Anda di halaman 1dari 78

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS DAN REFERAT ANAK & REMAJA

FAKULTAS KEDOKTERAN Senin, 20 Maret 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA YTT (F20.9)
SCHIZOPHRENIA FIRST EPISODE CURRENTLY IN ACUTE EPISODE (295.90)
REFERAT: Deteksi Dini dan Intervensi Psikosis Episode Pertama

Dibawakan oleh :
dr. Ardiansyah
(C065191002)

Pembimbing :
dr. Rinvil Renaldi, M.Kes.,Subsp.A.R Sp.KJ (K)

Penasihat Akademik :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan Laporan Kasus Anak dan Remaja
dengan judul Laporan Kasus: Skizofrenia Ytt (F20.9), Schizophrenia (295.90) First
Episode, Currently in Acute Episode. Referat : Deteksi Dini dan Intervensi Psikosis
Episode Pertama. Pada Konferensi Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin pada :

Hari : Senin
Tanggal : 20 M aret 2023
Jam : 12.00 Wita - Selesai
Tempat : Ruang Pertemuan RSKD Sulsel dan Via Zoom meeting

Makassar, 15 Maret 2023

Penasehat Akademik, Pembimbing,

Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ dr. Rinvil Renaldi, M.Kes.,Subsp.A.R Sp.KJ (K)
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
No. RM : 19.83.26
Tanggal Lahir/Umur : 02 November 2008/14 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Pernikahan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SMP (Kelas VIII)
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Kamala 2. No. 72.

Dibawa oleh keluarga untuk Pertama kali ke IGD RSKD Dadi Sulawesi selatan pada
tanggal 08 Desember 2022 pukul 11.00 WITA kemudian dirawat inap di bangsal
Kenanga pada tanggal 12 Desember 2022 pukul 7.30 WITA. Dilakukan autoanamnesis
pada tanggal 14 Desember 2022.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
1. Nama : Tn. N
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak Ipar
2. Nama : Ny. S
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak Kandung

3
A. Keluhan Utama

Gelisah

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien diantar oleh keluargaya ke IGD RSKD untuk pertama kalinya dengan
keluhan gelisah sejak 3 bulan yang lalu dan semakin memberat 1 bulan terakhir. Bila
gelisah, pasien mondar-mandir di dalam rumah, bicara sendiri, kadang berteriak-
teriak. Pasien juga mengatakan sebelum masuk rumah sakit sering mendegar suara-
suara bisikan yang selalu memanggil namanya (uppi). Pasien juga sering memanjat
pohon dan bermain di atap rumah di lantai dua, kemudian loncat ke bawah kurang
lebih tinggi 2 meter. Menurut ayahnya sejak 1 bulan terakhir, keluhan pasien semakin
memberat pasien selalu mudah marah, dan tersinggung, saat ditegur atau melarang
pasien untuk bermain diatap dan memanjat pohon tiba-tiba pasien langsung marah
dan memukul. Pasien juga sering tiba-tiba melempar dan merusak barang. Pasien
semakin lebih sering bermain di atap dan memanjat pohon dan bermain air. Pasien
juga memasukkan lidi dan kadang sedotan ke telinga bahkan ke dalam alat
kelaminnya. Pasien juga memotong rambutnya, saat ditanya pasien melakukannya
karena ingin menjadi tukang salon. Pasien juga sering tidak berpakaian. Pasien juga
sering mengikuti pembicaraan orang dan meniruh gerakan orang lawan bicaranya.
Pasien sulit tidur dan sering berkeluyuran pada malam hari. Selama tidak tidur pasien
mondar mandir dirumah dan bicara sendiri. Makan pasien tidak teratur dua kali sehari
atau satu kali sehari. Perawatan diri kurang.
Pada tanggal 14 Desember 2022 di bangsal kenanga pasien selalu mondar-
mandir di dalam ruangan dan sering tidak menggunakan pakaian. Pasien juga saat di
tanya banyak diam dan ditanya berkata kasar ”sundala” dan saat ditanya kembali
selalu mengucapkan kata-kata tersebut. Selama observasi pasien masih sulit
berkomunikasi pasien lebih banyak diam dan kadang hanya satu atau dua kata.
Menurut perawat di ruangan, pasien sering gelisah dan kadang tidak berpakaian dan
berteriak-teriak dalam ruangan. Pasien juga sempat kaku, jalan seperti robot dan
tremor di kedua tangan. Kurang lebih tiga minggu pasien mulai dapat berkomunikasi.
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan yang menyuruhnya namun
tidak jelas dan juga sering melihat sosok bayangan tidak jelas. Alasan pasien tidak
berpakaian karena panas. Selama pengobatan di ruangan di berikan obat risperidone
2 mg ½ tab/ 12 jam/ oral, lorazepam 0,5 mg/ ½ tab / 24 jam/oral/ malam diganti
4
stelosi 5 mg/ 12 jam / oral , lorazepam 0,5 mg/ ½ tab/oral / malam, trihexyphenidyl
2 mg / 8 jam / oral. Keluhan gelisah berkurang dan rasa kuku pasien berkurang. Pada
tanggal 09 Januari 2023 pasien di pulangkan.
Awal mula perubahan perilaku sejak tahun 2019 setelah orangtua pasien
bercerai. Sejak orang tua pasien bercerai pasien dan saudara-saudaranya pindah dari
Erengkang ke rumah neneknya di makassar. Pasien mengatakan sering sedih dan
kadang menangis diam-diam, pasien mengatakan ia ingin ayah dan ibunya rujuk
kembali, dan kembali seperti semula. Sejak ibunya bercerai dengan ayahnya, pasien
merasa kesepian dan merasa sosok seseorang yang penting telah hilang dalam
hidunya. Menurut ayahnya selama sudah bercerai dengan ibunya, pasien tidak pernah
menangis dan bersedih. Pasien tetap bermain dengan teman-temanya di sekitar
rumah. Pasien juga sering videocall dan kadang janjian bertemu dengan ibunya di
luar rumah.
Pada awal tahun 2020, menurut saudara perempuannya pasien berperilaku aneh
setelah pergi kerumah saudaranya di daerah Polewali, sesampai disana beberapa hari
pasien tampak banyak diam dan selalu mengikuti saudaranya misalnya kedapur,
pasien juga ikut ke dapur dan selalu mondar-mandir dalam rumah. Setelah beberapa
hari di Polewali pasien pulang dengan saudaranya ke Makassar. Sesampai di
Makassar, keluhan pasien semakit memberat dan tiba -tiba sangat benci dengan
ayahnya dan pasien selalu menyerang, memukul, melempar bendah-bendah disekitar
tanpa sebab. Alasan pasien benci saat itu dengan ayahnya karena ayahnya tidak
memberikan uang. Pasien juga gelisah, mondar-mandir, selalu mau keluar rumah
dan selalu memanjat pohon. Menurut ayah nya mengira pasien kerasukan roh halus,
kemudian di bawa ke ustad untuk pengobatan ruqyah selama dua minggu, pasien
membaik dan pasien melakukan aktivitas seperti biasa selama tiga bulan, kemudian
setelah tiga bulan pasien gelisah kembali dan tidak diketahui penyebabnya dengan
keluhan yang sama dan sempat tenang kembali setelah dilakukan ruqyah.
Pada tahun 2021 pasien mau melanjutkan sekolah SMP, awalnya ayah pasien
tidak mengizinkan untuk bersekolah sementara waktu karena takut pasien kambuh
kembali. Namun pasien mendaftar sendiri di sekolah swasta. Pada saat SMP, awalnya
pasien menjalankan pendidikan dan aktivitas sekolah seperti biasa. Namun beberapa
bulan pasien sempat di perhatikan oleh teman dan gurunya dan terlihat pasien kadang
berbicara kasar, berperilaku aneh dengan tiba-tiba hormat di tengah lapangan sekolah
sendirian setelah itu pasien gelisah kembali namun tidak lama pasien lanjut kembali
5
sekolah. Pasien gelisah kembali setelah mendengar sahabatnya meninggal dunia,
pasien merasa sedih dan pasien merasa sahabatnya yang sudah meninggal ada
didekatnya. Pasien juga sering melihat sahabatnya tersebut di atas rumah. Menurut
ayahnya setelah sahabatnya meninggal pasien sering melihat makhluk halus dan
disertai keluhan yang sama sebelumnya. Pasien di bawa kembali pengobatan ruqyah,
pasien tenang kembali, kemudian menjalankan aktivitas pendidikan sekolah seperti
biasanya
Pada tahun 2022 pasien mendengar kabar ibunya menikah kembali, pasien
merasa sedih, kadang menangis diam-diam. Pasien tetap menjalankan aktivitas dan
Pendidikan sekolah seperti biasa. Pada bulan Oktober setelah maulid nabi, pasien
berperilaku aneh dengan memakai cadar dan tidak mau di pegang oleh laki-laki
selama sehari, kemudian pasien tiba-tiba kembali gelisah dengan keluhan sama
sebelumnya. Pasien di bawa ayahnya kembali untuk di lakukan pengobatan ruqyah
dan Ustadznya mengatakan sudah ada gangguan yang mengenai saraf otaknya
sehingga lebih baik berobat ke dokter jiwa, namun ayah pasien tidak ada uang untuk
membawa pasien berobat ke psikiatri. Kemudian pasien di bawah ke RSKD Dadi
pada tanggal 08 Desember 2022.
Riwayat pengobatan psikiatri tidak ada, pasien selama ini berobat alternatif di
lakukan ruqyah.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
 Tidak ada riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medis Umum
 Tidak ada riwayat gangguan medis sebelumnya.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
 Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan narkotika, alkohol, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya (NAPZA) sebelumnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir pada tanggal 02 November 2008. Saat hamil, ibu pasien rutin
menjalani pemeriksaan ANC (Antenatal Care), dan tidak tampak kelainan pada
janin saat dilakukan pemeriksaan. Ibu pasien tidak mengalami muntah-muntah,
mual (hyperemesis gravidarum), maupun perdarahan dan penyakit fisik selama
6
kehamilan. Ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, obat-obatan atau
konsumsi jamu selama kehamilan. Pasien merupakan anak ke enam dari tujuh
bersaudara. Pasien merupakan anak yang diharapkan dari orang tuanya. Pasien lahir
di rumah sakit secara normal, cukup bulan, spontan, langsung menangis. Berat
badan pasien waktu lahir 3500 gram. Pasien tidak mengalami icterus dan sianosis
selama masa perinatal.
Pada usia 1-2 bulan bisa senyum spontan, mengikuti objek yang lewat
didepannya, tertawa berteriak, mengangkat kepala. Usia 3-4 bulan sudah mulai
berusaha menggapai mainan, menggenggam, tengkurap dan tersenyum. Usia 5-7
bulan pasien sudah bisa duduk dan tepuk tangan, dan bisa menyebut mama namun
tidak jelas serta merespon saat namanya dipanggil. Usia 8-9 bulan pasien duduk
kemudian bangkit untuk berdiri sambil berpegangan di dinding, kursi dan menjelang
usia 1 tahun mulai dapat jalan sambil berpegangan di dinding.
Pasien mendapat ASI eksklusif selama enam bulan pertama, tidak ada
kesulitan ibu dalam menyusui karena ASI selalu melimpah. Tiap pasien menangis
kehausan, pasien langsung diberikan ASI. Kemudian setelah berusia 6 bulan
dilanjutkan ASI nya hingga usia 24 bulan dan disertai pemberian makanan
pendamping. Riwayat imunisasi wajib pasien lengkap di Puskesmas tidak pernah
mengalami keterlambatan.
2. Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pada massa ini pasien diasuh kedua orang tuanya. Pasien bisa berjalan lancar
di usia 13 bulan. Berbicara 1-2 kata utamanya memanggil “mama” dan “papa” pada
usia sekitar 18 bulan ke atas dan telah lancar di usia 2 tahun. Pasien sudah mulai
ikut bermain dengan teman-teman sebaya dan juga dengan kakak-kakak pasien.
Pada fase ini pasien tetap diasuh oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya
cukup menyayangi pasien dan berusaha memenuhi segala kebutuhan ditengah
ekonomi keluarga yang juga pas-pasan. Ibu pasien yang seorang ibu rumah tangga
memiliki banyak waktu untuk mendampingi pasien dan ayah pasien yang bekerja
sebagai driver taksi bosowa tetap menyisihkan waktunya ketika pulang bekerja.
Pada usia 2-3 tahunan, pasien mulai meniru kakak-kakaknya ketika BAB dan
BAK, pasien mulai bisa sendiri masuk di kamar mandi namun masih dibantu
dibersihkan oleh ibu pasien. Selama pasien belajar membuang kotorannya sendiri
kedua orang tuanya tidak pernah memarahi pasien bila pasien terlihat jorok seperti
bila pasien hendak memegang kotorannya. Pada usia ini juga pasien sudah mulai
7
memahami bila diberitahu hal yang benar dan salah serta mengerti instruksi/perintah
sederhana dari orang tuanya. Pasien bisa memilih sendiri mainan ataupun pakaian
yang disukainya.
3. Masa Kanak Pertengahan (4-6 tahun)
Pada massa ini pasien diasuh kedua orang tuanya. Pasien cukup memiliki
teman namun merupakan tipe pendiam. Pasien dapat bergaul dan bermain dengan
teman sebayanya di tempat tinggalnya. Pasien cukup mendapat perhatian dan kasih
sayang ke dua orang tuanya dan pasien tidak pernah mendapat perlakuan kasar dari
ke dua orang tuanya. Ayah pasien adalah sosok ayah yang baik, tidak keras mendidik
anak-anaknya dan memberi kebebasan untuk bereksplorasi dengan lingkungannya.
Ibu pasien adalah sosok yang cukup tegas mendidik anak-anaknya dalam aktivitas
sehari-hari seperti makan, bermain dan waktu tidur.

Pasien sudah mulai diperkenalkan dengan nilai-nilai agama, yang diajari


dengan fleksibel. Pasien juga bisa bersosialisasi dengan anak-anak sebayanya.
Teman-teman pasien sering main ke rumah pasien dan sebaliknya pasien bermain
kerumah temanya dengan aktif. Pada massa ini lebih banyak bermain dengan
saudara nya dan teman sekitar lingkungannya. Pasien tidak memasuki sekolah TK
seperti teman temannya, karena pertimbangan orang tua untuk langsung saja
bersekolah di Sekolah Dasar (SD).
4. Masa Kanak Akhir (7-12 tahun)

Pada massa ini pasien diasuh kedua orang tuanya. Pasien masuk SD usia 7
tahun di SDN 2 Enrekang, saat awal bersekolah, pasien dihadapkan dengan teman-
teman dan lingkungan yang baru tidak menemui banyak kesulitan dalam
beradaptasi. Kelas 1 hingga selesai SD pasien dapat mengikuti pelajaran sekolah
dengan baik selalu dapat 5 besar dan beberapa kali dapat rangkin 2 atau 3. Pasien
juga selama Pendidikan sekolah termasuk anak yang cerdas dan menonjol di
kelasnya.

Pasien merupakan anak yang aktif, mudah bergaul, dan ceria. Teman-teman
sekitar rumahnya sering datang bermain di rumah pasien. Pada akhir sekolah kelas
6 SD pasien mengertahui orang tuanya bercerai, pasien saat itu merasa sedih, kadang
menangis. Pasien tetap bersekolah seperti biasa.

8
5. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 13-18 tahun)
Pada masa ini pasien diasuh oleh ayahnya. Pasien pindah dari Erenkang ke
Makassar bersama ayah dan saudaranya. Setelah menyelesaikan pendidikan SD
pasien mengalami gangguan jiwa pasien sering gelisah dan sempat membaik.
Awalnya pasien tidak di izinkan untuk melanjutkan sekolah oleh ayahnya dengan
alasan pasien takut gelisah kembali. Namun pasien mendaftar sendiri ke SMP
Yapend Bungaya Makassar. Selama pendidikan SMP, pasien dapat mengikuti
kegiatan sekolah sehari-hari dan pembelajaran. Namun beberapa bulan di sekolah
pasien mulai berprilaku aneh, ditegur oleh gurunya pasien berkata kasar, pasien
sempat beberapa kali cuti disekolah karena penyakitnya. Keluhan pasien membaik
pasien melanjutkan kembali sekolah sampai selesai kelas 1 SMP. Pada masa ini
pasien juga mendengar kabar ibunya menikah kembali. Sejak saat itu pasien sering
sedih dan menangis. Pasien juga pada masa ini lebih banyak di rumah.
E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak keenam dari 7 bersaudara (♀,♂,♂,♀,♂,♀,♂). Ayah pasien
pebekerja keras dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Ayah pasien adalah sosok
ayah yang baik, tidak keras mendidik anak-anaknya dan memberi kebebasan untuk
bereksplorasi dengan lingkungannya. Ibu pasien adalah sosok yang cukup tegas
mendidik anak-anaknya dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, bermain dan
waktu tidur. Sebelum orang tua pasien bercerai pasien tinggal di Enrekang bersama
saudaranya. Pada tahun 2019 orang tua pasien bercerai. Pasien dan saudaranya
pulang ke Makassar, numpang tinggal dirumah orang tua ayahnya. Ibu pasien
menikah lagi tahun 2022. Riwayat keluarga tidak ada mengalami gangguan jiwa
seperti pasien.
GENOGRAM

9
Keterangan :
: Anggota keluarga laki-laki
: Anggota keluarga perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
: Bercerai
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ayah, nenek, saudara kandungnya kedua,
ketiga, keempat, kakak ipar, keponakan dirumah neneknya. Kebutuhan kehidupan
sehari-hari dan sekolah ditanggung oleh ayahnya sebagai ojek online dan di bantu
oleh saudara pertama, kedua dan ke empat. Hubungan pasien dengan keluarga saat
ini baik. Saudara pasien sudah menikah 2 orang, satu tinggal dengan suaminya. Satu
saudara kandungan nya tinggal sama ibunya.

Kamar 1

Lantai 2 Kamar mandi

Kamar 2

Tangga

Dapur Kamar bawah

Ruang tengah

Teras Rumah

Denah rumah pasien

G. Persepsi Pasien Tentang diri dan Lingkungannya


Pasien saat ini belum terlalu mengerti sakit yang dideritanya, pasien ingin
cepat sembuh dan segerah bersekolah kembali. Pasien saat ini selalu didalam rumah
belum diperbolehkan ayahnya untuk keluar rumah, bersekolah dan bertemu dengan
teman-temanya dengan alasan takut pasien gelisah dan berpergian.

10
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS (19 Januari 2023)
A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran composmentis, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 72 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, suhu
tubuh 36,5°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru,
dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan.
B. Status Neurologi
Kesadaran composmentis (GCS E4M6V5), Gejala rangsang selaput otak: kaku
kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks
cahaya (+)/(+), fungsi motorik pada ekstremitas baik dan tidak terdapat tremor,
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

Rangsang Meningeal : Negatif

Nn. Cranialis : Pupil bundar isokor Ø 2,5 mm / 2,5 mm. Refleks cahaya

langsung (RCL) +/+ normal, refleks cahaya tidak

langsung (RCTL) +/+ normal.

Motorik :

P N N K 5 5 T N N
N N 5 5 N N
Sensorik : Normal
Otonom : BAB normal, BAK lancar

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (19 Januari 2022)


a. Deskripsi Umum
Penampilan :
Seorang perempuan, usia 14 tahun, wajah kesan sesuai usia, memakai jilbab warna
hitam, memakai kaos piyama lengan panjang, celana piyama, kulit kuning langsat,
perawakaan sedang, perawatan diri kesan cukup
Kesadaran kualitatif berubah, Kesadaran kuantitatif Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
Aktivitas Psikomotor : Selama wawancara pasien cukup tenang.
Pembicaraan : spontan, cukup, intonasi biasa.
Sikap terhadap pemeriksa : cukup kooperatif pada saat wawancara.
11
b. Keadaan Afektif

Mood : Sulit dinilai


Afek : Tumpul
Keserasian : Tidak serasi
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
c. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan : Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan
tingkat pendidikannya (SMP).
2. Taraf Kecerdasan
i. Perkembangan kognitif Piaget :
Berdasarkan Berdasarkan teori Piaget, anak usia 14 tahun harusnya telah
berada pada tahap formal operasional (11-16 tahun). Disebut tahap formal
operasional, karena pikiran seorang anak beroperasi di dalam cara yang
formal, sangat logis, sistematik dan simbolik. Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan
menggunakan pola berpikir “kemungkinan” yakni tentang kesuksesan –
kegagalan atau cinta-benci. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-
deductive (dapat membandingkan dua statemen dan menghasilkan logika)
dan inductive sudah mulai dimiliki, dengan kemampuan menarik kesimpulan,
menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Memiliki kemampuan berbahasa
yang baik. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat bekerja secara
efektif dan sistematis. Bisa memahami bagaimana seharusnya bisa
berperilaku baik seperti orang lain. Dan seharusnya sudah lebih dalam
mengenali identitasnya dan dan moralitas. Pada tahap ini mula-mula Piaget
percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operasional paling lambat
pada usia 15 tahun.
ii. Tahap Perkembangan Kognitif :
- Gambaran Umum : Pasien dapat mengungkapkan isi pikir, mampu
menjawab pertanyaan, dan mampu mengikuti instruksi sederhana
maupun kompleks yang diberikan dalam pemeriksaan.
- Tes Kemampuan Membaca : Pasien mampu mengenal huruf dan mampu
mengeja huruf dalam kata dan kalimat.
- Tes Kemampuan Menulis : Pasien mampu mengikuti tulisan yang

12
dicontohkan dan mengerti maknanya.
- Tes Intelegensi Umum (SPM Raven Test) Pada 07 Febuari 2023, pasien
diminta untuk mengerjakan Standard Progessive Metrices dari Raven.
Dari 60 soal, pasien benar 41, didapatkan nilai persentil 97-109, pasien
masuk kategori normal/biasa)
3. Orientasi:
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
4. Gangguan Persepsi :
- Halusinasi visual: Pasien sering melihat sosok bayangan tidak jelas
- Halusinasi Auditorik: Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara
bisikan memanggil namanya (uppi)
- Ilusi : Tidak ada
- Depersonalisasi : Tidak ada
- Derealisasi : Tidak ada
5. Mekanisme coping : Mekanisme defens yang digunakan sebelum sakit
adalah represi.
6. Integrasi Neuromuskular : Koordinasi motorik kasar baik, yaitu pasien dapat
duduk, dan berjalan dengan baik. Koordinasi motorik halus juga terbentuk
dengan baik, pasien dapat memegang pulpen, menulis dan menggambar
dengan baik.
7. Proses pikir dan Verbalisasi arus pikir :
- Produktifitas : cukup
- Kontinuitas : relevan, koheren.
- Hendaya berbahasa : verbigerasi ( selalu mengucapkan “iye”)
- Isi pikir : Tidak ada
8. Wishes dan Cita cita
Harapan pasien adalah agar bisa sembuh dan bisa beraktifitas seperti biasa
serta bisa melanjutkan sekolahnya. Pasien mempunyai cita cita menjadi
dokter, tukang salon, penyanyi dangdut.
- Keinginan pasien ingin ayah dan ibunya kembali rujuk.

13
9. Superego
Ego ideal dan daya nilai pasien terbentuk dengan cukup baik, pasien dapat
menempatkan dirinya dalam situasi yang dihadapinya Pasien yang pada
dasarnya pendiam tidak pernah berbuat masalah di sekolah. Ego ideal pasien
yang selama ini ingin giat belajar dengan sebaik-baiknya dan tidak ingin putus
sekolah. Pasien belum mengembangkan mekanisme defans yang cukup matur
untuk memperbaikinya.
10. Konsep Diri
Saat ini, konsep diri pasien cenderung negatif. Pasien kurang mampu
menggambarkan kondisi diri dan emosinya. Pasien memiliki keinginan yang
tidak bisa diungkapkan sehingga akhirnya tidak lagi merasakan apa pun.
11. Pemahaman Masalah
Pasien saat ini mampu untuk memahami instruksi yang diberikan padanya
dan mampu mengikuti instruksi tersebut dan serta menyelesaikan instruksi
tersebut dengan baik. Pasien menyadari dirinya sakit secara fisik namun
kaitannya dengan proses mental-emosional yang dirasakan disaat ada
perasaan tidak nyaman belum dipahami sepenuhnya. Pasien belum dapat
memahami dan menilai berat ringannya masalah yang dihadapinya.
12. Daya Ingat :
- Jangka Panjang : Baik
- Jangka Sedang : Baik
- Jangka Pendek : Baik
- Jangka Segera : Baik
- Konsentrasi dan Perhatian : Kurang baik
- Pikiran Abstrak : Terganggu
- Bakat Kreatif : Tidak ada
- Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Kurang
13. Daya Nilai dan Tilikan :
- Norma Sosial : Baik
- Uji daya nilai : Baik
- Penilaian Realitas : Terganggu
- Tilikan : Pasien sadar bahwa penyakitnya
disebabkan sesuatu yang tidak diketahui dari dalam dirinya (Tilikan 4)
14. Taraf dapat dipercaya : Pasien dapat dipercaya.
14
C. Pemeriksaan Psikometri (31 Januari 2023)
1. Skor PANSS: Gejala positif 21, Gejala negative 25, Psikopatologi umum
35.Total 81.
2. Abbreviated Conners Rating Scale : 7 (Tidak mengalami hiperaktif).
3. Abberant Behavior Checklist Irritability (ABC-I): 21 (Dapat diberikan
antipsikotik)
4. Skrining Depresi dengan Berriga House Depression Screening Questionare):
(Tidak Depresi anak/remaja)
5. Pedicatric Symptom Checklist-PSC 17:
- S PSC-17 –I: 6 (≥5)
- PSC-17 –A: 9 (≥7)
- PSC-17 –E: 4 Total : 19 (kemungkinan gangguan perilaku)
6. Hasil Tes MMPI-Anak (7 Febuari 2023)
Kesimpulan : Tidak dapat di analisis dan di interpretasi.
7. House -Tree Person (7 Febuari 2023)

Interpretasi
Kesan Umum Secara umum gambar tidak proporsional
Rumah Rumah menggambarkan kehidupan sosial terutama pola
kontak/interaksi interpersonal pasien dengan orang rumah.
Pasien menggambar rumah dengan 1 pintu, 1 jendela 4 kotak
yang tertutup, yaitu tidak ada keinginan untuk berelasi dan
berinteraksi dengan orang lain dan ada 1 pintu yang tertutup
meng gambarkan penarikan diri dari dunia luar hal ini
menunjukkan ambivalensi terhadap oarng lain, disatu sisi
pasien ingin terhubung dengan dunia luar disisi lain pasien

15
dilarang bergaul dengan linkungan sekitar. Menunjukkan
kontak dalam hubungan interpersonal pasien dimana pasien
jauh dari sosok ibunya
Pohon Pasien menggambar pohon dengan proporsi ukuran tinggi pohon
lebih kecil dari rumah. Menunjukkan ada perbedaan kedekatan
antara ayah dan ibunya sehingga pasien lebih dekat dengan ibu
dari pada ayahnya
Orang Pasien menggambar sosok saudara perempuannya yang tidak
utuh (tidak terdapat rambut maupun beberapa organ seperti
telinga, mata, mulut. Menunjukkan bahwa pasien memiliki rasa
percaya diri yang kurang

V. FORMULASI PSIKODINAMIKA
Seorang anak perempuan umur 14 tahun merupakan anak kelima dari enam
bersaudara di dalam keluarga yang cukup harmonis. Menurut teori psikososial Erik
Erikson, salah satu kondisi yang berpengaruh dalam perkembangan adalah
interaksi individu dengan sekitarnya dan dengan “orang-orang yang bermakna”
disamping konstitusi biologi yang dimiliki individu. Keberhasilan untuk
menyelesaikan suatu krisis dalam fase tertentu merupakan persyaratan untuk dapat
berfungsi optimal dalam fase berikutnya.
Di fase kehidupan pasien, pada fase basic trust vs mistrust satu tahun pertama
kehidupan pasien, pasien dapat mencapai basic of trust dimana pasien didampingi
ibunya yang dapat selalu menyediakan kebutuhan pasien. Pada fase Autonomy vs.
Shame and Doubt, pasien diberikan kebebasan dalam bereksplorasi sehingga
terbentuk autonomy. Pada fase Initiative vs. Guilt, pasien melaluinya dengan baik,
Virtue purpose pada fase ini didapatkan oleh pasien, terbukti dari kemampuan
pasien untuk berteman, memulai untuk menyapa teman-temannya dan mengikuti
kegiatan di lingkungan rumahnya dengan baik tanpa bantuan orang tuanya.
Kemudian pasien memasuki bangku sekolah dan dihadapkan pada pengaruh-
pengaruh sosial yang baru. Pada awalnya pasien menjalani fase awal Industry vs.
Inferiority dengan baik, selalu mendapat peringkat disekolahnya dan disenangi oleh
teman di sekolahnya yang membuat Self Image pada pasien baik, sehingga
competence yang merupakan basic virtue pada tahap ini berkembang.

16
Di usia pasien yang ke 12, dalam fase identity vs role confusion. Pada dalam
fase ini selama masa remaja, transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa adalah yang
paling penting. Anak-anak menjadi lebih mandiri, dan mulai melihat masa depan
dalam hal karir, hubungan, keluarga, tempat tinggal. Pada fase ini pasien pindah
rumah ke lingkungan yang berbeda dan berpisah dengan ibunya dan tidak memiliki
teman sehingga pasien yang saat itu berada confusion kesulitan dalam hubungan
sosial. Kehilangan tersebut juga menjadi dasar terjadinya gangguan jiwa pada
pasien.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan, berusia 14 tahun dibawa untuk pertama kali ke RSKD
Dadi dengan keluhan gelisah sejak 3 bulan yang lalu, memberat 1 bulan terakhir.
Pasien selalu gelisah, mondar-mandir, bicara sendiri, kadang berteriak-teriak.
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit sering mendengar suara-suara
bisikan memanggilnya ( uppi). Pasien selalu ingin keluar rumah dan bermain di atap
rumah, dan mudah emosinal, bila tegur tiba-tiba mengamuk, menyerang orang
sekitarnya. Pasien juga memasukkan lidi dan kadang sedotan ke telinga bahkan ke
dalam alat kelaminnya, memotong rambutnya, sering tidak berpakaian dan selalu
mengikuti pembicaraan orang dan meniruh gerakan orang lawan bicaranya. Pasien
sulit tidur dan sering berkeluyuran pada malam hari, makan kurang dan perawatan
diri kurang.
Selama perawatan di ruangan bangsal kenanga pasien banyak diam, kadang
pasien selalu mondar-mandir di dalam ruangan dan sering tidak menggunakan
pakaian. Pasien juga saat di tanya banyak diam dan ditanya berkata kasar ”sundala”
dan saat ditanya kembali selalu mengucapkan kata-kata tersebut. Selama observasi
pasien masih sulit berkomunikasi pasien lebih banyak diam dan kadang hanya satu
atau dua kata. Pasien juga sempat kaku, jalan seperti robot dan tremor di kedua
tangan. Kurang lebih tiga minggu pasien mulai dapat berkomunikasi. Pasien
mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan yang menyuruhnya namun tidak
jelas dan juga sering melihat sosok bayangan tidak jelas.
Pada tahun 2019. Awal mula perubahan perilaku sejak orang tua pasien
bercerai sejak saat itu pasien sering sedih, kadan menangis diam-diam. Pada tahun
2020, menurut saudaranya pasien tiba-tiba tampak banyak diam dan selalu
mengikuti saudaranya misalnya kedapur, pasien juga ikut ke dapur dan selalu
17
mondar-mandir dalam rumah. Setelah di Polewali, sesampai di Makassar pasien
tiba-tiba benci dengan ayahnya dan pasien selalu menyerang, memukul, melempar
bendah-bendah disekitar tanpa sebab. Pasien juga gelisah, mondar-mandir, selalu
mau keluar rumah dan selalu memanjat pohon. Menurut ayah nya mengira pasien
kerasukan roh halus dan di bawah ke ustad. Keluahan dialami hingga saat ini pasien
sering hilang timbul kadang membaik setelah ruqyah, setelah beberapa bulan pasien
tiba-tiba gelisah kembali. Setiap kali pasien gelisah selalu di bawa ke ustad untuk
pengobatan ruqyah.
Dari keadaan afektif, didapatkan mood sulit dinilai afek tumpul, keserasian
tidak serasi, empati tidak dapat dirabarasakan. didapatkan gangguan persepsi
halusinasi auditorik, halusinasi visual, onsentrasi dan perhatian kurang baik, pikiran
abstrak terganggu, penilaian realitas terganggu, tilikan 4. Mekanisme coping yang
digunakan sebelum pasien sakit adalah represi. Ego pasien lemah. Konsep diri
pasien belum terbentuk dengan sempurna dan belum mampu menggambarkan
tentang dirinya dan bagaimana dirinya melakukan respon terhadap objek dan
lingkungan disekitarnya. Pada pemeriksaan psikometri didapatkan Skor PANSS
gejala positif 16, gejala negative 20, psikopatologi umum 22, Total 58, ABC-I 21
(Dapat diberikan antipsikotik), PSC 17: 18 (kemungkinan gangguan perilaku), Tes
MMPI-Anak (Tidak dapat di analisis dan interpretasi)

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu gelisah, bicara sendiri, mondar-
mandir tanpa arah jelas, sulit tidur, perawatan diri kurang. Keadaan ini
menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar
serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial, pendidikan, dan
penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
Gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita
berupa halusinasi auditorik, halusiansi visual sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa
Psikotik.

18
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik
Non Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi auditorik yang terus-
menerus dan tiap hari didengar oleh pasien,, serta ada gejala negatif seperti respon
emosional yang menumpul, penurunan interaksi sosial, lebih banyak menyendiri
dan tidak memedulikan sekitar (apatis). Penurutnan produktivitas bicara, tidak
menyahut saat ditanya (alogia). Serta memalingkan wajahnya saat diajak
komunikasi, tidak ada keinginan melakukan apa pun (avolisi) dimana pasien bisa
mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak mau
mandi dan tidak mau makan. Dimana perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan
sehingga menurut PPDGJ III pasien memenuhi kriteria 2 gejala diagnosis
Skizofrenia (F20) dan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Five Edition (DSM V) diagnosis diarahkan pada Schizophrenia
(295.90). Manifestasi pertama dari gangguan tersebut memenuhi kriteria diagnosis
dan kriteria waktu yang menentukan yaitu setelah satu tahun sehingga didiagnosa
Schizophrenia First Episode, currently in Acute Episode (295.90)
Pada pasien ini, gejala yang ditemukan belum dapat digolongkan ke dalam
skizofrenia paranoid, skizofrenia herbefrenik, skizofrenia katatonik, dan skizofrenia
residual, sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III) diagnosis diarahkan pada Skizofrenia YTT (F20.9).
Diagnosis banding dengan :
- Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
Aksis II
Tahap perkembangan pasien belum memungkinkan untuk menentukan jenis
kepribadian pasien saat ini. Menurut informasi dari keluarga pasien dikenal sebagai
anak yang rajin belajar, ceria, baik. Sehingga tidak dapat diarahkan pada ciri
kepribadian tertentu. Mekanisme defense yang digunakan yaitu represi.
Aksis III
Tidak ada
Aksis IV
Stressor psikososial : P r i ma r y s u p p o r t gr u p ( Perpisahan orang tua)
19
Aksis V
GAF Scale saat ini: 60 – 51: gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
GAF Scale 1 tahun terakhir: 50-41 (gejala berat disabilitas berat)
VIII. DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Ditemukan kelainan fisik yang bermakna dan ketidakseimbangan neurotransmitter
maka pasien memerlukan psikofarmakoterapi.
Psikologik
Terdapat kelainan terkait psikologis berupa gelisah, mondar-mandir, sulit tidur
sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pendidikan, dan penggunaan
waktu senggang perlu dilakukan sosioterapi.

IX. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : Bonam
 Quo ad functionam : Bonam
 Quo ad sanationam : Dubia
Faktor yang mendukung prognosis:
 Pasien disiplin dan teratur minum obat
 Ketersediaan jaminan kesehatan (BPJS)
 Keluarga yang mendukung pengobatan pasien
 Motivasi yang besar dari pasien untuk sembuh
 Menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan
Faktor yang memperburuk prognosis:
 Stressor yang masih berlangsung
 Umur pasien yang masih muda.

X. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmakoterapi
 Stelosi 5 mg / ½ tab /12 jam/oral
 Clobazam 10 mg / ½ tab/ 24 jam/oral/ malam
 Trihexyphenidil 2 mg/ 8 jam / oral

20
2. Non Psikofarmakoterapi
 Psikoterapi suportif
Memberikan Psikoterapi Supportif ; Ventilasi, Persuasif dan Reassurance;
untuk memperkuat fungsi ego pasien
 Psikoedukasi keluarga :
Memberikan pemahaman kepada keluarga terkait gangguan yang dialami
anaknya saat ini, memberi pemahaman tentang pentingnya minum obat teratur
dan perlu kesabaran dalam menjalani pengobatan agar tidak terjadi putus obat.
mememahami dan menerima kondisi anak, memberikan stimulasi juga
menciptakan lingkungan yang kondusif dan menanamkan norma-norma sosial
pada anak.

XI. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai
efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
Tanggal Tempat Perjalalanan Penyakit Penatalaksanaan
16-01-2023 Poli RSKD S: Pasien sedikit gelisah. Selalu Psikofarmakoterapi :
Pkl. 11.05 ingin pergi dari ruangan. Pasien o Stelosi 5 mg / ½ tab
juga masih tremor, jalan seperti /12 jam/oral
robot sudah berkurang. Pasien o Clobazam 10mg / ½
saat di tanya hanya diam. tab /24 jam/oral/
Menurut ayahnya setelah pulang malam
dari rumah sakit pasien sempat o Trihexyphenidil 2
mondar-mandir selalu main di mg / 1 tab /8
atap rumah dan memotong jam/oral
rambutnya. Pasien juga selalu o Psikoterapi suportif
mengulang kata-kata. Sulit tidur, o Psikoedukasi
makan cukup. Di kasih obat 1 keluarga
minggu. ESRS:
O: Parkinson:
 Gerakan-gerakan
Penampilan : Seorang
ekspresif otomatis :
perempuan, usia 14 tahun, wajah 3
 Bradikinesia: 2
kesan sesuai usia, perawakaan
 Rigiditas: 1
sedang, memakai baju kaos  Gaya berjalan dan
lengan panjang, celana jeans , postur tubuh : 3
 Tremor: 6
21
memakai jilbab, perawatan diri  Akatisia: 4
cukup baik  Sialorhoe: 1
Distonia akut:
Kontak mata ada dan verbal ada  Tidak ada.
Psikomotor: Sedikit gelisah Diskinetik:
 Tidak ada
Mood : sulit dinilai
Afek: Tumpul
Verbalisasi: Sulit di nilai
Gangguan persepsi: Observasi
Arus pikir : sulit dinilai
Gangguan isi pikir : observasi
A: Skizofrenia Ytt
(F20.9)+Parkinsonisme
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
2 24-01-2022 Poli RSKD S: Pasien cukup tenang. Saat di Psikofarmakoterapi:
Pkl. 11.30 tanya-tanya pasien menjawab o Stelosi 5 mg / ½ tab
beberapa menit, kemudian pasien /12 jam/oral
tiba-tiba selalu mengucapkan o Clobazam 10 mg /
‘ada hp rusak ta’ selama dipoli. ½ tab /12 jam/oral/
Menurut ayahnya pasien baru malam
kemaren mengucapkan kata-kata o Trihexyphenidil 2
tersebut dan juga sempat mg / 1 tab /8
mengirim semua orang yang ada jam/oral
di kontak hp ayahnya. Selama 1 o Psikoterapi suportif
minggu ini sudah banyak o Psikoedukasi
perubahan, pasien lebih tenang, keluarga
jarang mondar-mandir, pasien
sudah dapat diajak bicara dan
bermain sama saudaranya
dirumah. Tidur pasien baik,
makan baik. Keluhan tremor
sudah berkurang, jalan sudah
tidak seperti robot. Dikasih obat 1
bulan.
O:
Penampilan : Seorang

22
perempuan, usia 14 tahun, wajah
kesan sesuai usia, perawakaan
sedang, memakai baju kaos
lengan panjang, celana jeans ,
memakai jilbab, perawatan diri
cukup baik
Kontak mata ada dan verbal ada
Psikomotor: cukup tenang
Mood : sulit dinilai
Afek: Tumpul
Verbalisasi: Spontan, lambat,
intonasi biasa.
Gangguan persepsi: Observasi
Arus pikir : sulit dinilai,
verbigerasi.
Gangguan isi pikir : observasi
A: Skizofrenia Ytt (F20.9)
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
31-01-2023 Home visit S: Pasien tenang. Awalnya pasien Psikofarmakoterapi:
Pkl. 10.30 Cukup koperatif saat di o Stelosi 5 mg / ½ tab
wawancara. Pasien tiba-tiba tidak /12 jam/oral
mau bicara lagi. Pasien kadang o Clobazam 10 mg /
mendengar suara-suara yang ½ tab /12 jam/oral
memanggilnya nama nya uppi o Trihexyphenidil 2
.Menurut ayahnya pasien sudah mg / 1 tab /8
ada perubahan, sudah jarang jam/oral
gelisah dan komunikasi o Psikoterapi suportif
membaik, aktivitas sehari -hari o Psikoedukasi
main hp atau main sama keluarga
keponakannya. Tidur sudah
membaik.
O:
Penampilan: Seorang perempuan,
usia 14 tahun, wajah kesan sesuai
usia,perawakaansedang,memakai

23
baju kaos, celana tidur, memakai
jilbab, perawatan diri cukup baik
Kontak mata ada dan verbal ada
Psikomotor: cukup tenang
Mood : sulit dinilai
Afek: terbatas
Verbalisasi:spontan,lancar,
intonasi biasa.
Gangguan persepsi: Halusinasi
Auditorik (mendengar suara-
suara memanggil namanya
(uppi)
Arus pikir: cukup relevan, kadang
kesan blocking
Gangguan isi pikir : observasi
A: Skizofrenia Ytt (F20.9)
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
7-02-2023 Home visit S: Pasien tenang, koperatif saat di Psikofarmakoterapi:
Pkl. 07.05 wawancara. Pasien sempat 3 hari o Stelosi 5 mg / ½ tab
yang lalu memotong rambutnya /12 jam/oral
kembali, alasan pasien karena o Clobazam 10 mg /
ingin jadi tukang salon sambil ½ tab /24 jam/oral
tersenyum. Pasien juga sudah o Trihexyphenidil 2
tidak pernah lagi mendengar mg / 1 tab /8
suara-suara bisikan memanggil jam/oral
namanya. Pasien juga sudah o Psikoterapi suportif
bermain di luar rumah sama o Psikoedukasi
teman-temannya. Pasien selalu keluarga
mengerakan kedua kakinya saat ESRS:
berdiri dan duduk. Kadang Parkinson:
merasa kaku di tangan. Menurut  Gerakan-gerakan
ekspresif otomatis :
ayahnya pasien sudah banyak
1
perubahan, sudah tidak gelisah  Bradikinesia: 1
dan tidak bicara berulang dan  Rigiditas: 0
tidur baik.  Gaya berjalan dan
postur tubuh : 0

24
O:  Tremor: 2
Penampilan:Seorang perempuan,  Akatisia: 4
 Sialorhoe: 0
usia 14 tahun, wajah kesan sesuai
Distonia torsi akut:
usia,perawakaansedang,memakai  Tidak ada.
baju kaos, celana training, Diskinetik:
memakai topi, perawatan diri  Tidak ada
Barnes Akathisia
cukup baik
Rating Scale (BARS):
Kontak mata ada dan verbal ada  Objective: 1
Psikomotor: cukup tenang  Subjective: 2
Mood : sulit dinilai  Distress related to
restlessness: 0
Afek: terbatas Skor : 3
Verbalisasi:spontan,lancar, Global Clinical
intonasi biasa. Assessment of
Akathisia: 2 Mild
Gangguan persepsi: tidak ada
akathisia
Arus pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir : observasi
A: Skizofrenia Ytt (F20.9)+
Akatisia.
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
26-2-2023 RSKD Dadi S: Pasien tenang, koperatif saat di Psikofarmakoterapi:
wawancara. Pasien menjawab o Risperidon 2 mg / ½
dan tidak ada lagi mengulang tab /12 jam/oral
kata-kata yang sama. Tidak ada o Clobazam 10 mg /
keluhan Sudah tidak mendengar ¼ tab /24
suara-suara bisikan., tidur baik, jam/oral/malam
makan baik. Pasien juga tidak o Trihexyphenidil 2
kaku lagi, dan merasa lebih baik. mg / ½ tab /12
Pasien sehari-hari bermain jam/oral
dengan teman-temannya di o Psikoterapi suportif
lingkungan sekitar rumahnya. o Psikoedukasi
Menurut ayah pasien kadang keluarga
masih bingung. Selama Skor PANSS:
pengobatan banyak perubahan. P:12,N: 14,G: 21.
Diberikan obat 1 bulan. Total 46.
O:

25
Penampilan:Seorang perempuan,
usia 14 tahun, wajah kesan sesuai ESRS:
usia,perawakan sedang, memakai Parkinson:
jaket celana jens perawakaan
 Gerakan-gerakan
sedang, perawatan diri cukup
ekspresif otomatis :
baik
2
Kontak mata ada dan verbal tidak
 Bradikinesia: 0
ada
 Rigiditas: 0
Psikomotor: tenang
 Gaya berjalan dan
Mood : sulit dinilai
postur tubuh : 1
Afek: terbatas
 Tremor: 0
Verbalisasi:spontan,lancar,
 Akatisia: 0
intonasi biasa.
 Sialorhoe: 0
Gangguan persepsi: tidak ada
Distonia akut:
Arus pikir : cukup relevan
 Tidak ada.
Gangguan isi pikir : tidak ada
A: Skizofrenia Ytt (F20.9) Diskinetik:

DD/ Skizofrenia Hebifrenik  Tidak ada

(F20.1)
110-03-2023 Video Call S: Pasien tenang, koperatif saat di Psikofarmakoterapi:
tanya-tanya. Pasien sekali-kali o Risperidon 2 mg / ½
sulit tidur, bila susah tidur pasien tab /12 jam/oral
meminta obat clobazam ke o Clobazam 10 mg /
ayahnya. Pasien sehari -hari main ¼ tab /24. Prn
dengan teman-temanya disekitar jam/oral/malam
rumah. Menurut ayahnya sejak di o Trihexyphenidil 2
ganti obat nya pasien tampak mg / ½ tab /12
tidak bingung lagi dan tampak jam/oral
lebih baik. Pasien sudah kembali o Psikoterapi suportif
melakukan kegiatan sebelumnya o Psikoedukasi
seperti mengaji. keluarga

O:
Penampilan: Seorang perempuan,
usia 14 tahun, wajah kesan sesuai
usia, perawakan baik, memakai

26
baju kaos, celana training
perawakaan sedang, perawatan
diri baik
Kontak mata ada dan verbal ada
Psikomotor: tenang
Mood : sulit dinilai
Afek: terbatas
Verbalisasi:spontan,lancar,
intonasi biasa.
Gangguan persepsi: tidak ada
Arus pikir : Relevan, koheren
Gangguan isi pikir : tidak ada
A: Skizofrenia Ytt (F20.9)
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)

XI. DISKUSI
Skizofrenia pada anak ini dibagi menjadi 2. Skizofrenia yang muncul di bawah
umur 13 tahun disebut Very Early Onset Schizophrenia (VEOS) dan yang muncul di
atas umur 13 tahun di sebebut Early Onset Schizophrenia. Skizofrenia biasanya mulai
muncul setelah usia 13 tahun. Bentuk penyakit yang langka Very Early Onset
Schizophrenia (VEOS), perkiraan prevalensi 1 per 10.000 populasi mempengaruhi
anak-anak yang lebih muda lebih dari 13 tahun. Very Early Onset Schizophrenia
(VEOS) dikaitkan dengan kerentanan keluarga yang lebih besar dan prognosis yang
lebih buruk. Kebanyakan anak yang menderita VEOS tampaknya memiliki gejala
lebih parah dan awal timbulnya kesulitan premorbid. Ada tahap prodromal di VEOS,
tetapi heterogen dan dapat dimulai bertahun-tahun sebelum diagnosis dibuat.
Prodromal ke arah VEOS dapat ditandai dengan penundaan onset baru (50% kasus),
keterlambatan bicara (50% kasus), kelainan bahasa, dan social kelainan (87% kasus)
dari penyebab yang tidak diketahui. Usia rata-rata timbulnya penyakit yang
diidentifikasi secara retrospektif adalah usia 6,9 tahun. Namun, diagnosis dibuat rata-
rata pada 9,5 tahun.
VEOS lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Fase prodromal pada anak usia
dini termasuk kemunduran dalam kinerja sekolah, penarikan sosial, perilaku tidak
teratur atau tidak biasa, penurunan kemampuan untuk melakukan kegiatan rutin,
27
miskin, perhatian pada perawatan diri dan kebersihan, dan terkadang perubahan
perilaku yang ditandai oleh agresi atau permusuhan. Dalam VEOS, gejala psikotik
bermanifestasi terutama sebagai halusinasi pendengaran (80% -100% kasus),
sedangkan kelainan persepsi lainnya kurang umum. Delusi kurang kompleks dan
cenderung tema masa kecil, seperti monster atau "orang jahat," meskipun delusi
agama, somatik, dan muluk-muluk dapat terjadi.
Skizofrenia pada anak terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan
prestasi di sekolah dan juga menimbulkan masalah perilaku dalam kehidupan sosial.
Semakin awal terjadinya skizofrenia, maka prognosis semakin buruk. Gejala awal
yang sering tidak terlihat dan perkembangan gejala yang bertahap mengakibatkan
sangat sulit untuk menegakkan diagnosa skizofrenia pada anak. Kesulitan
menegakkan diagnosis ini juga diakibatkan karena anak sering tidak dapat
menceritakan gangguan yang dialaminya pada orang lain, sehingga sering dianggap
sebagai gangguan perkembangan perilaku.
Pada kasus ini, skizofrenia yang dialami pasien adalah Early Onset
Schizophrenia melihat usia pasien 14 tahun.
Seseorang yang memiliki kerentanan spesifik (diatesis) dan diaktifkan oleh
sebuah stress memungkinkan berkembangnya gangguan psikotik. Stresor
kemungkinan bersifat biologis, lingkungan, atau keduanya. Individu akan mengalami
gangguan psikotik saat mereka menghadapi stres yang tidak mampu mereka
hadapi,seperti trauma ekstrim, konflik interpersonal, masalah pernikahan, kehilangan
orang yang dicintai, atau kehilangan pendapatan dan tabungan. Ketika individu dapat
menghadapi stres terhadap trauma yang dihadapi,gangguan psikotik mungkin tidak
pernah dialami.Semakin besar kerentanan seseorang, maka stressor sekecil apapun
dapat menyebabkan gangguan psikotik. Semakin kecil kerentanan seseorang, maka
butuh stressor yang besar pula untuk menderita gangguan psikotik. Berdasarkan teori
ini, baik stressor maupun kerentanan dapat berupa biologis, lingkungan, atau
keduanya. Beberapa pasien psikotik berasal dari keluarga dengan disfungsi. Perilaku
keluarga yang patologis secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus
dihadapi oleh pasien psikotik.
Menurut DSM-5, diagnosis skizofrenia anak ditegakkan apabila terdapat 2 atau
lebih gejala berikut yang perlangsungannya 1 bulan: waham, halusinasi, disornanized
speech, grossly disorganized or catattonia behavior, dan negative symptoms.

28
1. Halusinasi
Merupakan suatu persepsi tanpa adanya objek. Pada orang dewasa, umumnya
auditorik. 17 % anak usia 9-12 tahun dan 7,5 % remaja mengalami persepsi suara
tanpa objek. Penelitian mengarahkan halusinasi visual dapat lebih umum terjadi
pada anak, namun belum dapat disimpulkan. Penting untuk membedakan dengan
ilusi dan fantasi. Tanyakan sumber, lokasi, kejelasan, sebab, jumlah, identitas
(“suara siapa?”), subjek (“Apakah mereka membicarakanmu?”), dan efek pada
pasien (“Bagaimana perasaanmu setelahnya?”).
2. Waham
Merupakan keyakinan yang salah, tidak sesuai atau tidak dapat dibuktikan dengan
tingkat pendidikan dan budaya setempat. Pada anak umumnya persekutorik :
mengeluhkan diikuti, diawasi, atau diganggu. Dapat pula berupa ketakutan akan
diculik oleh keluarga atau mengalami perubahan dalam diri. Bedakan dengan ide
atau pada anak, seringkali fantasi. Tanyakan sudah berapa lama, apa yang
dilakukan pasien, apa maknanya bagi pasien, dan apakah itu sesuai mood atau
mood-congruent (misal anak yang depresi yakin dirinya dihukum)
3. Disorganized Speech
Seringkali berupa asosiasi longgar. Pada anak seringkali ditemukan pikiran tidak
logis juga dapat dikatakan disorganized speech. Sulit diidentifikasi pada anak usia
sangat muda atau dengan gangguan komunikasi. Mungkin dapat dideteksi dengan
meminta pasien bercerita
4. Disorganized Behavior
Semua perilaku tanpa tujuan (misal: gerakan tangan tanpa tujuan) dapat
mengindikasikan psikotik, juga perilaku yang sangat tidak sesuai dengan situasi
(misal: BAB sembarangan). Perhatikan pula bila anak tidur sembarangan. Pada
anak penting untuk evaluasi adanya disabilitas intelektual. Penekanan pada adanya
deterioration dari kondisi “normal” sebelumnya. Contoh: katatonia (Catalepsy,
Echopraxia, Exaggerated compliance, Posturing, Waxy flexibility)
5. Gejala Negatif
Ketiadaan aspek-aspek perilaku interaktif; kemunculannya menandakan bahwa
sesuatu telah diambil pergi. Termasuk afek menumpul atau mendatar, avolisi,
berkurangnya produksi bicara hingga mutisme.

29
Penegakan diagnosis: minimal 2 dari gejala di atas, salah satunya gejala 1-3
selama minimal 1 bulan, terdapat penurunan fungsi kehidupan, telah mengalami
gangguan selama minimal 6 bulan (termasuk fase prodromal).
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi
auditorik yang terus-menerus dan tiap hari didengar oleh pasien,, afek tumpul, serta
ada gejala negatif seperti penurunan interaksi sosial, lebih banyak menyendiri dan
tidak memedulikan sekitar (apatis). Penurutnan produktivitas bicara, tidak menyahut
saat ditanya (alogia). serta memalingkan wajahnya saat diajak komunikasi, tidak ada
keinginan melakukan apa pun (avolisi) dimana pasien bisa mengerjakan tugas-tugas
sekolahnya dan tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak mau mandi dan tidak mau
makan. Dimana perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan sehingga menurut PPDGJ III
pasien memenuhi kriteria 2 gejala diagnosis Skizofrenia (F20). Pada pasien ini,
gejala yang ditemukan belum dapat digolongkan ke dalam skizofrenia paranoid,
skizofrenia herbefrenik, skizofrenia katatonik, dan skizofrenia residual, sehingga
berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
diagnosis diarahkan pada Skizofrenia YTT (F20.9).
Manifestasi pertama dari gangguan tersebut memenuhi kriteria diagnosis dan
kriteria waktu yang menentukan yaitu setelah satu tahun sehingga didiagnosa
Schizophrenia (295.90) First Episode, currently in Acute Episode.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa farmakoterapi dan non farmakoterapi
(intervensi psikososial). Pemberian antipsikotik berupa trifluoperazine.
Trifluoperazine merupakan derivat phenothiazine dan secara kimia berkaitan dengan
chlorpromazine. Obat ini menyebabkan blokade pascasinaps reseptor dopamin D1
dan D2 di otak pada mesolimbik, mesokortikal, dan striatum. Obat ini efektif pada
pasien dengan gangguan skizofrenia yang menarik diri dari lingkungan dan apatis
serta pada pasien dengan delusi dan halusinasi (Goodman and Gilman, 2008). Anak-
anak 6-12 tahun: dosis awal 2 mg, diminum 1 kali sehari. Dosis lanjutan 1-15 mg
sehari. Pada anak usia lebih 12 tahun dosis awal 2-5 mg dua kali sehari. Dosis
lanjutan dapat di berikan 15-20 mg. Efek samping yang sering muncul
mengantuk, pusing, gemetar, gejala ekstrapiramidal, parkinsonisme, distonia akut,
diskinesia, meringis wajah, opisthotonos, penggunaan jangka panjang menimbulkan
tardike dyskinesia. Golongan benzodiazepine yaitu clobazam. Clobazam merupakan
golongan benzodiazepin yang bekerja sebagai Gamma Amino Butyric Acid (GABA)
yang menghambat transmisi neuron. GABA juga dapat berperan sebagai anti anxietas
30
sehingga dapat menurunkan kecemasan pada pasien schizophrenia. Clobazam
merupakan benzodiazepin potensi rendah dengan waktu paruh intermediet, lebih
panjang dari alprazolam namun lebih pendek dari diazepam. Keuntungannya yaitu
jarang menimbulkan efek ngantuk dengan dosis kecil, dan tidak menimbulkan
potensiasi. Obat anti kolinergik berupa trihexyphenidyl bekerja melalui efek inhibisi
terhadap sistem saraf parasimpatis. Trihexyphenidyl merupakan antagonis reseptor
muskarinik kompetitif, dengan mekanisme aksi memblok reseptor muskarinik M1.
Pemberian obat trihexyphenidyl tidak perlu diberikan secara rutin atau tujuan
pencegahan efek ekstrapiramidal. Selain farmakoterapi, dilakukan juga tatalaksana
nonfarmakoterapi berupa intervensi psikososial antara lain :
a. Psikoterapi yang dilakukan meliputi Psikoterapi Suportif. Psikoterapi Suportif
bertujuan untuk mendukung fungsi-fungsi ego. Pada pasien ini dilakukan
ventilasi yaitu memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
Kemudian dilakukan reassurance yaitu meyakinkan pasien bahwa ia akan
mendapatkan bantuan yang tepat dan ia akan sanggup mengatasi masalah yang
dihadapinya. Psikoedukasi keluarga diberikan untuk memberikan informasi
kepada keluarga tentang gangguan yang diderita oleh pasien dan apa tujuan
terapi.
b. Psikoedukasi keluarga: Memberikan pemahaman kepada keluarga terkait
gangguan yang dialami anaknya saat ini, memberi pemahaman tentang
pentingnya minum obat teratur dan perlu kesabaran dalam menjalani pengobatan
agar tidak terjadi putus obat. mememahami dan menerima kondisi anak,
memberikan stimulasi juga menciptakan lingkungan yang kondusif dan
menanamkan norma-norma sosial pada anak.

XII. IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT

Periode Kejadian/Gejala
Tahun 2019 Awal mula perubahan perilaku, orangtua pasien bercerai,
pasien saat itu sering sedih dan menangis.
Tahun 2020 Pasien tiba-tiba tampak beperilaku aneh, selalu mengikuti
saudaranya, mondar-mandir, banyak diam. Pasien tiba-tiba
mara-marah ke ayahnya dan ,memanjat pohon. Keluahan
beberapa kali kambuh kemudian di bawak pengobatan ruqya
31
Tahun 2021 Pasien gelisah kembali, pasien tiba-tiba berperilaku aneh
disekolah. Pasien juga kehilangan sahabatnya yang meninggal,
pasien mulai merasa sahabat nya ada sekitarnya dan juga pasien
mulai sering melihat sosok makhluk halus. Pengobatan ruqyah.
Tahun 2022 Pasien mendengar kabar ibunya menikah kembali, pasien sedih,
keluhan semakin memberat pasien selalu mondar-mandir,
memanjat pohon, kadang mengamuk.
Pengobatan ruqya : disarankan berobat ke psikitari
Desember 2022 Keluhan semakin memberat pasien selalu gelisah, mondar-
mandir, kadang mengamuk, dan juga semakin sering keluar
rumah dan bermain air, memanjat poho.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Chaturvedi, S. K. Et Al. 1985. Negative Symptoms In Schizophrenia And


Depression. Indian Journal of Psychiatry. 27(3). hal. 237-241
2. Krynicki CR, Upthegrove R, Deakin JFW, Barnes TRE. 2018. The relationship
between negative symptoms and depression in schizophrenia: a systematic review.
Acta Psychiatr Scand. hal: 1–11
3. Richter, J. et al. 2019. Measurement of negative and depressive symptoms:
Discriminatory relevance of affect and expression. European Psychiatry. Edisi 55.
Hal. 23–28
4. Bosanac, P. Castle, DJ. 2012. Schizophrenia and depression. MJA Open 1 Suppl
4. Hal. 36-39
5. Piskulic, D. et.al. 2012. Negative symptoms in individuals at clinical high risk of
psychosis.
6. McGlashan, Thomas H. Walsh, Barbara C. Woods, Scott W. 2010. Structured
Interview For Psychosis-Risk Syndromes, English Language. PRIME Research
Clinic, Yale School of Medicine, New Haven, Connecticut. US
7. Andreou, Christina. Bailey, Barbara. Borgwardt, Stefan. 2019. Assessment and
treatment of individuals at high risk for psychosis. BJPsych Advance. Volume 25
Issue 3
8. American Psychiatric Association, Diagnostic And Statistical Manual of Mental
Disorder, Fifth Edition, American Psychiatric Publishing, Washington DC,
London,England, 2013.
9. Gabbard Glend O, Psychodynamic Psychiatry in Clinical Practice, Fifth Edition,
American Psychiatric Publishing, Washington DC, London, England,
2014.Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III/PPDGJ III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
10. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder, 5th ed., Washington DC; 2013
11. Azis, M.et.al. 2018. Sub Domains of Negative Symptoms in Individuals at Clinical
High Risk for Psychosis. Biological Psychiatry May 1, 83:S129eS455
12. Kring AM, Gur RE, Blanchard JJ, Horan WP, Reise SP. The Clinical Assessment
Interview for Negative Symptoms (CAINS): final development and validation.
AmJ Psychiatry (2013) 170:165–72. doi:10.1176/appi.ajp.2012.12010109

33
13. Buchsbaum MS, Buchsbaum BR, Hazlett EA, Haznedar MM, Newmark R, Tang
CY, etal. Relative glucose metabolic rate higher in white matter in patients with
schizophrenia. Psychiatry (2007) 164:1072– 81.doi:10.1176/appi.ajp.164.7.1072

34
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Wawancara
Wawancara Pertama (Di Bangsal Kenanga). Pada tanggal 14 Desember.
Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. ( Pasien masih gelisah)

D: Assalamu’laikum, S , Saya dokter dr.Ardiansyah Bagaimana kondisinya hari ini?

P: Pasien tidak menjawab ( hanya ketawa)

D: Gimana keadaan S sekarang ? ditanya kembali

P: Pasien tiba-tiba berkata kasar (Sundala) setiap kali di tanya selalu mengucapkan sundala

Wawancara Kedua (Di Bangsal Kenanga). Pada tanggal 16 Desember 2023 – 4 Januari 2023

Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. (Pasien masih sulit di lakukan wawancara, pasien masih
banyak diam dan banyak ditempat tidur.)

D : Assalamu’laikum, S, Bagaimana keadaannya hari ini?

P: Pasien menjawab tapi tidak jelas.

Wawancara Ketiga (Di Bangsal Kenanga). Pada tanggal 5 Januari 2023.


Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. (Pasien menjawab namun, kadang blocking, intonasi
kecil)
D: Assalamu’laikum, S, Bagaimana keadaannya hari ini?
P: Pasien menjawab baik. ( Pasien disini tampak lemas)
D: Bisa S dokter tanya-tanya ?
P: Pasien menjawab iya.
D: Sekarang S ada keluhan ?
P: Pasien hanya diam
D: Kapan S masuk Rs. ? Siapa yang antar?
P: 2 minggu lalu dok, ayah yang antar.
D: Kenapa S masuk Rs ? S tahu Rs ap aini ?
P: Gelisah dokter, tidak tahu dok.
D: Ya dokter dapat info sebelunya S katanya sering mondar-mandir,
memanjat pohot ya ? kenapa ?

35
P: Pasien hanya jawab tidak tahu.
D: Kesukaan S apa boleh tahu ? cita-cita mau jadi apa ?
P Mau jadi dokter.
D: Bagus ya S, S sekarang kelas berapa ?
P: Kelas 2 SMP dok.
D: Ooo… ya S (disini menguji kognitif pasien dalam ilmu
pengetahuan) pasien dapat menjawab dengan benar.
D: Baik S, terima kasih ya, nanti ketemu lagi.
P: Iye dokter.

Wawancara Keempat (Di Bangsal Kenanga). Pada tanggal 7 Januari 2023.


Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. (Pasien tidak mau bicara)

Wawancara Kelima (Di Bangsal Kenanga). Pada tanggal 9 Januari 2023.


Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. KA : Ayah (Hari ini pasien rencana pulang, pasien
masih sulit di lakukan wawancara)
D: Assalamu’laikum, S, Bagaimana keadaannya hari ini?
P: Pasien menjawab baik.
D: S hari pulang ya ?
P: Iya dokter.
D: Saya menjemput ?
P: Itu ayah dokter, sama kakak.
D: S merasa senang pulang ? Ada keluhan S ?
P: Senang dokter, tidak ada dokter.
D: Baik S dokter, mau tanya-tanya ke ayah nya ya ?
P: Iya dokter.
D: Perkenalakan saya dokter ardi ya pak, ayahnya S ya pak ?
KA: Pasien hanya jawab tidak tahu.
D: Kesukaan S apa boleh tahu ? cita-cita mau jadi apa ?
P Mau jadi dokter.
D: Bagus ya S, S sekarang kelas berapa ?
P: Kelas 2 SMP dok.
D: Ooo… ya S (disini menguji kognitif pasien dalam ilmu

36
pengetahuan) pasien dapat menjawab dengan benar.
D: Baik S, terima kasih ya, nanti ketemu lagi.
P: Iye dokter.
D: Assalamua’laikum pak ? ayah nya S ? Perkenalkan saya dr.
Ardiansyah.
KA: Iye dokter.
D: Hari ini rencana pulang ya pak hari ini ?
KA: Iye dokter, ini lagi mau urus-urus persyaratan pulang.
D: Baik pak, boleh tanya-tanya sedikit berhubungan dengan S pak ?
KA: Boleh dok,
D: Baik Pak, boleh kenapa S di bawah Ke RSKD Dadi?ada keluhan
apa pak?
KA: Iye dok, gelisah dokter, tiba-tiba menarik rambut kakaknya.
Sebenarnya keluhan ini sudah lama dok, sejak tahun 2020, tapi
hilang timbul. Namun 3 bulan ini S semakin berat keluhannya dok.
D: Ooo..iya pak, boleh tahu awalnya kenapa ya pak keluhan ini ada ?
KA: Iye dok, awalnya tahun 2020, S sama kakaknya pergi ke rumah
kakanya di Polewali sejak disana S tiba-tiba banyak diam, dan tiba-
tiba selalu mengikuti kakaknya. Setelah beberapa hari dsna S dan
kakaknya pulang ke makassar, pasien tiba-tiba mengamuk,
menyerang saya dan tampak benci sekali sama saya. Awalnya saya
mengirah S kerasukan roh halus. Sejak itu S sering mondar-
mandir, manjat pohon, loncat di lantai 2 dan juga sempat berbicara
sendiri, dan selalu ingin keluar rumah.
D: Sejak keluhan ini ada, pernah berobat ke psikiatri pak?
KA Iye dokter, selama ini belum pernah berobat, saya selama ini di
lakukan pengobatan ruqyah dok, awalnya sempat selama 2 minggu
pengobatan keluhan pasien membaik, selama 3 bulan dan tiba-tiba
gelisah lagi. Setiap gelisah saya langsung bawa ke ustad untuk
lakukan pengobatan. Keluhan sudah sering hilang timbul dok.
Namun 3 bulan terakhir ini ustadnya menyarankan untuk berobat
di dokter psikiatri kemungkinan sudah kenak saraf.
D: Baik pak, terima kasih infonya ya, kalau pulang hari ini jangan

37
samapai putus ya obatny dan rutin minum obat
KA: Baik dokter.
D: Sebelumnya saya kapan-kapan boleh berkunjung kerumahnya
dokter?
KA: Boleh dokter, nanti saya kirim alamat saya.
D: Baik pak terima kasih
KA Iya dokter, sama-sama.

Wawancara Kelima (Di Bangsal Kenanga). Pada tanggal 19 Januari 2023.


Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. KA : Ayah (Hari ini pasien rencana pulang, pasien masih
sulit di lakukan wawancara)

D: Assalamu’laikum, S, Bagaimana keadaannya hari ini?


P: Pasien menjawab baik.
D: S hari pulang ya ?
P: Iya dokter.
D: Saya menjemput ?
P: Itu ayah dokter, sama kakak.
D: S merasa senang pulang ? Ada keluhan S ?
P: Senang dokter, tidak ada dokter.
D: Baik S dokter, mau tanya-tanya ke ayah nya ya ?
P: Iya dokter.
D: Perkenalakan saya dokter ardi ya pak, ayahnya S ya pak ?
KA: Pasien hanya jawab tidak tahu.
D: Kesukaan S apa boleh tahu ? cita-cita mau jadi apa ?
P Mau jadi dokter.
D: Bagus ya S, S sekarang kelas berapa ?
P: Kelas 2 SMP dok.
D: Ooo… ya S (disini menguji kognitif pasien dalam ilmu pengetahuan)
pasien dapat menjawab dengan benar.
D: Baik S, terima kasih ya, nanti ketemu lagi.
P: Iye dokter.
D: Assalamua’laikum pak ? ayah nya S ? Perkenalkan saya dr. Ardiansyah.
38
KA: Iye dokter.
D: Hari ini rencana pulang ya pak hari ini ?
KA: Iye dokter, ini lagi mau urus-urus persyaratan pulang.
D: Baik pak, boleh tanya-tanya sedikit berhubungan dengan S pak ?
KA: Boleh dok,
D: Baik Pak, boleh kenapa S di bawah Ke RSKD Dadi?ada keluhan apa
pak?
KA: Iye dok, gelisah dokter, tiba-tiba menarik rambut kakaknya. Sebenarnya
keluhan ini sudah lama dok, sejak tahun 2020, tapi hilang timbul. Namun
3 bulan ini S semakin berat keluhannya dok.
D: Ooo..iya pak, boleh tahu awalnya kenapa ya pak keluhan ini ada ?
KA: Iye dok, awalnya tahun 2020, S sama kakaknya pergi ke rumah kakanya
di Polewali sejak disana S tiba-tiba banyak diam, dan tiba-tiba selalu
mengikuti kakaknya. Setelah beberapa hari dsna S dan kakaknya pulang
ke makassar, pasien tiba-tiba mengamuk, menyerang saya dan tampak
benci sekali sama saya. Awalnya saya mengirah S kerasukan roh halus.
Sejak itu S sering mondar-mandir, manjat pohon, loncat di lantai 2 dan
juga sempat berbicara sendiri, dan selalu ingin keluar rumah.
D: Sejak keluhan ini ada, pernah berobat ke psikiatri pak?
KA Iye dokter, selama ini belum pernah berobat, saya selama ini di lakukan
pengobatan ruqyah dok, awalnya sempat selama 2 minggu pengobatan
keluhan pasien membaik, selama 3 bulan dan tiba-tiba gelisah lagi.
Setiap gelisah saya langsung bawa ke ustad untuk lakukan pengobatan.
Keluhan sudah sering hilang timbul dok. Namun 3 bulan terakhir ini
ustadnya menyarankan untuk berobat di dokter psikiatri kemungkinan
sudah kenak saraf.
D: Baik pak, terima kasih infonya ya, kalau pulang hari ini jangan samapai
putus ya obatny dan rutin minum obat
KA: Baik dokter.
D: Sebelumnya saya kapan-kapan boleh berkunjung kerumahnya dokter?
KA: Boleh dokter, nanti saya kirim alamat saya.
D: Baik pak terima kasih
KA Iya dokter, sama-sama.

39
Wawancara Kelima (Di Home visit ). Pada tanggal 19 Januari 2023.
Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. KA : Ayah, KK : kakak kandung/Ipar (Pasien cukup
tenang, koperatif saat wawancra, pasien )

D: Assalamu’laikum, S, Bagaimana keadaannya hari ini?


P: Baik dokter.
D: Oke.. S boleh di ceritakan kenapa S saat itu masuk RSKD Dadi ? Ada keluhan
apa ?
P: Iye dokter, saat sering gelisah, sama menarik rabut kakak saya dok.
D: Boleh tahu dokter, katanya S sering lompat di lanta2 ya sama sering main di
atap rumah ?
P: Iye dokter, sambil tersenyum.
D: Iya S , emang nya tidak sakit loncat di lantai 2 S ?
P: Tidak dokter.
D: Ooo…iya S katanya S sering mendengar sura-suara bisikan sama lihat sesuatu
ya ?
P: Iya dokter, ada suara -suara bisikan selalu memanggil saya dokter,dan sering
melihat sosok halus.
D: Oke S, dokter boleh tahu lagi katanya sering mondar-mandir ya sama sempat
memasuki lidi ke alat kemaluannya, hidung, S masih ingat kenapa S
melakukan itu ?
P: Iye dokter ( pasien tersenyum)
D: Baik S, boleh tahu ibunya dimana S ?
P Iya dok, ayah sudah bercerai.
D: Maaf ya S, Tahun berapa orang tua perpisah ?
P: 2019 dok, adek saya tinggal sama saya di kampung dok.
D: Ooo adeknya sama ibunya ya… Gimana S tidak di rumah ?
P: Sedih dokter.
D: Baik S, selain sedih S rasakan pernah tiba-tiba menangi ?
P: Kadang teringat ibu saya menagis dok, diam-diam di rumah.
D: Oke S kalau sama biasanya S minta sama ayah ?
P: Tidak biasa S video call kadang minta ketemuan di luar rumah ?
D: Apa yang S inginkan dengan ayah sama ibu ?

40
P: Saya ingin ayah sama ibu tidak pisah dokter, tapi ibu sudah menikah lagi 1
tahun yang lalu.
D: S tahu ibu menikah lagi gimana perasaan nya ?
P: Sedih dokter.
D: Baik S, gimana hubungan S dengan saudaranya ? tinggal di rumah siapa saja
S?
P: Iye….
D: Oooo ( Pasien tiba-tiba tidak mau di ajak komunikasi lagi selalu ditanya pasien
mengucapkan iye..)
D: Permisi buk ini siapa nya S ?
KK Kakak iparnya dokter.
D: Tinggal satu rumah buk ?
KK: Iye dokter.
D: Oke baik buk, boleh saya tanya-tanya buk kondisi S selama sakit ? perkenalkan
saya dr. ardi
KK: Boleh dokter
D: Keluhan dialami S sudah berapa lama ya buk ? boleh diceritakan buk ?
KK: Iye dokter, keluhan sudah lama dokter, mulai sejak tahun 2020, awalnya
dokter, dia pergi sama kakak nya kepolewali setelah disana S tiba-tiba gelisah
mondar-mandir, manjat pohon, selalu main di atap, dan juga selalu keluar,
keluhan ini beberapa kali sembuh, kemudian kambuh lagi. Kurang 3 bulan ini
pasien selalu mondar-mandir dan sering loncat dari lantai 2 dan mudah
emosional, kurang 1 bulan sempat dia memasuki pipet ke alat kelamin sama
masuki ke telinga.
D: Ooo ya buk boleh tahu buk pernah di bawa ke psikiatri ke dokter umum ?
KK: Selama pengobatan ruqya dokter sempat membaik setelah beberapa bulan,
kemudian kembali dokter
D: Oke buk, terima informasinya.
KK: Iye dokter.
D: Baik S dokter izin pulang ya ( pasien masih mengucapkan “iye” )
D: Assalamu’laikum ..
KA: Wa’laikumsalaam dokter.

41
Lampira II
 Tes MMPI-Anak

 Skor PANSS
Gejala Positif (P)
Gejala 1 2 3 4 5 6 7
P1. Waham 2
P2. Kekacauan proses pikir 5
P3. Halusinasi 4
P4. Gaduh gelisah 5
P5. Waham kebesaran 1
P6. Kecurigaan atau kejaran 2
P7. Permusuhan 4

Gejala Negatif (N)


Gejala 1 2 3 4 5 6 7
N1. Afek tumpul 5
N2. Penarikan emosi 3
N3. Kemiskinan rapport 4
N4. Penarikan diri 3
N5. Pemikiran abstrak 3
N6. Spontanitas dan arus 4
Percakapan
N7. Pemikiran streotipik 3

42
Skala Psikopatologi Umum (G)
Gejala 1 2 3 4 5 6 7
G1. Kekhawatiran somatik 1
G2. Anxietas 2
G3. Rasa bersalah 2
G4. Ketegangan 3
G5. Manerisme dan sikap tubuh 3
G6. Depresi 2
G7. Retardasi motorik 1
G8. Ketidakkooperatipan 4
G9. Isi pikiran yang tidak biasa 3
G10. Disorientasi 1
G11. Perhatian buruk 1
G12. Kurangnya daya nilai 3
danTilikan
G13. Gangguan dorongan 2
Kehendak
G14. Pengendalian impuls yg 3
Buruk
G15. Preokupasi 2
G16. Penghindaran sosial 2
secaraAktif

Skor PANSS: Gejala positif 21 , Gejala negative 25, Psikopatologi umum 35 .Total 81.

43
44
REFERAT ANAK DAN REMAJA

Deteksi Dini dan Intervensi Psikosis Episode Pertama

Pendahuluan
Intervensi psikosis episode pertama merujuk pada intervensi berbasis bukti penelitian
terkini pada psikosis episode pertama. Komprehensif yaitu bersifat menyeluruh, intensif,
spesifik fase dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu. Progresif merujuk pada
rentang waktu intervensi yang dimulai sedini mungkin setelah timbulnya gejala
prodromal/psikotik dan terus dilakukan hingga mencapai pemulihan (recovery).1
Penggunaan istilah psikosis menjadi suatu hal yang penting. Dimana berbagai studi
menunjukkan bahwa mayoritas kasus psikotik episode pertama pada akhirnya berkembang
menjadi skizofrenia atau gangguan spektrum skizofrenia lainnya. Perjalanan penyakit sebelum
psikosis episode pertama seringkali tidak jelas, sehingga diagnosis pasti dianggap prematur
secara konseptual dan tidak perlu secara klinis, dan berfokus pada penatalaksanaan cepat dari
gejala psikosis. Pada tahap awal penyakit, penggunaan istilah 'psikosis' dianjurkan,
memberikan deskripsi yang paling akurat dari gejala yang dialami pasien, dan membantu
menghindari stigma dan ketakutan yang dikaitkan dengan diagnosis skizofrenia. 1
Diperkirakan bahwa sekitar 20% orang dengan skizofrenia pulih sepenuhnya, 15%
berubah menjadi kronik menetap. Tingkat kejadian psikosis episode pertama diperkirakan 15
sampai 20 kasus per 100.00 penduduk. Skizofrenia diperkirakan terjadi pada tingkat 12 sampai
15 per 100.000. Sekitar 1% dari populasi di seluruh dunia akan menderita skizofrenia selama
hidup mereka. Meskipun skizofrenia memengaruhi pria dan wanita dalam jumlah yang sama,
serangannya cenderung lebih awal pada pria - biasanya di pertengahan hingga akhir remaja
atau awal dua puluhan. Serangan wanita cenderung muncul di awal dua puluhan hingga awal
tiga puluhan. Munculnya psikosis selama masa remaja atau dewasa muda berpotensi
mengubah kehidupan seseorang secara radikal. Munculnya psikosis pada tahap perkembangan
ini dikaitkan dengan pemilihan intervensi yang sesuai dengan fase penyakit, tetapi juga untuk
intervensi yang responsif terhadap tahap kehidupan ini. 2
Studi intervensi psikosis episode pertama menunjukkan harapan yang menjanjikan.
Sebagai contoh, satu penelitian melaporkan 74% pasien sembuh total dengan pengobatan
neuroleptik (dengan waktu rata-rata hingga remisi 36 minggu).

45
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa durasi psikosis yang tidak diobati pada 1-
2 tahun, bahwa sebagian besar pasien menderita dari gejala prodromal non-psikotik sebelum
gejala psikotik selama beberapa tahun dan bahwa perkembangan psikososial mulai tertunda
atau menurun bertahun-tahun sebelum gejala psikotik pertama dan dimulainya pengobatan.
Durasi panjang psikosis yang tidak diobati dikaitkan dengan prognosis klinis dan fungsi
psikososial yang lebih buruk bahkan ketika efek penyesuaian pramorbid telah diperhitungkan.
Dalam satu studi, pengurangan grey matter pada serebral temporal lebih ditandai pada pasien
dengan durasi penyakit yang lama, menunjukkan proses patologis progresif sebelum
pengobatan atau serangan penyakit yang lebih berbahaya.
Dengan demikian, masuk akal untuk berharap bahwa jika kita dapat mencegah
skizofrenia pada fase paling awal atau sebelum terjadinya tahap psikotiknya, atau bahkan jika
kita dapat mempersingkat durasi psikosis yang tidak diobati, kita dapat melindungi individu
dari penderitaan klinis dan konsekuensi psikososial yang berat. Tindakan pencegahan dapat
dilakukan selama periode premorbid penyakit, yaitu sebelum munculnya gejala atau
penyimpangan perilaku (pencegahan primer), atau selama yang disebut fase prodromal, yaitu
ketika gejala atau tanda pertama yang menunjukkan kerentanan terhadap skizofrenia telah
terjadi (pencegahan sekunder). Apa yang kita butuhkan adalah metode yang andal untuk
mendeteksi kerentanan terhadap psikosis secara umum dan skizofrenia secara khusus, serta
waktu timbulnya psikosis. Dengan demikian, saat ini kita harus dapat mendeteksi orang-orang
yang rentan dan berisiko mengalami psikosis.

Model untuk timbulnya psikosis


1. Model kerentanan
Menurut model diatesis atau kerentanan stres, proporsi tertentu dari individu yang rentan,
ketika terpapar faktor stres, mengembangkan psikosis yang jelas, sedangkan individu yang
tersisa tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan manifestasi subklinis . Dalam
model kerentanan yang dikembangkan oleh Meehl, faktor genetik tertentu dianggap
membentuk latar belakang etiologi yang diperlukan, dengan kemungkinan peran modulasi dari
latar belakang poligenik. Faktor lingkungan dapat menjadi etiologi langsung, biasanya
ditetapkan sebagai faktor formatif. Kerentanan terhadap skizofrenia dapat bermanifestasi
sebagai cognitive slippage (asosiasi longgar), anhedonia, ambivalensi dan keengganan
interpersonal menyerupai gejala fundamental Bleuler. Menurut Meehl, gangguan skizotipal
(skizotaxia) merupakan manifestasi langsung dari kerentanan. Psikosis skizofrenia yang
nyata/jelas adalah kondisi yang superimposisi atau keadaan dekompensasi dari skizotipe, yang
46
disebabkan oleh lingkungan tambahan dan/atau pematangan patogenik atau normal dari sistem
saraf pusat yang mempromosikan faktor genetik. Dalam model ini, keadaan skizotipal sama
dengan keadaan pramorbid skizofrenia.

2. Model hibrida
Yung dan McGorry telah mengusulkan model perubahan prodromal hybrid atau
interaktif. Alih-alih mengikuti satu pola perubahan tertentu, prodrom psikotik dapat menjadi
kombinasi dari banyak pola, dan orang dapat masuk dan keluar dari periode simtomatik baik
tipe non-spesifik maupun tipe psikosis yang dilemahkan. Kedua jenis gejala tersebut dapat
mendahului psikosis dan keduanya dapat terjadi secara primer. Gejala reaktif, seperti
kecemasan, dapat terjadi sebagai respons terhadap gejala prodromal dan psikotik, dan
perubahan perilaku dapat terjadi sebagai respons terhadap salah satu dari ketiga kelompok
gejala ini. Model hibrid/interaktif kurang lebih merupakan model ekuilibrium di mana individu
yang rentan memiliki kemungkinan untuk bergerak ke segala arah antara keadaan tanpa gejala
dan gejala. Ini kurang spesifik daripada model lain, yang kurang lebih searah, menunjukkan
evolusi dari keadaan asimtomatik melalui tahapan spesifik tertentu menjadi psikotik yang lebih
jelas. Dari sudut pandang teoretis dan praktis, model prodromal hibrid/interaktif tampaknya
menawarkan kemungkinan penting, meskipun istilah “prodromal” dalam hubungan ini
mungkin menyesatkan karena gejala ini tidak selalu mengarah pada psikosis. Oleh karena itu,
penulis menyarankan istilah kondisi mental "berisiko".

Periode pramorbid; faktor risiko awal psikosis


A. Kewajiban keluarga
Studi keluarga, kembar dan adopsi sangat menyarankan bahwa transmisi genetik
menyumbang sebagian besar agregasi keluarga pada skizofrenia. Sekitar 80% varian
kerentanan terhadap gangguan ini dijelaskan oleh faktor genetik . Risikonya sekitar 10 kali
lebih tinggi jika kerabat tingkat pertama sakit, dan menurun dari kerabat dekat ke kerabat jauh.
Dalam Finlandia Adoptive Family Study of Schizophrenia, risiko relatif indeks adopsi
gangguan spektrum skizofrenia adalah 5,2, dan untuk semua gangguan psikotik 4,4 kali lebih
tinggi daripada adopsi kontrol. Ada juga interaksi yang kuat antara disposisi genetik dan
suasana keluarga. Risiko gangguan spektrum skizofrenia, dibandingkan dengan anak angkat
yang tidak memiliki kecenderungan genetik (masing-masing 4,8% dan 5,3%), tidak meningkat
pada subjek yang memiliki kecenderungan genetik jika mereka dibesarkan dalam keluarga
dengan suasana yang menyenangkan (5,8%), sedangkan pada anak angkat yang dibesarkan
47
dalam suasana kekeluargaan yang kurang baik, risikonya sangat meningkat (36,8%). Dalam
studi mereka selanjutnya, kelompok berisiko tinggi ditemukan dapat dibedakan dari kelompok
berisiko rendah berdasarkan skor menyimpang pada skala Hostility, Hypomania dan Lie di
Minnesota Multiphasic Personality Inventory, menunjukkan bahwa skala ini dapat mengukur
kerentanan genetik, dan mungkin juga menjadi indikasi penyimpangan psikometri yang
memprediksi timbulnya skizofrenia di masa depan.
Jika risiko keluarga dikaitkan dengan simtomatologi atau masalah perilaku, risiko
psikosis jelas meningkat. The Copenhagen High Risk for Schizophrenia Project menunjukkan
bahwa anak-anak pra-skizofrenia memiliki lebih banyak gejala psikis dan masalah perilaku,
serta gangguan pikiran, eksentrisitas dan hubungan emosional yang rusak dari pada kontrol
mereka, dan guru dapat memprediksi dengan benar 35% siswa yang mengembangkan
skizofrenia selama 25 tahun berikutnya.
Dalam sebuah penelitian terhadap 35 remaja dan kerabat tingkat pertama dewasa muda
dari pasien dengan skizofrenia atau gangguan skizoafektif dan 55 subjek kontrol, peserta
berisiko tinggi yang berusia lebih dari 17 tahun menunjukkan lebih banyak anhedonia fisik,
keterlibatan yang kurang positif dengan teman sebaya, dan lebih banyak masalah dengan teman
sebaya, saudara kandung, dan lawan jenis. Individu yang lebih tua berisiko tinggi juga kurang
kooperatif, kurang mengarahkan diri sendiri, dan kurang penghargaan diri. Masalah dengan
teman sebaya dan lawan jenis, serta ketergantungan pada penghargaan, terkait secara linier
dengan beban genetik. Pada tingkat populasi, kekuatan prediksi faktor risiko masa kanak-
kanak masih rendah.

B. Faktor risiko perinatal dan perkembangan


Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa banyak orang yang mengembangkan
skizofrenia terkena berbagai peristiwa perinatal yang penuh tekanan seperti stres ibu yang
ekstrim, depresi antenatal ibu, paparan pralahir terhadap influenza dan infeksi virus lainnya,
respon imun ibu, tinggal di daerah perkotaan, komplikasi obstetri, nutrisi ibu yang buruk,
kelaparan, dan gawat janin umum yang ditandai dengan hipoksia janin. Dalam dua studi kohort
kelahiran besar, skizofrenia berhubungan positif dengan multiparitas, perdarahan ibu selama
kehamilan dan kelahiran pada akhir musim dingin, serta dengan pre-eklampsia setelah kontrol
untuk faktor pembaur yang potensial. Namun, hubungannya kecil dan beberapa kehamilan
spesifik dan faktor perinatal dikaitkan dengan perkembangan selanjutnya dari skizofrenia.
Psikosis dan gejala psikotik juga lebih banyak di antara orang yang tinggal di kota besar, dan
di antara imigran. Namun, kekuatan prediktif dari faktor risiko awal psikosis ini rendah
48
[misalnya komplikasi kelahiran, lihat Geddes & Lawrie, dan sangat sulit untuk ditangani
sehingga tidak menawarkan ukuran yang layak untuk pencegahan primer skizofrenia. Selain
itu, komplikasi kebidanan tampaknya tidak terkait dengan perkembangan psikosis selanjutnya
pada subjek yang berisiko sangat tinggi. Hal yang sama berlaku untuk anomali fisik minor,
kelainan neurologis, dan kelainan yang terdeteksi pada koordinasi motori. Dalam studi kohort,
penderita skizofrenia telah mencapai semua tonggak sejarah duduk, berdiri, berjalan dan
berbicara lebih lambat dari kontrol dan kinerja mereka dalam olahraga dan kerajinan tangan
selama sekolah dasar lebih buruk. Selain itu, infeksi sistem saraf pusat selama masa kanak-
kanak membawa peningkatan risiko skizofrenia onset dewasa (OR=4,8) atau psikosis lain
(OR=6,9). Karena periode risiko yang panjang dan tingkat risiko yang rendah, nilai penanda
ini dalam memprediksi terjadinya psikosis pada tingkat klinis masih dipertanyakan.

C. Kinerja kognitif
Studi berbasis populasi telah menunjukkan bahwa intelligence quotient (IQ) yang rendah
merupakan faktor risiko skizofrenia dan psikosis lainnya, tetapi nilai prediktif positifnya
rendah. Namun, wajib militer pria sehat yang kemudian dirawat di rumah sakit karena
skizofrenia memiliki kekurangan dalam fungsi sosial, kemampuan organisasi, dan fungsi
intelektual. Dalam kelompok pasien dan nonpasien yang cocok, nilai prediksi positif dari
model prediksi adalah 72%, sedangkan pada sampel draf lain, model tersebut menghasilkan
nilai prediksi positif sebesar 43%. Dengan demikian, bersamaan dengan disfungsi perilaku,
kinerja intelektual yang rendah mungkin bernilai dalam mendeteksi orang yang rentan terhadap
skizofrenia dan psikosis lainnya. Dalam studi lain tentang wajib militer laki-laki, kinerja
intelektual yang buruk pada usia 18 tahun terkait dengan gangguan psikotik onset dini,
terutama dengan skizofrenia.

D. Faktor risiko premorbid secara keseluruhan


Untuk meringkas, komplikasi pra-dan pascakelahiran dan penyimpangan perkembangan
atau perilaku pramorbid masa kanak-kanak saja, meskipun mereka memiliki hubungan yang
signifikan secara statistik dengan skizofrenia dewasa atau psikosis lainnya, tidak cukup
spesifik untuk memprediksi timbulnya psikosis. Periode terjadinya penanda risiko ini dan
timbulnya psikosis juga sangat lama. Untuk alasan ini, intervensi preventif berdasarkan
terjadinya beberapa faktor risiko premorbid tampaknya tidak dapat dilakukan. Dari faktor
risiko pramorbid, predisposisi genetik yang berhubungan dengan penyimpangan perilaku
dan/atau gejala mental tampaknya sangat memprediksi perkembangan psikotik sehingga
49
pemantauan dan mungkin juga intervensi diindikasikan. Kita perlu memiliki informasi yang
lebih spesifik dari periode sebelum timbulnya psikosis.

KONSEP INTERVENSI DINI


Pertama kita perlu mendefinisikan apa yang kita maksud dengan intervensi dini, karena
ada ketidakkonsistenan dalam penggunaan konsep intervensi dini oleh penulis dan sistem
kesehatan mental yang berbeda. Definisi kami tentang konsep ini tercantum dalam Kotak 2.
Secara garis besar terdiri dari dua elemen: layanan deteksi dini (ED) yang digunakan selama
periode prodromal (periode gangguan sebelum timbulnya penyakit) untuk mencegah atau
menunda timbulnya psikosis, dan layanan intervensi dini (EI) yang memberikan layanan
perawatan intensif.
Intervensi dini untuk individu dari segala usia yang mengalami psikosis episode pertama
dapat terdiri dari dua komponen prinsip yang sering diberikan oleh satu layanan:
 Layanan deteksi dini (ED): tindakan khusus yang diambil selama fase prodromal penyakit
untuk mencegah atau menunda timbulnya psikosis pada individu yang diidentifikasi
berisiko tinggi.
 Layanan intervensi dini (EI): tindakan yang dirancang khusus untuk persalinan selama
episode pertama psikosis yang dapat diidentifikasi (termasuk skizofrenia, gangguan
skizoafektif, gangguan skizofreniform, gangguan delusi, dan gangguan psikotik singkat),
dengan maksud untuk mengurangi durasi psikosis yang tidak diobati (DUP ), berpotensi
mengurangi keparahan dan dampak penyakit dan meningkatkan prospek pemulihan.

PRINSIP – PRINSIP DETEKSI DINI EARLY PSYCHOSIS


Prinsip – prinsip deteksi dini early psychosis adalah sebagai berikut : (1)Sebelum
melakukan asesmen, dibutuhkan waktu dalam menjalin rapport dan kepercayaan (hal ini harus
menjadi prioritas pertama). (2) Mengenali fase – fase early psychosis, khususnya fase
prodromal.

Empat Fase Psikosis Episode Pertama


FEP dapat dikonseptualisasikan memiliki empat fase: prodromal, akut, pemulihan awal
dan pemulihan terlambat. Uraian berikut tentang fase FEP sebagian besar diadaptasi dari
Pedoman Klinis Australia dan Selandia Baru yang dikembangkan berdasarkan bukti klinis /
penelitian dan konsensus para ahli di lapangan.

50
A. Prodromal
Fase prodromal adalah periode sebelum perkembangan gejala psikotik yang dapat
diidentifikasi secara retrospektif. Artinya, kebanyakan orang yang mengalami psikosis dapat
mengingat tanda atau gejala peringatan dini yang mendahului psikosis itu sendiri. Sejumlah
perubahan seperti kecurigaan berlebih, kecemasan, depresi, ketegangan, iritabilitas, perubahan
suasana hati, kemarahan, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kehilangan energi atau
motivasi, gangguan ingatan, perubahan persepsi, kemerosotan performa pekerjaan atau belajar,
penarikan sosial, dan kepercayaan yang tidak biasa yang dikaitkan dengan fase prodromal FEP.
Indikator gejala-gejala tersebut memiliki arti yang lebih besar sebagai indikator
prodromal jika orang yang mengalaminya juga memiliki profil risiko yang lebih tinggi
berdasarkan riwayat keluarga atau perkembangan gejalanya. Prodrome dan kapasitasnya untuk
memprediksi psikosis dini saat ini merupakan area dari banyak aktivitas penelitian.

B. Fase Akut
Fase ini ditandai dengan gejala halusinasi, waham, dan gangguan pikiran. Biasanya
selama fase ini pasien akan dihadirkan untuk menjalani perawatan. Perawatan biasanya
mencakup penggunaan obat anti-psikotik. Selama fase akut rawat inap seringkali diperlukan.
Tujuan penatalaksanaan termasuk manajemen gejala psikosis; pencegahan atau pengobatan
kondisi komorbid, seperti penyalahgunaan zat; dan promosi rehabilitasi dan pemulihan
psikososial.

C. Fase Pemulihan Awal


Fase ini dianggap sebagai enam bulan pertama setelah penatalaksanaan fase akut. Fokus
selama fase ini adalah menyusun kerangka psikososial yang disesuaikan untuk tiap-tiap
individu dengan tujuan mendorong pemulihan seiring dengan proses remisi gejala positif.
Intervensi termasuk konseling individu dan keluarga, dan terapi berbasis keterampilan dan
kognitif lainnya.

D. Fase Pemulihan Lanjutan


Fase ini dianggap sebagai enam hingga 18 bulan setelah fase pemulihan awal. Pada titik
ini, keputusan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kesediaan pasien untuk menjalani
pengobatan (maintenance) dan modalitas terapi lainnya. Tujuannya adalah untuk terus
mendorong pemulihan penuh dan mencegah kekambuhan. 50% pasien akan mengalami
kekambuhan dalam sepuluh bulan setelah penatalaksanaan fase akut FEP, lima tahun pertama
51
setelah timbulnya psikosis dipandang sebagai masa kritis (Golden Period) untuk pemulihan.
Tujuan keseluruhan dari fase pemulihan adalah untuk membantu pasien dalam memahami
penyakit mereka dan dalam mengembangkan keterampilan yang mereka perlukan untuk maju
dengan tujuan hidup.

Duration of Untreated Psychosis (DUP)


Berbagai studi telah membuktikan DUP sebagai prediktor independen dari luaran jangka
panjang gangguan psikosis, oleh karena itu, mengurangi DUP merupakan tujuan yang penting.
Penelitian telah menunjukkan bahwa menggabungkan kampanye peningkatan kesadaran
masyarakat dengan layanan FEP yang tersedia dapat mengurangi DUP secara signifikan
Deteksi dini dan pencegahan sangat perlu karena berhubungan dengan duration of
untreated psychosis (DUP) dan prognosis. Upaya mencegah skizofrenia mencakup
pemahaman akan mekanisme perkembangan dan timbulnya penyakit yang dapat memfasilitasi
penerapan intervensi (Huijun et al., 2010).

Comprehensive Assessment of Risk Mental States (CAARMS)


Penilaian komprehensif keadaan mental berisiko (caarms) adalah alat penilaian semi-
terstruktur yang digunakan oleh para profesional kesehatan mental dan peneliti untuk
mengidentifikasi orang muda yang mencari bantuan yang berisiko ultra tinggi (uhr) psikosis.
selain untuk mengidentifikasi orang muda dengan risiko psikosis yang sangat tinggi, cararms
juga dapat digunakan untuk melacak berbagai psikopatologi dari waktu ke waktu dan untuk
mengidentifikasi permulaan psikosis episode pertama.

52
Tujuan CAARMS
Penilaian Komprehensif Keadaan Mental Berisiko (CAARMS) dikembangkan untuk
menilai psikopatologi secara prospektif yang menunjukkan perkembangan segera psikosis
episode pertama (FEP) dan untuk mengidentifikasi orang muda yang memenuhi kriteria berada
di UHR FEP. Selain itu, alat CAARMS juga digunakan untuk mengidentifikasi kaum muda
yang telah beralih dari UHR ke FEP. CAARMS adalah wawancara semi-terstruktur yang
dirancang untuk digunakan oleh profesional kesehatan mental untuk mengevaluasi kaum muda
yang tertekan dan mencari bantuan. CAARMS tidak dirancang sebagai alat skrining untuk
populasi umum, di mana tingkat transisi ke psikosis akan jauh lebih rendah.

Latar belakang
Sebagian besar episode psikosis didahului oleh periode prodromal. Ini adalah periode
gejala psikotik yang dilemahkan dan psikopatologi lainnya serta gangguan fungsi sebelum
episode psikotik pertama terjadi. Periode prodromal sangat menarik karena kemampuan untuk
secara prospektif mengenali sindrom prodromal pada orang muda membuka kemungkinan
intervensi pra-psikotik yang dapat menunda atau bahkan mencegah timbulnya psikosis.
Kebanyakan orang dengan penyakit psikotik melaporkan gejala prodromal. Namun,
konsep 'prodrome' bersifat retrospektif dan hanya dapat digunakan untuk merujuk pada gejala-
gejala ini setelah timbulnya penyakit psikotik. Saat melihat gejala yang sama secara prospektif,
belum diketahui apakah penyakit psikotik akan berkembang, jadi gejalanya belum tentu
merupakan fase prodromal. Selain itu, gejala prodromal skizofrenia dan penyakit psikotik
lainnya umumnya tidak spesifik, dan tidak semua orang muda yang mengalami gejala atau
kelompok gejala tertentu akan berkembang menjadi penyakit psikotik. Oleh karena itu, strategi
untuk memprediksi psikosis dan secara prospektif mengidentifikasi orang muda yang
cenderung mengembangkan penyakit psikotik berfokus pada tingkat risiko.

A. Kondisi mental berisiko (ARMS)


Istilah 'keadaan mental berisiko' (ARMS) telah digunakan sejak pertengahan 1990-an
untuk menggambarkan keadaan di mana orang muda memiliki risiko tinggi untuk
mengembangkan gangguan psikotik.
Strategi 'dekat' telah diadopsi untuk mengidentifikasi anak muda dengan ARMS.
Strategi ini didasarkan pada:
 Mengidentifikasi faktor risiko yang diketahui terkait dengan peningkatan risiko
gangguan psikotik, diklasifikasikan sebagai faktor sifat (seperti beban genetik karena
53
orang muda memiliki gangguan kepribadian skizotipal atau riwayat keluarga dengan
penyakit psikotik) dan faktor keadaan (seperti mental kesusahan dan fungsi yang
memburuk);
 Mengidentifikasi gejala yang sering muncul sebelum timbulnya psikosis; Dan
 Berfokus pada rentang usia dengan insiden timbulnya gangguan psikotik tertinggi (usia
15-25 tahun).

B. Risiko sangat tinggi (UHR)


Orang muda yang mengalami ARMS dapat lebih tepat didefinisikan sebagai orang
dengan risiko psikosis yang sangat tinggi menggunakan seperangkat kriteria khusus yang
dikenal sebagai kriteria UHR.
Istilah ‘risiko sangat tinggi’ digunakan untuk membedakan kriteria ini dari kriteria
‘berisiko tinggi’ yang semata-mata didasarkan pada pengidentifikasian kerabat dari orang
dengan gangguan psikotik.Kriteria UHR dijelaskan lebih rinci nanti dalam manual ini.
Identifikasi kaum muda di negara bagian ARMS dan UHR direpresentasikan pada
Gambar 1A dan 1B. Angka-angka ini menunjukkan perbedaan antara perspektif prodromal
retrospektif dari pandangan prospektif ARMS-UHR dari periode sebelum episode pertama
psikosis.

Gambar 1A. Tampilan retrospektif prodromal

54
Gambar 1B. Tampilan prospektif ARMS

Psikosis episode pertama


Orang muda yang memenuhi kriteria UHR, memiliki gejala di bawah ambang batas yang
ditentukan untuk episode psikotik. Tidak semua dari mereka akan terus mengembangkan
penyakit psikotik yang parah. Ketika gejala orang muda melewati ambang episode psikotik
untuk pertama kalinya, ini disebut sebagai psikosis episode pertama (FEP).

UHR dan model pementasan psikosis


Model penentuan stadium klinis telah dikembangkan selama dekade terakhir untuk
mendukung identifikasi kaum muda yang UHR dan penggunaan intervensi dini. Model
pementasan klinis psikosis berbeda dari praktik konvensional yang mendefinisikan psikosis
sebagai sebuah kontinum. Berbagai tahapan psikosis ditentukan oleh tingkat keparahan gejala
dan tingkat penderitaan dan kecacatan yang dialami orang tersebut (lihat Tabel 1).5 Intervensi
yang berbeda direkomendasikan pada setiap tahap dalam kontinum ini untuk mencegah
perkembangan ke tahap berikutnya dan untuk mempromosikan pemulihan. Dengan
mengidentifikasi orang muda dengan gejala psikotik di bawah ambang batas (tahap 1b)
menggunakan pendekatan UHR, intervensi dapat dimulai pada tahap awal gangguan saat
gejalanya lebih ringan, dengan perawatan yang disesuaikan dengan tahap awal ini.

55
Stage Psikosis Perlakuan

0 Peningkatan Indikasi pencegahan FEP seperti: peningkatan


risiko/tanpa gejala literasi kesehatan mental, pendidikan keluarga,
pendidikan narkoba
Gejala ringan atau Indikasi pencegahan sekunder seperti: literasi
tidak spesifik dan kesehatan mental formal, psikoedukasi keluarga,
1a penurunan fungsional terapi perilaku-kognitif, pengurangan aktif
penggunaan zat

UHR – di bawah Indikasi pencegahan sekunder seperti:


1b ambang batas psikoedukasi, terapi kognitif-perilaku, penggunaan
zat kerja, asam lemak omega-3, antidepresan

FEP – ambang batas Intervensi dini untuk FEP seperti: psikoedukasi,


2 penuh terapi perilaku kognitif, kerja penggunaan zat, obat
antipsikotik atipikal, rehabilitasi kejuruan

Remisi tidak lengkap Intervensi dini untuk FEP seperti: untuk tahap 2
dari episode pertama ditambah penekanan tambahan pada strategi
3a perawatan medis dan psikososial untuk mencapai remisi

Kekambuhan atau Intervensi dini untuk FEP seperti: untuk stadium 3a


3b kekambuhan stabil ditambah penekanan tambahan pada pencegahan
dengan pengobatan kekambuhan
tetapi gejala masih
tersisa
Kekambuhan Intervensi dini pada FEP seperti: untuk stadium 3b
3c berulang dengan tetapi dengan penekanan pada stabilisasi jangka
perburukan klinis panjang

Penyakit parah, terus- Adapun stadium 3c tetapi dengan penekanan pada


menerus atau tak clozapine, perawatan tersier lainnya dan partisipasi
4
henti-hentinya sosial meskipun ada kecacatan yang sedang
berlangsung

UHR dan model fase psikosis


Perjalanan episode psikotik dan pemulihan setelah episode psikotik juga dapat
diilustrasikan dengan menggunakan model fase (Gambar 2). Keadaan UHR dalam konteks
fase ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Beberapa, tetapi tidak semua, anak muda akan
mengalami transisi dari keadaan UHR menjadi episode psikosis akut pertama. Tujuan
intervensi pada remaja fase UHR adalah untuk mengurangi gejala dan kecacatan yang ada,
meningkatkan fungsi sosial dan vokasional, serta mencegah atau menunda timbulnya
gangguan psikotik.
56
Gambar 2. Fase Psikosis dan Pemulihan

Transisi ke gangguan psikotik tidak dapat dihindari pada orang muda yang memenuhi
kriteria psikosis UHR, bahkan sebagian besar tidak akan mengalami transisi. Orang muda yang
diklasifikasikan sebagai UHR yang melakukan transisi ke gangguan psikotik, yaitu mereka
yang gejalanya melewati ambang diagnosis psikosis, disebut sebagai kasus 'positif sejati'
(Gambar 3). Ini berarti bahwa kriteria UHR telah mengidentifikasi dengan benar orang-orang
ini berada dalam fase prodromal dari gangguan psikotik.

Gambar 3. Kasus positif benar untuk psikosis

Orang muda yang diklasifikasikan sebagai UHR psikosis tetapi tidak secara alami beralih
ke gangguan psikotik dianggap sebagai kasus 'positif palsu'. Ini berarti bahwa kriteria tersebut
salah mengidentifikasi orang tersebut berada dalam fase prodromal penyakit psikotik.
Meskipun kriteria UHR terpenuhi, gejala mereka tetap berada di bawah ambang psikosis
(Gambar 4).

57
Gambar 4. Kasus positif palsu untuk psikosis

Saat ini tidak mungkin untuk membedakan kasus 'positif palsu', yaitu, orang muda yang
tidak berada di jalur menuju pengembangan penyakit psikotik meskipun memenuhi kriteria
UHR dari mereka yang akan beralih ke penyakit psikotik (yaitu kasus 'benar positif'). jika hal
ini tidak dicegah dengan intervensi (Gambar 5). Orang-orang yang intervensinya telah
mencegah transisi terkadang disebut sebagai kasus 'false false positive'.

Gambar 5. Positif palsu salah untuk psikosis

Gambar 6. hubungan antara kasus benar, salah dan positif palsu untuk uhr psikosis

58
Diagram berikut menunjukkan hubungan antara orang-orang muda yang bertransisi ke
psikosis atau tidak dan konsep positif benar/salah.

Kriteria risiko sangat tinggi dan CAARMS


Kriteria UHR digunakan untuk mengidentifikasi orang muda dengan risiko tinggi
mengembangkan gangguan psikotik (yaitu ARMS). Kriteria UHR terdiri dari tiga kelompok,
satu atau lebih di antaranya harus dipenuhi, ditambah penurunan fungsi yang signifikan atau
fungsi rendah kronis menurut Skala Fungsi Sosial dan Pekerjaan (SOFAS).6 Kelompok UHR
dikembangkan pada pertengahan 1990-an. berdasarkan faktor risiko keadaan dan sifat yang
diketahui untuk psikosis dan catatan retrospektif prodromal psikosis, dan dinilai menggunakan
alat CAARMS.7 Ketiga kelompok tersebut adalah:
 Kelompok rentan: memiliki gangguan kepribadian skizotipal atau kerabat tingkat pertama
(orang tua atau saudara kandung) dengan gangguan psikotik (juga disebut sebagai 'kelompok
sifat').
 Gejala Psikotik Atenuasi (APS): di bawah ambang batas (intensitas atau frekuensi),
bentuk gejala psikotik positif yang dilemahkan yang dialami selama setahun terakhir.
 Gejala Psikotik Intermiten Terbatas Singkat (BLIPS): gejala psikotik positif terus
terang yang tidak berlangsung lebih dari seminggu dan telah sembuh secara spontan tanpa
pengobatan.

Kriteria UHR dan ketiga kelompok UHR disajikan pada Gambar

Gambar 7. kriteria risiko sangat tinggi

59
Kelompok Rentan
Kelompok rentan didefinisikan sebagai orang muda yang memiliki faktor risiko sifat
seperti gangguan kepribadian skizotipal atau kerabat tingkat pertama (ibu, ayah, saudara laki-
laki dan/atau saudara perempuan) yang memiliki penyakit psikotik. Ini harus disertai dengan
fungsi rendah kronis atau penurunan fungsi yang signifikan selama 12 bulan terakhir, yang
didefinisikan sebagai penurunan skor SOFAS 30% dari tingkat premorbid yang telah terjadi
dalam setahun terakhir dan dipertahankan setidaknya selama 1 bulan. atau skor SOFAS 50 atau
kurang selama setidaknya 12 bulan terakhir.

Gejala psikotik yang dilemahkan


Kelompok APS dibagi menjadi dua subkelompok (2a dan 2b), menurut penilaian
CAARMS. Orang-orang di subkelompok APS. A. memiliki gejala psikotik intensitas
subthreshold yang dilemahkan, sedangkan mereka yang berada di subgroup B.memiliki gejala
frekuensi sub-threshold. Skala dan skor akan dijelaskan nanti dalam manual ini.
Skor Skala Peringkat Global 3–5 pada subskala CAARMS untuk gangguan isi pikiran,
3–5 untuk Ide yang Tidak Aneh, 3–4 pada subskala Persepsi Abnormalitas dan/atau 4–5 pada
subskala Ucapan Tidak Teratur; Dan
 Skor Skala Frekuensi 3–6 pada subskala CAARMS Konten Pemikiran Tidak Biasa,
Gagasan Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau Ucapan Tidak Teratur selama
minimal 1 minggu.
 Gejala harus ada selama setahun terakhir dan penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari
tingkat pramorbid yang bertahan selama sebulan dalam tahun lalu atau skor SOFAS 50
atau kurang selama setidaknya 12 bulan terakhir.

Adapun kriteria kelompok frekuensi sub threshold adalah:


 Skor Skala Penilaian Global 6 pada subskala CAARMS Unusual Thought Content, 6 pada
subskala Ide Tidak Aneh, 5–6 pada subskala Abnormalitas Persepsi dan/atau 6 pada
subskala Pidato Tidak Teratur; dan
 Skor Skala Frekuensi 3 pada subskala CAARMS Konten Pemikiran Tidak Biasa, Gagasan
Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau Ucapan Tidak Teratur.
 Gejala harus ada selama setahun terakhir dan penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari
tingkat pramorbid yang bertahan selama sebulan dalam tahun lalu atau skor SOFAS 50
atau kurang selama setidaknya 12 bulan terakhir.

60
Gejala psikotik intermiten terbatas yang singkat
Orang muda dalam kelompok BLIPS adalah mereka yang mengalami ciri psikotik yang
nyata yang sembuh secara spontan dalam waktu 7 hari tanpa pengobatan antipsikotik dalam
12 bulan terakhir. Gejala psikotik ini dapat disebabkan oleh obat tetapi bukan karena keracunan
obat, dan hanya termasuk gejala psikotik yang tidak terjadi selama puncak keracunan. Kriteria
grup BLIPS adalah:
 Skor CAARMS Global Rating Scale 6 pada subskala Konten Pemikiran Tidak Biasa, 6
pada subskala Ide Tidak Aneh, 5 atau 6 pada subskala Abnormalitas Persepsi dan/atau 6
pada subskala Pidato Tidak Teratur; dan
 Skor Skala Frekuensi 4–6 pada subskala Isi Pemikiran Tidak Biasa, Ide Tidak Aneh,
Abnormalitas Persepsi, dan/atau Ucapan Tidak Teratur; dan
 Setiap episode gejala muncul selama <7 hari dengan remisi spontan setiap kali; dan
 Gejala harus ada selama setahun terakhir dan penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari
tingkat pramorbid yang bertahan selama sebulan dalam tahun lalu atau skor SOFAS 50
atau kurang yang bertahan setidaknya selama 12 bulan terakhir.

Ambang psikosis episode pertama


Ambang batas gangguan psikotik didefinisikan sebagai gejala psikotik yang jelas seperti
delusi, halusinasi dan gangguan pikiran yang bertahan lebih dari 1 minggu dan dengan
frekuensi setidaknya 3-6 kali seminggu selama lebih dari 1 jam setiap kali atau setiap hari
selama kurang dari 1 jam setiap kali.

Kriteria skala CAARMS untuk ambang psikosis adalah:


 Skor Skala Peringkat Global 6 pada subskala Konten Pemikiran Tidak Biasa, 6 pada
subskala Gagasan Tidak Aneh, 5 atau 6 pada subskala Persepsi Abnormalitas dan/atau 6 pada
subskala Ucapan Tidak Teratur; dan
 Skor Skala Frekuensi minimal 4 pada subskala Isi Pemikiran Tidak Biasa, Gagasan Tidak
Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau Ucapan Tidak Teratur; dan
 Gejala psikotik muncul lebih dari 1 minggu. Perawatan antipsikotik biasanya akan dimulai
setelah ambang psikosis dilewati, dan orang muda akan menerima akses ke perawatan khusus
yang diperlukan untuk FEP.

61
LAMPIRAN
Lampiran 1: CAARMS Singkat
1: GEJALA POSITIF
1.1 Konten Pemikiran yang Tidak Biasa
Mood Delusi dan Kebingungan/ Delusional Mood and Perplexity ('Ide yang Tidak
Terkristalisasi')
Pernahkah Anda merasa ada sesuatu yang aneh yang tidak dapat Anda jelaskan? Seperti apa itu?
Apakah Anda merasa bingung dengan sesuatu? Apakah lingkungan yang akrab terasa aneh?
Apakah Anda merasa telah berubah dalam beberapa hal?
Apakah Anda merasa bahwa orang lain, atau dunia, telah berubah?
Gagasan Referensi (Ideas of Reference)
Gagasan Referensi: Pernahkah Anda merasa bahwa hal-hal yang terjadi di sekitar Anda memiliki
arti khusus, atau orang-orang mencoba memberi Anda pesan? Seperti apa itu? Bagaimana
awalnya?
1.1 IDE BIZZARE ('IDE TERKRISTALISASI')
 Pikiran, Perasaan,(Impuls Thoughts, Feelings, Impulses)
 Pasif Somatik (Somatic Passivity)
 Penyisipan Pikiran (Thought Insertion)
 Penarikan Pikiran (Thought Withdrawal)
 Penyiaran Pikiran (Thought Broadcasting)
 Pikiran Sedang Dibaca (Thoughts Being Read)

Unusual Thought Content – SKALA PERINGKAT GLOBAL


0 1 2 3 4 5 6
Absen Dipertanyakan Ringan Sedang Cukup berat Berat Psikotik dan
Berat
Tidak ada Elaborasi Perasaan samar Perasaan Gagasan Pikiran tidak Pemikiran
konten ringan dari bahwa ada bingung. Rasa referensial biasa yang yang tidak
pemikiran keyakinan sesuatu yang ketidakpastian bahwa berisi materi biasa yang
yang konvensional berbeda, atau yang lebih peristiwa, yang benar- mengandung
tidak yang dianut tidak beres kuat benda, atau benar orisinal materi
biasa. oleh sebagian dengan dunia, mengenai orang tertentu dan sangat orisinal dan
populasi perasaan pikiran memiliki tidak mungkin. sangat tidak
bahwa banyak daripada 2. makna khusus Subjek bisa mungkin
hal telah dan tidak ragu (tidak dipegang
berubah tetapi biasa. dipegang dengan
tidak dapat Merasakan dengan keyakinan
diartikulasikan pengalaman keyakinan delusi (tidak
dengan jelas. itu mungkin delusi), atau diragukan
Subjek tidak datang dari yang subjek lagi).
peduli/khawatir luar diri. tidak percaya Mungkin
tentang Keyakinan sepanjang memiliki
pengalaman ini tidak dipegang waktu. Dapat dampak
62
dengan mengakibatkan yang nyata
keyakinan, beberapa pada
subjek dapat perubahan perilaku.
dipertanyakan. dalam
Tidak perilaku, tapi
mengakibatkan kecil.
perubahan
perilaku.
Onset Offset Date:
Date:

FREKUENSI DAN DURASI


0 1 2 3 4 5 6
Absen Kurang dari Sekali Sekali 3 sampai 6 Setiap hari – Kontinu
sebulan sebulan sebulan kali lebih dari
sekali hingga dua hingga dua seminggu – satu jam per
kali kali lebih dari kesempatan
seminggu – seminggu – satu jam per ATAU
kurang dari lebih dari kesempatan beberapa kali
satu jam per satu jam per ATAU sehari
kesempatan kesempatan setiap hari -
ATAU kurang dari
3 sampai 6 satu jam per
kali kesempatan
seminggu –
kurang dari
satu jam per
kesempatan

POLA GEJALA
0 1 2
Tidak ada hubungannya dengan Terjadi sehubungan dengan Dicatat hanya dalam kaitannya
penggunaan zat dicatat penggunaan zat dan di waktu lain dengan penggunaan zat
juga

LEVEL DISTRES (DALAM HUBUNGANNYA DENGAN GEJALA)

0 – Sama sekali tidak tertekan Sangat tertekan – 10


1.2 GAGASAN NON-BIZARRE
 Ide Non-bizarre ('Ide Terkristalisasi')
 Ide kebesaran
 Ide Somatik
 Ide Rasa Bersalah
 Ide Nihilistik
 Ide Cemburu
 Ide Religius
 Ide Erotomania

63
Ide Non-bizarre– Skala Peringkat Global
0 1 2 3 4 5 6
Tidak Dipertanyakan Ringan Sedang Cukup berat Berat Psikotik dan
pernah, Berat
absen
Tidak Perubahan Meningkatnya Pemikiran Jelas Pemikiran Pemikiran
Ada Ide halus yang kesadaran diri. yang aneh keyakinan yang tidak yang tidak
Non- bisa Misalnya. atau tidak istimewa, yang biasa yang ada biasa yang
Bizzare berdasarkan Merasa bahwa biasa tetapi meskipun keraguan mengandung
kenyataan. orang lain isinya tidak 'mungkin' telah (tidak materi
Misalnya. melihat subjek, sepenuhnya muncul tanpa dipegang orisinal dan
Sangat sadar atau berbicara tidak masuk bukti logis. dengan sangat tidak
diri. tentang subjek. akal mungkin Bukti kurang keyakinan mungkin
Atau perasaan merupakan dari peringkat delusi), atau dipegang
semakin beberapa 3. Misalnya. yang subjek dengan
mementingkan bukti logis. Pikiran bahwa tidak percayai keyakinan
diri sendiri. Lebih banyak orang lain sepanjang delusi (tidak
Subyek mampu bukti dari ingin waktu. Dapat diragukan
bertanya. rating 4. Isi menyakiti mengakibatkan lagi).
pikiran tidak subjek, yang beberapa Mungkin
orisinal yaitu dapat dengan perubahan memiliki
kecemburuan, mudah dalam dampak
paranoia disingkirkan. perilaku, tapi yang nyata
ringan. Pikiran kecil. pada
memiliki perilaku.
kekuatan
khusus, yang
dapat dengan
mudah
disingkirkan.
Onset Offset Date:
Date:

FREKUENSI DAN DURASI


0 1 2 3 4 5 6
Absen Kurang dari Sekali Sekali 3 sampai 6 Setiap hari – Kontinu
sebulan sebulan sebulan kali lebih dari
sekali hingga dua hingga dua seminggu – satu jam per
kali kali lebih dari kesempatan
seminggu – seminggu – satu jam per ATAU
kurang dari lebih dari kesempatan beberapa kali
satu jam per satu jam per ATAU sehari
kesempatan kesempatan setiap hari -
ATAU kurang dari
3 sampai 6 satu jam per
kali kesempatan
seminggu –
kurang dari
satu jam per
kesempatan

POLA GEJALA
0 1 2
Tidak ada hubungannya dengan Terjadi sehubungan dengan Dicatat hanya dalam kaitannya
penggunaan zat dicatat penggunaan zat dan di waktu lain dengan penggunaan zat
juga
64
LEVEL DISTRES (DALAM HUBUNGANNYA DENGAN GEJALA)

0 – Sama sekali tidak tertekan Sangat tertekan – 100

1.3 KELAINAN PERSEPSI


Perubahan visual
Distorsi, ilusi: apakah ada perubahan dalam cara pandang Anda? Apakah segala sesuatu terlihat
berbeda, atau tidak normal? Apakah ada perubahan warna, atau kecerahan objek (benda tampak
lebih terang, atau warnanya lebih redup)? Apakah ada perubahan ukuran dan bentuk benda?
Apakah benda-benda tampak bergerak?
Halusinasi: apakah Anda memiliki penglihatan, atau melihat hal-hal yang mungkin tidak benar-
benar ada? Apakah Anda pernah melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa, atau sepertinya tidak?
Apa yang kamu lihat? Pada saat Anda melihat hal-hal ini, seberapa nyata kelihatannya? Apakah
Anda menyadari bahwa mereka tidak nyata pada saat itu, atau hanya nanti?
Perubahan pendengaran
 Distorsi, ilusi, halusinasi:
Perubahan penciuman
 Distorsi, ilusi, halusinasi:
Perubahan pengecapan
 Distorsi, ilusi, halusinasi:
Perubahan taktil
 Distorsi, ilusi, halusinasi:
Perubahan somatik
 Distorsi, ilusi, halusinasi

Abnormalitas Persepsi –Skala Peringkat Global

0 1 2 3 4 5 6
Tidak Dipertanya Ringan Sedang Cukup berat Berat Psikotik
pernah, kan dan Berat
absen
Tidak ada Persepsi, Pengalaman yang Pengalaman yang Halusinasi sejati Halusinasi
pengalaman distorsi, ilusi lebih jauh lebih jelas yaitu mendengar sejati yang
persepsi yang membingungkan: daripada 3 seperti suara atau diyakini
yang meningkat distorsi/ilusi yang nama dipanggil, percakapan, subjek
abnormal. atau tumpul lebih intens/jelas, mendengar dering merasakan benar pada
(misalnya gumaman tidak telepon, dll. tetapi sesuatu saat, dan
cahaya/bayang jelas, dll. Subjek mungkin cepat menyentuh setelah,
an). Tidak tidak yakin akan berlalu/sementara. tubuh. Subjek mengalami
terlalu sifat pengalaman. Mampu mampu nya.
65
menyedihkan. Mampu memberikan mempertanyaka Mungkin
Pengalaman memberhentikan. penjelasan yang n pengalaman sangat
hipnogogik/hi Tidak masuk akal untuk dengan usaha. menyusahk
pnopompik menyusahkan. pengalaman. Mungkin an
Derealisasi/ Mungkin menakutkan
depersonalisasi berhubungan atau terkait
dengan distres dengan
ringan. beberapa
kesusahan.
Onset Offset Date:
Date:

FREKUENSI DAN DURASI


0 1 2 3 4 5 6
Absen Kurang dari Sekali Sekali 3 sampai 6 Setiap hari – Kontinu
sebulan sebulan sebulan kali lebih dari
sekali hingga dua hingga dua seminggu – satu jam per
kali kali lebih dari kesempatan
seminggu – seminggu – satu jam per ATAU
kurang dari lebih dari kesempatan beberapa kali
satu jam per satu jam per ATAU sehari
kesempatan kesempatan setiap hari -
ATAU kurang dari
3 sampai 6 satu jam per
kali kesempatan
seminggu –
kurang dari
satu jam per
kesempatan

POLA GEJALA
0 1 2
Tidak ada hubungannya dengan Terjadi sehubungan dengan Dicatat hanya dalam kaitannya
penggunaan zat dicatat penggunaan zat dan di waktu lain dengan penggunaan zat
juga

LEVEL DISTRES (DALAM HUBUNGANNYA DENGAN GEJALA)

0 – Sama sekali tidak tertekan Sangat tertekan – 100

1.4 BICARA TIDAK TERATUR


Perubahan subyektif
Apakah Anda melihat adanya kesulitan dengan ucapan Anda, atau kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain?
Apakah Anda kesulitan menemukan kata yang tepat pada waktu yang tepat?
Apakah Anda pernah menggunakan kata-kata yang tidak tepat, atau sama sekali tidak relevan?
Peringkat Obyektif dari Bicara Tidak Teratur

66
Apakah sulit untuk mengikuti apa yang dikatakan subjek pada saat-saat tertentu karena
menggunakan kata-kata yang salah, bersifat sirkumstan atau tangensial?
Apakah subjeknya kabur, terlalu abstrak atau konkret? Bisakah tanggapan diringkas?
Ucapan Tidak Teratur – Skala Peringkat Global
0 1 2 3 4 5 6
Tidak Dipertanya Ringan Sedang Cukup berat Berat Psikotik
pernah, kan dan Berat
absen
Bicara logis Subyektif Agak kabur, Bukti jelas dari Ditandai Kurangnya
normal, sedikit beberapa bukti pola bicara dan keadaan koherensi,
tidak ada kesulitan mis. keadaan, atau pemikiran yang tangentiality ucapan
disorganisa masalah dalam tidak relevan terputus tingkat dalam bicara, yang tidak
si, tidak ada menyampaika dalam ucapan. ringan. Tautan tetapi dapat
masalah n pesan. Tidak Merasa tidak antar ide agak menanggapi dipahami,
berkomunik terlihat oleh dimengerti. tangensial. penataan dalam kesulitan
asi atau orang lain. Meningkatnya wawancara. yang
dipahami. perasaan frustrasi Mungkin harus signifikan
dalam menggunakan mengikuti
percakapan. isyarat, atau alur
pantomim untuk pemikiran.
berkomunikasi. Asosiasi
longgar
dalam
bicara
Onset Offset Date:
Date:

FREKUENSI DAN DURASI


0 1 2 3 4 5 6
Absen Kurang dari Sekali Sekali sebulan 3 sampai 6 Setiap hari – Kontinu
sebulan sebulan hingga dua kali kali seminggu lebih dari satu
sekali hingga dua seminggu – – lebih dari jam per
kali lebih dari satu satu jam per kesempatan
seminggu – jam per kesempatan ATAU
kurang dari kesempatan ATAU beberapa kali
satu jam per ATAU setiap hari - sehari
kesempatan 3 sampai 6 kali kurang dari
seminggu – satu jam per
kurang dari satu kesempatan
jam per
kesempatan

POLA GEJALA
0 1 2
Tidak ada hubungannya dengan Terjadi sehubungan dengan Dicatat hanya dalam kaitannya
penggunaan zat dicatat penggunaan zat dan di waktu lain dengan penggunaan zat
juga

LEVEL DISTRES (DALAM HUBUNGANNYA DENGAN GEJALA)

0 – Sama sekali tidak tertekan Sangat tertekan – 10


67
KRITERIA INKLUSI
Kriteria asupan
Grup 1: Grup kerentanan
Kriteria ini mengidentifikasi orang muda yang berisiko psikosis karena kombinasi dari
faktor risiko sifat dan kemunduran yang signifikan dalam kondisi mental dan/atau fungsi

YES NO
Riwayat keluarga psikosis pada kerabat tingkat pertama
ATAU Gangguan Kepribadian Schizotypal pada pasien yang teridentifikasi
PLUS
Penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari tingkat premorbid, bertahan selama
sebulan, terjadi dalam 12 bulan terakhir
ATAU skor SOFAS 50 atau kurang selama 12 bulan terakhir atau lebih
KRITERIA TERPENUHI UNTUK KELOMPOK 1 – Kelompok Kerentanan

Kelompok 2: Kelompok psikosis yang dilemahkan


Kriteria ini mengidentifikasi orang muda yang berisiko psikosis karena sindrom psikotik
sub-ambang batas.
Artinya, orang-orang muda ini memiliki gejala yang tidak mencapai tingkat ambang psikosis
karena intensitas di bawah ambang batas (gejalanya tidak cukup parah) atau mereka memiliki
gejala psikotik tetapi pada frekuensi di bawah ambang batas (gejala tidak cukup sering muncul).

2A) INTENSITAS DI BAWAH AMBANG BATAS: YES NO


Skor Skala Peringkat Global 3–5 pada subskala Konten Pemikiran Tidak Biasa, 3–5
pada subskala Ide Tidak Aneh, 3–4 pada subskala Abnormalitas Persepsi dan/atau 4–
5 pada subskala Pidato Tidak Teratur dari CAARMS
PLUS
Skor Skala Frekuensi 3–6 pada Subskala Isi Pemikiran yang Tidak Biasa, Ide yang
Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau Pidato yang Tidak Teratur dari
CAARMS selama setidaknya satu minggu
2B) FREKUENSI DI BAWAH AMBANG BATAS: TES NO
Skor Skala Penilaian Global 6 untuk Konten Pemikiran yang Tidak Biasa, 6 untuk
Ide yang Tidak Aneh, 5–6 untuk Abnormalitas Persepsi, dan/atau 6 untuk Subskala
Ucapan Tidak Teratur dari CAARMS

68
PLUS
Skor Skala Frekuensi 3 pada Subskala Isi Pemikiran yang Tidak Biasa, Gagasan
Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau Pidato yang Tidak Teratur dari
CAARMS
PLUS (untuk kedua kategori)
Gejala yang ada dalam satu tahun terakhir
PLUS (untuk kedua kategori)
Penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari tingkat premorbid, bertahan selama
sebulan, terjadi dalam 12 bulan terakhir
ATAU skor SOFAS 50 atau kurang selama 12 bulan terakhir atau lebih
KRITERIA TERPENUHI UNTUK KELOMPOK 2 – Kelompok psikosis yang
dilemahkan

Kelompok 3: Kelompok gejala psikotik intermiten terbatas singkat


Kriteria ini mengidentifikasi orang-orang muda yang berisiko psikosis karena riwayat
gejala psikotik jujur yang baru saja sembuh secara spontan (tanpa obat antipsikotik) dalam waktu
satu minggu.

YES NO
Skala Peringkat Global Skor 6 pada subskala Konten Pemikiran Tidak Biasa, 6 pada
Gagasan Tidak Aneh, 5 atau 6 pada subskala Abnormalitas Persepsi dan/atau 6 pada
subskala Pidato Tidak Teratur dari CAARMS
PLUS
Skor Skala Frekuensi 4–6 pada Subskala Isi Pemikiran yang Tidak Biasa, Gagasan
Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau Ucapan Tidak Teratur
PLUS
Gejala terjadi selama setahun terakhir
PLUS
Penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari tingkat premorbid, bertahan selama
sebulan, terjadi dalam 12 bulan terakhir
ATAU skor SOFAS 50 atau kurang selama 12 bulan terakhir atau lebih
KRITERIA TERPENUHI UNTUK KELOMPOK 3 –
Kelompok gejala psikotik intermiten terbatas singkat

69
Ambang psikosis
YES NO
Skala Keparahan Skor 6 pada subskala Konten Pemikiran yang Tidak Biasa, 6 pada
Ide yang Tidak Aneh, 5 atau 6 pada subskala Abnormalitas Persepsi dan/atau 6 pada
subskala Ucapan Tidak Teratur dari CAARMS
PLUS
Skor Skala Frekuensi yang lebih besar dari atau sama dengan 4 pada subskala Konten
Pemikiran yang Tidak Biasa, Ide yang Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau
Ucapan yang Tidak Teratur
PLUS
Gejala muncul lebih dari satu minggu
KRITERIA THRESHOLD PSIKOSIS MET

Lampiran 2: Vignette CAARMS Jawaban

Sonja
Frekuensi Intensitas Subskala
Konten Pemikiran yang
Tidak Biasa
Ide Non-Bizzare
Abnormalitas Persepsi 6 4

Memenuhi kriteria inklusi? Tidak: Psikotik

TAKE HOME VIGNETTES


Bath
Frekuensi Intensitas Subskala
Konten Pemikiran yang
Tidak Biasa
Ide Non-Bizzare 5 4
Abnormalitas Persepsi 4 3

Memenuhi kriteria inklusi? Ya: Gejala psikotik yang dilemahkan (kelompok APS 2a)

70
Tamara
Frekuensi Intensitas Subskala
Konten Pemikiran yang
Tidak Biasa
Ide Non-Bizzare
Abnormalitas Persepsi 4 1

Memenuhi kriteria inklusi? Tidak: Di bawah ambang batas


John
Frekuensi Intensitas Subskala
Konten Pemikiran yang
Tidak Biasa
Ide Non-Bizzare
Abnormalitas Persepsi 4 4

Memenuhi kriteria inklusi? Ya: Gejala psikotik yang dilemahkan (kelompok APS 2a)

Structured Interview For Psychosis – Risk Syndromes (SIPS)


Kelompok Yale, McGlashan et al, telah mengembangkan instrumen untuk menilai
prodromal yang disebut Skala Gejala Prodromal atau SOPS, dan wawancara terstruktur untuk
menilai SOPS dan informasi penting lainnya untuk mengkategorikan prodromal yang disebut
Wawancara Terstruktur untuk Gejala Prodromal atau SIPS.
SIPS
Tujuan dari wawancara adalah untuk:
I. Singkirkan psikosis masa lalu dan/atau saat ini
II. Aturan dalam riwayat seumur hidup dari satu atau lebih dari tiga jenis sindrom risiko psikosis
III. Tentukan status terkini dari setiap sindrom risiko psikosis yang ada seumur hidup
IV. Nilai tingkat keparahan gejala risiko psikosis saat ini
Scale of Psychosis Risk Sysmtoms (SOPS)
Terdiri dari lima butir Gejala Positif, enam butir Gejala Negatif, empat butir Gejala
Disorganisasi, dan empat butir Gejala Umum. Setiap item memiliki peringkat skala keparahan
dari 0 hingga 6
Pasien juga dinilai menurut peringkat Global Assessment of Functioning (GAF), peringkat
Gangguan Kepribadian Schizotypal, dan data riwayat keluarga. SOPS/SIPS mencoba untuk
menjadi kategorikal dan dimensional, memungkinkan kategorisasi prodromal menurut sub-tipe
Australia, serta menjadi ukuran keparahan untuk penilaian longitudinal dan respons pengobatan.
71
Dalam studi tindak lanjut dari 29 pasien prodromal, kesepakatan dalam membedakan
prodromal dari pasien non-prodromal adalah 93%, dan tingkat konversi psikosis skizofrenia
adalah 46% pada 6 bulan, dan 54% pada 12 bulan (139). Dalam sampel lain, tingkat konversi
psikosis 1 tahun pada pasien SIPS-positif adalah 45,7% (141). Sensitivitas instrumen SIPS adalah
100%, spesifisitas 74% dan kekuatan prediksi positif 50% (142).

Untuk membedakannya dari tahap risiko yang ditentukan oleh gejala dasar, pasien yang
memenuhi kriteria prodromal CAARMS atau SIPS/SOPS disebut berada dalam kondisi mental
berisiko tinggi (ARMS) atau psikosis berisiko sangat tinggi. UHR-P). Tingkat konversi psikosis
pada pasien ARMS terbukti tinggi. Schulze- Lutter (Daftar studi tentang konversi pasien berisiko
sangat tinggi menjadi psikosis; komunikasi pribadi, 2005) telah menghitung dari sembilan studi
bahwa tingkat konversi rata-rata untuk 'risiko sangat tinggi' ' pasien selama 12 bulan adalah
38,2%.

Intervensi Farmakologis
Psikofarmaka harus digunakan dengan dosis yang memaksimalkan manfaat terapeutik
dan kepatuhan sambil meminimalkan efek samping. Antipsikotik atipikal tetap menjadi andalan
pengobatan dibanding antipsikotik tipikal. Apa pun jenis antipsikotik yang digunakan, prinsip
yang digunakan sama yaitu Start low go slow, mulai dosis rendah dinaikkan perlahan hingga
mencapai dosis yang terapeutik bagi pasien tanpa menimbulkan efek samping. Selama fase akut,
keselamatan pasien, staf, dan keluarga adalah yang terpenting dan psikofarmaka untuk
pengendalian perilaku harus digunakan dengan bijaksana.
Terdapat bukti kualitas sedang yang menemukan penggunaan antipsikotik golongan
apapun pada FEP dikaitkan dengan tingkat respons 81%, tingkat respons pertama diukur sebagai
pengurangan skor PANSS 20%, dan tingkat respons kedua yaitu 52% diukur sebagai pengurangan
skor PANSS 50% dalam 1 minggu pertama pengobatan. Untuk antipsikotik spesifik, bukti
kualitas tinggi menemukan perbaikan yang lebih besar pada gejala keseluruhan dengan
olanzapine dibandingkan dengan haloperidol, dan bukti kualitas sedang hingga tinggi
menemukan perbaikan yang lebih besar pada gejala negatif dengan olanzapine dibandingkan
dengan haloperidol, tanpa perbedaan pada gejala positif. Bukti kualitas sedang hingga tinggi
menemukan perbaikan yang lebih besar pada gejala keseluruhan dengan risperidone
dibandingkan dengan haloperidol, perbaikan yang lebih signifikan pada gejala negatif dengan
olanzapine dibandingkan dengan risperidone, dan perbaikan yang lebih signifikan pada gejala
positif dengan olanzapine dibandingkan dengan quetiapine, perbaikan yang lebih signifikan pada
72
gejala positif dan negatif dengan quetiapine dibandingkan dengan haloperidol, dan perbaikan
yang lebih besar pada gejala positif dengan risperidone dibandingkan dengan quetiapine. Dalam
tabel 3. disajikan beberapa rekomendasi pengobatan pada FEP beserta dasar pembuktiannya .

Rekomendasi pengobatan pada psikosis episode pertama Jenis Level of


evidence

Rencana pengelolaan harus didiskusikan sepenuhnya dengan individu dan keluarga / pengasuh EBR II
mereka, jika memungkinkan. Manfaat dan risiko terapi obat harus dijelaskan dengan cara yang
persuasif..
Pengobatan harus digunakan dalam kombinasi dengan intervensi psikososial, termasuk strategi EBR II
untuk mendorong kepatuhan terhadap obat.
Pilihan obat antipsikotik harus didasarkan pada: EBR I
• preferensi pasien setelah risiko dan potensi manfaat telah dijelaskan,
• respons pasien tersebut sebelumnya terhadap obat (jika diketahui),
• respon klinis terhadap percobaan pengobatan yang memadai,
• tolerabilitas pasien,
• potensi efek samping jangka panjang.

Dosis antipsikotik efektif terendah harus digunakan untuk menetapkan penerimaan pengobatan dan EBR II
meminimalkan efek samping.
Berikan resep hanya satu obat antipsikotik pada satu waktu, kecuali jika terbukti dengan jelas bahwa EBR II
gejala orang tersebut resisten terhadap monoterapi.
Meresepkan antipsikotik dengan dosis yang memadai untuk mencegah kekambuhan, menekan gejala, EBR II
dan mengoptimalkan kesejahteraan subjektif pasien

Berikan durasi pengobatan yang memadai. Pantau pengobatan dan efek samping dengan tepat. EBR II
Pertimbangkan penggunaan obat antipsikotik injeksi jangka panjang jika: EBR II
• pasien lebih memilih obat suntik jangka panjang,
• kepatuhan buruk atau tidak pasti,
• Respon yang buruk terhadap pengobatan oral.
Pengobatan dengan clozapine harus dipertimbangkan sejak dini jika intervensi farmakologis yang EBR I
tepat tidak efektif.

Tabel 3. Rekomendasi pengobatan pada FEP beserta dasar pembuktiannya

Gangguan akut
Algoritma farmakoterapi untuk psikosis non-afektif episode pertama disediakan pada
Gambar 1. Gambar 2 memperlihatkan algoritma farmakoterapi untuk psikosis episode pertama
dengan gejala afektif.

73
Gambar 1: Farmakoterapi Psikosis Episode Pertama tanpa Gangguan Afektif

74
Gambar 2: Farmakoterapi Psikosis Episode Pertama dengan Gangguan Afektif

Antipsikotik Generasi Kedua (APG-II) oral harus diresepkan sebagai pengobatan lini
pertama dan kedua untuk orang dengan FEP. Pilihan APG-II tergantung pada berbagai faktor
seperti efek samping, tingkat tolerabilitas / penghentian dan hasil jangka panjang. Dosis awal
harus dimulai dari yang paling rendah. Jika respon lambat atau tidak lengkap, dosis dapat
dinaikkan perlahan dengan interval yang sesuai. Iritabilitas, insomnia dan agitasi dapat
75
ditatalaksana dengan benzodiazepin. Gejala lain seperti peningkatan suasana hati dan depresi
memerlukan pengobatan khusus dengan mood stabilizer dan antidepresan.
Antipsikotik membutuhkan waktu 10-14 hari untuk menunjukkan respons terapeutik,
meningkatkan dosis atau mengganti obat dengan cepat tidak akan mempersingkat proses ini dan
justru dapat meningkatkan efek samping dan ketidakpatuhan. Pasien yang naif terhadap
antipsikotik, pasien dengan metabolisme hati yang lambat atau gangguan intelektual, dan mereka
yang berusia di bawah 18 tahun paling berisiko mengalami efek samping akibat antipsikotik.
Skrining untuk mendeteksi adanya gangguan metabolisme harus dilakukan secara rutin pada
semua pasien pada FEP. Tabel 4. Menyajikan jenis-jenis obat antipsikotik beserta dosis yang
direkomendasikan.4

Obat Dosis mula- Dosis maksimum


mula direkomendasikan
Aripiprazole 10 mg 30 mg
Chlorpromazined 75–100 mg 800 mg
Clozapine 12.5 mg 900 mg
Haloperidol 0.5-1 mg 10 mg
Lurasidone 40 mg 160 mg
Olanzapine 5 mg 30 - 20 mg
Paliperidone (controlled-release) 3 mg 12 mg
Quetiapine 50 mg 800 mg
Risperidone 0.5–1 mg 6 mg
Trifluoperazined 2 mg 15–20 mg
Tabel 3. Jenis-jenis obat antipsikotik beserta dosis yang direkomendasikan

Durasi pengobatan
Meskipun rekomendasi mengenai lamanya pengobatan anti psikotik pada psikosis
episode pertama tetap tidak jelas, pedoman praktik terbaik merekomendasikan minimal 2 tahun.
Mengingat tingginya tingkat kekambuhan, kemungkinan sebagian besar pasien membutuhkan
pengobatan lanjutan hingga 3–5 tahun sejak pertama kali mengalami FEP. Menentukan pasien
mana yang dapat disapih dari pengobatan antipsikotik tetap merupakan ilmu yang tidak pasti dan
membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Efek samping dan polifarmasi


Efek samping pengobatan dapat diminimalkan dengan menggunakan strategi dosis
efektif minimum, memeriksa pasien yang kemungkinan memiliki metabolisme lambat dan
memantau gejala pasien. Polifarmasi harus diminimalkan sesuai dengan algoritme pengobatan:
76
terdapat kelangkaan bukti mengenai efikasi kombinasi antipsikotik dan alasan penggunaan
tersebut harus didokumentasikan dengan jelas. Studi menunjukkan bahwa kasus episode pertama
merespon dengan mudah terhadap dosis rendah obat, dan lebih sensitif terhadap efek samping
(terutama EPS) bahkan dengan penggunaan antipsikotik atipikal dosis endah sekalipun, pasien
yang mengalami efek samping yang signifikan harus mengganti / menghentikan antipsikotiknya
kecuali ada alasan yang kuat dan jelas untuk melawan hal ini.
Selain EPS efek samping umum dari atipikal, terutama olanzapine, dapat berupa
penambahan berat badan yang tidak diinginkan. Jadi, sementara banyak efek samping yang terkait
dengan pengobatan sebelumnya, seperti EPS, berkurang terhadap kepatuhan pasien,
kenyataannya adalah bahwa penambahan berat badan juga dapat membuat seseorang enggan
untuk meminum obat. Untuk efek samping, olanzapine dikaitkan dengan setidaknya satu
penggunaan obat untuk mengobati gejala ekstrapiramidal. Quetiapine dikaitkan dengan akatisia
yang lebih sedikit dibandingkan haloperidol, aripiprazole, risperidone, dan olanzapine.
haloperidol, dan olanzapine menyebabkan hiperprolaktinemia yang lebih minimal dibanding
risperidone, Tabel 8. Menyajikan obat obat antipsikotik yang tersedia di Indonesia beserta efeek
samping yang ditimbulkannya.6

77
DAFTAR PUSTAKA

1. Bhavsar V., McGuire P., Oliver D., Fusar,Poli P. (2017) Systematic Review and Meta-
Analysis of Mental Health Service Use in People who Report Psychotic Experiences. Early
Intervention in Psychiatry 2017 ;1– 11.
2. Orygen, The National Centre of Excellence in Youth Mental Health (2016) Australian
Clinical Guidelines for Early Psychosis, 2nd edition update. Early Psychosis Guidelines
Writing Group and EPPIC National Support Program. Melbourne.
3. Kalalo, RT.(2018) ‘Pentingnya Deteksi Dini Early Psychosis Pada Remaja’. Prosiding
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Psikiatri, Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 3-4 Februari 2018, pp 271-82. ISBN
978-602-14466-1-4
4. A Guide to Establishing Early Psychosis Services JANE EDWARDS BA (HONS), MA (CLIN
PSYCH) PHD, MAPS, International Standard Book Number-13: 978-1-4822-0744-6 (eBook
- PDF) No claim to original U.S. Government works Version Date: 20130401
5. Gomez-Revuelta M, et al. Antipsychotic treatment effectiveness in first episode of psychosis:
PAFIP 3-year follow-up randomized clinical trials comparing haloperidol, olanzapine,
risperidone, aripiprazole, quetiapine, and ziprasidone. International Journal of
Neuropsychopharmacology. 2020; 23(4):217-229
6. Anderson KK, Norman R, MacDougall A, et al. Effectiveness of early psychosis intervention:
comparison of service users and Nonusers in population- based health administrative data.
Am J Psychiatry 2018;175:443–52 11.
7. Aceituno D, Vera N, Prina AM, et al. Cost- Effectiveness of early intervention in psychosis:
systematic review. Br J Psychiatry 2019;215:388–9
8. Jean Addington, PhD, Kristin Cadenhead, MD, Tyrone Cannon, PhD, Jan. 5, 2017 Version
5.6.1 PRIME Research Clinic Yale School of Medicine New Haven, Connecticut USA.
9. Early Psychosis Guidelines Writing Group and EPPIC National Support Program,
Australian Clinical Guidelines for Early Psychosis, 2nd edition update, 2016, Orygen, The
National Centre of Excellence in Youth Mental Health, Melbourne

78

Anda mungkin juga menyukai