinik untuk mengatasi efek samping
penggunaan antipsikotik.
18
XIII. SARAN
Anjurkan pasien untuk konsul sesering mungkin untuk memantau
kemajuannya dan untuk mendeteksi awal, bila pasien tidak datang kontrol
lakukan kunjungan ke rumah. Memberikan semangat serta motivasi kepada
pasien agar optimis dalam proses penyembuhan.
Bantu pasien mengendalikan stress yang berlebihan, kenalilah
bahwa semakin produktif dan trampil pasien semakin besar
kemungkinannya memertahankan kesembuhan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Dr. dr. Rusdi, Sp. KJ, M. Kes. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Singkat Dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: FK Unika Atmajaya.
Hal 57.
20