Naskah Psikiatri
F.25.0 Skizoafektif Tipe Manik
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL RSJ HB SAANIN
PADANG
2017
0
I. IDENTITAS PASIEN
A. Keluhan Utama
Pasien mau pergi berobat karena nanti agar dapat menikah dan mendapat motor.
B. Sebab Utama
Pasien marah tanpa sebab, mengancam dan melempar barang jika keinginan tidak
diikuti.
1
C. Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien 1 bulan ini gelisah, mengamuk, marah-marah tanpa sebab, mengancam
dan melempar orang bila keinginan tidak dituruti, merusak rumah, mengejar
orang dengan kayu, melempar rumah dengan batu, emosi labil, bicara-bicara
sendiri, tertawa sendiri,
- Merasa jadi orang paling hebat, merasa sebagai boss di rumah sehingga jika
keinginan tidak diikuti akan marah dan merusak barang-barang di rumah.
- Pasien ada mendengar bisikan-bisikan berupa larangan untuk sholat, melempar
batu, memukul ibu menurut pasien bisikan itu adalah suara ayahnya sejak pasien
kecil, bisikan itu akan hilang jika pasien sholat.
- Pasien melihat bayangan menurut pasien setan atau hantu yang suka tertawa.
- Jalan-jalan keluar rumah tanpa tujuan,
- Pasien merasa bisa membaca pikiran orang lain dan curiga pikirannya diketahui
orang lain.
- Pasien mengaku mudah pernah berhubungan badan dengan seorang janda saat
dalam perjalanan ke bukit tinggi. Pasien meraasa memiliki kemampuan hebat
dalam menarik hati wanita.
- Pasien mau minum obat namun putus obat 2 bulan yang lalu karena masalah
dana.
- Pasien bisa tidur namun saat pagi sampai siang hari, karena malam pasien bangun
untuk menonton tv hingga subuh.
- Makan kuraang.
- Buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya.
- Aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, dan berpakaian dapat dilakukan.
2
2. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis, bedah, trauma yang memerlukan
perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, maupun HIV.
5. Masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
o SD : SD di Pasaman, tamat 9 tahun, prestasi biasa.
o SMP : SMP putus sekolah hingga kelas 1
3
b. Riwayat pekerjaan
Pegawai rumah makan .
c. Riwayat perkawinan
Pasien belum pernah menikah
d. Riwayat agama
Pasien beragama islam dan mengaku melaksanakan sholat 5 waktu.
e. Riwayat psikoseksual
Pasien mulai mimpi basah usia 15 tahun, devisi seksual tidak ada, mengaku
pernah berhubungan badan dengan seorang wanita (waktu tidak diketahui).
f. Aktivitas sosial
Pasien kurang dalam interaksi sosial.
g. Riwayat pelanggaran hukum
Pelanggaran hukum tidak ada.
4
F. Riwayat Keluarga
Keterangan : : Pria
: Wanita
: yang memiliki gangguan psikiatri
: Pasien
Saat ini pasien tinggal serumah dengan ibu, kakak kandung ke 4 dan anak kakak ke 1.
Pasien dan keluarga tinggal dirumah permanen, listrik ada, air dari sumur galian.
Penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kehidupan sehari hari
Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan cepat kembali kerumah dan beraktifitas
seperti biasa. Keluarga juga berharap pasien tidak kambuh lagi.
5
I. Persepsi Dan Harapan Pasien
6
Waktu dirumah ada Ada dok, karena kalau keinginan Manik
emosi emosi gak Fauzan gak dituruti Fauzan marah
Fauzan? Kenapa ninju kaca, mecahin piring.
emosi?
Fauzan kenapa gitu Fauzan kan boss dirumah semua Waham
,apakah gak bisa minta menuruti keinginan Fauzan kebesaran
baik baik?
Adakah hal lain yang Bapak fauzan suka bisik bisik untuk Halusinasi
yang mengganggu jangan sholat, berobatlah jangan auditorik
Fauzan ? melakukan hal yang jelek-jelek ,
pukul ibuk
Sudah berapa kali Sudah 2 kali dengan ini dok,
bapak Fauzan dirawat sebelumnya juga kesini karena
disini? marah marah dan gelisah
Makan bapak Saya makan seperti biasa kok dok
bagaiman?
Waktu Bapak sakit
bagaimana peran Perhatian
keluarga?
7
ALLOANAMNESA dilakukan pada tanggal 22 November 2017
V. STATUS MENTAL
I. Keadaan Umum.
10
D. Keadaan proses berfikir
12
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
15 November 2017
Hb : 14,4 gr/dl
Ht : 46,3 %
Leukosit : 10.700 /mm3
Trombosit : 253.000/mm3
VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki Tn. F berusia 22 tahun, suku minang. Pasien di
bawa ke RSJ. Prof HB Saanin Padang Pasien pada tanggal 15 November 2017 diantar
oleh keluarga pasien karena.
Dari autoanamnesis dan observasi didapatkan pasien dalam kesadaran
komposmentis , kooperatif dan cukup tenang untuk diajak bicara. Ekspresi wajah kaya,
kontak psikis dapat dilakukan cukup lama,. Afek pasien labil dengan mood hipertim,
.Keadaan dan fungsi intelek daya ingat baik dan konsentrasi baik. Orientasi personal
baik, diskriminative insight tilikan 3 , dan diskriminative judgment tidak terganggu. Pada
pasien didapatkan halusinasi visual dan akustik. Mutu proses pikir kurang jelas, dan
kurang tajam,assosiasi longgar, dengan isi pikir banyak dan ada waham kebesaran,
though of insertion hubungan dengan realitas terganggu dalam hal dan tingkah laku,
pikiran dan perasaan.
13
Pada pasien terdapat riwayat penggunaan Ganja namun telah berhenti sejak 4
tahun yang lalu.
Kriteria untuk skizofrenia (f.20) yang terpenuhi pada pasien ini berdasarkan
PPDGJ-III adalah adanya satu gejala yang sangat jelas dari kriteria (a) sampai (d) yaitu
waham kebesaran, bizzare, tough of insertion. Selain itu terdapat minimal dua dari
kriteria (e) sampai (h), pada pasien gejala waham tersebut menetap yang terjadi
berminggu-minggu dan berbulan-bulan, perilaku gaduh gelisah, adanya inkoherensi pada
arus pembicaraan dan perbuatan yang terjadi lebih dari satu bulan (pada pasien ini 5
tahun). Sehari hari pasien merupakan orang yang mudah tersinggung, mudah marah,
.Dapat disimpulkan bahwa pasien juga mengalami episode manik. Karena gejala sama-
sama menonjol maka dapat ditegakkanlah diagnosis aksis I Gangguan skizoafektif tipe
manik (F25.)
Pada alloanamnesis didapatkan bahwa sebelum sakit tidak ada terdapat gangguan
kepribadian maupun retardasi mental. Maka diagnosis aksis II pada pasien ini adalah
tidak ada diagnosis.
Pada pasien tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna terhadap
timbulnya gangguan kejiwaan. Aksis III pasien adalah tidak ada diagnosis. Untuk
keadaan psikososial dan stressor kemungkinan dikarenakan masalah social dan keluarga.
Maka untuk aksis V pada pasien ini adalah GAF (Global Assesment of Functioning)
yaitu 60-51.0
14
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Sejarah1
Pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif digambarkan oleh
George H. Kirby pada tahun 1913 dan August Hoch pada tahun 1921. Saat itu, Kirby dan
Emil Kraepelin karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang
memburuk.
Istilah gangguan skizoafektif untuk suatu gangguan dengan ciri skizofrenia dan
gangguan afektif yang bermakna diperkenalkan Jacob Kasanin pada tahun 1933. Pasien
dengan gangguan ini juga ditandai dengan onset gejala mendadak yang sering pada masa
remaja. Pasien cenderung memiliki fungsi pramorbid yang baik dan stresor spesifik yang
mendahului onset. Riwayat keluarga pasien sering berupa gangguan afektif. Kasanin
percaya bahwa pasien tersebut mengalami skizofrenia karena konsep skizofrenia yang
luas dari Eugen Bleuler telah menghilangkan konsep skizofrenia yang sempit dari
skizofrenia dalam remisi, atau psikosis sikloid dari tahun 1933 sampai 1970.
menjadi gangguan afektif pada tahun 1970. Hal ini disebabkan karena Litium Karbonat
terbukti menjadi terapi efektif dan spesifik pada gangguan bipolar dan beberapa kasus
ganggaun skizoafektif. Selain itu, variasi jumlah pasien yang diklasifikasikan skizofrenia
16
di Amerika Serikat dan Inggris adalah akibat dari penekanan yang berlebihan mengenai
gejala psikotik sebagai kriteria diagnostik skizofrenia menurut penelitian John Copper
1.2. Epidemiologi1
Prevalensi seumur hidup kurang dari 1%, dalam rentang 0,5 0,8%. Angka
Prevalensi lebih rendah pada pria dibandingkan dengan wanita, khususnya wanita
yang telah menikah. Usia onset pada wanita lebih tua dibandingkan dengan pria. Pria
yang nyata.
1.3. Etiologi1
hipotesis:
afektif.
gangguan afektif.
17
Penelitian yang memeriksa riwayat keluarga, riwayat biologis, respon pengobatan
jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang telah dilakukan untuk menggali
gangguan skizoafektif menunjukkan perbedaan yang tidak absolut antara skizofrenia dan
skizoafektif tipe bipolar, namun keluarga pasien dengan gangguan skizoafektif tipe
Pengamatan bahwa hanya sejumlah kecil pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki
daripada pasien dengan skizofrenia dan lebih buruk daripada pasien dengan gangguan
afektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif berespons terhadap Litium dan cenderung
heterogen, di mana beberapa menderita skizofrenia dengan gejala afektif yang menonjol,
beberapa menderita gangguaan afektif dengan gejala skizofrenia yang menonjol, dan
beberapa memiliki sindrom klinis yang berbeda. Hipotesis bahwa pasien dengan
18
gangguan skizoafektif menderita skizofrenia dan gangguan afektif tidak dapat
dipertahankan karena kejadian bersama kedua gangguan tersebut jauh lebih rendah
manik, dan ganggaun depresif. Gejala skizofrenia dan gangguan afektif dapat ditemukan
bersama atau bergantian. Perjalanan penyakit dapat berupa eksaserbasi dengan remisi
Ciri psikotik yang tidak sesuai dengan afektif yang lebih kuat telah
dispekulasikan banyak peneliti dan klinisi. Ciri psikotik yang tidak sesuai dengan afektif
1.5. Diagnosis1
gangguan skizoafektif telah banyak berubah dari Diagnostic and Statisctical Manual of
Mental Disorders edisi ketiga (DSM-III) ke edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) dan
diagnostik episode depresif berat atau manik yang bersamaan dengan fase aktif
skizofrenia. Selain itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama minimal dua
minggu tanpa gejala gangguan afektif yang menonjol. Gejala gangguan afektif juga harus
ditemukan pada sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Kriteria diagnostik
19
gangguan skizoafektif ditujukan untuk membedakan gangguan afektif dengan ciri
psikotik.
Pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah tipe manik,
episode campuran, atau episode campuran dengan depresif berat. Selain itu, pasien
Semua kondisi dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan afektif perlu
dengan epilepsi lobus temporal mungkin dapat mengalami gejala skizofrenia dan
gangguan afektif bersamaan. Psikosis pada saat datang mungkin dapat mengganggu
gejala gangguan afektif pada saat tersebut atau sebelumnya sehingga diagnosis akhir
prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, lebih buruk
daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan lebih baik daripada pasien dengan
skizofrenia. Prognosis tersebut didukung oleh beberapa penelitian jangka panjang selama
dua sampai lima tahun setelah onset yang menilai fungsi sosial, pekerjaan, dan
20
Beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada
wanita dengan gangguan skizoafektif daripada pria. Insidensi bunuh diri pada pasien
1.8. Terapi1
Modalitas terapi utama gangguan skizoafektif adalah rawat inap, medikasi, dan
intervensi psikososial. Prinsip farmakoterapi gangguan skizoafektif adalah protokol
antidepresan dan antimanik diikuti sesuai indikasi serta antipsikotik diberikan jika perlu
untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol Thymoleptic tidak efektif
mengendalikan gejala, mendikasi antipsikotik dapat diberikan. Pasien dengan gangguan
skizoafektif tipe bipolar harus mendapatkan percobaan Lithium, Carbamazepine,
Valproate, atau kombinasi jika tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe
depresif harus mendapatkan percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif sebelum
diputuskan tidak responsif terhadap antidepresan.
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI, Jakarta. 2010.
Hlm170-96.
Kantrowitz, JT, Cintromer L. Schizoaffective Disorder: A Review of Current Research
Themes and Pharmacological Management. CNS Drugs; 2011:25 (4). Pg 317-31.
Kaplan, HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry
Behavioral Science/ Clinical Psychiatry Eleven Edition. Wolters Kluwer, New
York. 2015. Pg 685-724.
Maslim, R. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unita Atma Jaya, Jakarta. 2001. Hlm 48-57.
21
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
Pasien
putus obat