SYOK SEPSIS
Disusun oleh:
Tutorial B-2
M. Ariq Fiqih 1610211080
Denina Kusumaningayu P 1610211002
Nahdah Aidah 1610211110
Adhila Khairinnisa 1610211101
Mei Putra Daya 1610211060
Iqlima Luthfiya 1610211114
I Gusti Ayu Putu Kendran 1610211112
Hafshah 1610211062
Yoga Sugema 1610211038
FAKULTAS KEDOKTERAN
I. OVERVIEW KASUS
Tn.M, 55 Tahun
KU: penurunan kesadaran 1 hari SMRS
HIPOTESIS
PEMERIKSAAN FISIK 1. Stroke PEMERIKSAAN LABORATORIUM
- KU: Tampak sakit berat 2. Infeksi Sal. napas
- Hb: 6 gr/dl
- Kesadaran: somnolen (GCS - Ht: 19%
E2M4VAfasia) - Leukosit: 17.600
- BB: 59 kg, TB 163 cm - Trombosit: 349.000
- T: 150/80 mmHg, N: 104x/mnt, - Ureum: 170 mg/dl, Kreatinin: 2,4 mg/dl
R:24x/menit, S: 38,3˚C - Natrium: 142 mEq/L, Kalium: 5,2 mEq/L,
- Pulmo: ronkhi basah seluruh lapang paru Klorida: 105 mEq/L
- GDS: 230 mg/dl, aseton darah (-)
PEMERIKSAAN CT SCAN - AGD: kesan pH darah normal
Infark pada paraventrikel lateralis, ganglia - pH: 7,437, pCO₂: 19,8 mmHg, pO₂: 102,9
basalis, dan thalamus kanan mmHg, HCO₃⁻: 13,5 mEq/L, saturasi: 96,3%
DIAGNOSIS
Stroke non hemoragik berulang dengan hemiparesis dekstra, sepsis dengan fokus
infeksi dari pneumonia, DM tipe 2
TATA
LAKSANA
- Ringer lactate 500 per 8 jam
- Captopril 2 x 12,5 mg
- Clopidogrel 1 x 75 mg
- Rencana pemeriksaan glukosa darah sewaktu per 6 jam dengan koreksi insulin
subkutan
Setelah 9 jam di UGD pasien kemudian masuk ruang rawat
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
- Hb: 9,1 g/dl, Ht: 29%
- Leukosit: 23.300/µL (segmen 80%)
- Trombosit: 456.000/µL
- MCV 87 fl, MCH 27 pg, MCHC 31 g/dl
- Kadar albumin 3,7 g/dl
- SGOT 23 U/L, SGPT 15 U/L
- CRP < 6 mg/dl
- Ureum 198 mg/dl, kreatinin 3,7 mg/dl
- Na: 150 mEq/L, K: 5,1 mEq/L, Cl: 113 mEq/L
- GDS: 335 g/dl
- AGD pH 7.435, pCO2 17.2 mmHg, pO2 80.5
mmHg,
HCO3 11.7 mEq/l, saturasi O2 96.1%
II. SEPSIS
DEFINISI
Sindrom klinik oleh karena reaksi yang berlebihan dari respon imun
tubuh yang distimulasi mikroba/bakteri baik dari dalam dan luar tubuh
(IPD UI Jilid 6 Edisi 1)
Sepsis adalah sindroma penyakit yang disebabkan karena infeksi yang
ditandai dengan difungsi organ dan merupakan penyakit yang
mempunyai dampak terhadap morbiditas maupun mortalitas yang tinggi
(The Changing Epidemiology and Definition of Sepsis, 2016).
Sepsis Syok
Bakteremia SIRS Sepsis Berat Sepsis MODS
EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO, pada tahun 2010 sepsis adalah penyebab kematian
utama di ruang perawatan intensif pada negara maju
Setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus sepsis di Amerika Serikat
Pada tahun 2004, WHO menyatakan bahwa penyakit infeksi merupakan
penyebab tersering dari kematian pada negara berpendapatan rendah
Sepsis dan syok septik adalah salah satu penyebab utama mortalitas
pada pasien dengan kondisi kritis
ETIOLOGI
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat
disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur). Mikroorganisme
kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah Escherichia coli,
suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari mikroorganisme
penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari host terhadap infeksi
Kultur darah positif pada 20- 40% kasus sepsis dan pada 40- 70%
kasus syok septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif,
terdapat hingga 70% isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram
tetapi daerah infeksi lokal yang memicu proses tersebut mungkin tidak
dapat bertahan hidup lebih lama, terdapat frekuensi sepsis yang relatif
saluran kemih, perut, dan panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan
2. Flu (influenza)
3. Appendiksitis
6. Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter telah
Sekitar pada satu dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat
GEJALA KLINIS
1. Demam, dengan atau tanpa menggigil kedinginan (suhu> 38,3ºC atau <36ºC)
2. Status mental terganggu (dalam pengaturan demam atau hipoperfusi)
3. Peningkatan laju pernapasan (> 20 napas / menit) menghasilkan alkalosis
respiratorik
4. Kulit hangat atau dingin, tergantung pada kecukupan perfusi organ dan
pelebaran pembuluh kulit superfisial
5. Hipotensi membutuhkan pressor agent untuk mempertahankan tekanan
darah sistolik di atas 65 mm Hg
KLASIFIKASI
TAHAP PERKEMBANGAN SEPSIS
atau hati.
3) Syok septik, terjadi pada kasus sepsis yang parah, ketika tekanan darah
turun ke tingkat yang sangat rendah dan menyebabkan organ vital tidak
syok septik dan akhirnya dapat menyebabkan kegagalan organ multiple dan
DIAGNOSIS
Anamnesis
Sesuai gejala klinis subjektif dan riwayat terdahulu meliputi RPD, RPK, RPSos dan
RPO
Pemeriksaan Fisik
1. KU, kesadaraan
2. BB,TB dan BMI
3. Tanda-tanda vital
Teknan darah ↓
Suhu (suhu > 38,3ºC atau < 36ºC)
Respirasi rate (> 20 napas / menit) menghasilkan alkalosis respiratorik
Nadi ↑
Pemeriksaan Penunjang
1. Complete blood count
2. Elektrolit
3. Analisis gas darah
4. Fungsi ginjal (BUN dan Kreatinin)
5. Fungsi hati (SGOT dan SGPT)
6. Biakan darah, sputum, urin
7. Pemeriksaan gram untuk mengidentifikasi mikroorganisme
SKOR SOFA
Skor SOFA digunakan untuk menilai kegagalan organ terutama
digunakan sebagai alat deskriptif untuk menstratifikasi dan
membandingkan status pasien di ICU dalam hal morbiditas, bukan
mortalitas. Pada umumnya, sistem skoring tersebut meliputi enam sistem
organ utama, yakni kardiovaskuler, respirasi,hematologi, sistem saraf pusat
(SSP), ginjal, dan hepar.
Skor SOFA berkisar pada nilai 0 yang merujuk pada fungsi normal dan
berkisar pada nilai 4 yang merujuk pada kegagalan organ yang berat.
Disfungsi organ di diagnosa apabila peningkatan skor SOFA ≥2.
Peningkatan skor SOFA ≥2 diidentifikasikan untuk melihat keadaan sepsis,
sedangkan qSOFA diidentifikasikan untuk pasien sepsis di luar ICU.
Walaupun penggunaan qSOFA tidak selengkap SOFA tetapi, penilaian
qSOFA tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium dan dapat dilakukan
secara cepat dan berulang. Penggunaan qSOFA ditujukan agar dapat
membantu klinisi dalam mengenali kondisi disfungsi organ dan dapat
segera memulai terapi.
(Tabel Skoring SOFA)
Secara umum, perjalanan kegagalan disfungsi organ dibagi menjadi 4 stadium klinis
1. Stadium 1 : pasien mengalami peningkatan kebutuhan
volume cairan, alkalosis respiratorik ringan,
disertai dengan oliguria, hiperglikemia, dan
peningkatan kebutuhan insulin.
2. Stadium 2 : pasien mengalami takipnea, hipokapnia,
hipoksemia, disfungsi hati moderat, dan
mungkin abnormalitas hematologi.
3. Stadium 3 : terjadi syok dengan azotemia dan gangguan
keseimbangan asam basa, serta abnormalitas
koagulasi yang signifikan.
4. Stadium 4 : pasien membutuhkan vasopresor, mengalami
oliguria/anuria, diikuti kolitis iskemik dan
asidosis laktat.
TATA LAKSANA
Komponen dasar dalam penanganan sepsis adalah resusitasi awal,
vasopressor, dukungan hemodinamik, pemberian antibiotik, kontrol sumber
infeksi, diagnosis (kultur), tata laksana supportif dan pencegahan infeksi.
1. Resusitasi awal
Resusitasi awal pada sepsis yang menybabkan hipoperfusi, minimal
30ml/kgBB cairan kristaloid intravena habis dalam 3 jam pertama.
Konsep daripada Protokol Rivers dalam resusitasi sangat penting, yaitu:
a. Mulai antibiotik sedini mungkin
b. Koreksi hypovolemia
c. Kembalikan tekanan perfusi
KOMPLIKASI
1. Gagal ginjal akut
Oliguria, azotemia, proteinuria, dan kristal urin nonspesifik biasanya ditemukan.
Sebagian besar gagal ginjal disebabkan karena nekrosis tubular akut
yang diinduksi oleh hipotensi atau kerusakan kapiler, walaupun
beberapa pasien juga mempunyai glomerulonefritis, nekrosis korteks
ginjal, atau nefritis intersisial.
2. Sindrom Distres Pernafasan Akut (ARDS)
Mekanisme terjadinya gagal paru akut kompleks dan tidak diketahui
secara lengkap. Tanda dari sepsis adalah peningkatan permeabilitas
kapiler, yang bermanifestasi pada paru dengan gangguan fungsi
pembatas alveolar-kapiler dan karakteristiknya berupa akumulasi dari
cairan ekstravaskuler paru (extravascular lung water (EVLW)).
3. Gagal hati
Disfungsi hati awal terjadi pada jam pertama sepsis dan berhubungan
dengan hipoperfusi hepatosplanikus. Ini menyebabkan peningkatan
akut penanda biologi dari kerusakan hati (transaminase, laktat
dehidrogenase, bilirubin).
4. Disseminated Intravascular Coagulation
Walaupun trombositopenia terjadi pada 20%-30% pasien sepsis,
mekanisme penyebabnya tidak diketahui. Hitung jumlah platelet
biasanya rendah (<50.000 µL) pada pasien dengan DIC. Ini mungkin
menggambarkan kerusakan endotelial difus atau trombosis
mikrovaskular.
PROGNOSIS
Bergantung pada keparahan penyakit penyerta
Usia tua prognosis buruk
PATHWAY SEPSIS
Infeksi kuman
sepsis
Kontraksi Suplai O2
jantung menurun Kerja sel Nafsu makan
terganggu
menurun menurun
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer