0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
182 tayangan11 halaman
Pasien wanita berusia 60 tahun mengalami gangguan campuran anxietas dan depresi yang ditandai dengan susah tidur, sering terbangun dari tidur, jantung berdebar, dan perasaan cemas. Gejala ini telah dialami selama 2 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik dan status mental tidak menemukan kelainan, namun didapatkan mood kurang semangat dan afek hipotimia. Berdasarkan riwayat medis dan gejalanya, didiagnosis gangguan camp
Pasien wanita berusia 60 tahun mengalami gangguan campuran anxietas dan depresi yang ditandai dengan susah tidur, sering terbangun dari tidur, jantung berdebar, dan perasaan cemas. Gejala ini telah dialami selama 2 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik dan status mental tidak menemukan kelainan, namun didapatkan mood kurang semangat dan afek hipotimia. Berdasarkan riwayat medis dan gejalanya, didiagnosis gangguan camp
Pasien wanita berusia 60 tahun mengalami gangguan campuran anxietas dan depresi yang ditandai dengan susah tidur, sering terbangun dari tidur, jantung berdebar, dan perasaan cemas. Gejala ini telah dialami selama 2 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik dan status mental tidak menemukan kelainan, namun didapatkan mood kurang semangat dan afek hipotimia. Berdasarkan riwayat medis dan gejalanya, didiagnosis gangguan camp
IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Jenis kelamin : Perempuan Umur\ : 60 tahun Status perkahwinan : Sudah menikah Agama : Islam Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Palopo Pendidikan terakhir : Sarjana Tata Boga Datang ke Poli Jiwa : 3 Juli 2014 LAPORAN PSIKIATRI I. RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan utama Susah tidur B. Riwayat gangguan sekarang: Pasien mengaku sering mengalami susah tidur, pasien harus menunggu di tempat tidur kira-kira 1 jam lebih untuk bisa tertidur. Pada saat tertidur pasien sering terbangun-bangun dengan keadaan kaget, setelah terbangun pasien mengaku sulit untuk tidur kembali. Kejadian ini sudah dialami pasien sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, setelah pasien mengalami masa menopause. Pasien sering merasa pusing-pusing keesokan harinya. Kadang-kadang pasien merasa lemas saat terbangun, pasien merasa jantungnya suka berdebar-debar, pasien juga mengaku sering mengalami keringat dingin. Pasien sering mengkonsumsi obat tidur semenjak pasien mengalami susah tidur. Pasien belum pernah mengalami penyakit begini sebelumnya. Pasien juga sering merasa ketindisan saat tidur. Nafsu makan pasien baik. Pasien mengaku penyakitnya tidak mengganggu aktifitas kesehariannya. Pasien mengaku sering memendam masalahnya daripada menceritakannya ke orang lain Hendaya/ disfungsi : Hendaya sosial (-) Hendaya pekerjaan (-) Hendaya penggunaan waktu senggang (+) Faktor stressor psikososial : Tidak jelas Riwayat gangguan sebelumnya : Tidak terdapat riwayat gangguan sebelumnya. C. Riwayat gangguan sebelumnya (penyakit dahulu) Trauma (-) Rokok (-) Infeksi (-) Alkohol (-) Kejang (-) Narkotik (-) D. Riwayat kehidupan peribadi 1. Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun) Pasien lahir tanggal 10 November 1954. Lahir cukup bulan, lahir normal dan dibantu oleh dukun. Ibu pasien tidak mengalami masalah selama mengandung pasien. 2. Riwayat masa kanak-kanak awal (usia 1-3 tahun) Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak sebayanya. 3. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun) Pasien bersekolah Sekolah Dasar (SD) di Soppeng, Sulawesi selatan. Prestasi pasien di sekolah cukup baik. Pasien dikenal sebagai anak yang ceria dan rajin ke sekolah. Pasien mudah bergaul dan memiliki banyak teman. 4. Riwayat masa kanak-kanak akhir dan remaja (12-18 tahun) Setelah tamat sekolah dasar, pasien melanjutkan pendidikannya ke SMP di Soppeng, Sulawesi Selatan. Kemudian SMA di Makassar, Sulawesi selatan. Pasien dikenali sebagai orang yang cukup baik, suka membantu orang lain, mempunyai banyak teman-teman di sekolah, peramah dan orangnya terbuka. 5. Riwayat masa dewasa Pasien melanjutkan perkuliahan di IKIP Jurusan Tata boga. Pendidikan terakhir pasien adalah S1. Prestasi pasien di IKIP cukup memuaskan. pasien agak tertutup tetapi mudah bergaul. 6. Riwayat pernikahan Pasien menikah pada umur 27 tahun dan sampai sekarang belum memiliki keturunan. Pasien memiliki 3 anak angkat dari saudara- saudaranya. Hubungan pasien dan keluarga baik. Hubungan pasien sama suaminya juga baik. 7. Riwayat pekerjaan Pasien pensiunan guru. Sekarang pasien hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. E. Riwayat kehidupan keluarga Pasien merupakan anak ke ketiga dari tujuh bersaudara (,,(),,,,). Hubungan pasien dengan saudaranya baik. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Kakak pasien pernah mengalami gejala yang sama dengan yang diderita pasien saat ini. F. Situasi sekarang Saat ini, pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya. Hubungan pasien dengan suami dan anak-anaknya baik. G. Persepsi pasien tentang dirinya dan kehidupannya Pasien ingin gejala susah tidur yang dialami segera sembuh dan bisa kembali ke pola tidur yang baik.
AUTOANAMNESIS (3 juli 2014) DM : Selamat siang ibu. P : Selamat siang dok. DM : Perkenalkan nama saya wini, saya dokter muda yang bertugas di sini. Kalau boleh tahu nama ibu siapa? P : S dok. DM : Ibu umurnya sekarang berapa? P : 60 tahun umurku sekarang dok. DM : Ibu tinggal di mana? P : Di Palopo dok. DM : Pekerjaan ibu sehari-hari apa? P : Saya ibu rumah tangga dok. DM : Kalau boleh tahu apa yang bisa membuat ibu dating kesini? P : Saya susah tidur dok. Apabila saya tidur, pasti terbangun-bangun. Terus tidak bisa tidur kembali. DM : Sejak kapan ibu susah tidur? P : Susah tidur itu sejak kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu DM : Kira-kira apa yang bikin ibu susah tidur? P : Tidak tau juga dok. DM : Mungkin ada yang kita pikir? P: Tidak ada ji dok DM : Kira-kira berapa jam ibu tidur satu hari? P : Paling lama saya tidur itu kurang lebih 2 jam. Itu juga kadang terbangun- bangun. DM : Setelah itu, ibu bisa tidur kembali? P : Tidak bisa dok. Saya sulit melanjutkan tidur kalau sudah terbangun DM : Selain masalah penyakit ibu, apa yang sering ibu khawatirkan? P : Tidak ada dok. Biasa kalo ada masalahku dok saya lebih suka pendam daripada cerita ke orang lain. DM : Dari dulu mi itu ibu seperti itu? P : iye dok. Dari dulu saya begitu DM : Maaf bu, saya mau tanya. Hubungan ibu sama bapak bagaimana? P : Baik-baik ji. Sama anak-anak juga baik. DM : Berapa anak ibu? P : 3 dok, tapi anak angkat dari saudara-saudaraku DM : Ibu ada merasa jantung berdebar-debar? P : iye dok. DM : Ada rasa sering mual dan mau muntah? P : Rasa mual ji dok. Tapi tidak sampe muntah DM : Bagaimana dengan nafsu makan ibu? Baik- baik ji? P : Nafsu makan saya baik-baik saja dok DM : Apa ibu bikin sehari-hari di rumah? P : Sama seperti ibu rumah tangga yang lain. Mencuci, masak.. DM : Bagaimana aktivitas seharian ibu? Masih sama sebelum sakit? P : Masih sama ji dok,tapi biasa saya rasa lemas-lemas DM : Pendidikan terakhir ibu apa? P : S1 IKIP dok DM : Dulu ibu SD dimana bu? P : Saya SD di Palopo, Sulawesi Selatan. DM : SMP bu? P : SMP di Palopo juga. DM : SMA bu? P : SMA di Makassar, Sulawesi selatan. DM : Baik ibu, apakah masih ada yang mau ibu ceritakan? P : Saya rasa sudah tidak ada dok DM : Apa ibu masih ingat dengan nama saya tadi bu? P : Iye dok. Wini nama ta DM : Baiklah ibu. Terima kasih atas waktunya. Jangan lupa minum obatnya nanti bu, kalau ada masalah sebaiknya ibu cerita saja ke orang terdekat ibu atau suami ibu P : Iya dok. Sama-sama dok.
II. STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum 1. Penampilan: Tampak seorang wanita wajah sesuai umur, tidak terlalu tinggi, kulit sawo matang, penampilan cukup rapi, memakai baju safari biru, celana kain biru dan berjilbab kuning serta tas tangan bewarna biru, cara jalan biasa. 2. Kesadaran : Baik 3. Perilaku dan aktivitas motorik: Pasien duduk dengan tenang 4. Pembicaraan : Lancar dan spontan, intonasi lancar 5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif B. Keadaan Afektif 1. Mood : Cemas 2. Afek : Cemas 3. Keserasian : Serasi 4. Empati : Dapat dirabarasakan C. Fungsi Intelektual 1.Taraf Pendidikan, pengetahuan umum & kecerdasan : Sesuai taraf pendidikan 2. Daya konsentrasi : Baik 3. Orientasi (waktu, tempat, orang) : Baik 4. Daya ingat : - Jangka panjang : Baik - Jangka pendek : Baik - Jangka segera : Baik 5. Pikiran abstrak : Baik 6. Bakat Kreatif : Tidak ada 7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik D. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi : Tidak ada 2. Ilusi : Tidak ada 3. Depersonalisasi : Tidak ada 4. Derealisasi : Tidak ada E. Proses Berpikir 1. Arus Pikiran a. Produktifitas : Cukup b. Kontinuitas : Relevan dan koheren c. Hendaya berbahasa : Tidak ada 2. Isi Pikiran a. Preokupasi : tidak ada b. Gangguan isi pikir: Tidak ada F. Pengendalian Impuls: Baik G. Daya Nilai 1. Norma Sosial : Baik 2. Uji Daya Nilai : Baik 3. Penilaian Realitas : Baik H. Tilikan (Insight) : Derajat VI (pasien sadar bahwa dirinya sakit dan perlu pengobatan) I. Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIK LEBIH LANJUT Pemeriksaan Fisik: 1. Status Internus - Tekanan darah :130/80 mmHg - Nadi :70x/menit - Suhu tubuh :36.5C - Pernapasan : 24x/menit - Kongjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus, cord an pulmo dalam batas normal, ektremitas atas dan bawah tidak ada kelainan. 2. Status neurologis - GCS 15 ( E4M6V5) - Tanda rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), kernig sign (-) - Pupil bulat, isokor, diameter kiri dan kanan 2.5 mm/ 2.5mm, RCL +/+, RCTL +/+ - Fungsi motorik dan sensorik pasien dalam batas normal dan tidak ditemukan reflex patologis. IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Seorang wanita berumur 60 tahun datang ke Poli Jiwa RS Wahidin dengan keluhan susah tidur yang dialami sejak kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu. Sering terbangun dari tidur dalam keadaan kaget. Perasaan cemas tersebut disertai dengan mual, susah tidur, nafsu makan menurun, kurang bersemangat saat beraktivitas dan kurang konsentrasi. Pasien merasa lemas, mengeluh jantungnya sering berdebar-debar, keringat dingin, pasien juga sering merasa ketindisan saat tidur. Pada status mental didapatkan seorang wanita wajah sesuai umur, tidak terlalu tinggi, kulit sawo matang, penampilan cukup rapi, memakai baju safari warna biru, celana panjang kain warna biru dan berjilbab kuning, cara jalan biasa, kesadaran baik, perilaku dan aktivitas psikomotor tenang. Pembicaraan spontan, lancar dan intonasi lancar. Pasien kooperatif, mood kurang semangat, afek hipotimia, empati dapat dirasarabakan. Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai tingkat pendidikannya. Daya konsentrasi cukup, orientasi dan daya ingat baik, pikiran abstrak baik, kemampuan menolong diri sendiri cukup. Tidak terdapat gangguan persepsi. Produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan koheren, tidak ada hendaya berbahasa, tidak ada gangguan isi pikir, pengendalian impuls baik, daya nilai baik. Tilikan berupa Insight derajat VI, dan dapat dipercaya. V. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I Berdasarkan hasil autoanamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan adanya keluhan susah tidur, rasa mual, mengeluh sering merasa lemas, mengeluh sering sakit kepala, sering terbangun dari tidur dalam keadaan kaget, jantung sering berdebar-debar dan keringat dingin sehingga membuat penderitaan (distress) dan hendaya bagi pasien sehingga dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa. Dari pemeriksaan status mental tidak didapatkan adanya hendaya berat seperti halusinasi dan waham sehingga dikategorikan sebagai gangguan jiwa non- psikotik. Dari status internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan sehingga kelainan mental organik dapat disingkirkan. Pada pasien ini ditemukan gejala anxietas yang menonjol seperti rasa khawatir. Pada pasien ini juga didapatkan gejala depresi seperti tidur terganggu, nafsu makan menurun. Akan tetapi masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri sehingga berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis sebagai Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2). Aksis II : Ciri kepribadian tidak khas. Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Tidak di ketahui Aksis V : GAF scale pasien saat ini adalah 71-60 berupa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. VI. DAFTAR PROBLEM Organobiologik: tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien memerlukan psikofarmakologi. Psikologik: ditemukan adanya hendaya ringan sehingga pasien memerlukan psikoterapi untuk menghilangkan gangguan anxietas dan depresi ringan. Sosiologik :ditemukan hendaya sosial ringan dalam pekerjaan maka pasien memerlukan sosioterapi. VII. PROGNOSIS Prognosis pasien ini adalah baik. Adapun faktor pendukung maupun faktor penghambat adalah seperti berikut: Faktor pendukung : Sudah menikah Support keluarga baik Keinginan pasien untuk berobat dan sembuh Faktor penghambat : Stressor tidak diketahui Pasien suka memendam masalahnya
VIII. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan PPDGJ-III, adapun pedoman diagnosis untuk Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi adalah sebagai berikut: Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran yang berlebihan. Tidak ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus ditemukan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F 43.2 gangguan penyesuaian. Pada pasien ini terdapat gejala anxietas dan juga depresi, namun masing- masing tidak menunjukkan gejala yang cukup berat atau tidak terlalu menonjol, sehingga didiagnosis dengan sebagai Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2). Pada pasien ini diberikan pengobatan anti-anxietas, golongan Benzodiazepine: Alprazolam karena alprazolam efektif untuk anxietas karena onset of actionnya lebih cepat dan mempunyai efek samping anti depresi. Alprazolam adalah salah satu golongan benzodiazepine yang mempunyai rasio terapuetik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah jika dibandingkan dengan mepromabate atau Phenobarbital. Mekanisme kerjanya, sindrom anxietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, serotoninergic neurons, yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons. Obat anti anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine receptor) akan mengreinforce aksi inhibit GABA-ergic neuron sehingga hiperaktivitas tersebut di atas mereda. Pada pasien ini diberikan pengobatan anti depresi, yaitu Amitripthylin. Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relative salah satu atau beberapa aminergic neurotransmitter (noradrenaline, serotonin, dopamine) pada sinaps neuron di SSP (khususnya pada system limbic). Mekanisme kerja obat anti depresi ini yaitu menghambat reuptake aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase. Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di SSP. Prognosa pada pasien ini adalah baik karena, sudah menikah dan mendapat dukungan daripada keluarganya. Serta keinginan sembuh dari pasien kuat. IX. RENCANA TERAPI a. Farmakoterapi - Amitriptilin 25 mg 0 - - - Alprazolam 0,5 mg - - 1 b. Psikoterapi: supportive - Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega. - Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya dan menganjurkan untuk berobat teratur. - Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang disekitarnya sehingga mereka dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar dapat membantu proses penyembuhan. X. FOLLOW UP Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit seperti menilai efektifitas obat terapi yang diberikan dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.