Anda di halaman 1dari 27

LONG CASE

F25.0 SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Pembimbing:
dr. Agung Frijanto, SpKJ, M.H

Disusun oleh:
Hafshah
2010221075

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Periode 5 April – 1 Mei 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Long Case yang
berjudul “Skizoafektif Tipe Manik” ini dengan baik. Long Case ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Program Studi
Profesi Dokter Umum Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta di Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan periode 5 April – 1 Mei 2021.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Agung Frijanto, Sp.KJ,
M.H selaku pembimbing Long Case ini dan kepada seluruh dokter yang telah
membimbing selama kepaniteraan. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada seluruh
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Long Case ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembacanya. Terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak yang terkait dan kepada seluruh pembaca.

Jakarta, 26 April 2021

Hafshah
PENGESAHAN

Long Case diajukan oleh


Nama : Hafshah
NIM : 2010221075
Program studi : Profesi dokter
Judul kasus : F25.0 Skizoafektif Tipe Manik

Telah berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing dan diterima sebagai


syarat yang diperlukan untuk ujian kepaniteraan klinik Psikiatri Program Studi Profesi
Dokter Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta.

Pembimbing,

dr.Agung Frijanto, SpKJ,M.H

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 26 April 2021
STATUS PSIKIATRI

Nama : Hafshah NIM : 2010221075

Dokter Pembimbing : Tanda Tangan :


dr. Agung Frijanto, Sp.KJ.MH.

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Supriadi
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 1 Juni 2000
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Bangsa/Suku : Betawi
Agama : Islam
Alamat : Kampung Besar, Kampung Melayu, Tangerang
DPJP : dr. Agung Frijanto, Sp.KJ.M.H.
Ruang Perawatan : Merak
Masuk RS tanggal : 3 April 2021
Rujukan/Datang Sendiri/Keluarga : dijemput oleh pihak RSJSH

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis :
1. Tanggal 20 April 2021, pukul 16.00 WIB di Ruang Bangsal Merak RSJSH
2. Tanggal 21 April 2021, pukul 09.00 WIB, di Ruang Bangsal Merak RSJSH
3. Tanggal 22 April 2021, pukul 16.00 WIB, di Ruang Bangsal Merak RSJSH
Alloanamnesis :
1. Tanggal 21 April 2021, pukul 08.00 WIB via telepon dengan ibu pasien
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke RSJSH pada tanggal 3 April 2021 dijemput oleh pihak
RSJSH ke rumah pasien dikarenakan keluarganya menelepon pihak rumah
sakit. Ibu pasien mengeluh pasien sering marah-marah dan bicara kacau.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Pasien datang ke RSJSH pada tanggal 3 April 2021, karena ibu pasien
menelepon pihak rumah sakit oleh sebab keluhan pasien. Ibu pasien
mengatakan bahwa sebelum dibawa ke RSJSH, pada tanggal 15 Februari
2021, pasien lebih emosional dari biasanya. Pasien mudah marah, padahal
biasanya tidak seperti itu.
Berdasarkan penjelasan dari ibu pasien juga, pada 25 Maret 2021, pasien
semakin marah-marah, bicara kacau, dan mengancam membunuh ibunya.
Pasien melotot, berbicara kasar, dan tidak mengingat ibunya ketika marah.
Pasien semakin marah dan merusak benda-benda di sekelilingnya pada
tanggal 27 Maret 2021. Ibu pasien menduga bahwa penyebab kemarahan
pasien adalah karena baru saja putus dari pacarnya. Keluarga pasien
ketakutan, sehingga pasien diikat dan dirantai agar tidak melukai keluarganya.
Pasien dibawa ke orang “pintar” untuk diberikan pengobatan berupa air
putih yang telah diberikan doa-doa. Akan tetapi, upaya tersebut tidak
meradakan gejala pasien. Setelah pasien meminum air putih tersebut, gejala
pasien justru semakin memuncak, dan pasien berkata “Ilmumu masih cetek,
tidak akan bisa melawan saya”. Oleh karena tidak menujukkan perbaikan,
orang “pintar” tersebut menyerah untuk berusaha menyembuhkan pasien.
Keluarga pasien kebingungan, sehingga keluarga pasien berencana untuk
mengirim pasien ke psikiatri. Akan tetapi, karena keluarga pasien tidak
memiliki BPJS dan tidak ada dana yang cukup untuk membawa pasien ke
psikiatri, pasien tidak langsung dibawa ke psikiatri, melainkan ibu pasien
mengurus BPJS terlebih dahulu.
Pada 1 April 2021, BPJS pasien telah aktif dan siap digunakan, sehingga
tepat pada 3 April 2021, Ibu pasien menelepon RSJSH agar pasien diperiksa.
Setelah itu, pasien dijemput oleh ambulans dan disarankan untuk dirawat inap.
Ibu pasien belum pernah menjenguk pasien karena dilarang oleh pihak RSJSH
oleh sebab pandemi. Sehingga ibu pasien belum bisa memberikan keterangan
mengenai perubahan pada diri pasien.
Ketika ditanya oleh dokter muda, pada 20 April 2021, alasan pasien
dibawa ke rumah sakit adalah karena pasien marah-marah. Saat itu, pasien
sangat marah karena ada yang suara-suara bisikan yang menyuruh pasien
untuk merusak benda-benda sekitar. Pasien mengaku sering melihat hewan-
hewan buas di sekelilingnya, seperti macan, singa, gorilla, naga dan
mendengar hewan-hewan buas tersebut meraung-raung. Pasien juga melihat
genderuwo, nyi roro kidul, kuntilanak, dan sejenisnya, serta mendengar suara-
suara mereka. Makhluk yang dilihat oleh pasien tersebut sering kali terlihat,
terutama ketika dini hari, dapat menghilang atau menjauh ketika pasien
berdzikir dan menyebut kalimat-kalimat alquran. Akan tetapi, beberapa saat
setelahnya, makhluk-makhluk tersebut dapat kembali lagi. Pasien mengaku
pertama kali dapat melihat genderuwo dan kuntilanak pada tahun 2012.
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah penghubung dunia ghaib
dengan dunia nyata dan hanya dirinya yang dapat melihat makhluk-makhluk
tersebut.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA


1. Riwayat Gangguan Medis Umum
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami sakit
fisik ataupun hingga dirawat di rumah sakit. Apilepsi, riwayat radang
selaput otak, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus disangkal.
2. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pertama kali melihat makhluk halus pada tahun 2012, akan
tetapi pasien tidak memeriksakan ke psikiatri atau tenaga kesehatan
terdekat karena pasien menganggap dirinya menjadi anak indigo.
Berdasarkan penjelasan dari ibu pasien, pasien menjadi lebih sering marah
sejak pertengahan Februari 2021. Kemarahan pasien semakin memuncak
hingga berbicara kacau dan mengancam ibunya pada 25 Maret 2021.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak mengonsumsi zat psikoaktif dan alkohol. Akan tetapi,
pasien memiliki riwayat konsumsi rokok dengan jumlah + 6-8 batang
perhari.
4. Grafik Perjalanan Penyakit

• Februari 2021, pasien


mulai sering marah-marah
• Banyak bicara • Maret 2021,
• Pasien mulai sulit pasien dibawa
mengendalikan emosi oleh ambulans
ke IGD RSJSH.
• Pasien marah-
marah, bicara
kacau, dan
melawan ibunya
5.
Tingkat
Keparahan
6.
Gangguan
7.

Waktu

• Tahun 2012, gejala pertama muncul.


Pasien mendengar kuntilanak dan
makhluk halus lainnya untuk pertama
kali
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara yang
diinginkan oleh orang tuanya. Ayah pasien telah meninggal pada tahun
2005, ketika pasien berusia 5 tahun. Ibu pasien tidak pernah sakit selama
kehamilan. Riwayat kelahiran pasien normal, cukup bulan, spontan
menangis, dan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan pada saat pasien
dilahirkan di dukun bayi.
2. Riwayat Perkembangan Fisik
Pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sesuai
dengan usianya semasa masa pertumbuhan. Berat dan tinggi badan pasien
selalu mengalami kenaikan seiring bertambahnya usia pada masa bayi,
anak-anak, remaja, hingga menginjak usia dewasa. Selama masa tersebut,
pasien tidak pernah mengalami kelainan fisik lainnya.
3. Riwayat Perkembangan Mental dan Kepribadian
a) Masa Kanak Awal (0-3 Tahun)
Berdasarkan informasi dari ibu pasien, tidak ada keterlambatan
pertumbuhan maupun perkembangan pada pasien. Pasien sudah dapat
berjalan pada usia 9 bulan dan sudah dapat mengucapkan kata sederhana
seperti “emak” dan “makan”. Pasien tidak pernah sakit, rewel, ataupun
hilang nafsu makan selama masa bayi.
b) Masa Kanak Menengah (3-11 Tahun)
Pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup
baik. Pasien dapat mengikuti pelajaran di kelas dengan baik
sebagaimana anak-anak lain pada umumnya.
c) Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pasien pada masa sekolah dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien pernah belajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada
usia 5 tahun. Setelah 3 bulan belajar di PAUD, pasien sudah tidak mau
melanjutkan belajar lagi dikarenakan pasien merasa bosan dan telah mahir
dalam membaca dan menulis kata sederhana. Dua tahun setelahnya, yaitu
pada usia 7 tahun, pasien memasuki jenjang SD. Saat itu, pasien cukup
pintar karena dapat mengikuti pelajaran dengan baik, selalu mendapatkan
nilai yang cukup baik, dan termasuk dalam ranking 10 besar di kelasnya.
Setelah lulus dari SD, pasien melanjutkan pendidikan ke jenjang
SMP pada tahun 2012. Pasien pada masa sekolah dapat mengikuti pelajaran
dengan baik. Akan tetapi, beberapa bulan setelahnya, pasien memutuskan
untuk tidak melanjutkan pendidikan SMP-nya. Ibu pasien tidak
mengetahui penyebab pasti mengapa pasien memutuskan untuk berhenti
sekolah. Akan tetapi, dugaan terbesar dari ibu pasien adalah dikarenakan
pasien ingin membantu ibunya dalam mencari nafkah.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien memulai pekerjaan setelah memutuskan untuk berhenti
sekolah pada tahun 2012 dengan membantu ibunya menjadi buruh cuci
pakaian dan pemijat tradisional yang datang ke rumah-rumah. Dua tahun
setelahnya, tepatnya pada tahun 2014, pasien mendapat pekerjaan tetap,
yaitu sebagai buruh pabrik di Injection Plastic Bitung, Tangerang. Selama
bekerja, pasien menjalankan kinerjanya dengan baik.
6. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama islam sejak lahir. Pasien rutin beribadah 5 kali
sehari sebagaimana kewajiban sebagai seorang muslim.
7. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien belum menikah. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien pernah
memiliki seorang pacar, namun telah putus.
8. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum apapun selama
hidupnya.
9. Riwayat Kehidupan Sosioekonomi Sekarang
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Ayah pasien
telah meninggal pada saat pasien berumur 5 tahun, pada tahun 2005.
Keadaan ekonomi keluarga pasien saat ini tergolong rendah. Ibu pasien
bekerja sebagai buruh cuci baju dan tukang pijat tradisional yang datang ke
rumah-rumah. Pasien telah berhenti sekolah pada tahun 2012 kemudian
membantu ibunya bekerja. Dua tahun setelahnya, tepatnya pada tahun
2014, pasien mendapat pekerjaan tetap, yaitu sebagai buruh pabrik di
Injection Plastic Bitung, Tangerang. Selama bekerja, pasien menjalankan
kinerjanya dengan baik dan sebagai tulang punggung keluarga untuk
menghidupi ibu dan adiknya. Namun, setelah masuk RSJSH, ibu pasien
yang kini menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi biaya
sehari-hari. Sedangkan biaya pengobatan dan perawatan pasien ditanggung
oleh BPJS dengan iuran rutin yang dibayar setiap bulannya.
Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan baik. Pasien
merupakan anak yang tekun dan baik kepada semua orang. Pasien memiliki
teman bergaul yang cukup banyak dan dapat beradaptasi dengan mudah.

E. RIWAYAT KELUARGA
Dari riwayat keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa atau
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Riwayat penyakit sistemik pada
keluarga disangkal. Hubungan pasien dengan orang tua serta adiknya baik,
meskipun pasien jarang menceritakan keluhannya kepada keluarga.
Keterangan:
= Perempuan

= Pasien

= Laki-laki

= Tinggal serumah

= Sudah meninggal
III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 20-21 April 2021)
1. Deskripsi Umum
a) Penampilan Umum
Pasien pria usia 21 tahun, penampilan tampak sesuai dengan usianya,
mengenakan kaos pendek dari bangsal, kulit tampak bersih berwarna
kuning langsat, kuku juga tampak bersih. Rambut pasien pendek dan tipis,
berwarna hitam. Pasien tampak terawat, dan bersih.
b) Kesadaran
Compos mentis (E4M5V6)
c) Perilaku dan Psikomotor
Sebelum Wawancara : Pasien banyak bergerak, berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya, tampak tidak bisa diam. Namun saat diberikan
kursi duduk untuk wawancara, pasien mulai tenang.
Selama Wawancara : Pasien aktif bergerak, sesekali meminta
bolpoint kepada pemeriksa untuk menggambar sambil menjawab
pertanyaan wawancara. Namun, pasien tetap dapat melakukan kontak mata
dengan pemeriksa sesekali. Pasien bersikap kooperatif dan menjawab
semua pertanyaan dengan terperinci.
Sesudah Wawancara : Pasien masih aktif bergerak, kamudian tenang.
Pasien dapat menyelesaikan wawancara dengan baik sambil duduk.
d) Sikap Terhadap Pemeriksa
Sikap pasien terhadap pemeriksa kooperatif.

2. Pembicaraan
Bicara pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi dan volume naik-turun.
Pasien berbicara ketika ditanya, kemudian menceritakan hal lain, pasien juga
kadang bertanya kembali ke pemeriksa, mampu menjawab pertanyaan terbuka
maupun tertutup. Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
3. Alam Perasaan
a. Suasana Perasaan (mood) : Manik
b. Afek / Ekspresi Afektif : Afek luas
c. Keserasian : Serasi

4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+)
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada

5. Proses Pikir
a. Arus Pikir
Produktivitas : Cukup Ide
Kontinuitas : Koheren
Hendaya Berbahasa : Tidak ada
b. Isi Pikir
Preokupasi : Tidak ada
Waham : Waham Bizzare
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada

6. Fungsi Intelektual
Taraf pendidikan : SD
Pengetahuan umum : normal
Kecerdasan : baik, tidak terganggu
Konsentrasi dan perhatian : tidak berkurang
Orientasi : tidak terganggu (waktu, tempat, dan orang)
Daya ingat : tidak terganggu (jangka panjang, pendek, dan
segera)
Pikiran abstraktif : sedikit terganggu
Visuospasial : baik, tidak terganggu
Kemampuan menolong diri sendiri : baik (pasien mampu makan, minum,
mandi dan merawat diri sendiri)

7. Pengendalian Impuls : baik (pasien mampu mengontrol impuls motorik,


seksual dan agresivitas)

8. Daya Nilai
Daya Nilai Sosial : baik
Uji Daya Nilai : baik
Daya Nilai Realita : terganggu

9. Tilikan : Derajat 1 (penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakitnya)

10. Reliabilitas : Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Baik/tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital
1. Tekanan Darah : 123/82 mmHg
2. Nadi : 90x/menit
3. Suhu : 36,7 o C
4. Pernafasan : 20x/menit
Status Generalis
1. Kepala : Normosefal
2. Mata : Pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+,
konjungtiva anemis-/-, sklera ikterik -/-
3. Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
4. Telinga : Normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
5. Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1,
tonsil/faring hiperemis (-)
6. Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid
7. Paru :
o Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-)
o Palpasi : gerakan dada simetris
o Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
8. Jantung :
o Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Perkusi : batas jantung DBN
o Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
9. Abdomen:
o Inspeksi : bentuk datar
o Palpasi : Supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
10. Ekstremitas : Ekstremitas Atas Dekstra terlihat ada deformitas, akral hangat,
oedem (-), CRT < 2 detik

Status Neurologis
1. Pemeriksaan GCS : E4V5M6
2. Nervus kranialis : dalam batas normal
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : (-)
5. Motorik: tidak terganggu
6. Sensorik: dalam batas normal
7. Fungsi luhur, emosi: dalam batas normal (Bahasa, persepsi, memori, kognitif)
8. Gejala EPS: akathisia (-), bradykinesia (-), rigiditas (-), resting tremor (-),
dystonia (-), tardive dyskinesia (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saran pemeriksaan penunjang :
1. Lab darah lengkap
2. Kimia darah : GDS, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, elektrolit, profil lipid
3. Serologi : SARS COV-2
4. Radiologi : X –foto thoraks

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien datang ke RSJSH pada tanggal 3 April 2021, karena pasien marah-
marah, berbicara kasar dan kacau, mengancam, melotot, serta tidak mengenali
ibunya. Pasien semakin marah dan merusak benda-benda di sekelilingnya. Pasien
telah dibawa ke orang “pintar” untuk diberikan pengobatan berupa air putih yang
telah diberikan doa-doa. Akan tetapi, upaya tersebut justru menyebabkan gejala
pasien semakin memuncak.
Ketika ditanya oleh dokter muda, pada 20 April 2021, alasan pasien dibawa
ke rumah sakit adalah karena pasien marah-marah. Saat itu, pasien sangat marah
karena ada yang suara-suara bisikan yang menyuruh pasien untuk merusak benda-
benda sekitar. Pasien mengaku sering melihat hewan-hewan buas di sekelilingnya,
seperti macan, singa, gorilla, naga dan mendengar hewan-hewan buas tersebut
meraung-raung. Pasien juga sering melihat makhluk halus seperti genderuwo, nyi
roro kidul, kuntilanak, dan sejenisnya, serta mendengar suara-suara mereka.
Makhluk yang dilihat oleh pasien tersebut sering kali terlihat, terutama ketika dini
hari, dapat menghilang atau menjauh ketika pasien berdzikir dan menyebut
kalimat-kalimat alquran. Akan tetapi, beberapa saat setelahnya, makhluk-makhluk
tersebut dapat kembali lagi. Pasien mengaku pertama kali dapat melihat
genderuwo dan kuntilanak pada tahun 2012. Akan tetapi pasien belum pernah
berobat ke psikiatri atau tenaga Kesehatan terdekat karena pasien menganggap
dirinya menjadi anak indigo. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya adalah
penghubung dunia ghaib dengan dunia nyata dan hanya dirinya yang dapat melihat
makhluk-makhluk tersebut.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis sebelumnya, tidak pernah
terbentur kepala nya, tidak memiliki riwayat kejang, serta tidak memiliki epilepsi.
Pasien tidak merokok, tidak menggunakan NAPZA, dan tidak mengonsumsi
alkohol. Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarga dan
lingkungannya, namun pasien tidak pernah menceritakan keluhannya kepada
keluarganya. Akan tetapi, ibu pasien mengaku pasien menjadi mudah marah dan
banyak bicara sejak Februari 2021. Riwayat keluarga pasien tidak ada yang
mengalami keluhan serupa. Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood
manik, afek luas, terdapat halusinasi auditorik dan visual, dan waham bizzare. Saat
wawancara, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, namun seringkali
melebar ke beberapa hal. Pasien bersikap kooperatif. Daya nilai realita terganggu
dikarenakan pasien masih sulit membedakan antara halusinasi dengan kenyataan.
Pada pasien ini, tilikan derajat 1, karena pasien menyangkal sepenuhnya terhadap
penyakitnya.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


A. Aksis I
Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
ke dalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
Distress/penderitaan : halusinasi, waham
Gangguan/hendaya disabilitas : gangguan fungsi, terjadi gangguan
dalam fungsi sosial di mana pasien menjadi tidak bisa bekerja lagi.
2. Gangguan ini bukan merupakan gangguan mental organik karena:
a) Tidak ada gangguan kesadaran neurologis
b) Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik,
infeksi, neoplasma)
3. Gangguan ini bukan merupakan gangguan terkait penggunaan zat, karena:
a) Tidak disebabkan akibat penyalahgunaan NAPZA
b) Onset keluhan dan gejala tidak berkaitan dengan intoksikasi ataupun
putus zat
4. Gangguan psikotik, karena ada hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya waham dan juga halusinasi auditorik dan visual.
5. Gangguan ini termasuk gangguan Skizoafektif Tipe Manik, karena :
F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Memenuhi kriteria diagnosis Skizoafektif Tipe Manik
(a) Terdapat gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
(simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain dalam satu episode penyakit yang sama. Pada pasien ditemukan
halusinasi visual dan auditorik serta waham bizzare.
(b) Afek meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak. Pada pasien ditemukan afek yang meningkat.
(c) Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih
baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan
untuk skizofrenia, F20).
Gejala Khas Skizofrenia dalam dalam PPDGJ III :
Harus ada sedikitnya satu gejala ini yang amat jelas
(a) Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasya berbeda
Thought insertion or withdrawal: isi pikirnya masuk dari luar ke dalam
atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya
Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain mengetahuinya
(b) Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu
kekuatan dari luar.
Delusion of influence : waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar.
Delussion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
Delusional perception : pengalaman indranya tidak wajar, biasnaya
bersifat mistik atau mukjizat.
(c) Halusinasi auditorik
(d) Waham-waham menetap jenis lainya

Atau harus ada sedikitnya dua gejala dibawah ini yang selalu ada secara
jelas
(a) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja
(b) Arus pikir terputus atau mengalami sisipan, yang berakibat
inkoherensi attau pembicaraan tidak relevan atau neologisme
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh
tertentu, atau flexibilitas serea, negativism, mutisme, dan stupor
(d) Gejala-gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang, respon
emosional yang menumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial.
- Adanya gejala khas tersebut di atas berlangsung kurun waktu satu
bulan atau lebih
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek pribadi yang bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak betujuan, tdak berbuat sesuatu, larut dalam
diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.

Diagnosis Gangguan Skizoafektif dalam PPDGJ III


(a) Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
ntenonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia rnaupun
episode manik atau depresif.
(b) Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda.
(c) Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
rnengalami suatu episode psikotik, diberi ode diaglosis F20.4 (Depresi
Fasca-skizofrenia)
(d) Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari
keduanya (F25.2) Pasien lain mengalami satu atau dua episode
skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif (F30-F33).

Diagnosis Skizoafektif Tipe Manik dalam PPDGJ III


(a) Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik
yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar
episode skizoafektif tipe manik.
(b) Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang
tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang memuncak.
(c) Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih
baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan
untuk skizofrenia, F20.- pedoman diagrrostik (a) sampai dengan (d)).

B. Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Z 03.2 Tidak ada diagnosis
C. Aksis III : Kondisi Medik Umum
Tidak ada diagnosis
D. Aksis IV : Masalah dalam pekerjaan, kondisi diri sendiri dan kondisi
lingkungan (pencetus kondisi diagnosis Aksis I saat ini)
Masalah pekerjaan dan primary support group (keluarga)
E. Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current : 60 - 51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang)
GAF HLPY : 40 - 31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita
dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan pekerjaan, dan primary support group (keluarga)
Aksis V : GAF Current: 60 – 51, Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
GAF HLPY: 40-31, Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
IX. DIAGNOSIS BANDING
F20.0 Skizofrenia Paranoid
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
X. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik : Tidak ada masalah
b. Psikiatrik :
- Waham bizzare → pasien merasa menjadi penghubung antara dunia ghaib
dengan dunia nyata
- Halusinasi auditorik dan visual → pasien merasa dapat melihat makhluk
ghaib yang tidak dapat dilihat oleh orang lain dan mendengar suara-suara
mereka.
c. Sosial dan lingkungan : Pekerjaan, hubungan dengan keluarga

XI. PLANNING
A. Rawat Inap
Indikasi rawat inap karena pasien datang dengan keadaan setelah kabur dari
rumah, dan saat rawat jalan pasien membuang obatnya karena merasa tidak
sakit
B. Psikofarmakologi
1. Risperidone 2 mg, 2 kali sehari
Merupakan golongan Benzisoxazole dan juga adalah Anti Psikosis
Generasi 2 (Anti Psikosis Atipikal). Obat ini dapat mengontrol gejala
positif dan negatif. Obat ini memiliki efikasi yang lebih baik dan efek
samping minimal. Mekanisme kerja obat ini adalah sebagai Serotonine –
Dopamine Receptor Antagonist (SDA). Obat ini berafinitas terhadap
“Dopamine D2 Receptors” dan “Serotonin 5HT2 Receptors”, sehingga
bermanfaat untuk gejala positif dan negatif.
2. Lithium 300 mg, 2 kali sehari
Merupakan golongan Mood Stabilizer. Lithium bekerja melalui
penghambatan dari enzim second messenger seperti Inositol
Monophosfatase dengan memodulasi Protein G, atau dengan penurunan
signal tranduksi kaskade, yang melibatkan penghambatan dari Glycogen
Syntase Kinase 3 (GSK-3) dan protein C kinase sehingga mengurangi
toksisitas dari hiperglutamat pada pasien dengan gejala manik.

C. Non Medikamentosa
1. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien:
• Ventilasi :
Pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
• Sugesti :
Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan
hilang atau dapat dikendalikan dan memberikan dukungan kepada
pasien bahwa dapat beraktivitas kembali seperti sebelum sakit dan
menjelaskan kepada pasien apa yang akan terjadi jika obat tidak
diminum.
• Reassureance :
Memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat penting
untuk menghilangkan gejala penyakitnya dan tidak menghentikan
pengobatan.
2. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga
Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit
yang dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang
diberikan, pilihan obat, efek samping pengobatan dan prognosis penyakit.
Edukasi terhadap pasien:
• Mengedukasi kembali pasien mengenai penyakit yang dideritanya,
gejala-gejala, faktor-faktor penyebab, pengobatan, dan resiko
kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera datang ke
dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari.
• Memotivasi pasien untuk berobat teratur.
• Memotivasi pasien untuk mau melakukan aktivitas rutin lagi baik di
rumah maupun melakukan pekerjaan lain yang bisa dilakukanya.
3. Edukasi terhadap keluarga
• Mengedukasi kembali keluarga mengenai penyakit pasien, gejala,
faktor-faktor pemicu, pengobatan, dan risiko kekambuhan di kemudian
hari.
• Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat.
• Memotivasi keluarga dalam pengawasan pasien, memberikan
pengertian bahwa dukungan keluarga terhadap pasien akan membantu
kesembuhan pasien secara optimal.

D. PROGNOSIS
1. Ad vitam : ad bonam (tidak terdapat ide bunuh diri, atau perilaku
menyakiti diri sendiri)
2. Ad functionam : dubia ad malam (Pasien sulit melakukan fungsi sehari-
hari dengan baik)
3. Ad sanationam : dubia (Jika pasien meminum obat dan dapat mengatasi
masalahnya dengan baik, sehingga gejala pasien tidak muncul kembali).

Faktor yang memperberat prognosis:


1. Onset usia muda
2. Tidak menikah
3. Riwayat Penyerangan
4. Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan premorbid yang buruk

Faktor yang memperingan prognosis:


1. Onset akut
2. Faktor pencetus yang jelas
3. Gejala gangguan mood
4. Gejala positif
E. FOLLOW UP
• Selasa 20 April 2021 (Pukul 10.00 WIB)
S : Pasien banyak bergerak, masih mendengar dan melihat makhluk ghaib,
O : Kesadaran : compos mentis
Perilaku : normal
Pembicaraan : spontan, artikulasi jelas, volume dan intonasi
cukup
Sikap : kooperatif
Mood : manik
Afek : tumpul
Persepsi : halusinasi auditorik dan visual
Proses pikir : koheren
Isi pikir : waham bizzare
Pengendalian impuls : tidak terganggu
Tilikan : derajat 1

TD : 124/82x/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,7 0C
Saturasi O2 : 99

A: F25.0
P: Lanjutkan terapi oral psikofarmako

• Rabu, 21 April 2021 (Pukul 11.00 WIB)


S : pasien merasa lebih baik dari kemarin, nafsu makan baik, suara
penampakan makhluk ghaib mulai berkurang
O : Kesadaran : compos mentis
Perilaku : normal
Pembicaraan : spontan, artikulasi jelas, volume dan intonasi
cukup
Sikap : kooperatif
Mood : manik
Afek : luas
Proses pikir : koheren
Isi pikir : waham bizzare
Pengendalian impuls : tidak terganggu
Tilikan : derajat 1

TD : 117/78 kali/menit
Nadi : 77 kali/menit
Suhu : 37 0C
Saturasi O2 : 99

A: F25.0
P: Lanjutkan terapi oral psikofarmako

• Kamis, 22 Maret 2021 (Pukul 16.00 WIB)


S : Merasa lebih baik dari kemarin, suara dan makhluk ghaib mula
berkurang
O : Kesadaran : compos mentis
Perilaku : normal
Pembicaraan : spontan, artikulasi jelas, volume dan intonasi
cukup
Sikap : kooperatif
Afek : luas
Mood : manik
Proses pikir : koheren
Isi pikir : waham bizzare
Pengendalian impuls : tidak terganggu
Tilikan : derajat 1

TD : 125/83 kali/menit
Nadi : 81 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
Saturasi O2 : 99

A: F25.0
P: Lanjutkan terapi oral psikofarmako

Anda mungkin juga menyukai