Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIV. AL-KHAIRAAT PALU

Laporan Kasus
29 September 2016

GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH

Disusun Oleh:
Rani Winda Paramuditha, S.Ked
11 16 777 14 094
Pembimbing:
dr. Dewi Suriyani, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
RSUD MADANI PALU
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama
: Rani Winda Paramuditha
NIM
: 11 16 777 14 094
Judul Laporan Kasus : Gangguan Ansietas Menyeluruh

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Al-Khairaat Palu
Palu, 29 September 2016
Pembimbing
dr. Dewi Suriyani, Sp.KJ

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Umur
Status Pernikahan
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan / Sekolah
Pekerjaan
Alamat / No. TLP

: Ny. I
: Perempuan
: 21 September 1962
: 54 Tahun
: Sudah Menikah
: Islam
: - / Indonesia
: SMA
: IRT
: Jl. Maleo No. 62 Palu

Auotoanamnesis didapat dari


Nama

: Pasien sendiri

Alloanamnesis didapat dari


Hubungan dengan pasien

:-

A. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
Susah tidur
2. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang wanita berinisial Ny. I berusia 54 tahun datang diantar
oleh suaminya memeriksakan diri di poliklinik Jiwa Rumah Sakit
Undata Palu pada tanggal 28 September 2016.
Pasien datang dengan keluhan susah tidur, perasaan tidak enak dan
gelisah. Menurut pasien susah tidurnya ini sudah dialami pasien sejak
masih remaja, namun tidak pernah berobat ke dokter karena pasien
tidak merasa terganggu. Tetapi semenjak pasien operasi mata katarak,
pasien merasa susah tidurnya sudah mengganggu sehingga pasien
datang ke dokter untuk berobat.
Pasien melakukan operasi mata pada bulan Desember 2015,
kemudian 3 hari setelah pasien melakukan operasi mata, Ibu pasien
meninggal dunia. Pasien merasa sangat sedih karena sebelum pasien
operasi mata, Ibu pasien masih dalam kondisi sehat. Saat Ibu pasien

meninggal dunia, pasien harus pulang pergi Palu-Poso untuk mengurus


segala sesuatunya sehingga pasien merasa sangat capek. Dua bulan
sejak kejadian itu, pasien sering merasa susah tidur, perasaan tidak
enak, badan gemetar, dan gelisah. Menurut pasien, susah tidurnya juga
dirasakan karena suka memikirkan dua anak perempuannya di Rumah
yang sering berkelahi. Namun setelah salah satu anak perempuan
pasien

menikah,

pasien

sudah

tidak

begitu

memikirkannya.

Sebelumnya pasien pernah berobat ke dokter penyakit dalam untuk


mengobati gejala-gejala yang pasien alami, pasien mengatakan
diberikan obat tidur namun pasien merasa tidak ada perubahan. Sampai
pada akhirnya pasien kembali ke dokter mata dan dirujuk ke dokter
jiwa.
Setelah dua tahun menikah yaitu pada tahun 1987, pasien mengaku
mengidap penyakit asma sehingga pasien mengkonsumsi obat
prednison sampai tahun 2010, karena menurut pasien pada tahun 2010
pasien tidak pernah merasa sesak lagi dan pasien merasa bahwa
penyakit asmanya sudah sembuh.
Saat ini, pasien juga mengalami penurunan nafsu makan sehingga
berat badan pasien yang biasanya 45 kg, sekarang menjadi 40 kg.
Sampai sekarang pasien mengaku masih harus mengkonsumsi obat
tidur agar bisa tidur. Pasien mengaku sekarang sudah tidak bisa bekerja
terlalu berat karena sudah merasa tidak mampu dan merasa cepat
capek, sehingga yang pasien bisa lakukan dirumah biasanya hanya
menyapu, untuk memasak, mencuci pakaian dan aktivitas rumah
tangga lainnya pasien dibantu oleh anak dan suaminya.
Hendaya / Disfungsi
- Hendaya sosial
:- Hendaya pekerjaan : +
- Hendaya penggunaan waktu senggang : 3. Faktor Stressor Psikososial

Ibu pasien meninggal dunia 3 hari setelah pasien operasi mata dan dua
anak perempuannya yang suka berkelahi
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita penyakit asma dan pernah di operasi
katarak
b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
-

NAPZA
Merokok
Alkohol
Obat-obatan lainnya

(-)
(-)
(-)
(-)

5. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya


Tidak ada
6. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien dilahirkan dengan normal di Poso pada tanggal 21
September 1962. Pasien lahir tanpa penyulit apapun dalam
persalinan.
b. Riwayat Masa Kanak Awal Pertengahan
Usia 1-3 tahun
Berdasarkan pengakuan Ny. I tidak ada gangguan kesehatan yang
berarti saat masa kanak-kanak.
Usia 3-11 tahun
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan
perkembangan baik. Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan
anak seusianya. Pasien bersekolah dasar (SD) di Poso. Pada saat
pasien masih SD, Ayah pasien meninggal dunia.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

Hubungan pasien dengan teman-temannya baik dan


mudah bergaul. Pasien hanya bersekolah sampai
SMA, dikarenakan menurut orangtua dulu, sudah
cukup jika sekolah sampai SMA. Namun, setelah
tamat SMA pasien melanjutkan kursus tata rias
hingga pasien pergi ke Surabaya.

Riwayat Masa Dewasa


- Riwayat Pendidikan Militer
Tidak ada
- Riwayat Pekerjaan
Ny. I adalah seorang IRT
-

Riwayat Pernikahan
Sudah menikah

Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke enam dari sepuluh bersaudara.
Ayah pasien meninggal pada saat pasien masih duduk di
bangku Sekolah Dasar, Ibu pasien meninggal pada bulan
Desember 2015, 3 hari setelah pasien melakukan operasi mata.

Riwayat keluhan yang sama pada keluarga tidak ada.


Riwayat Kehidupan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga saat ini baik. Hubungan
pasien dengan lingkungan sekitar baik

Riwayat Agama
Pasien menganut ajaran agama Islam

Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal serumah bersama suami dan anak ketiganya.

Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien sadar dirinya sakit dan sudah merasa sedikit lebih sehat
dibandingkan sebelumnya.

B. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Tampak seorang wanita dengan mengenakan baju berwarna krem
dan menggunakan celana kain berwarna coklat, serta menggunakan
jilbab berwarna tosca. Wajah pasien sesuai dengan umurnya.
b. Kesadaran
Compos Mentis
c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien tampak tenang saat diwawancarai
d. Pembicaraan
Spontan, intonasi rendah, menjawab sesuai dengan pertanyaan
e. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif
2. Keadaan Afektif
a. Mood

: Normal

b. Afek

: Apropriate

c. Keserasian

: Serasi

d. Empati

: Dapat dirabarasakan

3. Fungsi intelektual (kognitif)


a. Taraf Pendidikan
b. Orientasi
- Waktu
: Baik
- Tempat : Baik
- Orang
: Baik
c. Daya ingat
- Jangka panjang
- Jangka sedang
- Jangka pendek

: Sesuai dengan tingkat pendidikannya

: Baik
: Baik
: Baik

d.
e.
f.
g.

Jangka segera

: Baik

Konsentrasi dan perhatian : Baik


Pikiran abstrak
: Baik
Bakat kreatif
: Tata rias
Kemampuan menolong diri sendiri : ADL (activity daily living)

Baik
4. Gangguan Persepsi
- Halusinasi
- Ilusi
- Depersonalisasi
- Derealisasi
5. Pikiran
- Arus Pikiran
Produktivitas
Kontinuitas

: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

Hendaya Berbahasa
Isi Pikiran
Preokupasi
Gangguan Isi Pikiran
6. Pengendalian Impuls
7. Daya Nilai dan Tilikan
a. Norma Sosial
b. Uji Daya Nilai
c. Penilaian Realitas
d. Tilikan

: Cukup
: Relevan
: Tidak ada

: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Derajat 6 (Menyadari sepenuhnya

sakit dan ada motivasi untuk sehat)


8. Taraf dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

C. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS


Status Internus
Status internus: T : 110/80 mmHg, N:78x/menit, P : 20 x/menit. S: 36,7C.
kongjungtiva tidak anemis, sclera tidak icterus, jantung dan paru dalam
batas normal, fungsi motorik dan sensorik ke empat ekstremitas dalam
batas normal.

Status Neurologis :
GCS E4M6V5, pupil bulat isokor, ukuran 3 mm, reflex cahaya +/+, reflex
cahaya tidak langsung +/+, Pemeriksaan kaku kuduk : (-), reflex fisiologis
(+), reflex patologis (-). fungsi kortikal luhur dalam batas normal.
D. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien datang dengan keluhan susah tidur dan perasaan tidak enak
yang dialami sejak 3 hari setelah pasien melakukan operasi mata, Ibu
pasien meninggal dunia. Pasien merasa sangat sedih karena sebelum
pasien operasi mata, Ibu pasien masih dalam kondisi sehat. Saat Ibu pasien
meninggal dunia, pasien harus pulang pergi Palu-Poso untuk mengurus
segala sesuatunya sehingga pasien merasa sangat capek. Dua bulan sejak
kejadian itu, pasien sering merasa susah tidur, perasaan tidak enak, badan
gemetar, dan gelisah. Menurut pasien, susah tidurnya juga karena suka
memikirkan dua anak perempuannya di Rumah yang sering berkelahi.
Sebelumnya pasien pernah berobat ke dokter penyakit dalam untuk
mengobati gejala-gejala yang pasien alami, pasien mengatakan diberikan
obat tidur namun pasien merasa tidak ada perubahan. Sampai pada
akhirnya pasien kembali ke dokter mata dan dirujuk ke dokter jiwa.
Pada tahun 1987 pasien mengaku mengalami penyakit asma sehingga
pasien mengkonsumsi obat prednisone sampai tahun 2010 karena menurut
pasien pada tahun 2010 pasien tidak pernah merasa sesak lagi dan pasien
merasa bahwa penyakit asmanya sudah sembuh.
Saat ini, pasien juga mengalami penurunan nafsu makan sehingga
berat badan pasien yang biasanya 45 kg, sekarang menjadi 40 kg. Sampai
sekarang pasien mengaku masih harus mengkonsumsi obat tidur agar bisa
tidur. Pasien mengaku sekarang sudah tidak bisa bekerja terlalu berat
karena sudah merasa tidak mampu dan merasa cepat capek, sehingga yang
pasien bisa lakukan dirumah biasanya hanya menyapu, untuk memasak,
mencuci pakaian dan aktivitas rumah tangga lainnya pasien dibantu oleh
anak dan suaminya.

Pada pemeriksaan status mental, tampak seorang wanita dengan


mengenakan baju berwarna krem dan menggunakan celana kain berwarna
coklat, serta menggunakan jilbab berwarna tosca. Wajah pasien sesuai
dengan umurnya.
Perilaku dan aktivitas psikomotor pasien tenang, pembicaraan
spontan dengan intonasi rendah, menjawab sesuai dengan yang
ditanyakan, mood normal, afek apropriate, empati dapat dirabarasakan.
Tilikan derajat VI.
E. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (BERDASARKAN PPDGJ III DAN
DSM-IV)
Aksis I
:
- Dari autoanamnesis didapatkan gejala klinis yang bermakna yakni
pasien susah tidur, perasaan tidak enak, badan gemetar, dan gelisah.
Hal ini menimbulkan distress dan disability sehingga di katakan
-

sebagai Gangguan Jiwa.


Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya
berat dalam menilai realita berupa halusinasi visual maupun
auditorik sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien masuk dalam

kriteria Gangguan jiwa non psikotik.


Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang
menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat
disingkirkan dan pasien ini didiagnosis sebagai Gangguan Non-

organik.
Pada pasien ini ditemukan adanya keluhan susah tidur, perasaan
tidak enak, badan gemetar dan gelisah serta mudah lelah. Gejalagejala ini dirasakan sejak 8 bulan yang lalu. Maka berdasarkan
DSM-IV kasus ini dapat digolongkan dalam Gangguan Ansietas
Menyeluruh

Aksis II

Ceria, mudah bergaul


Aksis III
:
Tidak Ada Diagnosis Aksis III
Aksis IV
:
10

Masalah berkaitan dengan primary support group (keluarga)


AksisV
:
GAF scale 70 61: Beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
F. DAFTAR MASALAH
- Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan
-

neurotransmitter

sehingga

pasien

memerlukan psikofarmaka.
Psikologik
Ditemukan adanya keluhan susah tidur, perasaan tidak enak dan gelisah
yang mengganggu pikiran pasien sehingga pasien memerlukan

psikoterapi.
Sosiologik
Belum ditemukan faktor masalah sosiologik pasien

G. PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
1. Pendukung kearah baik
a. Tidak ada riwayat keluarga (genetik tidak ada)
b. Faktor pencetus jelas
c. Tidak ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
d. Patuh terhadap pengobatan
e. Sudah menikah
f. Keluarga mendukung kesembuhan pasien
g. Sosioekonomi cukup
2. Pendukung kearah buruk
a. Onset kronik
H. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka
Berdasarkan keluhan dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien,
maka pengobatan farmakologis yang diberikan adalah Alprazolam 0,5

11

mg

2x1.

Hal

ini

karena

Alprazolam

merupakan

golongan

benzodiazepine, yang dimana golongan benzodiazepine merupakan


drug of choice dari semua obat anti-anxietas disebabkan spesifisitas,
potensi dan keamanannya yang lebih kurang menimbulkan adiksi
dengan toksisitas yang rendah. Pada pasien ditemukan adanya riwayat
gejala susah tidur dan ada beberapa gejala depresi seperti penurunan
berat badan dan mudah lelah. Sehingga diberikan Alprazolam yang
memiliki onset of action lebih cepat dan mempunyai komponen efek
anti-depresi.
Psikoterapi
- Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali
gejala somatik secara langsung. Teknik pendekatan yang digunakan
pada pendekatan behavioural adalah relaksasi dan biofeedback.
- Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensipotensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih
bisa beradaptasi optimal dalam fungsi social dan pekerjaannya.
- Psikoterapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan
konflik bawah sadar, menilik egostrenght, relasi obyek, serta
keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen
tersebit kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana
pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai,
minimal kita memfasilitasi pasien agar pasien dapat beradaptasi
dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
I. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.

12

PEMBAHASAN
Gangguan cemas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering
ditemukan di Amerika Serikat dan seluruh dunia. Studi menunjukkan bahwa
gangguan ini meningkatkan morbiditas, pengunaan pelayanan kesehatan dan
hendaya fungsional. Pemahaman neuroanatomi dan biologi molecular ansietas
menjanjikan pengertian baru mengenai etiologi dan terapi yang lebih spesifik
(dengan dengan lebih efektif) dimasa mendatang.
Penyebab gangguan cemas menyeluruh adalah tidak diketahui, tetapi
sebagaimana yang didefinisikan, gangguan ansietas menyeluruh mungkin
mempengaruhi suatu kelompok orang yang heterogen. Mungkin karena suatu
derajat cemas tertentu bersifat normal dan adaptif. Membedakan cemas normal
dan cemas patologis serta membedakan factor penyebab biologis dan factor
psikologis sulit dilakukan.
Gambaran klinis pada gangguan cemas menyeluruh adalah cemas
ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom dan kesiagaan kognitif. Cemas yang
berlebihan dan menganggu aspek kehidupan lainnya, ketegangan motorik paling
sering tampak sebagai gemetar, gelisah, sakit kepala, hiperaktivitas otonom sering
bermanifestasi sebagai napas pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai
gejala gastrointestinal. Kesiagaan kognitif terlihat adanya iritabilitas dan
mudahnya pasien merasa terkejut.

13

Pasien dengan gangguan cemas menyeluruh biasanya mencari dokter


umum atau dokter penyakit dalam untuk membantu gejala somatik mereka. Selain
itu pasien pergi kedokter spesialis untuk gejala spesifik contohnya diare kronis.
Gangguan medis spesifik nonpsikiatri jarang ditemukan dan perilaku pasien
bervariasi saat mencari dokter.
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas menyeluruh
menurut buku ajar psikiatri klinis Kaplan shaddock edisi 2 yaitu :
a. Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan) terjadi
hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian
atau aktivitas (seperti bekerja atau bersekolah).
b. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
c. Cemas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga atau lebih dari keenam gejala
berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama
6 bulan).
Perhatikan : hanya 1 gejala yang diperlukan pada anak-anak.
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
2. Mudah merasa lelah
3. Sulit berkonsetrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Mudah marah
5. Otot tegang
6. Gangguan tidur (sulit tidur atau tetap tidur atau tidur yang
gelisah dan tidak puas).
d. Fokus dari cemas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada gambaran
gangguan aksis 1 misalnya anxietas atau cemas bukan karena mengalami
gangguan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu dikeramaian
(seperti pada fobia sosial), merasa kotor (seperti pada gangguan obsesi
kompulsif) jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada gangguan
anxietas perpisahan) bertambah berat badan (seperti pada anoreksia nervosa)
mengalami keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi) atau
mengalami penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) juga cemas dan
kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan stress pasca trauma.
e. Cemas, kekhawatiran atau gejala fisis menyebabkan distress yang secara
klinis bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, waktu senggang atau area
fungsi lainnya.
f. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya penyalahgunaan obat) atau keadaan medis umumnya (misalnya
14

hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama gangguan mood, gangguan


psikotik, atau gangguan perkembangan pervasive.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari


PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya; 2013.
2.

Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. Jakarta: EGC; 2010.

3. Kusumawardhani, et al. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Badan


Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
4. Gunawan, S. et al. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai