Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

Naskah Psikiatri
F.25.0 Skizoafektif Tipe Manik

Oleh : Akhmad risky Subki P 2255 B


Gunaseelaan P 2270 B

Pembimbing : dr. Silvia Ervan, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL RSJ HB SAANIN
PADANG
2017
0
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn MF. (00.00.44)


Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku : Minangkabau
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Pasaman Barat
Pasien masuk rumah sakit tanggal 15 November 2017 diantar oleh keluarga pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari:


Autoanamnesis pada tanggal 21 November 2017.
Alloanamnesis dengan kakak pasien (Tn. D, Supir, pendidikan terkahir
Tsanawiah, tinggal serumah dengan pasien) via telpon 0812xxxxxxxx
pada tanggal 22 November 2017.

A. Keluhan Utama
Pasien mau pergi berobat karena nanti agar dapat menikah dan mendapat motor.

B. Sebab Utama
Pasien marah tanpa sebab, mengancam dan melempar barang jika keinginan tidak
diikuti.

1
C. Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien 1 bulan ini gelisah, mengamuk, marah-marah tanpa sebab, mengancam
dan melempar orang bila keinginan tidak dituruti, merusak rumah, mengejar
orang dengan kayu, melempar rumah dengan batu, emosi labil, bicara-bicara
sendiri, tertawa sendiri,
- Merasa jadi orang paling hebat, merasa sebagai boss di rumah sehingga jika
keinginan tidak diikuti akan marah dan merusak barang-barang di rumah.
- Pasien ada mendengar bisikan-bisikan berupa larangan untuk sholat, melempar
batu, memukul ibu menurut pasien bisikan itu adalah suara ayahnya sejak pasien
kecil, bisikan itu akan hilang jika pasien sholat.
- Pasien melihat bayangan menurut pasien setan atau hantu yang suka tertawa.
- Jalan-jalan keluar rumah tanpa tujuan,
- Pasien merasa bisa membaca pikiran orang lain dan curiga pikirannya diketahui
orang lain.
- Pasien mengaku mudah pernah berhubungan badan dengan seorang janda saat
dalam perjalanan ke bukit tinggi. Pasien meraasa memiliki kemampuan hebat
dalam menarik hati wanita.
- Pasien mau minum obat namun putus obat 2 bulan yang lalu karena masalah
dana.
- Pasien bisa tidur namun saat pagi sampai siang hari, karena malam pasien bangun
untuk menonton tv hingga subuh.
- Makan kuraang.
- Buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya.
- Aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, dan berpakaian dapat dilakukan.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien diketahui sakit sejak 5 tahun yang lalu tahun 2012. Dirantai selama
setahun dan berobat dukun, baru tahun 2013 berobat ,seriang keluar masuk untuk
dirawat, terahir dirawat 2 tahun yang lalu. Kontrol ke poli RSJ Saanin. Minum
obat teratur dirumah.

2
2. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis, bedah, trauma yang memerlukan
perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, maupun HIV.

3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat adiktif lain


Merokok ganja 2012 selama setahun.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Masa prenatal dan perinatal


- Kehamilan direncanakan, lahir spontan, ditolong dukun beranak, tidak ada
riwayat biru, kuning, dan kejang.
2. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental sesuai dengan anak
seusianya. Tidak pernah mengalami kejang.
3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien memiliki banyak teman saat sekolah. Pasien mengaku pernah tinggal
kelas SD selama 3 kali.
4. Masa kanak akhir dan remaja
Saat sekolah pasien mempunyai banyak teman. Hubungan dengan teman
sebaya baik. Pasien hanya sekolah sampai kelas 1 SMP dengan alasan
mengikuti teman teman yang keluar untuk kerja .

5. Masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
o SD : SD di Pasaman, tamat 9 tahun, prestasi biasa.
o SMP : SMP putus sekolah hingga kelas 1

3
b. Riwayat pekerjaan
Pegawai rumah makan .
c. Riwayat perkawinan
Pasien belum pernah menikah
d. Riwayat agama
Pasien beragama islam dan mengaku melaksanakan sholat 5 waktu.
e. Riwayat psikoseksual
Pasien mulai mimpi basah usia 15 tahun, devisi seksual tidak ada, mengaku
pernah berhubungan badan dengan seorang wanita (waktu tidak diketahui).
f. Aktivitas sosial
Pasien kurang dalam interaksi sosial.
g. Riwayat pelanggaran hukum
Pelanggaran hukum tidak ada.

4
F. Riwayat Keluarga

Keterangan : : Pria
: Wanita
: yang memiliki gangguan psikiatri
: Pasien

: Tinggal satu rumah dengan pasien

G. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal serumah dengan ibu, kakak kandung ke 4 dan anak kakak ke 1.
Pasien dan keluarga tinggal dirumah permanen, listrik ada, air dari sumur galian.
Penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kehidupan sehari hari

H. Persepsi Dan Harapan Keluarga

Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan cepat kembali kerumah dan beraktifitas
seperti biasa. Keluarga juga berharap pasien tidak kambuh lagi.

5
I. Persepsi Dan Harapan Pasien

Pasien berharap cepat pulang kerumah dan berkumpul dengan keluarga.


II. Autoanamnesis
Pertanyaan Jawaban Interpretasi
Assalamualaikum Pak, Boleh pak Kesadaran
perkenalkan kami CMC
dokter muda Subki Kooperatif
dan Guna, boleh kita
ngobrol-ngobrol
sebentar ?
siapa nama bapak ya ? Fauzan
Bpk umurnya berapa? 22 tahun
Tinggalnya dimana Di Pasaman
Pak?
Apa pendidikan bapak SMP kelas 1
terakhir ?
Sudah brp lama bpk 6 hari
dirawat ?
Ada apa Bapak sampai Fauzan mau dirawat biar nanti biar
dirawat disini? menikah dan dapat Scoopy
Menikah dengan Ria
siapa?
Memang sudah ada Iya , dok Waham bizzare
hubungan sebelumnya Saya sebelumnya punya banyak
dengan Ria? mantan dok
Karena saya mudah menaklukkan
hati cewek dok, saya punya ayat-
ayatnya dok , kalo saya salaman dan
membaca ayat cewek mudah senang
dengan saya dok.
Darimana dapat ayat Dari ustadz janggut dok , saya
itu? kemarin juga berjanggut seperti
dokter tapi disuruh potong disini
Siapa ustadz itu? Gak tau namanya dok ,pernah saya
diajak jalan jalan dengan ustaz itu
naik motor gantian, pergi ke
Bukittinggi lihat kebun binatang
,terus ke Pekan baru
Sebelum ke sini kemarin ustadz itu
ngajak Fauzan ke Medan terus
touring ke Aceh.
Apa coba? Dokter ini berpikiran bahwa Fauzan Waham
tuh hebat, orangnya fair disukai
banyak orang. Benarkan?
Sekarang apa yang Senang dok.
bapak rasakan?

6
Waktu dirumah ada Ada dok, karena kalau keinginan Manik
emosi emosi gak Fauzan gak dituruti Fauzan marah
Fauzan? Kenapa ninju kaca, mecahin piring.
emosi?
Fauzan kenapa gitu Fauzan kan boss dirumah semua Waham
,apakah gak bisa minta menuruti keinginan Fauzan kebesaran
baik baik?
Adakah hal lain yang Bapak fauzan suka bisik bisik untuk Halusinasi
yang mengganggu jangan sholat, berobatlah jangan auditorik
Fauzan ? melakukan hal yang jelek-jelek ,
pukul ibuk
Sudah berapa kali Sudah 2 kali dengan ini dok,
bapak Fauzan dirawat sebelumnya juga kesini karena
disini? marah marah dan gelisah
Makan bapak Saya makan seperti biasa kok dok
bagaiman?
Waktu Bapak sakit
bagaimana peran Perhatian
keluarga?

Sebelumnya Bapak Saya tinggal dirumah orang tua saya


tinggal dirumah siapa dok ,
?
Bagaimana hubungan Baik
bapak dengan orang
dirumah?

Bagaimana harapan Saya ingin cepat pulang dan tolong


Bapak terhadap sampaikan ke keluarga saya kalo
penyakit Bapak? dalam 2 minggu tidak dijemput
akan bunuh diri
Baik Pak, sekarang Edukasi
Bapak dirawat dulu.
Jika nanti sudah boleh
pulang bapak harus
bisa kontrol yang rajin
dan minum obat
teratur sesuai jadwal.
Terimakasih ya pak Sama-sama

7
ALLOANAMNESA dilakukan pada tanggal 22 November 2017

Dokter Muda Orang Tua Pasien


Assalammualikum pak, perkenalkan saya Iya betul bang
dokter muda Subki. Benar ini dengan Boleh, silahkan bang
keluarga Fauzan Boleh saya bertanya Nama saya D
mengenai Fauzan pak? Dengan bapak
siapa ?
Bapak sehari-hari pekerjaannya apa pak? Supir mengantar ayam potong
Pendidikan terakhir apa pak? Tsanawiah
Mau mengkonfirmasi tentang penyakit Fauzan pertama kali dirawat tahun 2012
Fauzan. Boleh bapak ceritakan tetang paksejak itu sering bolak balik masuk
sofia indra pak rawatan jumlah pastinya lupa ,sudah
sering kali, terakhir 2 tahun yang lalu.
Awalnya dia bekerja di rumah makan
kemudian memakai rokok ganja,
disitulah awal mulai ada gangguan.
Memakai ganja selama 1 tahun.
Bagaimana keadaan Fauzan seharian Gitulah pak dia mudah emosi, mudah
dirumah setelah ada gangguan itu pak? tersinggung, jiga adahal yang tidak
dituruti akan marah dan merusak barang.
Apakah suka bicara sendiri ? Iya pak betul
Benar pak ya Fauzan kerja kernet sopir? Sebenarnya kami ajak saja pak
mengantar ayam biar tidak suntuk
dirumah
Apakah benar Fauzan terakhir SMP kelas Benar bang, keluar karena masalah biaya
1 pak?
Pak Fauzan anak ke 5 ya pak? Iya bang
Apakah ada anggota keluarga memiliki Tidak bang
keluhan yang sama dengan Fauzan
Jadi gimana harapan bapak terhadap Kami berharap Fauzan bisa cepat sehat,
Fauzan? bisa kerja dan dipulangkan bila benar
benar sudah sembuh

III. Status internus


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi : 85x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,70c
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 69 kg
8
Status Gizi : baik
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ada

VI. Status neurologis

* GCS : E4M6V5 (15)


* Tanda Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-)
* Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : +/+
- Akatisia : Tidak ada
- Bradikinesia : Tidak ada
- Cara berjalan : Biasa
- Keseimbangan : Baik
- Rigiditas : Tidak ada

* Motorik : - Tonus : eutonus


- Turgor : baik
-Kekuatan : 555/555

* Sensorik : halus +/+ , kasar +/+


* Refleks fisiologis : Biseps ++/++, Patela ++/++
* Refleks Patologis : Babinsky --/--

V. STATUS MENTAL

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 21 November 2017

I. Keadaan Umum.

a. Kesadaran / Sensorium : Composmentis


b. Cara berpakaian : Sesuai dengan situasi
b. Sikap : Kooperatif
c. Tingkah laku motorik : Hiperaktif, gelisah
d. Verbalisasi dan cara berbicara : Spontan dan jelas
9
e. Kontak psikik : Dapat dilakukan, wajar

II. Keadaan Spesifik

A. Keadaan Alam Perasaan

1. Keadaan afektif : Luas

2. Hidup emosi: a. stabilitas : Labil


b. pengendalian : adekuat
c skala differensiasi : sempit
d. arus emosi ( lambat cepat ) : Cepat
3. Afek : Apropriate
4. Mood : Hipertim, swing mood, euphoria

B. Keadaan dan fungsi intelek.


a. daya ingat ( amnesia ) : Cukup baik
b. daya konsentrasi : Cukup baik
c. orientasi ( waktu, tempat, personal, situasi ) : Baik
d. luas pengetahuan umum dan sekolah : Sesuai
e. discriminative insight : Tilikan 3
f. dugaan taraf intelegensia : Rata-rata normal
g. discriminative judgment : Tidak terganggu
h. kemunduran intelek : Tidak ada

C.Kelainan sensasi dan persepsi


a. ilusi : Tidak ada
b. halusinasi - akustik : Ada.
- visual : Ada.
- olfatorik : Tidak ada.
- taktil : Tidak ada.

10
D. Keadaan proses berfikir

1. Kecepatan proses berfikir :Spontan , cepat

2. Mutu proses berfikir


a. Jelas dan tajam : kurang jelas dan kurang tajam,
tidak wajar
b. Sirkumstansial : tidak ada
a. Inkoherrent :tidak ada
b. Terhalang ( Sperrung ) : tidak ada
c. terhambat ( hemmung ) : tidak ada
d. meloncat-loncat ( flight of ideas ) : ada
3. Isi pikiran

a. Pola sentral dalam fikirannya : tidak ada


b. Fobia : tidak ada
c. Obsesi : tidak ada
d. Delusi : waham kebesaran
e. Kecurigaan : tidak ada
f. Konfabulasi : tidak ada
g. Rasa permusuhan / dendam : tidak ada
h. Banyak / sedikit : banyak
i. Perasaan berdosa : tidak ada
j. Hipokhondria : tidak ada
k. Lain-lain : tidak ada

E. Kelainan dorongan instinktual dan perbuatan

a. Abulia : tidak ada


b. Stupor : tidak ada
c. Raptus / impulsivitas : ada
d. Kegaduhan umum / excitement state : ada
e. Deviasi seksual : tidak ada
f. Ekhopraksia : tidak ada
g. Vagabondage : tidak ada
11
h. Piromani : tidak ada
i. Mannerisme : tidak ada
j. Lain-lain : tidak ada

F. Anxietas yang terlihat secara overt : Tidak ada


G. Hubungan dengan realitas
Terganggu dalam hal tingkah laku, pikiran, dan perasaaan.

12
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
15 November 2017
Hb : 14,4 gr/dl
Ht : 46,3 %
Leukosit : 10.700 /mm3
Trombosit : 253.000/mm3
VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki Tn. F berusia 22 tahun, suku minang. Pasien di
bawa ke RSJ. Prof HB Saanin Padang Pasien pada tanggal 15 November 2017 diantar
oleh keluarga pasien karena.
Dari autoanamnesis dan observasi didapatkan pasien dalam kesadaran
komposmentis , kooperatif dan cukup tenang untuk diajak bicara. Ekspresi wajah kaya,
kontak psikis dapat dilakukan cukup lama,. Afek pasien labil dengan mood hipertim,
.Keadaan dan fungsi intelek daya ingat baik dan konsentrasi baik. Orientasi personal
baik, diskriminative insight tilikan 3 , dan diskriminative judgment tidak terganggu. Pada
pasien didapatkan halusinasi visual dan akustik. Mutu proses pikir kurang jelas, dan
kurang tajam,assosiasi longgar, dengan isi pikir banyak dan ada waham kebesaran,
though of insertion hubungan dengan realitas terganggu dalam hal dan tingkah laku,
pikiran dan perasaan.

VIII. ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan pada


pasien ini ditemukan adanya perubahan pola perilaku, pikiran dan perasaan yang secara
klinis bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dan
fungsi sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ-III dapat disimpulkan bahwa pada
pasien mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis dan riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala dan penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gangguan jiwa. Oleh karena itu ,
gangguan mental organik dapat disingkirkan ( f00-f09).

13
Pada pasien terdapat riwayat penggunaan Ganja namun telah berhenti sejak 4
tahun yang lalu.
Kriteria untuk skizofrenia (f.20) yang terpenuhi pada pasien ini berdasarkan
PPDGJ-III adalah adanya satu gejala yang sangat jelas dari kriteria (a) sampai (d) yaitu
waham kebesaran, bizzare, tough of insertion. Selain itu terdapat minimal dua dari
kriteria (e) sampai (h), pada pasien gejala waham tersebut menetap yang terjadi
berminggu-minggu dan berbulan-bulan, perilaku gaduh gelisah, adanya inkoherensi pada
arus pembicaraan dan perbuatan yang terjadi lebih dari satu bulan (pada pasien ini 5
tahun). Sehari hari pasien merupakan orang yang mudah tersinggung, mudah marah,
.Dapat disimpulkan bahwa pasien juga mengalami episode manik. Karena gejala sama-
sama menonjol maka dapat ditegakkanlah diagnosis aksis I Gangguan skizoafektif tipe
manik (F25.)
Pada alloanamnesis didapatkan bahwa sebelum sakit tidak ada terdapat gangguan
kepribadian maupun retardasi mental. Maka diagnosis aksis II pada pasien ini adalah
tidak ada diagnosis.
Pada pasien tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna terhadap
timbulnya gangguan kejiwaan. Aksis III pasien adalah tidak ada diagnosis. Untuk
keadaan psikososial dan stressor kemungkinan dikarenakan masalah social dan keluarga.
Maka untuk aksis V pada pasien ini adalah GAF (Global Assesment of Functioning)
yaitu 60-51.0

IX. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F.25.2. Ganggguan Skozoafektif Tipe Manik
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah primary support group I: hubungan dengan teman sebaya
Masalah primary support group II: masalah ekonomi
Aksis V : GAF 60-51

X. DIAGNOSIS BANDING AXIS I


F.20.1. Skizofrenia YTT

14
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

Hal yang meringankan prognosis:


adanya gejala positif (halusinasi, waham).
Hal yang memperberat prognosis:
Onset usia muda, riwayat sosial buruk, berulang.

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN

A. Farmakoterapi yang diberikan dirumah sakit


Risperidone 2 x 3 mg
Asam Valproat 2 x 250 mg
B. Psikoterapi :
1. Kepada pasien
Psikoterapi supportif
Memberikan kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien.
Membantu pasien mengidentifikasi faktor presipitasi dan membantu
mengoreksinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk memahami bahwa sedang memiliki gangguan
jiwa, sehingga selanjutnya pasien lebih menyadari kegunaan minum
obat teratur.
2. Kepada keluarga : Psikoedukasi mengenai
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan
edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, dan hubungan
antar gejala dan perilaku, perjalanan penyakit serta prognosis).
Diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan
mencegah kekambuhan.
Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan kepada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang
15
mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan
pentingnya pasien kontrol dan minum obat.

. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Sejarah1

Pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif digambarkan oleh

George H. Kirby pada tahun 1913 dan August Hoch pada tahun 1921. Saat itu, Kirby dan

Hoch mengklasifikasikan pasien tersebut ke dalam kelompok psikosis manik-depresif

Emil Kraepelin karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang

memburuk.

Istilah gangguan skizoafektif untuk suatu gangguan dengan ciri skizofrenia dan

gangguan afektif yang bermakna diperkenalkan Jacob Kasanin pada tahun 1933. Pasien

dengan gangguan ini juga ditandai dengan onset gejala mendadak yang sering pada masa

remaja. Pasien cenderung memiliki fungsi pramorbid yang baik dan stresor spesifik yang

mendahului onset. Riwayat keluarga pasien sering berupa gangguan afektif. Kasanin

percaya bahwa pasien tersebut mengalami skizofrenia karena konsep skizofrenia yang

luas dari Eugen Bleuler telah menghilangkan konsep skizofrenia yang sempit dari

Kraepelin. Pasien yang gejalanya mirip dengan pasien Kasanin diklasifikasikan

menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal, skizofrenia dengan prognosis baik,

skizofrenia dalam remisi, atau psikosis sikloid dari tahun 1933 sampai 1970.

Dua kumpulan data menggeser pandangan skizoafektif dari penyakit skizofrenia

menjadi gangguan afektif pada tahun 1970. Hal ini disebabkan karena Litium Karbonat

terbukti menjadi terapi efektif dan spesifik pada gangguan bipolar dan beberapa kasus

ganggaun skizoafektif. Selain itu, variasi jumlah pasien yang diklasifikasikan skizofrenia
16
di Amerika Serikat dan Inggris adalah akibat dari penekanan yang berlebihan mengenai

gejala psikotik sebagai kriteria diagnostik skizofrenia menurut penelitian John Copper

dan teman sejawatnya pada tahun 1968.

1.2. Epidemiologi1

Prevalensi seumur hidup kurang dari 1%, dalam rentang 0,5 0,8%. Angka

tersebut merupakan perkiraan karena berbagai penelitian gangguan skizoafektif

menggunakan kriteria diagnostik yang bervariasi. Diagnosis skizoafektif pendahuluan

sering digunakan jika tidak yakin dengan diagnosis.

Prevalensi lebih rendah pada pria dibandingkan dengan wanita, khususnya wanita

yang telah menikah. Usia onset pada wanita lebih tua dibandingkan dengan pria. Pria

dengan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial dan pendataran afek

yang nyata.

1.3. Etiologi1

Penyebab gangguan skizoafektif adalah idiopatik, namun terdapat empat

hipotesis:

1.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe skizofrenia atau gangguan

afektif.

2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama skizofrenia dan

gangguan afektif.

3.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang tidak

berhubungan dengan skizofrenia atau ganggaun afektif.

4.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan kelompok gangguan heterogen

yang meliputi ketiga kemungkinan di pertama.

17
Penelitian yang memeriksa riwayat keluarga, riwayat biologis, respon pengobatan

jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang telah dilakukan untuk menggali

kemungkinan yang ada. Sebagian besar penelitian menganggap gangguan skizoafektif

merupakan kelompok ganggaun heterogen.

Beberapa data menunjukkan skizofrenia dan gangguan afektif mungkin

berhubungan secara genetik. Kerancuan pada penelitian keluarga pasien dengan

gangguan skizoafektif menunjukkan perbedaan yang tidak absolut antara skizofrenia dan

gangguan afektif sehingga melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan

prevalensi skizofrenia tidak ditemukan pada keluarga pasien dengan gangguan

skizoafektif tipe bipolar, namun keluarga pasien dengan gangguan skizoafektif tipe

depresif mungkin berisiko tinggi skizofrenia daripada gangguan afektif.

Peningkatan prevalensi skizofrenia atau gangguan afektif mungkin ditemukan

pada keluarga pasien dengan gangguan skizoafektif, bergantung pada tipenya.

Pengamatan bahwa hanya sejumlah kecil pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki

keluarga dengan gangguan skizoafektif mendukung bahwa gangguan skizoafektif

mungkin tidak terpisah dari skizofrenia dan gangguan afektif.

Pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih baik

daripada pasien dengan skizofrenia dan lebih buruk daripada pasien dengan gangguan

afektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif berespons terhadap Litium dan cenderung

mengalami perjalanan penyakit yang tidak memburuk.

Kesimpulannya, pasien dengan gangguan skizoafektif adalah kelompok yang

heterogen, di mana beberapa menderita skizofrenia dengan gejala afektif yang menonjol,

beberapa menderita gangguaan afektif dengan gejala skizofrenia yang menonjol, dan

beberapa memiliki sindrom klinis yang berbeda. Hipotesis bahwa pasien dengan

18
gangguan skizoafektif menderita skizofrenia dan gangguan afektif tidak dapat

dipertahankan karena kejadian bersama kedua gangguan tersebut jauh lebih rendah

daripada insiden ganggaun skizoafektif.

1.4. Gambaran Klinis1

Gejala klinis gangguan skizoafektif adalah semua gejala skizofrenia, episode

manik, dan ganggaun depresif. Gejala skizofrenia dan gangguan afektif dapat ditemukan

bersama atau bergantian. Perjalanan penyakit dapat berupa eksaserbasi dengan remisi

atau kronik progresif.

Ciri psikotik yang tidak sesuai dengan afektif yang lebih kuat telah

dispekulasikan banyak peneliti dan klinisi. Ciri psikotik yang tidak sesuai dengan afektif

pada gangguan afektif mungkin merupakan indikator prognosis buruk. Hubungan

tersebut mungkin terdapat pada gangguan skizoafektif.

1.5. Diagnosis1

Beberapa perubahan kriteria diagnostik gangguan skizoafektif menunjukkan

perubahan kriteria diagnostik skizofrenia dan gangguan afektif. Kriteria diagnostik

gangguan skizoafektif telah banyak berubah dari Diagnostic and Statisctical Manual of

Mental Disorders edisi ketiga (DSM-III) ke edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) dan

sekarang edisi keempat (DSM IV).

Kriteria diagnostik utama gangguan skizoafektif adalah pasien memenuhi kriteria

diagnostik episode depresif berat atau manik yang bersamaan dengan fase aktif

skizofrenia. Selain itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama minimal dua

minggu tanpa gejala gangguan afektif yang menonjol. Gejala gangguan afektif juga harus

ditemukan pada sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Kriteria diagnostik
19
gangguan skizoafektif ditujukan untuk membedakan gangguan afektif dengan ciri

psikotik.

DSM-IV juga membedakan gangguan skizoafektif tipe bipolar dan depresif.

Pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah tipe manik,

episode campuran, atau episode campuran dengan depresif berat. Selain itu, pasien

diklasifikasikan menderita tipe depresif.

1.6. Diagnosis Banding1

Semua kondisi dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan afektif perlu

dipertimbangkan dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati

dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin, Phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien

dengan epilepsi lobus temporal mungkin dapat mengalami gejala skizofrenia dan

gangguan afektif bersamaan. Psikosis pada saat datang mungkin dapat mengganggu

gejala gangguan afektif pada saat tersebut atau sebelumnya sehingga diagnosis akhir

boleh ditunda sampai gejala psikosis akut terkendali.

1.7. Perjalanan Penyakit dan Prognosis1

Pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis pertengahan antara

skizofrenia dengan gangguan afektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki

prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, lebih buruk

daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan lebih baik daripada pasien dengan

skizofrenia. Prognosis tersebut didukung oleh beberapa penelitian jangka panjang selama

dua sampai lima tahun setelah onset yang menilai fungsi sosial, pekerjaan, dan

perjalanan gangguan tersebut.

20
Beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada

wanita dengan gangguan skizoafektif daripada pria. Insidensi bunuh diri pada pasien

dengan gangguan skizoafektif diperkirakan 10%.

1.8. Terapi1

Modalitas terapi utama gangguan skizoafektif adalah rawat inap, medikasi, dan
intervensi psikososial. Prinsip farmakoterapi gangguan skizoafektif adalah protokol
antidepresan dan antimanik diikuti sesuai indikasi serta antipsikotik diberikan jika perlu
untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol Thymoleptic tidak efektif
mengendalikan gejala, mendikasi antipsikotik dapat diberikan. Pasien dengan gangguan
skizoafektif tipe bipolar harus mendapatkan percobaan Lithium, Carbamazepine,
Valproate, atau kombinasi jika tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe
depresif harus mendapatkan percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif sebelum
diputuskan tidak responsif terhadap antidepresan.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira, SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI, Jakarta. 2010.
Hlm170-96.
Kantrowitz, JT, Cintromer L. Schizoaffective Disorder: A Review of Current Research
Themes and Pharmacological Management. CNS Drugs; 2011:25 (4). Pg 317-31.
Kaplan, HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry
Behavioral Science/ Clinical Psychiatry Eleven Edition. Wolters Kluwer, New
York. 2015. Pg 685-724.
Maslim, R. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unita Atma Jaya, Jakarta. 2001. Hlm 48-57.

21
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT

2012 2013 November 2017


17 tahun 22 tahun

Gejala marah marah merasa paling benar


Gejala gangguan jiwa pertam Mulai berobat ke RSJ
muncul kembali
muncul dipasung selama 1 tahun Saanin
Pasien kemudian dibawa oleh keluarga berobat
dan berobat ke dukum
ke RSJ HB. Saanin.
Pasien kembali .
dengan, gejala masih
ada, namun minimal

Pasien
putus obat

Anda mungkin juga menyukai