LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA YTT (F20.9)
SCHIZOPHRENIA FIRST EPISODE CURRENTLY IN ACUTE EPISODE (295.90)
REFERAT: Deteksi Dini dan Intervensi Psikosis Episode Pertama
Dibawakan oleh :
dr. Ardiansyah
(C065191002)
Pembimbing :
dr. Rinvil Renaldi, M.Kes.,Subsp.A.R Sp.KJ (K)
Penasihat Akademik :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan Laporan Kasus Anak dan Remaja
dengan judul Laporan Kasus: Skizofrenia Ytt (F20.9), Schizophrenia (295.90) First
Episode, Currently in Acute Episode. Referat : Deteksi Dini dan Intervensi Psikosis
Episode Pertama. Pada Konferensi Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin pada :
Hari : Senin
Tanggal : 20 M aret 2023
Jam : 12.00 Wita - Selesai
Tempat : Ruang Pertemuan RSKD Sulsel dan Via Zoom meeting
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ dr. Rinvil Renaldi, M.Kes.,Subsp.A.R Sp.KJ (K)
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
No. RM : 19.83.26
Tanggal Lahir/Umur : 02 November 2008/14 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Pernikahan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SMP (Kelas VIII)
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Kamala 2. No. 72.
Dibawa oleh keluarga untuk Pertama kali ke IGD RSKD Dadi Sulawesi selatan pada
tanggal 08 Desember 2022 pukul 11.00 WITA kemudian dirawat inap di bangsal
Kenanga pada tanggal 12 Desember 2022 pukul 7.30 WITA. Dilakukan autoanamnesis
pada tanggal 14 Desember 2022.
3
A. Keluhan Utama
Gelisah
Pada massa ini pasien diasuh kedua orang tuanya. Pasien masuk SD usia 7
tahun di SDN 2 Enrekang, saat awal bersekolah, pasien dihadapkan dengan teman-
teman dan lingkungan yang baru tidak menemui banyak kesulitan dalam
beradaptasi. Kelas 1 hingga selesai SD pasien dapat mengikuti pelajaran sekolah
dengan baik selalu dapat 5 besar dan beberapa kali dapat rangkin 2 atau 3. Pasien
juga selama Pendidikan sekolah termasuk anak yang cerdas dan menonjol di
kelasnya.
Pasien merupakan anak yang aktif, mudah bergaul, dan ceria. Teman-teman
sekitar rumahnya sering datang bermain di rumah pasien. Pada akhir sekolah kelas
6 SD pasien mengertahui orang tuanya bercerai, pasien saat itu merasa sedih, kadang
menangis. Pasien tetap bersekolah seperti biasa.
8
5. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 13-18 tahun)
Pada masa ini pasien diasuh oleh ayahnya. Pasien pindah dari Erenkang ke
Makassar bersama ayah dan saudaranya. Setelah menyelesaikan pendidikan SD
pasien mengalami gangguan jiwa pasien sering gelisah dan sempat membaik.
Awalnya pasien tidak di izinkan untuk melanjutkan sekolah oleh ayahnya dengan
alasan pasien takut gelisah kembali. Namun pasien mendaftar sendiri ke SMP
Yapend Bungaya Makassar. Selama pendidikan SMP, pasien dapat mengikuti
kegiatan sekolah sehari-hari dan pembelajaran. Namun beberapa bulan di sekolah
pasien mulai berprilaku aneh, ditegur oleh gurunya pasien berkata kasar, pasien
sempat beberapa kali cuti disekolah karena penyakitnya. Keluhan pasien membaik
pasien melanjutkan kembali sekolah sampai selesai kelas 1 SMP. Pada masa ini
pasien juga mendengar kabar ibunya menikah kembali. Sejak saat itu pasien sering
sedih dan menangis. Pasien juga pada masa ini lebih banyak di rumah.
E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak keenam dari 7 bersaudara (♀,♂,♂,♀,♂,♀,♂). Ayah pasien
pebekerja keras dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Ayah pasien adalah sosok
ayah yang baik, tidak keras mendidik anak-anaknya dan memberi kebebasan untuk
bereksplorasi dengan lingkungannya. Ibu pasien adalah sosok yang cukup tegas
mendidik anak-anaknya dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, bermain dan
waktu tidur. Sebelum orang tua pasien bercerai pasien tinggal di Enrekang bersama
saudaranya. Pada tahun 2019 orang tua pasien bercerai. Pasien dan saudaranya
pulang ke Makassar, numpang tinggal dirumah orang tua ayahnya. Ibu pasien
menikah lagi tahun 2022. Riwayat keluarga tidak ada mengalami gangguan jiwa
seperti pasien.
GENOGRAM
9
Keterangan :
: Anggota keluarga laki-laki
: Anggota keluarga perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
: Bercerai
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ayah, nenek, saudara kandungnya kedua,
ketiga, keempat, kakak ipar, keponakan dirumah neneknya. Kebutuhan kehidupan
sehari-hari dan sekolah ditanggung oleh ayahnya sebagai ojek online dan di bantu
oleh saudara pertama, kedua dan ke empat. Hubungan pasien dengan keluarga saat
ini baik. Saudara pasien sudah menikah 2 orang, satu tinggal dengan suaminya. Satu
saudara kandungan nya tinggal sama ibunya.
Kamar 1
Kamar 2
Tangga
Ruang tengah
Teras Rumah
10
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS (19 Januari 2023)
A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran composmentis, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 72 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, suhu
tubuh 36,5°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru,
dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan.
B. Status Neurologi
Kesadaran composmentis (GCS E4M6V5), Gejala rangsang selaput otak: kaku
kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks
cahaya (+)/(+), fungsi motorik pada ekstremitas baik dan tidak terdapat tremor,
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
Nn. Cranialis : Pupil bundar isokor Ø 2,5 mm / 2,5 mm. Refleks cahaya
Motorik :
P N N K 5 5 T N N
N N 5 5 N N
Sensorik : Normal
Otonom : BAB normal, BAK lancar
12
dicontohkan dan mengerti maknanya.
- Tes Intelegensi Umum (SPM Raven Test) Pada 07 Febuari 2023, pasien
diminta untuk mengerjakan Standard Progessive Metrices dari Raven.
Dari 60 soal, pasien benar 41, didapatkan nilai persentil 97-109, pasien
masuk kategori normal/biasa)
3. Orientasi:
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
4. Gangguan Persepsi :
- Halusinasi visual: Pasien sering melihat sosok bayangan tidak jelas
- Halusinasi Auditorik: Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara
bisikan memanggil namanya (uppi)
- Ilusi : Tidak ada
- Depersonalisasi : Tidak ada
- Derealisasi : Tidak ada
5. Mekanisme coping : Mekanisme defens yang digunakan sebelum sakit
adalah represi.
6. Integrasi Neuromuskular : Koordinasi motorik kasar baik, yaitu pasien dapat
duduk, dan berjalan dengan baik. Koordinasi motorik halus juga terbentuk
dengan baik, pasien dapat memegang pulpen, menulis dan menggambar
dengan baik.
7. Proses pikir dan Verbalisasi arus pikir :
- Produktifitas : cukup
- Kontinuitas : relevan, koheren.
- Hendaya berbahasa : verbigerasi ( selalu mengucapkan “iye”)
- Isi pikir : Tidak ada
8. Wishes dan Cita cita
Harapan pasien adalah agar bisa sembuh dan bisa beraktifitas seperti biasa
serta bisa melanjutkan sekolahnya. Pasien mempunyai cita cita menjadi
dokter, tukang salon, penyanyi dangdut.
- Keinginan pasien ingin ayah dan ibunya kembali rujuk.
13
9. Superego
Ego ideal dan daya nilai pasien terbentuk dengan cukup baik, pasien dapat
menempatkan dirinya dalam situasi yang dihadapinya Pasien yang pada
dasarnya pendiam tidak pernah berbuat masalah di sekolah. Ego ideal pasien
yang selama ini ingin giat belajar dengan sebaik-baiknya dan tidak ingin putus
sekolah. Pasien belum mengembangkan mekanisme defans yang cukup matur
untuk memperbaikinya.
10. Konsep Diri
Saat ini, konsep diri pasien cenderung negatif. Pasien kurang mampu
menggambarkan kondisi diri dan emosinya. Pasien memiliki keinginan yang
tidak bisa diungkapkan sehingga akhirnya tidak lagi merasakan apa pun.
11. Pemahaman Masalah
Pasien saat ini mampu untuk memahami instruksi yang diberikan padanya
dan mampu mengikuti instruksi tersebut dan serta menyelesaikan instruksi
tersebut dengan baik. Pasien menyadari dirinya sakit secara fisik namun
kaitannya dengan proses mental-emosional yang dirasakan disaat ada
perasaan tidak nyaman belum dipahami sepenuhnya. Pasien belum dapat
memahami dan menilai berat ringannya masalah yang dihadapinya.
12. Daya Ingat :
- Jangka Panjang : Baik
- Jangka Sedang : Baik
- Jangka Pendek : Baik
- Jangka Segera : Baik
- Konsentrasi dan Perhatian : Kurang baik
- Pikiran Abstrak : Terganggu
- Bakat Kreatif : Tidak ada
- Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Kurang
13. Daya Nilai dan Tilikan :
- Norma Sosial : Baik
- Uji daya nilai : Baik
- Penilaian Realitas : Terganggu
- Tilikan : Pasien sadar bahwa penyakitnya
disebabkan sesuatu yang tidak diketahui dari dalam dirinya (Tilikan 4)
14. Taraf dapat dipercaya : Pasien dapat dipercaya.
14
C. Pemeriksaan Psikometri (31 Januari 2023)
1. Skor PANSS: Gejala positif 21, Gejala negative 25, Psikopatologi umum
35.Total 81.
2. Abbreviated Conners Rating Scale : 7 (Tidak mengalami hiperaktif).
3. Abberant Behavior Checklist Irritability (ABC-I): 21 (Dapat diberikan
antipsikotik)
4. Skrining Depresi dengan Berriga House Depression Screening Questionare):
(Tidak Depresi anak/remaja)
5. Pedicatric Symptom Checklist-PSC 17:
- S PSC-17 –I: 6 (≥5)
- PSC-17 –A: 9 (≥7)
- PSC-17 –E: 4 Total : 19 (kemungkinan gangguan perilaku)
6. Hasil Tes MMPI-Anak (7 Febuari 2023)
Kesimpulan : Tidak dapat di analisis dan di interpretasi.
7. House -Tree Person (7 Febuari 2023)
Interpretasi
Kesan Umum Secara umum gambar tidak proporsional
Rumah Rumah menggambarkan kehidupan sosial terutama pola
kontak/interaksi interpersonal pasien dengan orang rumah.
Pasien menggambar rumah dengan 1 pintu, 1 jendela 4 kotak
yang tertutup, yaitu tidak ada keinginan untuk berelasi dan
berinteraksi dengan orang lain dan ada 1 pintu yang tertutup
meng gambarkan penarikan diri dari dunia luar hal ini
menunjukkan ambivalensi terhadap oarng lain, disatu sisi
pasien ingin terhubung dengan dunia luar disisi lain pasien
15
dilarang bergaul dengan linkungan sekitar. Menunjukkan
kontak dalam hubungan interpersonal pasien dimana pasien
jauh dari sosok ibunya
Pohon Pasien menggambar pohon dengan proporsi ukuran tinggi pohon
lebih kecil dari rumah. Menunjukkan ada perbedaan kedekatan
antara ayah dan ibunya sehingga pasien lebih dekat dengan ibu
dari pada ayahnya
Orang Pasien menggambar sosok saudara perempuannya yang tidak
utuh (tidak terdapat rambut maupun beberapa organ seperti
telinga, mata, mulut. Menunjukkan bahwa pasien memiliki rasa
percaya diri yang kurang
V. FORMULASI PSIKODINAMIKA
Seorang anak perempuan umur 14 tahun merupakan anak kelima dari enam
bersaudara di dalam keluarga yang cukup harmonis. Menurut teori psikososial Erik
Erikson, salah satu kondisi yang berpengaruh dalam perkembangan adalah
interaksi individu dengan sekitarnya dan dengan “orang-orang yang bermakna”
disamping konstitusi biologi yang dimiliki individu. Keberhasilan untuk
menyelesaikan suatu krisis dalam fase tertentu merupakan persyaratan untuk dapat
berfungsi optimal dalam fase berikutnya.
Di fase kehidupan pasien, pada fase basic trust vs mistrust satu tahun pertama
kehidupan pasien, pasien dapat mencapai basic of trust dimana pasien didampingi
ibunya yang dapat selalu menyediakan kebutuhan pasien. Pada fase Autonomy vs.
Shame and Doubt, pasien diberikan kebebasan dalam bereksplorasi sehingga
terbentuk autonomy. Pada fase Initiative vs. Guilt, pasien melaluinya dengan baik,
Virtue purpose pada fase ini didapatkan oleh pasien, terbukti dari kemampuan
pasien untuk berteman, memulai untuk menyapa teman-temannya dan mengikuti
kegiatan di lingkungan rumahnya dengan baik tanpa bantuan orang tuanya.
Kemudian pasien memasuki bangku sekolah dan dihadapkan pada pengaruh-
pengaruh sosial yang baru. Pada awalnya pasien menjalani fase awal Industry vs.
Inferiority dengan baik, selalu mendapat peringkat disekolahnya dan disenangi oleh
teman di sekolahnya yang membuat Self Image pada pasien baik, sehingga
competence yang merupakan basic virtue pada tahap ini berkembang.
16
Di usia pasien yang ke 12, dalam fase identity vs role confusion. Pada dalam
fase ini selama masa remaja, transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa adalah yang
paling penting. Anak-anak menjadi lebih mandiri, dan mulai melihat masa depan
dalam hal karir, hubungan, keluarga, tempat tinggal. Pada fase ini pasien pindah
rumah ke lingkungan yang berbeda dan berpisah dengan ibunya dan tidak memiliki
teman sehingga pasien yang saat itu berada confusion kesulitan dalam hubungan
sosial. Kehilangan tersebut juga menjadi dasar terjadinya gangguan jiwa pada
pasien.
18
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik
Non Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi auditorik yang terus-
menerus dan tiap hari didengar oleh pasien,, serta ada gejala negatif seperti respon
emosional yang menumpul, penurunan interaksi sosial, lebih banyak menyendiri
dan tidak memedulikan sekitar (apatis). Penurutnan produktivitas bicara, tidak
menyahut saat ditanya (alogia). Serta memalingkan wajahnya saat diajak
komunikasi, tidak ada keinginan melakukan apa pun (avolisi) dimana pasien bisa
mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak mau
mandi dan tidak mau makan. Dimana perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan
sehingga menurut PPDGJ III pasien memenuhi kriteria 2 gejala diagnosis
Skizofrenia (F20) dan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Five Edition (DSM V) diagnosis diarahkan pada Schizophrenia
(295.90). Manifestasi pertama dari gangguan tersebut memenuhi kriteria diagnosis
dan kriteria waktu yang menentukan yaitu setelah satu tahun sehingga didiagnosa
Schizophrenia First Episode, currently in Acute Episode (295.90)
Pada pasien ini, gejala yang ditemukan belum dapat digolongkan ke dalam
skizofrenia paranoid, skizofrenia herbefrenik, skizofrenia katatonik, dan skizofrenia
residual, sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III) diagnosis diarahkan pada Skizofrenia YTT (F20.9).
Diagnosis banding dengan :
- Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
Aksis II
Tahap perkembangan pasien belum memungkinkan untuk menentukan jenis
kepribadian pasien saat ini. Menurut informasi dari keluarga pasien dikenal sebagai
anak yang rajin belajar, ceria, baik. Sehingga tidak dapat diarahkan pada ciri
kepribadian tertentu. Mekanisme defense yang digunakan yaitu represi.
Aksis III
Tidak ada
Aksis IV
Stressor psikososial : P r i ma r y s u p p o r t gr u p ( Perpisahan orang tua)
19
Aksis V
GAF Scale saat ini: 60 – 51: gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
GAF Scale 1 tahun terakhir: 50-41 (gejala berat disabilitas berat)
VIII. DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Ditemukan kelainan fisik yang bermakna dan ketidakseimbangan neurotransmitter
maka pasien memerlukan psikofarmakoterapi.
Psikologik
Terdapat kelainan terkait psikologis berupa gelisah, mondar-mandir, sulit tidur
sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pendidikan, dan penggunaan
waktu senggang perlu dilakukan sosioterapi.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia
Faktor yang mendukung prognosis:
Pasien disiplin dan teratur minum obat
Ketersediaan jaminan kesehatan (BPJS)
Keluarga yang mendukung pengobatan pasien
Motivasi yang besar dari pasien untuk sembuh
Menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan
Faktor yang memperburuk prognosis:
Stressor yang masih berlangsung
Umur pasien yang masih muda.
X. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmakoterapi
Stelosi 5 mg / ½ tab /12 jam/oral
Clobazam 10 mg / ½ tab/ 24 jam/oral/ malam
Trihexyphenidil 2 mg/ 8 jam / oral
20
2. Non Psikofarmakoterapi
Psikoterapi suportif
Memberikan Psikoterapi Supportif ; Ventilasi, Persuasif dan Reassurance;
untuk memperkuat fungsi ego pasien
Psikoedukasi keluarga :
Memberikan pemahaman kepada keluarga terkait gangguan yang dialami
anaknya saat ini, memberi pemahaman tentang pentingnya minum obat teratur
dan perlu kesabaran dalam menjalani pengobatan agar tidak terjadi putus obat.
mememahami dan menerima kondisi anak, memberikan stimulasi juga
menciptakan lingkungan yang kondusif dan menanamkan norma-norma sosial
pada anak.
XI. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai
efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
Tanggal Tempat Perjalalanan Penyakit Penatalaksanaan
16-01-2023 Poli RSKD S: Pasien sedikit gelisah. Selalu Psikofarmakoterapi :
Pkl. 11.05 ingin pergi dari ruangan. Pasien o Stelosi 5 mg / ½ tab
juga masih tremor, jalan seperti /12 jam/oral
robot sudah berkurang. Pasien o Clobazam 10mg / ½
saat di tanya hanya diam. tab /24 jam/oral/
Menurut ayahnya setelah pulang malam
dari rumah sakit pasien sempat o Trihexyphenidil 2
mondar-mandir selalu main di mg / 1 tab /8
atap rumah dan memotong jam/oral
rambutnya. Pasien juga selalu o Psikoterapi suportif
mengulang kata-kata. Sulit tidur, o Psikoedukasi
makan cukup. Di kasih obat 1 keluarga
minggu. ESRS:
O: Parkinson:
Gerakan-gerakan
Penampilan : Seorang
ekspresif otomatis :
perempuan, usia 14 tahun, wajah 3
Bradikinesia: 2
kesan sesuai usia, perawakaan
Rigiditas: 1
sedang, memakai baju kaos Gaya berjalan dan
lengan panjang, celana jeans , postur tubuh : 3
Tremor: 6
21
memakai jilbab, perawatan diri Akatisia: 4
cukup baik Sialorhoe: 1
Distonia akut:
Kontak mata ada dan verbal ada Tidak ada.
Psikomotor: Sedikit gelisah Diskinetik:
Tidak ada
Mood : sulit dinilai
Afek: Tumpul
Verbalisasi: Sulit di nilai
Gangguan persepsi: Observasi
Arus pikir : sulit dinilai
Gangguan isi pikir : observasi
A: Skizofrenia Ytt
(F20.9)+Parkinsonisme
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
2 24-01-2022 Poli RSKD S: Pasien cukup tenang. Saat di Psikofarmakoterapi:
Pkl. 11.30 tanya-tanya pasien menjawab o Stelosi 5 mg / ½ tab
beberapa menit, kemudian pasien /12 jam/oral
tiba-tiba selalu mengucapkan o Clobazam 10 mg /
‘ada hp rusak ta’ selama dipoli. ½ tab /12 jam/oral/
Menurut ayahnya pasien baru malam
kemaren mengucapkan kata-kata o Trihexyphenidil 2
tersebut dan juga sempat mg / 1 tab /8
mengirim semua orang yang ada jam/oral
di kontak hp ayahnya. Selama 1 o Psikoterapi suportif
minggu ini sudah banyak o Psikoedukasi
perubahan, pasien lebih tenang, keluarga
jarang mondar-mandir, pasien
sudah dapat diajak bicara dan
bermain sama saudaranya
dirumah. Tidur pasien baik,
makan baik. Keluhan tremor
sudah berkurang, jalan sudah
tidak seperti robot. Dikasih obat 1
bulan.
O:
Penampilan : Seorang
22
perempuan, usia 14 tahun, wajah
kesan sesuai usia, perawakaan
sedang, memakai baju kaos
lengan panjang, celana jeans ,
memakai jilbab, perawatan diri
cukup baik
Kontak mata ada dan verbal ada
Psikomotor: cukup tenang
Mood : sulit dinilai
Afek: Tumpul
Verbalisasi: Spontan, lambat,
intonasi biasa.
Gangguan persepsi: Observasi
Arus pikir : sulit dinilai,
verbigerasi.
Gangguan isi pikir : observasi
A: Skizofrenia Ytt (F20.9)
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
31-01-2023 Home visit S: Pasien tenang. Awalnya pasien Psikofarmakoterapi:
Pkl. 10.30 Cukup koperatif saat di o Stelosi 5 mg / ½ tab
wawancara. Pasien tiba-tiba tidak /12 jam/oral
mau bicara lagi. Pasien kadang o Clobazam 10 mg /
mendengar suara-suara yang ½ tab /12 jam/oral
memanggilnya nama nya uppi o Trihexyphenidil 2
.Menurut ayahnya pasien sudah mg / 1 tab /8
ada perubahan, sudah jarang jam/oral
gelisah dan komunikasi o Psikoterapi suportif
membaik, aktivitas sehari -hari o Psikoedukasi
main hp atau main sama keluarga
keponakannya. Tidur sudah
membaik.
O:
Penampilan: Seorang perempuan,
usia 14 tahun, wajah kesan sesuai
usia,perawakaansedang,memakai
23
baju kaos, celana tidur, memakai
jilbab, perawatan diri cukup baik
Kontak mata ada dan verbal ada
Psikomotor: cukup tenang
Mood : sulit dinilai
Afek: terbatas
Verbalisasi:spontan,lancar,
intonasi biasa.
Gangguan persepsi: Halusinasi
Auditorik (mendengar suara-
suara memanggil namanya
(uppi)
Arus pikir: cukup relevan, kadang
kesan blocking
Gangguan isi pikir : observasi
A: Skizofrenia Ytt (F20.9)
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
7-02-2023 Home visit S: Pasien tenang, koperatif saat di Psikofarmakoterapi:
Pkl. 07.05 wawancara. Pasien sempat 3 hari o Stelosi 5 mg / ½ tab
yang lalu memotong rambutnya /12 jam/oral
kembali, alasan pasien karena o Clobazam 10 mg /
ingin jadi tukang salon sambil ½ tab /24 jam/oral
tersenyum. Pasien juga sudah o Trihexyphenidil 2
tidak pernah lagi mendengar mg / 1 tab /8
suara-suara bisikan memanggil jam/oral
namanya. Pasien juga sudah o Psikoterapi suportif
bermain di luar rumah sama o Psikoedukasi
teman-temannya. Pasien selalu keluarga
mengerakan kedua kakinya saat ESRS:
berdiri dan duduk. Kadang Parkinson:
merasa kaku di tangan. Menurut Gerakan-gerakan
ekspresif otomatis :
ayahnya pasien sudah banyak
1
perubahan, sudah tidak gelisah Bradikinesia: 1
dan tidak bicara berulang dan Rigiditas: 0
tidur baik. Gaya berjalan dan
postur tubuh : 0
24
O: Tremor: 2
Penampilan:Seorang perempuan, Akatisia: 4
Sialorhoe: 0
usia 14 tahun, wajah kesan sesuai
Distonia torsi akut:
usia,perawakaansedang,memakai Tidak ada.
baju kaos, celana training, Diskinetik:
memakai topi, perawatan diri Tidak ada
Barnes Akathisia
cukup baik
Rating Scale (BARS):
Kontak mata ada dan verbal ada Objective: 1
Psikomotor: cukup tenang Subjective: 2
Mood : sulit dinilai Distress related to
restlessness: 0
Afek: terbatas Skor : 3
Verbalisasi:spontan,lancar, Global Clinical
intonasi biasa. Assessment of
Akathisia: 2 Mild
Gangguan persepsi: tidak ada
akathisia
Arus pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir : observasi
A: Skizofrenia Ytt (F20.9)+
Akatisia.
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
26-2-2023 RSKD Dadi S: Pasien tenang, koperatif saat di Psikofarmakoterapi:
wawancara. Pasien menjawab o Risperidon 2 mg / ½
dan tidak ada lagi mengulang tab /12 jam/oral
kata-kata yang sama. Tidak ada o Clobazam 10 mg /
keluhan Sudah tidak mendengar ¼ tab /24
suara-suara bisikan., tidur baik, jam/oral/malam
makan baik. Pasien juga tidak o Trihexyphenidil 2
kaku lagi, dan merasa lebih baik. mg / ½ tab /12
Pasien sehari-hari bermain jam/oral
dengan teman-temannya di o Psikoterapi suportif
lingkungan sekitar rumahnya. o Psikoedukasi
Menurut ayah pasien kadang keluarga
masih bingung. Selama Skor PANSS:
pengobatan banyak perubahan. P:12,N: 14,G: 21.
Diberikan obat 1 bulan. Total 46.
O:
25
Penampilan:Seorang perempuan,
usia 14 tahun, wajah kesan sesuai ESRS:
usia,perawakan sedang, memakai Parkinson:
jaket celana jens perawakaan
Gerakan-gerakan
sedang, perawatan diri cukup
ekspresif otomatis :
baik
2
Kontak mata ada dan verbal tidak
Bradikinesia: 0
ada
Rigiditas: 0
Psikomotor: tenang
Gaya berjalan dan
Mood : sulit dinilai
postur tubuh : 1
Afek: terbatas
Tremor: 0
Verbalisasi:spontan,lancar,
Akatisia: 0
intonasi biasa.
Sialorhoe: 0
Gangguan persepsi: tidak ada
Distonia akut:
Arus pikir : cukup relevan
Tidak ada.
Gangguan isi pikir : tidak ada
A: Skizofrenia Ytt (F20.9) Diskinetik:
(F20.1)
110-03-2023 Video Call S: Pasien tenang, koperatif saat di Psikofarmakoterapi:
tanya-tanya. Pasien sekali-kali o Risperidon 2 mg / ½
sulit tidur, bila susah tidur pasien tab /12 jam/oral
meminta obat clobazam ke o Clobazam 10 mg /
ayahnya. Pasien sehari -hari main ¼ tab /24. Prn
dengan teman-temanya disekitar jam/oral/malam
rumah. Menurut ayahnya sejak di o Trihexyphenidil 2
ganti obat nya pasien tampak mg / ½ tab /12
tidak bingung lagi dan tampak jam/oral
lebih baik. Pasien sudah kembali o Psikoterapi suportif
melakukan kegiatan sebelumnya o Psikoedukasi
seperti mengaji. keluarga
O:
Penampilan: Seorang perempuan,
usia 14 tahun, wajah kesan sesuai
usia, perawakan baik, memakai
26
baju kaos, celana training
perawakaan sedang, perawatan
diri baik
Kontak mata ada dan verbal ada
Psikomotor: tenang
Mood : sulit dinilai
Afek: terbatas
Verbalisasi:spontan,lancar,
intonasi biasa.
Gangguan persepsi: tidak ada
Arus pikir : Relevan, koheren
Gangguan isi pikir : tidak ada
A: Skizofrenia Ytt (F20.9)
DD/ Skizofrenia Hebifrenik
(F20.1)
XI. DISKUSI
Skizofrenia pada anak ini dibagi menjadi 2. Skizofrenia yang muncul di bawah
umur 13 tahun disebut Very Early Onset Schizophrenia (VEOS) dan yang muncul di
atas umur 13 tahun di sebebut Early Onset Schizophrenia. Skizofrenia biasanya mulai
muncul setelah usia 13 tahun. Bentuk penyakit yang langka Very Early Onset
Schizophrenia (VEOS), perkiraan prevalensi 1 per 10.000 populasi mempengaruhi
anak-anak yang lebih muda lebih dari 13 tahun. Very Early Onset Schizophrenia
(VEOS) dikaitkan dengan kerentanan keluarga yang lebih besar dan prognosis yang
lebih buruk. Kebanyakan anak yang menderita VEOS tampaknya memiliki gejala
lebih parah dan awal timbulnya kesulitan premorbid. Ada tahap prodromal di VEOS,
tetapi heterogen dan dapat dimulai bertahun-tahun sebelum diagnosis dibuat.
Prodromal ke arah VEOS dapat ditandai dengan penundaan onset baru (50% kasus),
keterlambatan bicara (50% kasus), kelainan bahasa, dan social kelainan (87% kasus)
dari penyebab yang tidak diketahui. Usia rata-rata timbulnya penyakit yang
diidentifikasi secara retrospektif adalah usia 6,9 tahun. Namun, diagnosis dibuat rata-
rata pada 9,5 tahun.
VEOS lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Fase prodromal pada anak usia
dini termasuk kemunduran dalam kinerja sekolah, penarikan sosial, perilaku tidak
teratur atau tidak biasa, penurunan kemampuan untuk melakukan kegiatan rutin,
27
miskin, perhatian pada perawatan diri dan kebersihan, dan terkadang perubahan
perilaku yang ditandai oleh agresi atau permusuhan. Dalam VEOS, gejala psikotik
bermanifestasi terutama sebagai halusinasi pendengaran (80% -100% kasus),
sedangkan kelainan persepsi lainnya kurang umum. Delusi kurang kompleks dan
cenderung tema masa kecil, seperti monster atau "orang jahat," meskipun delusi
agama, somatik, dan muluk-muluk dapat terjadi.
Skizofrenia pada anak terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan
prestasi di sekolah dan juga menimbulkan masalah perilaku dalam kehidupan sosial.
Semakin awal terjadinya skizofrenia, maka prognosis semakin buruk. Gejala awal
yang sering tidak terlihat dan perkembangan gejala yang bertahap mengakibatkan
sangat sulit untuk menegakkan diagnosa skizofrenia pada anak. Kesulitan
menegakkan diagnosis ini juga diakibatkan karena anak sering tidak dapat
menceritakan gangguan yang dialaminya pada orang lain, sehingga sering dianggap
sebagai gangguan perkembangan perilaku.
Pada kasus ini, skizofrenia yang dialami pasien adalah Early Onset
Schizophrenia melihat usia pasien 14 tahun.
Seseorang yang memiliki kerentanan spesifik (diatesis) dan diaktifkan oleh
sebuah stress memungkinkan berkembangnya gangguan psikotik. Stresor
kemungkinan bersifat biologis, lingkungan, atau keduanya. Individu akan mengalami
gangguan psikotik saat mereka menghadapi stres yang tidak mampu mereka
hadapi,seperti trauma ekstrim, konflik interpersonal, masalah pernikahan, kehilangan
orang yang dicintai, atau kehilangan pendapatan dan tabungan. Ketika individu dapat
menghadapi stres terhadap trauma yang dihadapi,gangguan psikotik mungkin tidak
pernah dialami.Semakin besar kerentanan seseorang, maka stressor sekecil apapun
dapat menyebabkan gangguan psikotik. Semakin kecil kerentanan seseorang, maka
butuh stressor yang besar pula untuk menderita gangguan psikotik. Berdasarkan teori
ini, baik stressor maupun kerentanan dapat berupa biologis, lingkungan, atau
keduanya. Beberapa pasien psikotik berasal dari keluarga dengan disfungsi. Perilaku
keluarga yang patologis secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus
dihadapi oleh pasien psikotik.
Menurut DSM-5, diagnosis skizofrenia anak ditegakkan apabila terdapat 2 atau
lebih gejala berikut yang perlangsungannya 1 bulan: waham, halusinasi, disornanized
speech, grossly disorganized or catattonia behavior, dan negative symptoms.
28
1. Halusinasi
Merupakan suatu persepsi tanpa adanya objek. Pada orang dewasa, umumnya
auditorik. 17 % anak usia 9-12 tahun dan 7,5 % remaja mengalami persepsi suara
tanpa objek. Penelitian mengarahkan halusinasi visual dapat lebih umum terjadi
pada anak, namun belum dapat disimpulkan. Penting untuk membedakan dengan
ilusi dan fantasi. Tanyakan sumber, lokasi, kejelasan, sebab, jumlah, identitas
(“suara siapa?”), subjek (“Apakah mereka membicarakanmu?”), dan efek pada
pasien (“Bagaimana perasaanmu setelahnya?”).
2. Waham
Merupakan keyakinan yang salah, tidak sesuai atau tidak dapat dibuktikan dengan
tingkat pendidikan dan budaya setempat. Pada anak umumnya persekutorik :
mengeluhkan diikuti, diawasi, atau diganggu. Dapat pula berupa ketakutan akan
diculik oleh keluarga atau mengalami perubahan dalam diri. Bedakan dengan ide
atau pada anak, seringkali fantasi. Tanyakan sudah berapa lama, apa yang
dilakukan pasien, apa maknanya bagi pasien, dan apakah itu sesuai mood atau
mood-congruent (misal anak yang depresi yakin dirinya dihukum)
3. Disorganized Speech
Seringkali berupa asosiasi longgar. Pada anak seringkali ditemukan pikiran tidak
logis juga dapat dikatakan disorganized speech. Sulit diidentifikasi pada anak usia
sangat muda atau dengan gangguan komunikasi. Mungkin dapat dideteksi dengan
meminta pasien bercerita
4. Disorganized Behavior
Semua perilaku tanpa tujuan (misal: gerakan tangan tanpa tujuan) dapat
mengindikasikan psikotik, juga perilaku yang sangat tidak sesuai dengan situasi
(misal: BAB sembarangan). Perhatikan pula bila anak tidur sembarangan. Pada
anak penting untuk evaluasi adanya disabilitas intelektual. Penekanan pada adanya
deterioration dari kondisi “normal” sebelumnya. Contoh: katatonia (Catalepsy,
Echopraxia, Exaggerated compliance, Posturing, Waxy flexibility)
5. Gejala Negatif
Ketiadaan aspek-aspek perilaku interaktif; kemunculannya menandakan bahwa
sesuatu telah diambil pergi. Termasuk afek menumpul atau mendatar, avolisi,
berkurangnya produksi bicara hingga mutisme.
29
Penegakan diagnosis: minimal 2 dari gejala di atas, salah satunya gejala 1-3
selama minimal 1 bulan, terdapat penurunan fungsi kehidupan, telah mengalami
gangguan selama minimal 6 bulan (termasuk fase prodromal).
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi
auditorik yang terus-menerus dan tiap hari didengar oleh pasien,, afek tumpul, serta
ada gejala negatif seperti penurunan interaksi sosial, lebih banyak menyendiri dan
tidak memedulikan sekitar (apatis). Penurutnan produktivitas bicara, tidak menyahut
saat ditanya (alogia). serta memalingkan wajahnya saat diajak komunikasi, tidak ada
keinginan melakukan apa pun (avolisi) dimana pasien bisa mengerjakan tugas-tugas
sekolahnya dan tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak mau mandi dan tidak mau
makan. Dimana perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan sehingga menurut PPDGJ III
pasien memenuhi kriteria 2 gejala diagnosis Skizofrenia (F20). Pada pasien ini,
gejala yang ditemukan belum dapat digolongkan ke dalam skizofrenia paranoid,
skizofrenia herbefrenik, skizofrenia katatonik, dan skizofrenia residual, sehingga
berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
diagnosis diarahkan pada Skizofrenia YTT (F20.9).
Manifestasi pertama dari gangguan tersebut memenuhi kriteria diagnosis dan
kriteria waktu yang menentukan yaitu setelah satu tahun sehingga didiagnosa
Schizophrenia (295.90) First Episode, currently in Acute Episode.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa farmakoterapi dan non farmakoterapi
(intervensi psikososial). Pemberian antipsikotik berupa trifluoperazine.
Trifluoperazine merupakan derivat phenothiazine dan secara kimia berkaitan dengan
chlorpromazine. Obat ini menyebabkan blokade pascasinaps reseptor dopamin D1
dan D2 di otak pada mesolimbik, mesokortikal, dan striatum. Obat ini efektif pada
pasien dengan gangguan skizofrenia yang menarik diri dari lingkungan dan apatis
serta pada pasien dengan delusi dan halusinasi (Goodman and Gilman, 2008). Anak-
anak 6-12 tahun: dosis awal 2 mg, diminum 1 kali sehari. Dosis lanjutan 1-15 mg
sehari. Pada anak usia lebih 12 tahun dosis awal 2-5 mg dua kali sehari. Dosis
lanjutan dapat di berikan 15-20 mg. Efek samping yang sering muncul
mengantuk, pusing, gemetar, gejala ekstrapiramidal, parkinsonisme, distonia akut,
diskinesia, meringis wajah, opisthotonos, penggunaan jangka panjang menimbulkan
tardike dyskinesia. Golongan benzodiazepine yaitu clobazam. Clobazam merupakan
golongan benzodiazepin yang bekerja sebagai Gamma Amino Butyric Acid (GABA)
yang menghambat transmisi neuron. GABA juga dapat berperan sebagai anti anxietas
30
sehingga dapat menurunkan kecemasan pada pasien schizophrenia. Clobazam
merupakan benzodiazepin potensi rendah dengan waktu paruh intermediet, lebih
panjang dari alprazolam namun lebih pendek dari diazepam. Keuntungannya yaitu
jarang menimbulkan efek ngantuk dengan dosis kecil, dan tidak menimbulkan
potensiasi. Obat anti kolinergik berupa trihexyphenidyl bekerja melalui efek inhibisi
terhadap sistem saraf parasimpatis. Trihexyphenidyl merupakan antagonis reseptor
muskarinik kompetitif, dengan mekanisme aksi memblok reseptor muskarinik M1.
Pemberian obat trihexyphenidyl tidak perlu diberikan secara rutin atau tujuan
pencegahan efek ekstrapiramidal. Selain farmakoterapi, dilakukan juga tatalaksana
nonfarmakoterapi berupa intervensi psikososial antara lain :
a. Psikoterapi yang dilakukan meliputi Psikoterapi Suportif. Psikoterapi Suportif
bertujuan untuk mendukung fungsi-fungsi ego. Pada pasien ini dilakukan
ventilasi yaitu memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
Kemudian dilakukan reassurance yaitu meyakinkan pasien bahwa ia akan
mendapatkan bantuan yang tepat dan ia akan sanggup mengatasi masalah yang
dihadapinya. Psikoedukasi keluarga diberikan untuk memberikan informasi
kepada keluarga tentang gangguan yang diderita oleh pasien dan apa tujuan
terapi.
b. Psikoedukasi keluarga: Memberikan pemahaman kepada keluarga terkait
gangguan yang dialami anaknya saat ini, memberi pemahaman tentang
pentingnya minum obat teratur dan perlu kesabaran dalam menjalani pengobatan
agar tidak terjadi putus obat. mememahami dan menerima kondisi anak,
memberikan stimulasi juga menciptakan lingkungan yang kondusif dan
menanamkan norma-norma sosial pada anak.
Periode Kejadian/Gejala
Tahun 2019 Awal mula perubahan perilaku, orangtua pasien bercerai,
pasien saat itu sering sedih dan menangis.
Tahun 2020 Pasien tiba-tiba tampak beperilaku aneh, selalu mengikuti
saudaranya, mondar-mandir, banyak diam. Pasien tiba-tiba
mara-marah ke ayahnya dan ,memanjat pohon. Keluahan
beberapa kali kambuh kemudian di bawak pengobatan ruqya
31
Tahun 2021 Pasien gelisah kembali, pasien tiba-tiba berperilaku aneh
disekolah. Pasien juga kehilangan sahabatnya yang meninggal,
pasien mulai merasa sahabat nya ada sekitarnya dan juga pasien
mulai sering melihat sosok makhluk halus. Pengobatan ruqyah.
Tahun 2022 Pasien mendengar kabar ibunya menikah kembali, pasien sedih,
keluhan semakin memberat pasien selalu mondar-mandir,
memanjat pohon, kadang mengamuk.
Pengobatan ruqya : disarankan berobat ke psikitari
Desember 2022 Keluhan semakin memberat pasien selalu gelisah, mondar-
mandir, kadang mengamuk, dan juga semakin sering keluar
rumah dan bermain air, memanjat poho.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
13. Buchsbaum MS, Buchsbaum BR, Hazlett EA, Haznedar MM, Newmark R, Tang
CY, etal. Relative glucose metabolic rate higher in white matter in patients with
schizophrenia. Psychiatry (2007) 164:1072– 81.doi:10.1176/appi.ajp.164.7.1072
34
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Wawancara
Wawancara Pertama (Di Bangsal Kenanga). Pada tanggal 14 Desember.
Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. ( Pasien masih gelisah)
P: Pasien tiba-tiba berkata kasar (Sundala) setiap kali di tanya selalu mengucapkan sundala
Wawancara Kedua (Di Bangsal Kenanga). Pada tanggal 16 Desember 2023 – 4 Januari 2023
Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. (Pasien masih sulit di lakukan wawancara, pasien masih
banyak diam dan banyak ditempat tidur.)
35
P: Pasien hanya jawab tidak tahu.
D: Kesukaan S apa boleh tahu ? cita-cita mau jadi apa ?
P Mau jadi dokter.
D: Bagus ya S, S sekarang kelas berapa ?
P: Kelas 2 SMP dok.
D: Ooo… ya S (disini menguji kognitif pasien dalam ilmu
pengetahuan) pasien dapat menjawab dengan benar.
D: Baik S, terima kasih ya, nanti ketemu lagi.
P: Iye dokter.
36
pengetahuan) pasien dapat menjawab dengan benar.
D: Baik S, terima kasih ya, nanti ketemu lagi.
P: Iye dokter.
D: Assalamua’laikum pak ? ayah nya S ? Perkenalkan saya dr.
Ardiansyah.
KA: Iye dokter.
D: Hari ini rencana pulang ya pak hari ini ?
KA: Iye dokter, ini lagi mau urus-urus persyaratan pulang.
D: Baik pak, boleh tanya-tanya sedikit berhubungan dengan S pak ?
KA: Boleh dok,
D: Baik Pak, boleh kenapa S di bawah Ke RSKD Dadi?ada keluhan
apa pak?
KA: Iye dok, gelisah dokter, tiba-tiba menarik rambut kakaknya.
Sebenarnya keluhan ini sudah lama dok, sejak tahun 2020, tapi
hilang timbul. Namun 3 bulan ini S semakin berat keluhannya dok.
D: Ooo..iya pak, boleh tahu awalnya kenapa ya pak keluhan ini ada ?
KA: Iye dok, awalnya tahun 2020, S sama kakaknya pergi ke rumah
kakanya di Polewali sejak disana S tiba-tiba banyak diam, dan tiba-
tiba selalu mengikuti kakaknya. Setelah beberapa hari dsna S dan
kakaknya pulang ke makassar, pasien tiba-tiba mengamuk,
menyerang saya dan tampak benci sekali sama saya. Awalnya saya
mengirah S kerasukan roh halus. Sejak itu S sering mondar-
mandir, manjat pohon, loncat di lantai 2 dan juga sempat berbicara
sendiri, dan selalu ingin keluar rumah.
D: Sejak keluhan ini ada, pernah berobat ke psikiatri pak?
KA Iye dokter, selama ini belum pernah berobat, saya selama ini di
lakukan pengobatan ruqyah dok, awalnya sempat selama 2 minggu
pengobatan keluhan pasien membaik, selama 3 bulan dan tiba-tiba
gelisah lagi. Setiap gelisah saya langsung bawa ke ustad untuk
lakukan pengobatan. Keluhan sudah sering hilang timbul dok.
Namun 3 bulan terakhir ini ustadnya menyarankan untuk berobat
di dokter psikiatri kemungkinan sudah kenak saraf.
D: Baik pak, terima kasih infonya ya, kalau pulang hari ini jangan
37
samapai putus ya obatny dan rutin minum obat
KA: Baik dokter.
D: Sebelumnya saya kapan-kapan boleh berkunjung kerumahnya
dokter?
KA: Boleh dokter, nanti saya kirim alamat saya.
D: Baik pak terima kasih
KA Iya dokter, sama-sama.
39
Wawancara Kelima (Di Home visit ). Pada tanggal 19 Januari 2023.
Keterangan : D : Dokter, P : Pasien. KA : Ayah, KK : kakak kandung/Ipar (Pasien cukup
tenang, koperatif saat wawancra, pasien )
40
P: Saya ingin ayah sama ibu tidak pisah dokter, tapi ibu sudah menikah lagi 1
tahun yang lalu.
D: S tahu ibu menikah lagi gimana perasaan nya ?
P: Sedih dokter.
D: Baik S, gimana hubungan S dengan saudaranya ? tinggal di rumah siapa saja
S?
P: Iye….
D: Oooo ( Pasien tiba-tiba tidak mau di ajak komunikasi lagi selalu ditanya pasien
mengucapkan iye..)
D: Permisi buk ini siapa nya S ?
KK Kakak iparnya dokter.
D: Tinggal satu rumah buk ?
KK: Iye dokter.
D: Oke baik buk, boleh saya tanya-tanya buk kondisi S selama sakit ? perkenalkan
saya dr. ardi
KK: Boleh dokter
D: Keluhan dialami S sudah berapa lama ya buk ? boleh diceritakan buk ?
KK: Iye dokter, keluhan sudah lama dokter, mulai sejak tahun 2020, awalnya
dokter, dia pergi sama kakak nya kepolewali setelah disana S tiba-tiba gelisah
mondar-mandir, manjat pohon, selalu main di atap, dan juga selalu keluar,
keluhan ini beberapa kali sembuh, kemudian kambuh lagi. Kurang 3 bulan ini
pasien selalu mondar-mandir dan sering loncat dari lantai 2 dan mudah
emosional, kurang 1 bulan sempat dia memasuki pipet ke alat kelamin sama
masuki ke telinga.
D: Ooo ya buk boleh tahu buk pernah di bawa ke psikiatri ke dokter umum ?
KK: Selama pengobatan ruqya dokter sempat membaik setelah beberapa bulan,
kemudian kembali dokter
D: Oke buk, terima informasinya.
KK: Iye dokter.
D: Baik S dokter izin pulang ya ( pasien masih mengucapkan “iye” )
D: Assalamu’laikum ..
KA: Wa’laikumsalaam dokter.
41
Lampira II
Tes MMPI-Anak
Skor PANSS
Gejala Positif (P)
Gejala 1 2 3 4 5 6 7
P1. Waham 2
P2. Kekacauan proses pikir 5
P3. Halusinasi 4
P4. Gaduh gelisah 5
P5. Waham kebesaran 1
P6. Kecurigaan atau kejaran 2
P7. Permusuhan 4
42
Skala Psikopatologi Umum (G)
Gejala 1 2 3 4 5 6 7
G1. Kekhawatiran somatik 1
G2. Anxietas 2
G3. Rasa bersalah 2
G4. Ketegangan 3
G5. Manerisme dan sikap tubuh 3
G6. Depresi 2
G7. Retardasi motorik 1
G8. Ketidakkooperatipan 4
G9. Isi pikiran yang tidak biasa 3
G10. Disorientasi 1
G11. Perhatian buruk 1
G12. Kurangnya daya nilai 3
danTilikan
G13. Gangguan dorongan 2
Kehendak
G14. Pengendalian impuls yg 3
Buruk
G15. Preokupasi 2
G16. Penghindaran sosial 2
secaraAktif
Skor PANSS: Gejala positif 21 , Gejala negative 25, Psikopatologi umum 35 .Total 81.
43
44
REFERAT ANAK DAN REMAJA
Pendahuluan
Intervensi psikosis episode pertama merujuk pada intervensi berbasis bukti penelitian
terkini pada psikosis episode pertama. Komprehensif yaitu bersifat menyeluruh, intensif,
spesifik fase dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu. Progresif merujuk pada
rentang waktu intervensi yang dimulai sedini mungkin setelah timbulnya gejala
prodromal/psikotik dan terus dilakukan hingga mencapai pemulihan (recovery).1
Penggunaan istilah psikosis menjadi suatu hal yang penting. Dimana berbagai studi
menunjukkan bahwa mayoritas kasus psikotik episode pertama pada akhirnya berkembang
menjadi skizofrenia atau gangguan spektrum skizofrenia lainnya. Perjalanan penyakit sebelum
psikosis episode pertama seringkali tidak jelas, sehingga diagnosis pasti dianggap prematur
secara konseptual dan tidak perlu secara klinis, dan berfokus pada penatalaksanaan cepat dari
gejala psikosis. Pada tahap awal penyakit, penggunaan istilah 'psikosis' dianjurkan,
memberikan deskripsi yang paling akurat dari gejala yang dialami pasien, dan membantu
menghindari stigma dan ketakutan yang dikaitkan dengan diagnosis skizofrenia. 1
Diperkirakan bahwa sekitar 20% orang dengan skizofrenia pulih sepenuhnya, 15%
berubah menjadi kronik menetap. Tingkat kejadian psikosis episode pertama diperkirakan 15
sampai 20 kasus per 100.00 penduduk. Skizofrenia diperkirakan terjadi pada tingkat 12 sampai
15 per 100.000. Sekitar 1% dari populasi di seluruh dunia akan menderita skizofrenia selama
hidup mereka. Meskipun skizofrenia memengaruhi pria dan wanita dalam jumlah yang sama,
serangannya cenderung lebih awal pada pria - biasanya di pertengahan hingga akhir remaja
atau awal dua puluhan. Serangan wanita cenderung muncul di awal dua puluhan hingga awal
tiga puluhan. Munculnya psikosis selama masa remaja atau dewasa muda berpotensi
mengubah kehidupan seseorang secara radikal. Munculnya psikosis pada tahap perkembangan
ini dikaitkan dengan pemilihan intervensi yang sesuai dengan fase penyakit, tetapi juga untuk
intervensi yang responsif terhadap tahap kehidupan ini. 2
Studi intervensi psikosis episode pertama menunjukkan harapan yang menjanjikan.
Sebagai contoh, satu penelitian melaporkan 74% pasien sembuh total dengan pengobatan
neuroleptik (dengan waktu rata-rata hingga remisi 36 minggu).
45
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa durasi psikosis yang tidak diobati pada 1-
2 tahun, bahwa sebagian besar pasien menderita dari gejala prodromal non-psikotik sebelum
gejala psikotik selama beberapa tahun dan bahwa perkembangan psikososial mulai tertunda
atau menurun bertahun-tahun sebelum gejala psikotik pertama dan dimulainya pengobatan.
Durasi panjang psikosis yang tidak diobati dikaitkan dengan prognosis klinis dan fungsi
psikososial yang lebih buruk bahkan ketika efek penyesuaian pramorbid telah diperhitungkan.
Dalam satu studi, pengurangan grey matter pada serebral temporal lebih ditandai pada pasien
dengan durasi penyakit yang lama, menunjukkan proses patologis progresif sebelum
pengobatan atau serangan penyakit yang lebih berbahaya.
Dengan demikian, masuk akal untuk berharap bahwa jika kita dapat mencegah
skizofrenia pada fase paling awal atau sebelum terjadinya tahap psikotiknya, atau bahkan jika
kita dapat mempersingkat durasi psikosis yang tidak diobati, kita dapat melindungi individu
dari penderitaan klinis dan konsekuensi psikososial yang berat. Tindakan pencegahan dapat
dilakukan selama periode premorbid penyakit, yaitu sebelum munculnya gejala atau
penyimpangan perilaku (pencegahan primer), atau selama yang disebut fase prodromal, yaitu
ketika gejala atau tanda pertama yang menunjukkan kerentanan terhadap skizofrenia telah
terjadi (pencegahan sekunder). Apa yang kita butuhkan adalah metode yang andal untuk
mendeteksi kerentanan terhadap psikosis secara umum dan skizofrenia secara khusus, serta
waktu timbulnya psikosis. Dengan demikian, saat ini kita harus dapat mendeteksi orang-orang
yang rentan dan berisiko mengalami psikosis.
2. Model hibrida
Yung dan McGorry telah mengusulkan model perubahan prodromal hybrid atau
interaktif. Alih-alih mengikuti satu pola perubahan tertentu, prodrom psikotik dapat menjadi
kombinasi dari banyak pola, dan orang dapat masuk dan keluar dari periode simtomatik baik
tipe non-spesifik maupun tipe psikosis yang dilemahkan. Kedua jenis gejala tersebut dapat
mendahului psikosis dan keduanya dapat terjadi secara primer. Gejala reaktif, seperti
kecemasan, dapat terjadi sebagai respons terhadap gejala prodromal dan psikotik, dan
perubahan perilaku dapat terjadi sebagai respons terhadap salah satu dari ketiga kelompok
gejala ini. Model hibrid/interaktif kurang lebih merupakan model ekuilibrium di mana individu
yang rentan memiliki kemungkinan untuk bergerak ke segala arah antara keadaan tanpa gejala
dan gejala. Ini kurang spesifik daripada model lain, yang kurang lebih searah, menunjukkan
evolusi dari keadaan asimtomatik melalui tahapan spesifik tertentu menjadi psikotik yang lebih
jelas. Dari sudut pandang teoretis dan praktis, model prodromal hibrid/interaktif tampaknya
menawarkan kemungkinan penting, meskipun istilah “prodromal” dalam hubungan ini
mungkin menyesatkan karena gejala ini tidak selalu mengarah pada psikosis. Oleh karena itu,
penulis menyarankan istilah kondisi mental "berisiko".
C. Kinerja kognitif
Studi berbasis populasi telah menunjukkan bahwa intelligence quotient (IQ) yang rendah
merupakan faktor risiko skizofrenia dan psikosis lainnya, tetapi nilai prediktif positifnya
rendah. Namun, wajib militer pria sehat yang kemudian dirawat di rumah sakit karena
skizofrenia memiliki kekurangan dalam fungsi sosial, kemampuan organisasi, dan fungsi
intelektual. Dalam kelompok pasien dan nonpasien yang cocok, nilai prediksi positif dari
model prediksi adalah 72%, sedangkan pada sampel draf lain, model tersebut menghasilkan
nilai prediksi positif sebesar 43%. Dengan demikian, bersamaan dengan disfungsi perilaku,
kinerja intelektual yang rendah mungkin bernilai dalam mendeteksi orang yang rentan terhadap
skizofrenia dan psikosis lainnya. Dalam studi lain tentang wajib militer laki-laki, kinerja
intelektual yang buruk pada usia 18 tahun terkait dengan gangguan psikotik onset dini,
terutama dengan skizofrenia.
50
A. Prodromal
Fase prodromal adalah periode sebelum perkembangan gejala psikotik yang dapat
diidentifikasi secara retrospektif. Artinya, kebanyakan orang yang mengalami psikosis dapat
mengingat tanda atau gejala peringatan dini yang mendahului psikosis itu sendiri. Sejumlah
perubahan seperti kecurigaan berlebih, kecemasan, depresi, ketegangan, iritabilitas, perubahan
suasana hati, kemarahan, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kehilangan energi atau
motivasi, gangguan ingatan, perubahan persepsi, kemerosotan performa pekerjaan atau belajar,
penarikan sosial, dan kepercayaan yang tidak biasa yang dikaitkan dengan fase prodromal FEP.
Indikator gejala-gejala tersebut memiliki arti yang lebih besar sebagai indikator
prodromal jika orang yang mengalaminya juga memiliki profil risiko yang lebih tinggi
berdasarkan riwayat keluarga atau perkembangan gejalanya. Prodrome dan kapasitasnya untuk
memprediksi psikosis dini saat ini merupakan area dari banyak aktivitas penelitian.
B. Fase Akut
Fase ini ditandai dengan gejala halusinasi, waham, dan gangguan pikiran. Biasanya
selama fase ini pasien akan dihadirkan untuk menjalani perawatan. Perawatan biasanya
mencakup penggunaan obat anti-psikotik. Selama fase akut rawat inap seringkali diperlukan.
Tujuan penatalaksanaan termasuk manajemen gejala psikosis; pencegahan atau pengobatan
kondisi komorbid, seperti penyalahgunaan zat; dan promosi rehabilitasi dan pemulihan
psikososial.
52
Tujuan CAARMS
Penilaian Komprehensif Keadaan Mental Berisiko (CAARMS) dikembangkan untuk
menilai psikopatologi secara prospektif yang menunjukkan perkembangan segera psikosis
episode pertama (FEP) dan untuk mengidentifikasi orang muda yang memenuhi kriteria berada
di UHR FEP. Selain itu, alat CAARMS juga digunakan untuk mengidentifikasi kaum muda
yang telah beralih dari UHR ke FEP. CAARMS adalah wawancara semi-terstruktur yang
dirancang untuk digunakan oleh profesional kesehatan mental untuk mengevaluasi kaum muda
yang tertekan dan mencari bantuan. CAARMS tidak dirancang sebagai alat skrining untuk
populasi umum, di mana tingkat transisi ke psikosis akan jauh lebih rendah.
Latar belakang
Sebagian besar episode psikosis didahului oleh periode prodromal. Ini adalah periode
gejala psikotik yang dilemahkan dan psikopatologi lainnya serta gangguan fungsi sebelum
episode psikotik pertama terjadi. Periode prodromal sangat menarik karena kemampuan untuk
secara prospektif mengenali sindrom prodromal pada orang muda membuka kemungkinan
intervensi pra-psikotik yang dapat menunda atau bahkan mencegah timbulnya psikosis.
Kebanyakan orang dengan penyakit psikotik melaporkan gejala prodromal. Namun,
konsep 'prodrome' bersifat retrospektif dan hanya dapat digunakan untuk merujuk pada gejala-
gejala ini setelah timbulnya penyakit psikotik. Saat melihat gejala yang sama secara prospektif,
belum diketahui apakah penyakit psikotik akan berkembang, jadi gejalanya belum tentu
merupakan fase prodromal. Selain itu, gejala prodromal skizofrenia dan penyakit psikotik
lainnya umumnya tidak spesifik, dan tidak semua orang muda yang mengalami gejala atau
kelompok gejala tertentu akan berkembang menjadi penyakit psikotik. Oleh karena itu, strategi
untuk memprediksi psikosis dan secara prospektif mengidentifikasi orang muda yang
cenderung mengembangkan penyakit psikotik berfokus pada tingkat risiko.
54
Gambar 1B. Tampilan prospektif ARMS
55
Stage Psikosis Perlakuan
Remisi tidak lengkap Intervensi dini untuk FEP seperti: untuk tahap 2
dari episode pertama ditambah penekanan tambahan pada strategi
3a perawatan medis dan psikososial untuk mencapai remisi
Transisi ke gangguan psikotik tidak dapat dihindari pada orang muda yang memenuhi
kriteria psikosis UHR, bahkan sebagian besar tidak akan mengalami transisi. Orang muda yang
diklasifikasikan sebagai UHR yang melakukan transisi ke gangguan psikotik, yaitu mereka
yang gejalanya melewati ambang diagnosis psikosis, disebut sebagai kasus 'positif sejati'
(Gambar 3). Ini berarti bahwa kriteria UHR telah mengidentifikasi dengan benar orang-orang
ini berada dalam fase prodromal dari gangguan psikotik.
Orang muda yang diklasifikasikan sebagai UHR psikosis tetapi tidak secara alami beralih
ke gangguan psikotik dianggap sebagai kasus 'positif palsu'. Ini berarti bahwa kriteria tersebut
salah mengidentifikasi orang tersebut berada dalam fase prodromal penyakit psikotik.
Meskipun kriteria UHR terpenuhi, gejala mereka tetap berada di bawah ambang psikosis
(Gambar 4).
57
Gambar 4. Kasus positif palsu untuk psikosis
Saat ini tidak mungkin untuk membedakan kasus 'positif palsu', yaitu, orang muda yang
tidak berada di jalur menuju pengembangan penyakit psikotik meskipun memenuhi kriteria
UHR dari mereka yang akan beralih ke penyakit psikotik (yaitu kasus 'benar positif'). jika hal
ini tidak dicegah dengan intervensi (Gambar 5). Orang-orang yang intervensinya telah
mencegah transisi terkadang disebut sebagai kasus 'false false positive'.
Gambar 6. hubungan antara kasus benar, salah dan positif palsu untuk uhr psikosis
58
Diagram berikut menunjukkan hubungan antara orang-orang muda yang bertransisi ke
psikosis atau tidak dan konsep positif benar/salah.
59
Kelompok Rentan
Kelompok rentan didefinisikan sebagai orang muda yang memiliki faktor risiko sifat
seperti gangguan kepribadian skizotipal atau kerabat tingkat pertama (ibu, ayah, saudara laki-
laki dan/atau saudara perempuan) yang memiliki penyakit psikotik. Ini harus disertai dengan
fungsi rendah kronis atau penurunan fungsi yang signifikan selama 12 bulan terakhir, yang
didefinisikan sebagai penurunan skor SOFAS 30% dari tingkat premorbid yang telah terjadi
dalam setahun terakhir dan dipertahankan setidaknya selama 1 bulan. atau skor SOFAS 50 atau
kurang selama setidaknya 12 bulan terakhir.
60
Gejala psikotik intermiten terbatas yang singkat
Orang muda dalam kelompok BLIPS adalah mereka yang mengalami ciri psikotik yang
nyata yang sembuh secara spontan dalam waktu 7 hari tanpa pengobatan antipsikotik dalam
12 bulan terakhir. Gejala psikotik ini dapat disebabkan oleh obat tetapi bukan karena keracunan
obat, dan hanya termasuk gejala psikotik yang tidak terjadi selama puncak keracunan. Kriteria
grup BLIPS adalah:
Skor CAARMS Global Rating Scale 6 pada subskala Konten Pemikiran Tidak Biasa, 6
pada subskala Ide Tidak Aneh, 5 atau 6 pada subskala Abnormalitas Persepsi dan/atau 6
pada subskala Pidato Tidak Teratur; dan
Skor Skala Frekuensi 4–6 pada subskala Isi Pemikiran Tidak Biasa, Ide Tidak Aneh,
Abnormalitas Persepsi, dan/atau Ucapan Tidak Teratur; dan
Setiap episode gejala muncul selama <7 hari dengan remisi spontan setiap kali; dan
Gejala harus ada selama setahun terakhir dan penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari
tingkat pramorbid yang bertahan selama sebulan dalam tahun lalu atau skor SOFAS 50
atau kurang yang bertahan setidaknya selama 12 bulan terakhir.
61
LAMPIRAN
Lampiran 1: CAARMS Singkat
1: GEJALA POSITIF
1.1 Konten Pemikiran yang Tidak Biasa
Mood Delusi dan Kebingungan/ Delusional Mood and Perplexity ('Ide yang Tidak
Terkristalisasi')
Pernahkah Anda merasa ada sesuatu yang aneh yang tidak dapat Anda jelaskan? Seperti apa itu?
Apakah Anda merasa bingung dengan sesuatu? Apakah lingkungan yang akrab terasa aneh?
Apakah Anda merasa telah berubah dalam beberapa hal?
Apakah Anda merasa bahwa orang lain, atau dunia, telah berubah?
Gagasan Referensi (Ideas of Reference)
Gagasan Referensi: Pernahkah Anda merasa bahwa hal-hal yang terjadi di sekitar Anda memiliki
arti khusus, atau orang-orang mencoba memberi Anda pesan? Seperti apa itu? Bagaimana
awalnya?
1.1 IDE BIZZARE ('IDE TERKRISTALISASI')
Pikiran, Perasaan,(Impuls Thoughts, Feelings, Impulses)
Pasif Somatik (Somatic Passivity)
Penyisipan Pikiran (Thought Insertion)
Penarikan Pikiran (Thought Withdrawal)
Penyiaran Pikiran (Thought Broadcasting)
Pikiran Sedang Dibaca (Thoughts Being Read)
POLA GEJALA
0 1 2
Tidak ada hubungannya dengan Terjadi sehubungan dengan Dicatat hanya dalam kaitannya
penggunaan zat dicatat penggunaan zat dan di waktu lain dengan penggunaan zat
juga
63
Ide Non-bizarre– Skala Peringkat Global
0 1 2 3 4 5 6
Tidak Dipertanyakan Ringan Sedang Cukup berat Berat Psikotik dan
pernah, Berat
absen
Tidak Perubahan Meningkatnya Pemikiran Jelas Pemikiran Pemikiran
Ada Ide halus yang kesadaran diri. yang aneh keyakinan yang tidak yang tidak
Non- bisa Misalnya. atau tidak istimewa, yang biasa yang ada biasa yang
Bizzare berdasarkan Merasa bahwa biasa tetapi meskipun keraguan mengandung
kenyataan. orang lain isinya tidak 'mungkin' telah (tidak materi
Misalnya. melihat subjek, sepenuhnya muncul tanpa dipegang orisinal dan
Sangat sadar atau berbicara tidak masuk bukti logis. dengan sangat tidak
diri. tentang subjek. akal mungkin Bukti kurang keyakinan mungkin
Atau perasaan merupakan dari peringkat delusi), atau dipegang
semakin beberapa 3. Misalnya. yang subjek dengan
mementingkan bukti logis. Pikiran bahwa tidak percayai keyakinan
diri sendiri. Lebih banyak orang lain sepanjang delusi (tidak
Subyek mampu bukti dari ingin waktu. Dapat diragukan
bertanya. rating 4. Isi menyakiti mengakibatkan lagi).
pikiran tidak subjek, yang beberapa Mungkin
orisinal yaitu dapat dengan perubahan memiliki
kecemburuan, mudah dalam dampak
paranoia disingkirkan. perilaku, tapi yang nyata
ringan. Pikiran kecil. pada
memiliki perilaku.
kekuatan
khusus, yang
dapat dengan
mudah
disingkirkan.
Onset Offset Date:
Date:
POLA GEJALA
0 1 2
Tidak ada hubungannya dengan Terjadi sehubungan dengan Dicatat hanya dalam kaitannya
penggunaan zat dicatat penggunaan zat dan di waktu lain dengan penggunaan zat
juga
64
LEVEL DISTRES (DALAM HUBUNGANNYA DENGAN GEJALA)
0 1 2 3 4 5 6
Tidak Dipertanya Ringan Sedang Cukup berat Berat Psikotik
pernah, kan dan Berat
absen
Tidak ada Persepsi, Pengalaman yang Pengalaman yang Halusinasi sejati Halusinasi
pengalaman distorsi, ilusi lebih jauh lebih jelas yaitu mendengar sejati yang
persepsi yang membingungkan: daripada 3 seperti suara atau diyakini
yang meningkat distorsi/ilusi yang nama dipanggil, percakapan, subjek
abnormal. atau tumpul lebih intens/jelas, mendengar dering merasakan benar pada
(misalnya gumaman tidak telepon, dll. tetapi sesuatu saat, dan
cahaya/bayang jelas, dll. Subjek mungkin cepat menyentuh setelah,
an). Tidak tidak yakin akan berlalu/sementara. tubuh. Subjek mengalami
terlalu sifat pengalaman. Mampu mampu nya.
65
menyedihkan. Mampu memberikan mempertanyaka Mungkin
Pengalaman memberhentikan. penjelasan yang n pengalaman sangat
hipnogogik/hi Tidak masuk akal untuk dengan usaha. menyusahk
pnopompik menyusahkan. pengalaman. Mungkin an
Derealisasi/ Mungkin menakutkan
depersonalisasi berhubungan atau terkait
dengan distres dengan
ringan. beberapa
kesusahan.
Onset Offset Date:
Date:
POLA GEJALA
0 1 2
Tidak ada hubungannya dengan Terjadi sehubungan dengan Dicatat hanya dalam kaitannya
penggunaan zat dicatat penggunaan zat dan di waktu lain dengan penggunaan zat
juga
66
Apakah sulit untuk mengikuti apa yang dikatakan subjek pada saat-saat tertentu karena
menggunakan kata-kata yang salah, bersifat sirkumstan atau tangensial?
Apakah subjeknya kabur, terlalu abstrak atau konkret? Bisakah tanggapan diringkas?
Ucapan Tidak Teratur – Skala Peringkat Global
0 1 2 3 4 5 6
Tidak Dipertanya Ringan Sedang Cukup berat Berat Psikotik
pernah, kan dan Berat
absen
Bicara logis Subyektif Agak kabur, Bukti jelas dari Ditandai Kurangnya
normal, sedikit beberapa bukti pola bicara dan keadaan koherensi,
tidak ada kesulitan mis. keadaan, atau pemikiran yang tangentiality ucapan
disorganisa masalah dalam tidak relevan terputus tingkat dalam bicara, yang tidak
si, tidak ada menyampaika dalam ucapan. ringan. Tautan tetapi dapat
masalah n pesan. Tidak Merasa tidak antar ide agak menanggapi dipahami,
berkomunik terlihat oleh dimengerti. tangensial. penataan dalam kesulitan
asi atau orang lain. Meningkatnya wawancara. yang
dipahami. perasaan frustrasi Mungkin harus signifikan
dalam menggunakan mengikuti
percakapan. isyarat, atau alur
pantomim untuk pemikiran.
berkomunikasi. Asosiasi
longgar
dalam
bicara
Onset Offset Date:
Date:
POLA GEJALA
0 1 2
Tidak ada hubungannya dengan Terjadi sehubungan dengan Dicatat hanya dalam kaitannya
penggunaan zat dicatat penggunaan zat dan di waktu lain dengan penggunaan zat
juga
YES NO
Riwayat keluarga psikosis pada kerabat tingkat pertama
ATAU Gangguan Kepribadian Schizotypal pada pasien yang teridentifikasi
PLUS
Penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari tingkat premorbid, bertahan selama
sebulan, terjadi dalam 12 bulan terakhir
ATAU skor SOFAS 50 atau kurang selama 12 bulan terakhir atau lebih
KRITERIA TERPENUHI UNTUK KELOMPOK 1 – Kelompok Kerentanan
68
PLUS
Skor Skala Frekuensi 3 pada Subskala Isi Pemikiran yang Tidak Biasa, Gagasan
Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau Pidato yang Tidak Teratur dari
CAARMS
PLUS (untuk kedua kategori)
Gejala yang ada dalam satu tahun terakhir
PLUS (untuk kedua kategori)
Penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari tingkat premorbid, bertahan selama
sebulan, terjadi dalam 12 bulan terakhir
ATAU skor SOFAS 50 atau kurang selama 12 bulan terakhir atau lebih
KRITERIA TERPENUHI UNTUK KELOMPOK 2 – Kelompok psikosis yang
dilemahkan
YES NO
Skala Peringkat Global Skor 6 pada subskala Konten Pemikiran Tidak Biasa, 6 pada
Gagasan Tidak Aneh, 5 atau 6 pada subskala Abnormalitas Persepsi dan/atau 6 pada
subskala Pidato Tidak Teratur dari CAARMS
PLUS
Skor Skala Frekuensi 4–6 pada Subskala Isi Pemikiran yang Tidak Biasa, Gagasan
Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau Ucapan Tidak Teratur
PLUS
Gejala terjadi selama setahun terakhir
PLUS
Penurunan skor SOFAS sebesar 30% dari tingkat premorbid, bertahan selama
sebulan, terjadi dalam 12 bulan terakhir
ATAU skor SOFAS 50 atau kurang selama 12 bulan terakhir atau lebih
KRITERIA TERPENUHI UNTUK KELOMPOK 3 –
Kelompok gejala psikotik intermiten terbatas singkat
69
Ambang psikosis
YES NO
Skala Keparahan Skor 6 pada subskala Konten Pemikiran yang Tidak Biasa, 6 pada
Ide yang Tidak Aneh, 5 atau 6 pada subskala Abnormalitas Persepsi dan/atau 6 pada
subskala Ucapan Tidak Teratur dari CAARMS
PLUS
Skor Skala Frekuensi yang lebih besar dari atau sama dengan 4 pada subskala Konten
Pemikiran yang Tidak Biasa, Ide yang Tidak Aneh, Abnormalitas Persepsi, dan/atau
Ucapan yang Tidak Teratur
PLUS
Gejala muncul lebih dari satu minggu
KRITERIA THRESHOLD PSIKOSIS MET
Sonja
Frekuensi Intensitas Subskala
Konten Pemikiran yang
Tidak Biasa
Ide Non-Bizzare
Abnormalitas Persepsi 6 4
Memenuhi kriteria inklusi? Ya: Gejala psikotik yang dilemahkan (kelompok APS 2a)
70
Tamara
Frekuensi Intensitas Subskala
Konten Pemikiran yang
Tidak Biasa
Ide Non-Bizzare
Abnormalitas Persepsi 4 1
Memenuhi kriteria inklusi? Ya: Gejala psikotik yang dilemahkan (kelompok APS 2a)
Untuk membedakannya dari tahap risiko yang ditentukan oleh gejala dasar, pasien yang
memenuhi kriteria prodromal CAARMS atau SIPS/SOPS disebut berada dalam kondisi mental
berisiko tinggi (ARMS) atau psikosis berisiko sangat tinggi. UHR-P). Tingkat konversi psikosis
pada pasien ARMS terbukti tinggi. Schulze- Lutter (Daftar studi tentang konversi pasien berisiko
sangat tinggi menjadi psikosis; komunikasi pribadi, 2005) telah menghitung dari sembilan studi
bahwa tingkat konversi rata-rata untuk 'risiko sangat tinggi' ' pasien selama 12 bulan adalah
38,2%.
Intervensi Farmakologis
Psikofarmaka harus digunakan dengan dosis yang memaksimalkan manfaat terapeutik
dan kepatuhan sambil meminimalkan efek samping. Antipsikotik atipikal tetap menjadi andalan
pengobatan dibanding antipsikotik tipikal. Apa pun jenis antipsikotik yang digunakan, prinsip
yang digunakan sama yaitu Start low go slow, mulai dosis rendah dinaikkan perlahan hingga
mencapai dosis yang terapeutik bagi pasien tanpa menimbulkan efek samping. Selama fase akut,
keselamatan pasien, staf, dan keluarga adalah yang terpenting dan psikofarmaka untuk
pengendalian perilaku harus digunakan dengan bijaksana.
Terdapat bukti kualitas sedang yang menemukan penggunaan antipsikotik golongan
apapun pada FEP dikaitkan dengan tingkat respons 81%, tingkat respons pertama diukur sebagai
pengurangan skor PANSS 20%, dan tingkat respons kedua yaitu 52% diukur sebagai pengurangan
skor PANSS 50% dalam 1 minggu pertama pengobatan. Untuk antipsikotik spesifik, bukti
kualitas tinggi menemukan perbaikan yang lebih besar pada gejala keseluruhan dengan
olanzapine dibandingkan dengan haloperidol, dan bukti kualitas sedang hingga tinggi
menemukan perbaikan yang lebih besar pada gejala negatif dengan olanzapine dibandingkan
dengan haloperidol, tanpa perbedaan pada gejala positif. Bukti kualitas sedang hingga tinggi
menemukan perbaikan yang lebih besar pada gejala keseluruhan dengan risperidone
dibandingkan dengan haloperidol, perbaikan yang lebih signifikan pada gejala negatif dengan
olanzapine dibandingkan dengan risperidone, dan perbaikan yang lebih signifikan pada gejala
positif dengan olanzapine dibandingkan dengan quetiapine, perbaikan yang lebih signifikan pada
72
gejala positif dan negatif dengan quetiapine dibandingkan dengan haloperidol, dan perbaikan
yang lebih besar pada gejala positif dengan risperidone dibandingkan dengan quetiapine. Dalam
tabel 3. disajikan beberapa rekomendasi pengobatan pada FEP beserta dasar pembuktiannya .
Rencana pengelolaan harus didiskusikan sepenuhnya dengan individu dan keluarga / pengasuh EBR II
mereka, jika memungkinkan. Manfaat dan risiko terapi obat harus dijelaskan dengan cara yang
persuasif..
Pengobatan harus digunakan dalam kombinasi dengan intervensi psikososial, termasuk strategi EBR II
untuk mendorong kepatuhan terhadap obat.
Pilihan obat antipsikotik harus didasarkan pada: EBR I
• preferensi pasien setelah risiko dan potensi manfaat telah dijelaskan,
• respons pasien tersebut sebelumnya terhadap obat (jika diketahui),
• respon klinis terhadap percobaan pengobatan yang memadai,
• tolerabilitas pasien,
• potensi efek samping jangka panjang.
Dosis antipsikotik efektif terendah harus digunakan untuk menetapkan penerimaan pengobatan dan EBR II
meminimalkan efek samping.
Berikan resep hanya satu obat antipsikotik pada satu waktu, kecuali jika terbukti dengan jelas bahwa EBR II
gejala orang tersebut resisten terhadap monoterapi.
Meresepkan antipsikotik dengan dosis yang memadai untuk mencegah kekambuhan, menekan gejala, EBR II
dan mengoptimalkan kesejahteraan subjektif pasien
Berikan durasi pengobatan yang memadai. Pantau pengobatan dan efek samping dengan tepat. EBR II
Pertimbangkan penggunaan obat antipsikotik injeksi jangka panjang jika: EBR II
• pasien lebih memilih obat suntik jangka panjang,
• kepatuhan buruk atau tidak pasti,
• Respon yang buruk terhadap pengobatan oral.
Pengobatan dengan clozapine harus dipertimbangkan sejak dini jika intervensi farmakologis yang EBR I
tepat tidak efektif.
Gangguan akut
Algoritma farmakoterapi untuk psikosis non-afektif episode pertama disediakan pada
Gambar 1. Gambar 2 memperlihatkan algoritma farmakoterapi untuk psikosis episode pertama
dengan gejala afektif.
73
Gambar 1: Farmakoterapi Psikosis Episode Pertama tanpa Gangguan Afektif
74
Gambar 2: Farmakoterapi Psikosis Episode Pertama dengan Gangguan Afektif
Antipsikotik Generasi Kedua (APG-II) oral harus diresepkan sebagai pengobatan lini
pertama dan kedua untuk orang dengan FEP. Pilihan APG-II tergantung pada berbagai faktor
seperti efek samping, tingkat tolerabilitas / penghentian dan hasil jangka panjang. Dosis awal
harus dimulai dari yang paling rendah. Jika respon lambat atau tidak lengkap, dosis dapat
dinaikkan perlahan dengan interval yang sesuai. Iritabilitas, insomnia dan agitasi dapat
75
ditatalaksana dengan benzodiazepin. Gejala lain seperti peningkatan suasana hati dan depresi
memerlukan pengobatan khusus dengan mood stabilizer dan antidepresan.
Antipsikotik membutuhkan waktu 10-14 hari untuk menunjukkan respons terapeutik,
meningkatkan dosis atau mengganti obat dengan cepat tidak akan mempersingkat proses ini dan
justru dapat meningkatkan efek samping dan ketidakpatuhan. Pasien yang naif terhadap
antipsikotik, pasien dengan metabolisme hati yang lambat atau gangguan intelektual, dan mereka
yang berusia di bawah 18 tahun paling berisiko mengalami efek samping akibat antipsikotik.
Skrining untuk mendeteksi adanya gangguan metabolisme harus dilakukan secara rutin pada
semua pasien pada FEP. Tabel 4. Menyajikan jenis-jenis obat antipsikotik beserta dosis yang
direkomendasikan.4
Durasi pengobatan
Meskipun rekomendasi mengenai lamanya pengobatan anti psikotik pada psikosis
episode pertama tetap tidak jelas, pedoman praktik terbaik merekomendasikan minimal 2 tahun.
Mengingat tingginya tingkat kekambuhan, kemungkinan sebagian besar pasien membutuhkan
pengobatan lanjutan hingga 3–5 tahun sejak pertama kali mengalami FEP. Menentukan pasien
mana yang dapat disapih dari pengobatan antipsikotik tetap merupakan ilmu yang tidak pasti dan
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
77
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhavsar V., McGuire P., Oliver D., Fusar,Poli P. (2017) Systematic Review and Meta-
Analysis of Mental Health Service Use in People who Report Psychotic Experiences. Early
Intervention in Psychiatry 2017 ;1– 11.
2. Orygen, The National Centre of Excellence in Youth Mental Health (2016) Australian
Clinical Guidelines for Early Psychosis, 2nd edition update. Early Psychosis Guidelines
Writing Group and EPPIC National Support Program. Melbourne.
3. Kalalo, RT.(2018) ‘Pentingnya Deteksi Dini Early Psychosis Pada Remaja’. Prosiding
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Psikiatri, Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 3-4 Februari 2018, pp 271-82. ISBN
978-602-14466-1-4
4. A Guide to Establishing Early Psychosis Services JANE EDWARDS BA (HONS), MA (CLIN
PSYCH) PHD, MAPS, International Standard Book Number-13: 978-1-4822-0744-6 (eBook
- PDF) No claim to original U.S. Government works Version Date: 20130401
5. Gomez-Revuelta M, et al. Antipsychotic treatment effectiveness in first episode of psychosis:
PAFIP 3-year follow-up randomized clinical trials comparing haloperidol, olanzapine,
risperidone, aripiprazole, quetiapine, and ziprasidone. International Journal of
Neuropsychopharmacology. 2020; 23(4):217-229
6. Anderson KK, Norman R, MacDougall A, et al. Effectiveness of early psychosis intervention:
comparison of service users and Nonusers in population- based health administrative data.
Am J Psychiatry 2018;175:443–52 11.
7. Aceituno D, Vera N, Prina AM, et al. Cost- Effectiveness of early intervention in psychosis:
systematic review. Br J Psychiatry 2019;215:388–9
8. Jean Addington, PhD, Kristin Cadenhead, MD, Tyrone Cannon, PhD, Jan. 5, 2017 Version
5.6.1 PRIME Research Clinic Yale School of Medicine New Haven, Connecticut USA.
9. Early Psychosis Guidelines Writing Group and EPPIC National Support Program,
Australian Clinical Guidelines for Early Psychosis, 2nd edition update, 2016, Orygen, The
National Centre of Excellence in Youth Mental Health, Melbourne
78