Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

PSIKOTIK
FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2021
UNIVERSITAS HASANUDDIN

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

DISUSUN OLEH:
Richard Pinarto
C014202205

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Najat Rany Kasir

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Ifa Tunisya, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Richard Pinarto


NIM : C014202205
Judul Lapsus Psikotik : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.

Makassar, November 2021

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Ifa Tunisya, Sp.KJ dr. Najat Rany Kasir


LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/ tanggal Lahir : Barru, 01 – 07 – 1972
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pendidikan Terakhir : Sekolah Teknik Menengah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pasien masuk RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan untuk keempat kalinya pada
tanggal 9 November 2021 diantar oleh anaknya dan dinas sosial.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
Nama : Ny. H
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Pedagang di pasar
Alamat : JL. AP. Pettarani, Barru
Hubungan dengan pasien : Adik kandung pasien

A. Keluhan Utama
Gelisah

B. Riwayat Gangguan Sekarang


a. Keluhan dan Gejala
Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke IGD RSKD Dadi untuk keempat
kalinya diantar oleh anaknya dan dinas sosial dengan keluhan gelisah.
Keluhan ini dialami sejak 2 bulan yang lalu dan memberat 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Pasien menganggu calon dari wanita yang ia sukai
karena mereka akan menikah. Pasien mengejar lelaki tersebut dengan parang
dan merusak motornya serta mengancam akan membunuhnya. Pasien sering
keliling kampung sambil berteriak mencari lelaki tersebut sehingga
meresahkan warga sekitar. Pasien sempat dipasung oleh saudaranya & warga
selama 2 minggu di rumah, tidur terganggu, makan tidak teratur dan mandi
jarang. Pasien sering mondar-mandir, selalu ingin keluar rumah, mudah
tersinggung dan marah-marah. Pasien mengaku mendengar suara-suara sejak
ibu pasien meninggal dunia tahun 2006 silam. Menurut pasien suara tersebut
adalah suara bisikan dari kedua orang tuanya dan suara tersebut selalu
memberikan perintah yang menyuruhnya untuk sholat dan memberi
peringatan kepada pasien dengan mengatakan “sabar nak, semua ini hanya
cobaan semata dari Tuhan”, suara bisikan ini didengar setiap hari pada saat
malam hari. Pasien juga mengatakan bahwa ia mengantar ibunya ke padang
mahsyar pada saat beliau meninggal dan bertemu dengan seluruh malaikat,
pasien mengaku bahwa saat itu ia sedang membaca surah Yasiin dan tiba-
tiba saja sudah berada di padang mahsyar. Pasien juga mengatakan ia pernah
bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan diberitahukan mengenai catatan
amalnya, karena menurutnya ia sudah meninggal tetapi pasien mengatakan
bahwa semua itu hanya dalam mimpinya dan mimpi itu tidak nyata. Pasien
juga meyakini bahwa dirinya adalah seorang guru besar (professor) di
fakultas Jurnalistik Pembangunan & Pengembangan, Universitas Gunadarma
yang menurutnya berada di Jawa Tengah, pasien mengaku mendapatkan
gelar tersebut dari Presiden SBY. Pasien juga meyakini bahwa adiknya
merasa iri kepadanya karena ia diberikan harta warisan yang lebih banyak
dibandingkan saudara-saudaranya, sehingga pasien meyakini bahwa adiknya
akan merebut hartanya dan ingin membunuhnya.
Riwayat terakhir kali dirawat di RSKD Dadi pada tanggal 6 Januari hingga
22 Februari 2021 lalu pasien dipulangkan kembali ke keluarganya. Riwayat
obat yang dikonsumsi ada 4 macam tetapi tidak diketahui jenisnya oleh
keluarga, pasien kadang tidak teratur meminum obatnya, obat terakhir kali
ditebus 2 bulan sebelum pasien kambuh lagi.
b. Hendaya dan disfungsi
· Hendaya sosial ada
· Hendaya pekerjaan ada
· Hendaya gangguan waktu senggang ada

c. Faktor stress psikososial


Faktor sosioekonomi, pasien tiba-tiba berhenti bekerja dari tempat
kerjanya karena suatu masalah dengan teman kerjanya, lalu setelahnya pasien
tidak bekerja lagi. Pada tahun 2000 pasien ingin berangkat menjadi TKI ke
Malaysia, namun sebelum itu pasien mengikuti suatu perkumpulan di masjid
dan mempelajari suatu ilmu-ilmu, semenjak saat itu dari pengakuan keluarga
pasien dirasakan berubah dan menjadi seperti sekarang.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma kapitis,
dan kejang yang mempengaruhi fungsi otak.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah ada riwayat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Awal perubahan perilaku sejak tahun 2000 dimana saat itu pasien ingin
berangkat ke Malaysia untuk menjadi TKI, namun sebelum berangkat pasien
mengikuti perkumpulan di suatu masjid untuk mempelajari suatu ilmu-ilmu.
Pasien tiba-tiba berteriak-teriak dan mengamuk tak terkendali di halaman masjid
lalu dibawa oleh dinas sosial ke RSKD Dadi untuk pertama kalinya. Pasien
dirawat selama ±1 bulan lalu kabur dari rumah sakit lewat balkon dan pulang
kembali ke Barru. Saat kembali ke Barru pasien tinggal bersama orang tuanya.
Pasien sering mengamuk saat di rumah, melempari rumah tetangga, memukul dan
merusak barang orang lain, tidak betah di rumah sering keluar kampung dengan
berjalan kaki. Pasien menjadi sosok yang mudah marah, sering mengungkit
masalah-masalah yang lalu, dan selalu mengingat kesalahan-kesalahan orang lain
pada dirinya. Pasien sering mengejar orang yang dirasanya menganggu dirinya
atau yang dibencinya menggunakan parang atau bambu runcing, sehingga
membuat warga sekitar menjadi resah & ketakutan. Pasien pernah mengejar
adiknya yang keempat sambil membawa parang karena merasa bahwa adiknya itu
ingin merebut hartanya & membunuhnya, pasien juga pernah mengejar adiknya
yang keenam sambil membawa bambu runcing saat saudaranya tersebut
berkunjung ke rumah orang tua mereka.
Pada tanggal 27 Februari 2020 pasien kembali masuk ke RSKD Dadi karena
memukul anak kecil di sekitar rumahnya sehingga dilaporkan ke polisi dan dinas
sosial. Dari penuturan keluarga, anak kecil tersebut mengganggu pasien sehingga
pasien tersulut emosi dan memukulnya. Pasien lalu dirawat selama ±1 tahun di
RSKD Dadi dan dipulangkan tanggal 17 Desember 2020.
Pada tanggal 6 Januari 2021 pasien kembali masuk ke RSKD Dadi karena
mengejar pak camat menggunakan parang, penyebab pasien mengejar pak camat
tidak diketahui pasti oleh keluarga. Hal ini lantas membuat warga sekitar menjadi
resah & ketakutan, sehingga mereka kembali menghubungi dinas sosial dan
meminta untuk pasien dibawa saja kembali ke RSKD Dadi. Pasien lalu dirawat
selama ±1 bulan dan dipulangkan pada tanggal 22 Februari 2021. Setelah pulang
ke rumah pasien sudah jarang mengamuk, lebih pendiam, dan menjadi lebih
kurus, pasien juga sering beribadah namun masih sering berbicara sendiri, dari
pengakuan pasien ia sedang berbicara dengan temannya.
Riwayat pengobatan saat dirumah, pasien mengonsumsi 4 macam obat namun
tidak diketahui jenisnya oleh pihak keluarga, terakhir kali obat ditebus bulan
September 2021 sehingga pasien sempat putus obat selama 2 bulan sebelum
masuk lagi ke RSKD Dadi. Pasien tidak pernah dibawa kontrol ke pelayanan
kesehatan terdekat.

D. Riwayat kehidupan pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir dengan persalinan normal di rumah ditolong oleh dukun dan
cukup bulan. Pasien mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 1,5 tahun. Selama
hamil ibu pasien dalam keadaan sehat. Pada saat bayi, pasien tidak pernah panas
tinggi ataupun kejang. Tumbuh kembangnya juga baik.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun)
Pasien dirawat oleh kedua orang tuanya. Perkembangan masa kanak-kanak
awal pasien seperti berjalan, berbicara baik, perkembangan bahasa dan
perkembangan motorik berlangsung baik. Kebiasaan makan pasien baik. Pola tidur
baik. Interaksi ibu dan anak baik selama masa pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usianya. Hubungan antara saudara baik.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien tinggal bersama nenek sejak usia 9 tahun dikarenakan orang tua pasien
kewalahan merawat delapan orang anaknya, sehingga pasien dan adiknya yang
keenam tinggal bersama neneknya. Pola asuh sang nenek diakui cukup keras,
seperti memberi hukuman dengan cara dipukul menggunakan rotan. Pertumbuhan
dan perkembangan seperti teman sebayanya. Hubungan pasien dengan teman-
temannya baik.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12-18 tahun)
Pasien melanjutkan sekolahnya sampai jenjang Sekolah Teknik Menengah di
Makassar. Saat sekolah, pasien cukup tertutup, kurang pandai bergaul &
bersosialisasi sehingga hanya memiliki sedikit teman. Saat itu pasien bersekolah
sambil bekerja sebagai pengantar koran untuk membantu perekonomian keluarga.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien hanya mengenyam Pendidikan hingga bangku SMA. Pasien tidak
dapat melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah karena faktor ekonomi.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah tidak bekerja
c. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dengan perempuan pilihannya sejak tahun 1992 dan
memperoleh 2 orang anak, 1 perempuan dan 1 laki-laki. Namun, sejak
tahun 2001 pasien sudah tinggal terpisah dari istrinya dikarenakan anaknya
khawatir kondisi pasien saat itu dapat membahayakan nyawa ibu mereka.
Sehingga pasien pun mengangap bahwa ia telah bercerai dari istrinya.
d. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan ibadahnya dengan baik.
Dari penuturan keluarga sebelum sakit, pasien merupakan seorang yang
agamis.
e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum
g. Aktivitas Sosial
Pasien jarang mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang ada di kampungnya,
pasien cukup tertutup baik kepada keluarga maupun orang sekitarnya.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak kedua dari delapan bersaudara (♂, ♂, ♂, ♂, ♀, ♀, ♂, ♂).
Pasien sejak kecil hingga sebelum masuk sekolah dasar tinggal bersama kedua orang
tuanya, namun saat usia 9 tahun hingga SMP pasien tinggal bersama neneknya.
Setelah lulus SMP pasien pindah ke Makassar dan tinggal bersama kakak pertamanya
untuk melanjutkan pendidikan di Makassar. Pasien mengaku cukup akrab dengan
ayah dan ibunya. Ibu pasien telah meninggal dunia tahun 2006 karena jatuh dari
tebing, saat itu warga memberitahukan pasien mengenai kondisi ibunya dan saat
sampai di tempat kejadian pasien hanya melihat dengan tatapan biasa. Ayah pasien
meninggal dunia tahun 2019 karena sakit yang dideritanya, saat pemakaman pasien
sempat mengacau dan ingin menggali kuburan ayahnya. Sebelum sakit hubungan
pasien dengan anggota keluarganya sangat baik, namun setelah sakit pasien menjadi
sering bermasalah dengan keluarganya. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga
tidak ada.
Genogram
F. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal sendirian di Barru. Pasien tidak memiliki pekerjaan apapun
dan hanya tinggal di rumah.

G. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya


Pasien tidak mengetahui alasan dirinya dibawa ke rumah sakit dan merasa dirinya
tidak sakit. Pasien berkata saat ini ia merasa tidak bahagia karena tidak memiliki
pasangan hidup dan sudah tidak memiliki orang tua.

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

A. Status Internus

● Keadaan Umum : Baik


● Kesadaran : Compos Mentis
● Tanda Vital
o Tekanan Darah : 120/70 mmHg
o Nadi : 80x/menit
o Suhu : 36.0°C
o Pernapasan : 18x/menit
● Konjungitva tidak anemis, sklera tidak ikterik
● Jantung dan paru dalam batas normal
● Tidak ada nyeri tekan abdomen
● Ekstremitas atas dan bawah dalam batas normal

B. Status Neurologis
● GCS : E4M6V5
● Tanda Rangsang Meninges : Tidak ada kelainan
● Pupil : Bulat, isokor, diameter 2,5 mm/2,5 mm
● Nervus Kranialis : Dalam batas normal
● Sistem Saraf Motorik dan Sensorik : Dalam batas normal
Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan Neurologis
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah tampak sesuai umur (49 tahun), kulit sawo matang,
rambut pendek warna hitam sedikit beruban, mengenakan kemeja batik berwarna
coklat, celana training berwarna hitam, dan tidak mengenakan alas kaki.
Perawakan sedang, pasien nampak kurang rapi dan perawatan diri kurang.
2. Kesadaran
Kualitatif : Berubah
Kuantitatif : GCS 15 (compos mentis)
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Saat wawancara, pasien nampak cukup tenang, tidak ada gerakan stereotipik,
gerakan abnormal, gerakan involunter maupun gerakan tidak bertujuan.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Cukup Kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian


1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf pendidikan :
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf pendidikan
(tamatan STM).
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
· Waktu : Baik
· Tempat : Baik
· Orang : Baik
4. Daya ingat
· Jangka panjang : Baik
· Jangka pendek : Baik
· Jangka segera : Baik
5. Pikiran Abstrak : Tidak baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+), pasien mendengar suara bisikan dari kedua orang
tuanya dan suara tersebut selalu memberikan perintah yang menyuruhnya untuk
sholat dan memberi peringatan kepada pasien dengan mengatakan “sabar nak,
semua ini hanya cobaan semata dari Tuhan”, suara bisikan ini didengar setiap hari
pada saat malam hari.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
· Produktivitas : Cukup
· Kontinuitas : Kadang irrelevant, inkoheren
· Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
 Preokupasi : Tidak ada
 Gangguan isi pikir :
- Waham persekutorik (+), pasien meyakini bahwa adiknya merasa iri
kepadanya karena ia diberikan harta warisan yang lebih banyak
dibandingkan saudara-saudaranya, sehingga pasien merasa bahwa
adiknya akan merebut hartanya dan ingin membunuhnya.
- Waham bizzare (+), pasien mengatakan bahwa ia mengantar ibunya ke
padang mahsyar pada saat beliau meninggal dan bertemu dengan
seluruh malaikat.
- Waham kebesaran (+), pasien meyakini bahwa dirinya adalah seorang
guru besar (professor) di fakultas Jurnalistik Pembangunan &
Pengembangan, Universitas Gunadarma yang menurutnya berada di
Jawa Tengah dan mendapatkan gelar tersebut dari Presiden SBY.

F. Pengendalian Impuls
Baik saat wawancara dilakukan
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu

H. Tilikan (Insight)
Tilikan 1 (Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit)

I. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke UGD RSKD Dadi untuk keempat kalinya
diantar oleh anaknya dan dinas sosial dengan keluhan gelisah. Hal ini dialami sejak 2
bulan yang lalu dan memberat 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien gelisah,
mengamuk, dan menganggu orang lain sehingga membuat warga sekitar tempat
tinggalnya resah & ketakutan. Pasien sempat dipasung oleh saudaranya & warga selama
2 minggu di rumah. Pasien mengalami halusinasi auditorik, waham persekutorik, waham
bizzare, dan waham kebesaran. Tidur terganggu, makan tidak teratur dan mandi jarang.
Awal perubahan perilaku sejak tahun 2000 dimana saat itu pasien ingin berangkat ke
Malaysia untuk menjadi TKI, namun sebelum berangkat pasien mengikuti perkumpulan
di suatu masjid untuk mempelajari suatu ilmu-ilmu. Pasien tiba-tiba berteriak-teriak dan
mengamuk tak terkendali di halaman masjid. Stressor diduga akibat faktor sosioekonomi
saat pasien tiba-tiba berhenti bekerja karena terlibat permasalahan dengan teman
kerjanya, selain itu diperberat oleh situasi pasien yang sudah tidak tinggal bersama anak
dan istrinya serta ibunya yang meninggal dunia.
Pada pemeriksaan status mental, seorang laki-laki, wajah tampak sesuai umur (49
tahun) mengenakan kemeja batik berwarna coklat dan celana hitam. Perawakan sedang,
warna kulit sawo matang, pasien nampak kurang rapi dan perawatan diri kurang.
Kesadaran kualitatif berubah. Mood sulit dinilai, afek terbatas, dan rasa empati pasien
tidak dapat dirabarasakan. Arus pikir kadang irrelevant, inkoheren. Terdapat gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik. Terdapat gangguan isi pikir berupa waham
persekutorik, waham bizzare, dan waham kebesaran. Pengendalian impuls cukup baik.
Daya nilai terganggu, tilikan derajat I (penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit).

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


a. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna, yaitu pasien sering gelisah, mengamuk,
menganggu warga sekitar, sering berbicara & tertawa sendiri, tidur terganggu,
makan tidak teratur, mandi jarang. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar. Hal ini juga
menimbulkan disabilitas (hendaya) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang yang merupakan tanda dari adanya “Gangguan
Jiwa”.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat dalam
menilai realitas berupa adanya halusinasi auditorik, waham persekutorik, waham
bizzare, dan waham kebesaran sehingga pasien didiagnosis mengalami
“Gangguan Jiwa Psikotik”.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan. Berdasarkan PPDGJ-III pasien didiagnosis sebagai “Gangguan
Jiwa Psikotik Non Organik”.
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, pemeriksaan status mental, dan
observasi, ditemukan adanya waham bizzare yang berlangsung lebih dari satu
bulan (sejak tahun 2006). Sehingga berdasarkan PPDGJ-III pasien didiagnosis
sebagai Skizofrenia (F20) menurut kriteria 1 gejala. Sebagai tambahan, terdapat
gejala halusinasi auditorik yang selalu memberikan perintah & peringatan, adanya
waham persekutorik serta waham kebesaran. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III
pasien dapat didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid (F20.0).
b. Aksis II
Sebelum sakit, pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, tertutup, dan suka
menolong orang lain. Dari data yang didaptkan belum dapat mengarahkan ke
dalam ciri kepribadian tertentu. Mekanisme pertahanan yang digunakan adalah
“represi”.
c. Aksis III
Tidak ditemukan adanya gangguan medis umum.
d. Aksis IV
Stressor diduga akibat faktor sosioekonomi saat pasien tiba-tiba berhenti
bekerja karena terlibat permasalahan dengan teman kerjanya, selain itu diperberat
oleh situasi pasien yang sudah tidak tinggal bersama anak dan istrinya serta
ibunya yang meninggal dunia.
e. Aksis V
GAF Scale saat ini : 50-41 (gejala berat, disabilitas berat)
GAF Scale 1 tahun terakhir : 60-51 (gejala dan disabilitas sedang)

VII. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik namun ditemukan gejala klinik yang
bermakna akibat adanya ketidakseimbangan neurotransmitter, oleh karena itu
pasien memerlukan tatalaksana farmakoterapi.
b. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam kehidupan pribadi sehingga
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
c. Sosiologik
Pasien mengalami hendaya dalam penggunaan waktu senggang, hubungan
sosial, dan pekerjaan sehingga pasien memerlukan sosioterapi.

VIII. RENCANA TERAPI


a. Farmakoterapi :

 R/ Risperidon 2 mg, 1 tab/12 jam/oral


 R/ Clozapine 25 mg, 1 tab/24 jam/oral
b. Psikoterapi

 Suportif : memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu


pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi
penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan,
efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi
pasien supaya mau minum obat secara teratur.
 Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga
pasien dan orang-orang disekitarnya sehingga mereka dapat memberikan
dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar dapat
membantu proses penyembuhan.

IX. PROGNOSIS
a. Ad vitam : Bonam
b. Ad functionam : Dubia ad malam
c. Ad sanationam : Dubia ad malam
Faktor pendukung :
 Keluarga pasien mendukung dan mengharapkan pasien cepat sembuh
 Fasilitas pelayanan kesehatan dapat dijangkau
 Pasien ditanggung BPJS sehingga dapat terus berobat
 Pasien menujukkan gejala-gejala postif berupa waham dan halusinasi
 Pasien tidak memiliki penyakit komorbid
 Stressor jelas
Faktor penghambat :
 Pasien hanya tinggal seorang diri
 Pasien memiliki tilikan satu

X. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Menurut World Health Organization (WHO), skizofrenia adalah keadaan penyakit
mental yang mempunyai karakterisasi distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa,
perilaku, dan keadaan diri sendiri, yang disebut juga dengan psikosis. Gejala-gejala
umum yang biasa dialami oleh orang dengan skizofrenia adalah adanya halusinasi
pendengaran, penglihatan, atau perabaan sesuatu yang tidak nyata; adanya delusi, yaitu
keyakinan atau kecurigaan palsu yang tetap tetapi tidak dimiliki oleh orang lain dalam
budaya orang tersebut dan dipegang teguh bahkan ketika diberikan bukti yang
bertentangan; adanya perilaku abnormal dimana didapatkan perilaku tidak teratur seperti
jalan tanpa tujuan, bergumam atau tertawa sendiri; adanya pengabaian pada diri sendiri
atau tampak tidak terawatt; adanya bicara tidak teratur, tidak koheran, atau tidak relevan;
dan/atau adanya gangguan emosi yang ditandai dengan apatis atau adanya
ketidakserasian antara perasaan yang ia katakan dengan ekspresi wajah atau bahasa
tubuhnya[ CITATION Wor19 \l 1033 ].
Pada umumnya, skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate)
atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian[ CITATION RMa19 \l 1033 ].
Kriteria diagnostik skizofrenia menurut PPDGJ- III (F20. Skizofrenia)[ CITATION
RMa19 \l 1033 ] :

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing masuk ke
dalam pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu di luar
dirinya; dan
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
- “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c) Halusinasi auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap


perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
● Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
h) Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
● Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas harus telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodromal)
● Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Jenis-jenis skizofrenia dapat dibagi menjadi skizofrenia paranoid, skizofrenia


hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci (undifferentiated), depresi
pasca-skizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia lainnya, dan
skizofrenia YTT. Sementara untuk kriteria diagnostik dari skizofrenia paranoid menurut
PPDGJ-III (F20.0. Skizofrenia Paranoid) adalah[ CITATION RMa19 \l 1033 ] :
● Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

● Sebagai tambahan :

- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi


perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Pada pasien ini ditemukan adanya halusinasi berupa halusinasi auditorik yang
memberi perintah & peringatan, adanya waham persekutorik, waham bizzare, dan
waham kebesaran sehingga memenuhi kriteria diagnosis Skizofrenia Paranoid (F20.0)
menurut PPDGJ-III.

Pada pasien direncanakan untuk pemberian farmakoterapi dengan tujuan untuk


mencegah bahaya pada pasien, mengontrol perilaku pasien, dan untuk mengurangi gejala
psikotik pada pasien seperti agitasi, agresif, gejala negatif, gejala positif, serta gejala
afek.
Antipsikotik yang diberikan merupakan golongan atipikal, yaitu Risperidone dan
golongan Clozapine. Risperidon merupakan antagonis kuat terhadap reseptor dopamin
D2 dan reseptor 5- HT2A. Risperidone juga memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor
alfa 1, alfa 2 adrenergik, sehingga baik untuk mengatasi gejala positif dan negatif.
Pemberiannya dimulai dari dosis minimal sebesar 0,5 – 1 mg, dimana dosis akhir ideal
untuk sebagian pasien adalah 4 – 6 mg/hr dimana dosis lebih dari ini akan memberikan
efek yang menyerupai obat antipsikotik tipikal. Efek samping yang dapat ditemukan
tardif diskinesia dan sedikit peningkatan berat badan. Risperidone tidak menyebabkan
gangguan pada fungsi kognitif. Di samping itu, Risperidone menyebabkan efek samping
ekstrapiramidal yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan obat antipsikotik tipikal,
sehingga relatif aman bila dikonsumsi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Clozapine juga merupakan obat golongan atipikal yang memiliki afinitas yang tinggi
terhadap histamin. Pertimbangan penggunaannya ialah karena clozapine merupakan obat
golongan atipikal yang jarang menimbulkan efek EPS. Clozapine adalah APG II yang
pertama dikenal, kurang menyebabkan timbulnya EPS, tidak menyebabkan terjadinya
tardive dyskinesia, dan tidak terjadi peningkatan dari prolaktin. Pemakaian clozapine
dapat menyebabkan timbulnya efek samping agranulositosis, dengan persentase antara
0.5% - 2%. Efek samping yang berbahaya selain agranulositosis adalah kejang.
Peningkatan efek samping ini khususnya terjadi pada pemakaian dosis yang tinggi.
Selain itu clozapine juga dapat menimbulkan efek samping yang lain seperti
bertambahnya sedasi, hipotensi ortostatik, peningkatan berat badan, konstipasi dan
hipersalivasi. Dosis Clozapine yang digunakan pada kasus ini hanya digunakan sebagai
sedatif bagi pasien, bukan sebagai dosis terapi. Pertimbangan penggunaannya ialah
karena clozapine merupakan obat golongan atipikal yang jarang menimbulkan efek EPS[
CITATION HHä14 \l 1033 ][ CITATION Ind11 \l 1033 ].
Pasien juga dapat diberikan terapi non medikamentosa yaitu psikoterapi suportif dan
sosioterapi yang dianjurkan setelah pasien tenang. Psikoterapi dilakukan untuk
memperbaiki kemampuan sosial pasien dan memperbaiki hubungan interpersonal. Selain
itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien atau orang-orang disekitar pasien
sehingga mereka dapat menerima keadaan pasien dan menciptakan suasana yang dapat
mempercepat penyembuhan pasien[ CITATION BJa07 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Schizophrenia. WHO website. [Online] World Health
Organization, October 4, 2019. [Cited: November 27, 2021.] https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/schizophrenia.
2. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III,
DSM-5. Cetakan 3. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
2019.
3. Häfner, H.The Concept of Schizophrenia: From Unity to Diversity. s.l. : Advances in
Psychiatry, 2014. DOI:10.1155/2014/929434.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia. Konsensus penatalaksanaan gangguan
skizofrenia. Jakarta : PDSKJI, 2011.
5. Sadock, B James and Sadock, V Alcott. Kaplan and Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams and
Wilkins and Wolter Kluwer Health, 2007. 13:978-81-89960-37-7.
LAMPIRAN PERCAKAPAN AUTOANAMNESIS

DM : Dokter Muda
P : Pasien

DM : Selamat sore pak, perkenalkan dokter muda izin bertanya-tanya ke bapak tentang
masalahnya bapak, mungkin agak sedikit personal tetapi kami akan jamin kerahasiannya
antara kami dan bapak saja yang tahu. Nama saya Richard pak, apakah bapak bersedia?
P : iya bersedia dok
DM : Bapak kalau boleh tau Namanya siapa?
P : Damis
DM : nama lengkapnya siapa pak?
P : Prof. Dr. Ir. Muh. Damis, M.A
DM : Bapak kapan lahir dan dimana?
P : di Serang, 11 april 1972
DM : Bapak sudah menikah?
P : sudah, tapi sekarang sudah cerai
DM : kalo boleh tahu kapan cerainya pak?
P : 3 tahun yang lalu dok
DM : oh berarti tahun 2018 ya pak, bapak punya anak?
P : iya ada 2 dok, 1 laki-laki, 1 perempuan
DM : oh siapa Namanya pak?
P : Rahma dan Taufik
DM : Bapak tinggal dimana?
P : Barru dok
DM : kalau boleh tahu bapak pekerjaannya apa sekarang?
P : Saya petani dok
DM : oh iya pak, Pendidikan terakhir bapak apa?
P : STM
DM : oh dimana bapak sekolah?
P : di Makassar dok
DM : Oh iya pak, pak damis sudah berapa hari disini?
P : 8 hari dok
DM : kalau boleh tahu siapa yang bawa bapak kesini?
P : Erna dari dinas sosial sama anak saya taufik
DM : Pak Damis tahu kira-kira kenapa bapak dibawa kesini?
P : gelisah dok
DM : oh, bisa dijelaskan gelisah bagaimana?
P : saya sering marah-marah dok
DM : oh sering marah-marah ya pak, kalau boleh tahu marah-marah ke siapa pak?
P : Keluarga
DM : oh kenapa bisa marah-marah pak?
P : karena saya disiksa di kampung
DM : oh disiksa sama siapa pak?
P : sama saudara saya
DM : kenapa bisa disiksa pak?
P : tidak tahu dok
DM : oh begitu pak, berapa lama kira-kira bapak disiksa?
P : 1 minggu dok, eh 2 minggu
DM : oh, bapak diapakan oleh saudara bapak?
P : dipasung dok
DM : dimana bapak dipasung?
P : di Rumah dok
DM : Jadi bapak tidak bisa kemana-mana ya?
P : Iya
DM : hmm, bapak tahu kira-kira keluarga bapak lakukan itu?
P : …….
DM : Oh mungkin bapak sering keluar-keluar rumah ya?
P : iya
DM : kalau boleh tahu, kenapa bapak sering keluar rumah?
P : saya tidak betah di Rumah
DM : oh, kenapa bapak tidak betah dalam rumah?
P : tidak tahu
DM : apa yang biasa bapak lakukan kalau keluar rumah?
P : silaturahmi
DM : oh silaturahmi kemana pak?
P : ke rumah saudara
DM : oh siapa itu pak?
P : imam pai
DM : siapa itu imam pai pak?
P : Rumahnya anaknya saudara saya
DM : kenapa bapak silaturahmi kesana?
P : disana ada padi, terus saya bisa makan
DM : oh bapak mau makan ya? Dirumah dikasih makan tidak?
P : Tidak
DM : Pak Damis, tadi bapak bilang bapak dikurung dirumah ya? Bapak tahu kenapa bisa
dikurung?
P : karena saya selalu keluar rumah
DM : bapak merasa ada keluarga bapak yang benci?
P : tidak
DM : bapak pernah merasa ada yang bicarakan bapak atau mau ambil hartanya bapak?
P : ada
DM : siapa pak?
P : saya tidak tahu siapa, tapi kalau ada barang hilang semua
DM : siapa yang ambil itu pak?
P : saya tidak tahu
DM : sekarang barangnya masih ada?
P : tidak.
DM : bukan keluarga bapak yang ambil?
P : …….
DM : kemarin bapak bilang keluarga bapak yang ambil. Bapak tau keluarga siapa yang
ambil?
P : oh tanah
DM : bisa dijelaskan tanah apa itu?
P : Tanah warisan
DM : kenapa mau diambil pak?
P : tidak tahu, orang serakah namanya
DM : oh jadi menurut bapak keluarga bapak serakah ya? mau ambil semua hartanya
bapak?
P : Iya
DM : Jadi sekarang masih ada hartanya bapak atau tidak?
P : Masih
DM : itu hartanya bapak emang dikasih?
P : iya dikasih sama Ibu saya
DM : memang tanahnya atas nama bapak?
P : Iya
DM : baik pak. Pak Damis tadi bilang bapak sering keluar rumah ya, sejak kapan itu pak?
P : sejak bulan agustus
DM : bapak pernah marah-marah dirumah, pukul orang, atau lempar barang?
P : tidak pernah dok
DM : bapak suka main gunting, pisau atau benda tajam?
P : tidak suka
DM : kapan pak damis merasa kalau bapak sakit?
P : sudah lama dok, sejak tahun 2001
DM : kenapa itu kira-kira pak?
P : karena patah hati dok ditinggal istri
DM : oh jadi bapak sudah cerai sama istri?
P : iya sudah cerai dari tahun 2001, tapi cerai secara pengadilan akhir-akhir ini
DM : apa yang bapak lakukan waktu patah hati?
P : tidak ada dok….dakwah
DM : oh, jadi bapak berdakwah kemana?
P : di makassar dok untuk obati patah hatiku
DM : oh tidak ada orang bapak kejar?
P : tidak ada, kenapa mau dikejar, saya bukan orang jahat
DM : bapak kalau dirumah sering bersosialisasi sama tetangga?
P : iya sering dok
DM : oh iya baik pak. Kalau semenjak bapak sakit masih sering bekerja?
P : iya
DM : oh masih ya, dulu hobinya pak damis apa ya?
P : tidak ada
DM : semenjak bapak cerai, bapak langsung sakit begini? Atau setelah beberapa tahun
bapak cerai?
P : beberapa tahun kemudian
DM : selain itu ada lagi yang bikin banyak pikiran?
P : Tidak
DM : Bapak merokok? Minum alcohol?
P : tidak
Dm : sekarang bapak tinggal dimana?
P : Barru
DM : dimana anak bapak?
P : Ikut sama ibunya
DM : bagaimana perasaannya sekarang?
P : Tidak Bahagia
DM : kenapa tidak Bahagia?
P : Tidak ada pasangan, tidak ada orang tua
DM : kapan meninggal orang tua?
P : tahun 2006
DM : tadi bapak bilang waktu meninggal orang tua bapak, dulu bapak ikut pergi antar?
P : iya
DM : antar kemana?
P : Padang Masyhar
DM : Bagaimana caranya kesana?
P : pas meninggal saya tidur disampingnya, terus tiba-tiba sampe di padang masyhar,
terus saya disuruh pulang sama ibu saya
DM : dengan siapa lagi bapak bertemu di padang masyhar?
P : malaikat Jibril, mikail, israfil, munkar, nakir, malik, ridwan. Ramai disana dok
DM : kemarin bapak bilang bertemu Nabi Muhammad? Kapan?
P : tahun 2001 saya mimpi meninggal terus nabi suruh pulang
DM : Oh berarti ini tidak nyata ya pak?
P : iya tidak nyata karena mimpi
DM : kan dulu bapak bilang ke padang masyhar, nah itu bukannya kalo hari kiamat ya
terjadi?
P : iya, tanda-tanda kiamat sudah banyak
DM : berarti betulan itu bukan mimpi ya?
P : iya betulan dok
DM : Bapak pernah merasa ada suara yang membicarai bapak atau menyuruh?
P : tidak pernah dok
DM : tadi kan bapak bilang bapak punya tanah ya? dimana itu pak?
P : didekat rumah, 3,5 hektar
DM : punya bapak semua itu ya?
P : Warisan orang tua, terus dibagi rata, tapi tidak adil, adik saya mau kuasai semuanya,
terus saya tidak dikasih
DM : pak damis pernah lihat bayangan-bayangan hitam?
P : tidak pernah
DM : berapa kali pak damis dibawa kesini
P : 3 kali
DM : dulu waktu pertama kali dibawa karena apa?
P : diantar sama kepala kampung, tidak tahu karena apa
DM : Pak damis kan tadi bapak bilang ada gelarnya bapak? Apa gelarnya dan siapa yang
kasih? Terus karena apa?
P : Prof. dr. Ir. Muh. Damis, M.A, tahun 2011 saya dikasih SBY karena tanda jasa
DM : oh tanda jasa apa itu pa?
P : tidak tahu juga dok, tiba-tiba dikasih universitas gunadarma
DM : ada ijazah bapak?
P : iya ada di Barru, tidak saya bawa
DM : bapak tahu sekarang presiden sekarang?
P : Joko Widodo
DM : bapak sudah berapa lama dirawat disini?
P : 1 minggu
DM : bapak tahu sekarang pagi,siang atau malam?
P : siang
DM : bapak kemarin berapa lama menikah?
P : Lebih 30 tahun
DM : dulu SD, SMP, SMA dimana?
P : SD 135 pinrang, SMP Ralla, STM Barru
DM : Ohh iya mungkin itu saja yang mau saya tanyakan dulu ke pak Damis, terimakasih
banyak pak atas kesediannya
P : Iye, sama-sama
LAMPIRAN PERCAKAPAN ALLOANAMNESIS

DM : Assalamualaikum bu, pekenalkan saya Richard dokter muda di dadi, jadi disini saya
mohon izin untuk bertanya mengenai pak Damis. Apakah ibu berkenan?
KP : iya silahkan dok
DM : hubungan ibu dengan bapak damis apa?
KP : saya adiknya
DM : berapa bersaudara ibu?
KP : 8, 1 meninggal. Saya anak ke 5, pak damis anak ke 5, anak ke 5 dan ke 6 perempuan
yang lainnya laki-laki dok. Yang meninggal anak ke 7
DM : Ibu saya kan sempat tanya ke pak damis, katanya dia di pasung ya, selain di pasung
kenapa pak damis dibawa ke dadi bu?
KP : dirumah suka menganggu orang dok, suka mengamuk juga, terus biasa dia lempari
orang lain
DM : oh sudah berapa lama itu bu?
KP : sekitar 1 bulan sebelum dipasung
DM : selain itu bapak sering mondar-mandir atau gelisah dirumah?
KP : iya selalu dok, dia juga pernah pukul orang, kakak ku juga pernah dikejar pake
parang sama tombak bamboo yang dia buat sendiri dok
DM : oh kapan itu kejadiannya bu?
KP : sebelum di pasung kurang lebih 1 bulan lalu
DM : selain suka keluar rumah, atau mengganggu orang, ada lagi yang bapak damis
lakukan?
KP : biasa dia jalan kaki, balik lagi, jalan-jalan tanpa tujuan
DM : biasa kemana itu bu?
KP : biasa ke enrekang dia berkunjung ke anaknya. Dia juga pernah ke Pinrang jalan kaki
DM : waktu di pasung siapa yang temani pak damis bu?
KP : tidak ada, dia tinggal sendiri di rumah
DM : ohh, terus yang urus di rumah siapa bu?
KP : tidak ada dok, paling dikasih makan seadanya saja, kalo mandi tidak pernah
DM : pak damis memang suka teriak-teriak ya bu?
KP : iya dia sering teriak-teriak makanya itu dipasung karena meresahkan warga juga dok
DM : oh ibu tau biasa pak damis teriak apa?
KP : saya kurang tau dok
DM : keluhan begini pak damis sudah berapa tahun bu?
KP : kurang lebih sudah 20 tahun
DM : sebelum begini mungkin ada peristiwa yang pak damis alami bu?
KP : dulu pernah kerja di Makassar, kurang lebih 10 tahun kerja, terus dia mengundurkan
diri dari pekerjaan dan pulang kampung ke Barru, kemudian setelah 3 tahun, pak damis ke
enrekang sama istri dan anak-anaknya. Di Enrekang tidak sampai 2 tahun kemudian pak
Damis ikut jadi TKI saya lupa kemananya dan tiba-tiba kena gejala seperti itu dok, dia bilang
kenanya di masjid nunukan di Indonesia
DM : maksudnya di masjid baru terkena bu?
KP : iya pengakuan dari dia bilang begitu terus orang lain juga ada yang bilang, katanya
di masjid itu ada diajarkan ilmu-ilmu
DM : semenjak saat itu mulai tidak stabil ya bu?
KP : iya sering bentak-bentak
DM : memang pak Damis orangnya agamis ya bu?
KP : iya dok, tapi semenjak ikut-ikut seperti itu dia sudah tidak stabil
DM : oh iya baik bu, jadi kapan pertama kali pak damis dibawa ke dadi?
KP : pertama kali tahun 2000 dok, terus tidak sampai sebulan dia kabur lewat pelapon
atap sama temannya
DM : oh jadi Cuma 1 bulan ya bu, terus berapa lama pak damis berkeliaran bebas di
Barru?
KP : bertahun-tahun dok
DM : jadi berapa kali totalnya pak damis dibawa ke dadi?
KP : kalau tidak salah ke 4
DM : masuk yang ke-4 ini karena apa bu?
KP : dulu dilaporkan sama polisi karena pernah memukul orang, terus tahun 2021 awal
dipulangkan ke Barru lagi
DM : waktu di Barru ada perubahan bu?
KP : iya ada dok, sudah tidak mengamuk lagi, terus agak loyo karena katanya dia kurang
HB
DM : setelah di barru pak damis rajin minum obat bu?
KP : rajin dok, tapi setelah obatnya habis gejalanya kambuh lagi karena obatnya tidak ada
di puskesmas dan tidak ada yang uruskan pak damis
DM : Ibu tau obatnya apa? Atau berapa macam?
KP : 4 macam kalua tidak salah dok
DM : sebelum masuk kapan terakhir pak damis minum obat?
KP : kurang lebih 2 bulan putus obat dok
DM : terus apa yang biasa pak damis lakukan bu?
KP : biasa mengaji, seperti orang normal, tapi kadang-kadang kalua diajak bicara tidak
nyambung dok
DM : sering bicara sendiri atau ketawa-ketawa sendiri?
KP : Iya sering dok
DM : sepanjang hari bu?
KP : tidak kadang-kadang dok
DM : Ibu pernah tanya siapa yang sedang bicara sama dia?
KP : dia bilang sama temannya memang dok
DM : bu, jadi saya sempat baca di RMnya katanya pak damis sempat kejar orang pake
parang karena tidak terima wanita idamannya mau menikah ya?
KP : iya betul itu dok
DM : tahun berapa itu bu?
KP : saya lupa dok, sering dia begini dok, sudah 2 kali dia kejar orang pake parang
karena wanita kesukaannya mau menikah
DM : jadi lagi acara dia mengacau bu?
KP : iya mengacau dok pas lagi akad nikah
DM : oh makanya dating dinsos ya bu?
KP : iya dok
DM : kalo kejadian yang kakaknya dibawakan parang ini kejadiannya kapan bu?
KP : sebelum mengacau diacara itu dok, memang dia sering bawa parang kalau merasa
terancam
DM : ada lagi selain itu bu?
KP : pernah juga dia bawa bamboo runcing karena marah tidak ada gas di warung
DM : oh jadi sekarang kayak gampang marah ya bu?
KP : iya dok. Jadi memang dari dulu pak damis ini sebenarnya penyabar tapi pendendam.
Di antara saudara-saudara yang lain juga memang dia paling sabar, tapi selalu dipendam,
terus juga pak damis suka cemburu ke siapapun walaupun sama keluarganya
DM : kemarin sempat saya tanyakan ke pak Damis, katanya dia bilang sudah cerai sama
istrinya ya?
KP : tidak betul itu dok, sebenarnya istrinya masih mau sama pak damis dok, tapi istrinya
takut mau dibunuh sama dia, jadi anaknya larang ibunya untuk ketemu pak damis karena dulu
pernah pak damis mau coba bunuh istrinya pake parang yang dia sembunyikan didalam
lemari
DM : itu waktu dimana bu?
KP : dulu waktu masih di enrekang
DM : jadi kurang lebih kapan pak damis berpisah dengan istrinya bu?
KP : tahun 2000 dok setelah sakit
DM : oh jadi menikahnya sudah berapa lama bu?
KP : dari tahun 1993
DM : waktu pisah dulu anaknya masih kecil ya bu?
KP : iya masih kecil
DM : jadi interaksi anaknya sama pak damis kurang ya bu?
KP : iya kurang dok jarang ketemu karena pak damis pergi merantau. Selama sebelum
sakit selalu tinggal bersama anak dan istrinya
DM : Oh jadi setelah pergi merantau cari-cari ilmu di masjid, pak damis pernah pulang
bu?
KP : tidak pernah pulang dok, langsung di urus orang , pak Damis sudah tidak ingat yang
Namanya pulang dok.
DM : Jadi waktu itu orang masjid kasih kabar bahwa pak Damis mengacau bu ?
KP : Iya, Seperti Itu
DM : Ibu ingat waktu pertama kali di masjid itu pak Damis mengacau seperti apa?
KP : Mungkin teriak-teriak dan mengamuk, seperti tidak bisa dikendalikan walaupun kita
coba bicara dengan dia
DM : oh iya bu, kemarin saya tanya juga pak Damis , kata beliau Ibunya pak Damis dan
Ibu sudah meninggal sejak tahun 2006 ya?
KP : Iya benar
DM : katanya itu salah satu faktor stress juga yang buat pak Damis begini ?
KP : Tidak dok, karena waktu itu pak Damis sudah lama sakit
DM : Mohon maaf bu, ibu anda waktu itu meninggal karena apa kalau boleh tahu?
KP : Jatuh dari jurang dok
DM : Waktu itu pak Damis sadar ibunya sudah meninggal?
KP : Agak lama baru sadar, kemarin juga sempat mengacau saat pemakaman Ibu , pak
Damis mau pukul orang disana, sama waktu ayah meninggal , pak Damis begitu juga mau
menggali kuburannya.
DM : oh iya bu, kalau ayah meninggal tahun berapa bu?
KP : 2019 kalau tidak salah
DM : permisi bu, meninggal karena apa bu?
KP : Karena sakit, sempat dirawat juga waktu itu
DM : Pak Damis tau kalau ayahnya sakit bu?
KP : iya tau sih Cuma seperti tidak peduli dan tidak pernah merawat, sudah tidak ada
perhatiannya
DM : oh iya bu, waktu yang Ibu meninggal apakah pak Damis sempat lihat kejadiannya?
KP : tidak sempat , Cuma waktu dia ke lokasi kejadian itu hanya dilihat saja , tidak
ditolong ,tidak diangkat.
DM : oh iya bu, kalau dari yang Ibu perhatikan bagaimana perbedaan sikap pak Damis
sebelum dan sesudah sakit?
KP : dulu sebelum sakit pak Damis itu orangnya penyabar, dan amarahnya dipendam,
kemudian kalau dia marah pasti dia bilang alasan kenapa dia marah
DM : sebelum pak Damis sakit, dekat dengan keluarga baik saudara saudara maupun
istrinya?
KP : iya sangat dekat tidak ada masalah, bahkan tinggal serumah
DM : tetapi setelah sakit, apakah hubungan dengan keluarga lain tetap baik ?
KP : semenjak sakit pak Damis banyak masalahnya sama orang dan keluarganya
DM : Permasalahan yang dibuat ini, pak Damis sadari atau tidak?
KP : campur-campur dok ,kadang sadar kadang juga tidak sama sekali
DM : kalau boleh tahu permasalahan apa yang pak Damis buat bu?
KP : contohnya itu dok waktu itu pernah kejar kakak pakai parang
DM : karena masalah apa itu bu?
KP : karena kan kakak sekarang yang urus sawah semua, semenjak orang tua meninggal
karena cuma kakak yang di kampung, kemudian waktu orang tua meninggal juga sudah
dilakukan pemberian warisan, tetapi pak Damis juga sudah jual harta warisannya ke kakak,
kata pak Damis tidak usah saya ambil, ada sawah beli saja itu, tetapi semenjak sakit Kembali
mengungkit kalau sawah itu masih miliknya dan selalu mau menjual gabah disitu.
DM : oh iya bu artinya semenjak sakit , pak Damis masih menganggap itu hartanya?
KP : iya
DM : oh iya bu, soalnya kemarin waktu saya tanya pak Damis mengaku dia punya sawah
20 hektar di Barru, terus mengaku orang yang kerja sawahnya itu mau mencoba merebut
sawahnya, mungkin yang dimaksud pak Damis kakaknya ya?
KP : iya dok benar itu sudah, tapi sawah juga di kampung tidak sampai 20 hektar, 1
hektar pun hanya dibagi-bagi antar saudara
DM : terus kalau boleh tau, pak Damis sekolahnya sampai tingkat apa bu?
KP : STM di Makassar
DM : tidak pernah kuliah bu?
KP : tidak pernah karena dulu hidup pas pasan, tidak mampu dan waktu sekolah pak
Damis itu menjual koran keliling
DM : Selama di Barru sebelum menikah, pak Damis tinggal sama siapa di rumah?
KP : semenjak STM di Makassar pak Damis sudah tidak tinggal sama keluarga, jarang ke
Barru hanya satu dua kali saja, semenjak sakit baru kembali tinggal bersama keluarga
DM : mohon maaf bu, ada juga keluarga yang lain yang sakitnya sama seperti pak Damis?
Mungkin pernah dirawat di dadi?
KP : ada mungkin dok, tapi keluarga jauh
DM : oh iya bu, sebelum sakit apakah pak Damis merokok atau sering minum alkohol?
KP : tidak pernah dia begitu soalnya semenjak kecil dia itu agamis orangnya
DM : kalau Riwayat sakit kejang atau trauma dan kecelakaan pernah dialami pak Damis
bu?
KP : tidak pernah dok, pak Damis juga orangnya tidak gampamg sakit, sangat jarang
DM : kalau penyakit darah tinggi atau gula ada ibu atau minum obat 6 bulan?
KP : tidak pernah dok
DM : oh iya bu, dulu kita ingat pak Damis waktu lahir itu normal dan dibantu dengan
siapa?
KP : iya normal semua dok, dulu itu masih dibantu dukun beranak karena jauh dari kota
DM : kalau waktu kecil ibu Riwayat minum asi nya pak Damis sampai usia berapa?
KP : sekitar sampai 1 tahunan mungkin dok
DM : selama sekolah pak Damis dulu, beliau banyak temannya atau tertutup?
KP : orangnya agak tertutup karena waktu sudah kerja juga masih begitu ke teman-
temannya jarang dia kumpul-kumpul atau bawa temannya ke rumah. Orangnya tidak tau
bergaul memang lebih banyak diam
DM : tapi semenjak sakit masih begitu bu?
KP : semenjak sakit lebih agresif, dia dekati orang , ajak bicara-bicara
DM : dulu waktu semenjak kecil, bagaimana cara asuh orang tua Ibu apakah agak keras
atau bagaimana?
KP : mungkin agak keras kalau pak Damis karena waktu kecil tinggal sama nenek
DM : kalau pertumbuhan dan perkembangan pak Damis waktu kecil normal ibu?
KP : Normal semua dok, cepat bicara sama jalan juga
DM : oh iya bu, waktu pak Damis di Makassar, ibu tau pak Damis ada masalah apa saja
bu?
KP : itu saja dok yang di tempat kerja kata istrinya ada masalah kemudian diabela diri
tapi suaranya agak keras dan mau pukul orang, semenjak itu dia langsung keluar dari tempat
kerjanya
DM : kalau waktu sekolah di STM Makassar ada masalah bu?
KP : tidak adad ok
DM : kalau yang tadi ibu bilang pak damis sempat bawa parang itu mengejar saja atau
sampai melukai orang?
KP : hanya mengejar saja , mungkin pernah melukai waktu dulu ada anak-anak ganggu
dia terus dia pukul itu anak SD
DM : oh jadi sebelum yang dirawat di RSKD Dadi 2 tahun itu, beliau dibawa ke rskd
karena pukul anak kecil?
KP : Iya dok
DM : mungkin ada yang ibu mau tambahkan atau cerita tentang pak Damis?
KP : sudah tidak ada mungkin dok, itu juga waktu keluar dari dadi dia ke rumah guru-
guru SMP nya, dia masih ingat semua guru SMP nya
DM : ibu tahu berkunjung untuk apa?
KP : hanya berkunjung saja
DM : tapi tidak mengacau bu?
KP : tidak, pak Damis kalau sama guru-gurunya itu sangat baik, cuma kalau misalnya ada
dia minta sama saudara terus tidak dikasih baru naik emosinya
DM : betul -betul berbeda ya karakternya sebelum dan sesudah sakit?
KP : iya sangat beda dulu penyabar, karena waktu sakit saya juga dulu pernah dikejar
waktu 2002 waktu saya hamil karena ribut cerita-cerita di rumah sama orang tua, langsung
dia tarik parang baru kejar saya, semenjak itu saya takut datang lagi ke rumah orang tua
DM : jadi semenjak sakit, orang-orang takut dekat-dekat pak Damis ya?
KP : iya betul karena semenjak sakit juga kalau saya mau antar makanan harus ada orang
kalau tidak ada saya tidak berani juga
DM : waktu sebelum meninggal, orang tua bagaimana menghadapi pak Damis semenjak
sakit?
KP : baik baik saja malahan masih tinggal serumah, dan tidak pernah ganggu orang tua
malahan dia marah kalau besar suara sama orang tua.
DM : oh iya baik bu , mungkin masih ada yang kita mau tambahkan?
KP : dulu waktu keluar dari RSKD Dadi waktu habis obatnya dia juga ingat semua orang
yang pernah sakiti dia dan Kembali dendam, karena pernah waktu itu ada yang larang dia
kerja lagi di masjid karena tengah malam mengaji pakai toa di masjid , tapi pak Damis tidak
mau berhenti tapi ditarik keluar , jadi waktu keluar dadi ini 2021 dia masih ingat terus mau
tikam itu orang pakai pisau
DM : oh berarti suka mengungkit lagi ya bu dan dendam?
KP : iya benar dok apalagi dia sendiri dan tidak ada yang perhatikan, sedangkan obatnya
juga tidak ada yang kasih ingat lagi dia untuk diminum
DM : iya karena obat itu harus diperhatikan baik-baik bu untuk minumnya supaya pak
Damis cepat sembuh dan lebih stabil, mungkin nanti kalau keluar lagi dari RSKD Dadi
sebaiknya ada yang bantu liat pak Damis minum obat ya bu biar mengurangi kekambuhannya
bu
KP : iya dok
DM : mungkin masih ada lagi bu yang mau ditambahkan?
KP : sudah tidak adad ok
DM : baik ibu, kalau begitu mungkin sampai disini saja , terimakasih banyak atas
waktunya ibu , mohon maaf mengganggu
KP : iya dok sama- sama

Anda mungkin juga menyukai