Disusun oleh :
Ayesha Shaironita
112019040
Pembimbing :
dr. Lenny Irawati Yohosua, Sp.KJ
Waktu Masuk :
- Masuk IGD RSJ PROV JABAR : hari Rabu, 5 Mei 2021 jam 14.00 WIB
- Masuk Ruangan Kaswari : hari Rabu, 5 Mei 2021 jam 17.45 WIB
- Masuk Ruangan Gelatik : hari Kamis, 6 Mei 2021 jam 15.00 WIB
- Masuk Ruangan Merpati : hari Senin, 10 Mei 2021 jam 10.00 WIB
A. KELUHAN UTAMA :
Ada dorongan ingin bunuh diri dan membunuh
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
• Menurut suami pasien mengalami gangguan jiwa sejak Januari 2020 dan sempat
sembuh pada bulan Mei 2020. Pasien berobat rutin di Graha atma dan diberikan
Olanzapine. Tetapi, timbul rasa takut sejak 1 bulan yang lalu pada bulan Mei 2021
karena pasien membaca Broadcast di Whatsapp yang disampaikan oleh ulama
mengenai covid dan kiamat yang membuat pasien semakin percaya dan kepikiran.
Gejala juga disertai murung, merasa putus asa dan tidak berguna, susah tidur
(insomnia) tidak nafsu makan dan tidak mau melakukan pekerjaan rumah tangga
karena merasa tidak ada energi (depresi). Hubungan pasien dengan keluarga kurang
baik karena bapak pasien tidak perduli dengan pasien serta keluarga dan sering kasar
pada pasien, ibu pasien sudah sakit diabetes sejak dua belas tahun yang lalu dan
sekarang hanya bisa terbaring di tempat tidur. Kakak kandung pasien juga pernah di
rawat di Rsj Prov Jabar empat tahun yang lalu dengan diagnosis depresi. Pasien juga
sempat menceritakan kepada suami pasien mengenai adik pasien yang mempunyai
masalah utang piutang yang menyebabkan pasien merasa bersalah dan merasa tidak
berguna karena tidak mampu untuk membantu adiknya. Pasien juga berkata tidak tahu
bagaimana kehidupannya kedepan. Dahulu pasien serta suami berkerja di tempat yang
sama dan suami pasien menuturkan bahwa pasien adalah tipe yang lebih suka
menyendiri dan cenderung tertutup. Dan suami pasien membenarkan jika pasien
sering marah-marah (agresivitas verbal), mencubit dan memukul ( agresivitas
motorik) anaknya tanpa sebab. Saat malam hari yaitu saat pasien sedang sendiri dan
keluarga lain sudah tertidur pasien sering mendengar bisikan (halusinasi auditorik)
seorang perempuan yang menyuruh pasien untuk bunuh diri dan membunuh anak
serta mertuanya. Menurut suami pasien, pasien sempat menuturkan merasa kesal
dengan ibu mertua karena pernah dikucilkan akibat tidak perawan lagi saat menikah
dengan suaminya dahulu. Terakhir mendengar bisikan tersebut 1 hari SMRS pada
tanggal 4 Mei 2021.
c. Masa Dewasa
Pasien bekerja di Factory Outlet selama 7 tahun dan saat itu bertemu dengan
suami pasien ditempat kerja. Saat ditempat kerja pasien mengaku teman-
teman dan lingkungan kerja baik tetapi pasien lebih cenderung suka
menyendiri dan tertutup.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah hingga tamat SMA. Pasien dapat mengikuti pelajaran dan
memiliki teman yang cukup serta hubungan pasien dengan teman-temannya baik
walaupun pasien lebih suka cenderung menyendiri dan tertutup. Perkembangan
dan pertumbuhan pasien sesuai dengan teman seusianya saat itu. Pasien tidak
memiliki riwayat kenakalan remaja maupun pelanggaran hukum.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien mulai bekerja di usia kurang lebih 20tahunan. Pasien pertama kali mulai
bekerja di factory outlet selama 7 tahun dan kemudian setelah menikah pasien
sempat berjualan seblak dan sosis bakar.
5. Kehidupan Beragama
Pasien memang bukan orang yang taat beribadah karena seringkali melewatkan
waktu sholat dan jarang mengaji ataupun ke masjid.
= Laki-laki
= Perempuan
= Sakit
- Pasien merupakan seorang istri dan memiliki dua orang anak laki-laki berusia 9 tahun
dan 2 tahun. Pasien tinggal disebuah kontrakan bersama suami dan anak-anaknya.
Tidak ada masalah antara pasien dengan suami dan anak-anaknya.
- Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dan memiliki hubungan yang
sangat dekat dengan ibunya serta saudaranya, tetapi hubungan dengan bapaknya
kurang baik karena bapak pasien tidak peduli kepada istri dan anak-anaknya.
- Kakak kandung pasien pernah di rawat 4 tahun yang lalu di RSJ PROV JABAR
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi :
- Halusinasi dengar (+) pernah mendengar suara bisikan (halusinasi
auditorik) disertai adanya dorong untuk bunuh diri dan bunuh orang lain,
suara cenderung dimalam hari pada saat semua sudah tidur dan pasien
sendiri. Pasien terakhir mendengar suara tersebut 1 hari SMRS pada
tanggal 4 Mei 2021 sehari sebelum pasien dirawat.
- Halusinasi lihat (-) tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
- Baik. Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan memperhatikan
pertanyaan yang diajukan tanpa adanya gerakan tertentu dan tidak ditemukan
adanya agitasi ataupun agresivitas
G. DAYA NILAI
Daya Nilai Sosial
- Pasien memiliki daya nilai sosial yang cukup baik dengan mengetahui
bahwa bunuh diri dan ingin membunuh orang lain adalah hal yang tidak
baik dan bisa ditegur oleh keluarga yang tidak terima dengan kejadian
tersebut dan pasien cukup menyesal dengan hal tersebut
B. STATUS NEUROLOGIS
1. Saraf kranial (I-XII) : tidak ada kelainan
2. Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3. Mata : tidak ada kelainan
4. Pupil : tidak ada kelainan
5. Ofthalmoloscopy : tidak ada kelainan
6. Motorik : tidak ada kelainan
7. Sensibilitas : tidak ada kelainan
8. Sistem saraf vegetative : tidak ada kelainan
9. Fungsi luhur : tidak ada kelainan
10. Gangguan khusus : tidak ada kelainan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (6 Mei 2021 dan 8 Mei 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
SARS COVID-19 Non Reaktif Non Reaktif
Hematologi Rutin
Hemoglobin 14.9 g/dL 13,2-17,3
Hematokrit 45.0 % 40-52
Eritrosit 5.2 10^6uL 4,4-5,9
Leukosit 9.100 /uL 3.800-10.600
Trombosit 423.000 uL 150.000-400.000
MCV 86.0 fL 80-100
MCH 28.2 pg 28-33
MCHC 32.8 g/dL 33-36
Hitung Jenis
Basofil 0.0 % 0-1
Eusinofil 67.0 % 2-4
Neutrofil 6.0 % 50-70
Limfosit 25.0 % 25-40
Monosit 6.0 % 2-8
Kimia Klinik
Glukosa Darah
Glukosa Sewaktu 113 mg/dl 74-180
Fungsi Hati
SGOT 16 U/L <31
SGPT 14 U/L <31
Fungsi Ginjal
Ureum 11 mg/dl 13-43
Creatinin 0.94 mg/dl 0.6-1,2
Pasien sewaktu di rumah suka marah-marah (agresivitas verbal ) dan sering mencubit
serta memukul (agresivitas motorik) anaknya tanpa sebab. Sejak sakit pasien tidak
mau melakukan perkerjaan rumah tangga,mengurus diri dan anak-anaknya lagi. Dan
saat suami pasien bekerja pasien tidak mau ditinggal sendirian.Sebelum dibawa
kerumah sakit pada malam hari saat pasien sendiri pasien sempat mendengar adanya
bisikan (halusinasi auditorik) dan adanya dorongan untuk bunuh diri serta ingin
membunuh anak dan mertuanya. Kakak pasien pernah dirawat di rsj prov jabar 4
tahun yang lalu dengan diagnosis depresi.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I : F25.1 skizoafektif tipe depresif
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan gejala suka marah-marah, mencubit, dan
memukul anak tanpa sebab. Terdapat halusinasi auditorik sering pada malam hari
terutama saat pasien sendiri . Pasien juga murung, merasa putus asa, tidak berguna,
tidak nafsu makan dan tidak mau melakukan pekerjaan rumah tangga karena merasa
tidak ada energi (depresi), susah tidur (insomnia) . Diduga pencetusnya Broadcast
group di Whatsapp mengenai covid dan kiamat. Berdasarkan ikhtisar penemuan
bermakna, maka kasus ini dapat dinyatakan mengalami:
1. Gangguan jiwa, atas dasar adanya gangguan pada
pikiran dan perilaku yang menimbulkan penderitaan
(distress) dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan
sehari-hari (hendaya).
2. Gangguan jiwa ini termasuk gangguan mental non-organik
(GMNO), karena pasien tidak mengalami retardasi mental
ataupun gangguan kesadaran, serta tidak memiliki riwayat
trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi. Tidak
disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit
metabolik, infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma, dan usia
pasien belum menunjukkan adanya tanda – tanda penyakit
degeneratif).
3. Gangguan yang dialami pasien bukan merupakan akibat
penggunaan zat psikoaktif karena pasien tidak memiliki
riwayat penyalahgunaan narkotika
4. Berdasarkan wawancara didapatkan bahwa pasien
mengalami gejala afektif (depresif) dan skizofrenik yang
sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam episode
yang sama. Dari hal tersebut, kriteria diagnostik menurut
PPDGJ III pada ikhtisar penemuan bermakna pasien
digolongkan dalam F.25.1 gangguan skizoafektif episode
depresi.
Aksis II
Tidak ada diagnosis gangguan jiwa
Aksis III
Tidak ada diagnosis gangguan jiwa
Aksis IV
- Terdapat masalah psikososial, dimana pasien menghadapi masalah dengan
keluarganya karena bapak pasien tidak perduli dengan pasien serta adik
pasien mengalami masalah hutang piutang dimana pasien sangat sayang
dengan bapak dan adiknya. Pasien juga merasa tidak berguna karena tidak
dapat membantu masalah adik pasien karena perekonomian pasien dan
suami selama pandemi menurun.
Aksis V
- Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement
Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF pada saat ini
didapatkan GAF 70-61 yaitu gejala ringan dan menetap , disabilitas ringan
dalam fungsi , secara umum masih baik.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I
- Skizoafektif tipe depresi (F.25.1)
- DD : Depresi berat dengan gejala psikotik (F.32.3)
2. Aksis II
Tidak ada diagnosis
3. Aksis III
Tidak ada diagnosis
4. Aksis IV
Masalah psikososial,
- Terdapat masalah psikososial, dimana pasien menghadapi masalah dengan
keluarganya karena bapak pasien tidak perduli dengan pasien serta adik
pasien mengalami masalah hutang piutang dimana pasien sangat sayang
dengan bapak dan adiknya. Pasien juga merasa tidak berguna karena tidak
dapat membantu masalah adik pasien karena perekonomian pasien dan
suami selama pandemi menurun.
5. Aksis V
- pada saat ini didapatkan GAF 70-61 yaitu gejala ringan dan menetap ,
disabilitas ringan dalam fungsi , secara umum masih baik.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanctionam : dubia ad malam
X. RENCANA TERAPI
A. Terapi Farmakologi
Clozapine 100 mg ¼-0- ½
- Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis
maksimum 100 mg sehari. Kontraindikasi: kelainan jantung berat,
kerusakan ginjal berat, riwayat kolaps. Interaksi obat: bersama obat
antihipertensi mampu meniadakan efek antihipertensi. Perhatian: penyakit
kardiovaskular, epilepsy, serebrovaskular, Parkinson, hipotiroid, gangguan
hati dan ginjal, leucopenia. Efek samping: paling sering sebabkan ngantuk
berkepanjangan dan granulositopenia.
Sertraline 50 mg 1-0-0
- Selective Serotonin Reuptake Inhibitor efektif untuk gangguan panik.
Paroksetin memiliki efek sedative dan cenderung segera membuat
pasien tenang sehingga menimbulkan kepatuhan yang lebih besar serta
putus obat yang lebih sedikit. Fluoxamin dan sertraline adalah obat
berikutnya yang paling baik ditoleransi. Pasien dengan gangguan panik
sensitive terhadap efek aktivasi SSRI, terutama fluoxetine yang harus
dimulai pada dosis kecil dan dititrasi meningkat secara perlahan.
Ketika sampai pada dosis terapeutik, contohnya paroksetin 20 mg
perhari, beberapa pasien dapat mengalami peningkatan sedasi.Efek
utama SSRI pada insomnia dan sedasi adalah perbaikan tidur karena
terapi depresi dan anxietas.Meskipun demikian, sebanyak seperempat
orang yang mengkonsumsi SSRI memperlihatkan adanya kesulitan
tidur, fluoksetin paling besar kemungkinannya menimbulkan insomnia
sehingga sering diberikan pada pagi hari.Meskipun tidak dianggap
memiliki aktivitas antikolinergik, SSRI menyebabkan mulut kering
pada 15-20% pasien.
B. Terapi non-farmakologi
a. Kepada pasien
Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi kepada pasien agar bisa
cepat kembali pulih dan berkumpul lagi bersama keluarganya, berempati
dan memberikan perhatian pada pasien, tidak menghakimi pasien,
mensuport segala usaha adaptif pasien, menghormati pasien sebagai
manusia seutuhnya dan peduli pada aktivitas keseharian pasien.
b. Kepada keluarga
Diperlukan peran serta keluarga dalam penanganan pasien. Psikoedukasi
dapat dilakukan dengan menjelaskan segala hal tentang penyakit pasien
dari penyebab, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan dan cara
pencegahannya. Dengan begitu keluarga bisa menerima dan mengerti
keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah
kekambuhan.
Perlu juga diberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien dengan menerangkan mengenai kegunaan obat terhadap gejala
pasien serta efek samping yang dapat muncul. Selain itu juga ditekankan
pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur sehingga
diharapkan keluarga turut serta untuk bekerja sama dalam berjalannya
program terapi.
XI. L AMPIRAN
Tanggal S O A P
Selasa,11 - pasien merasa - tenang - Skizoafektif - Clozapin 100
MEI 2021 sedih kangen - mood tipe depresif mg ¼-0- ½
jam 09.00 anak dan disforik - Setralin 50 mg
WIB (Ruang menyesal atas - afek serasi ½ -0-0
Merpati) perbuatannya - halusinasi
- pasien dibawa auditorik
karena mencoba - koheren
bunuh diri serta - tidak ada
anak dan waham
mertuanya - RTA
karena ia tergangggu
merasa kesal - tilikan V
tidak kunjung
sembuh
- awal
mendengar
suara
perempuan dan
dorongan dari
hati
-merasa
terkucilkan oleh
mertuanya
Rabu,12 MEI - pasien merasa - tenang - Skizoafektif - Clozapin 100
2021 jam lebih tenang - mood tipe depresif mg ¼-0- ½
09.00 WIB - sudah tidak disforik - Setralin 50 mg
(Ruang ada ide bunuh - afek serasi ½ -0-0
Merpati) diri - halusinasi
- hampir tidak auditorik
pernah sudah tidak
mendengar ada
bisikan dan - koheren
dorongan dari - tidak ada
hati lagi waham
- tidur tidak - RTA
nyenyak, tergangggu
kebangun- - tilikan
bangun setiap 3 VI
jam
- nafsu makan
menurun
-sedih dan
mengangis ingat
anak, suami,
dan ibu
- pasien sadar
dengan sakitnya
dan ingin
sembuh
Senin , 17 -merasa sudah tenang Skizoafektif - Clozapin 100
MEI 2021 lebih baik - mood eutim tipe depresif mg ¼-0- ½
jam 08.30 -tidur sudah - afek serasi - Setralin 50 mg
WIB (Ruang nyenyak - halusinasi ½ -0-0
Merpati) -makan baik auditorik
-tidak sudah tidak
mendengar ada
bisikan suara - koheren
lagi - tidak ada
-ingin sembuh waham
agar dapat - RTA tidak
bekerja dan ergangggu
diterima di - tilikan
masyarakat lagi VI