dr. Frinidya
C065202003
Dosen Pengampu :
dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Sp.KJ (K)
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
No. RM : 04 53 15
Agama : Islam
Suku : Bugis
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk kedua kalinya pada tanggal 23
November 2021, pukul 09.00 WITA, diantar oleh kakak dan adik pasien.
1. Nama : Ny. SF
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
2. Nama : Ny. SW
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Rappokalling
4
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Awal perubahan perilaku, dialami sejak tahun 2007 saat pasien
bekerja di Palu. Pasien sedang dalam perjalanan Palu – Makassar dan
merasa ada polisi yang mengejar-ngejar pasien. Setelah itu pasien selalu
merasa ada yang mengejar-ngejar pasien, merasa tercekik dan dada terasa
panas. Setelah itu pasien meminta pulang kampung di Bantaeng karena
merasa lebih tenang ketika berada disana. Tahun 2009, setelah menikah
pasien kembali ke Makaassar, dan bekerja sebagai pedangang kaki lima.
Pasien mulai sering bicara sendiri. Pasien meyakini dirinya dikejar oleh
polisi. Pasien meyakini dirinya punya kekuatan yang dapat menyembuhkan
orang, Pasien ingin memakan biawak untuk menjadikan obat, sehingga
keluarga membuang biawak tersebut. Pasien sangat marah ketika
mengetahui biawak tersebut dibuang dan akhirnya mengamuk. Sehingga
pasien dibawa dan di rawat inap di RSKD Dadi selama 4 hari.
5
pasien tidak pernah mengalami demam tinggi dan tidak pernah kejang.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pada tahun 2008, pasien berusia 27 tahun saat itu. Pasien
menikah dengan perempuan pilihan sendiri yang dikenalkan oleh
6
keluarga. Saat ini pasien dikaruniai 3 orang anak, anak pertama berumur
12 tahun, anak kedua berumur 8 tahun dan anak ketiga berumur 2 tahun.
Hubungan dengan istri kurang harmonis. Pasien merasa istri kurang
perhatian dan tidak mengerti kondisi suami yang terkadang tidak bisa
bekerja dan mendapatkan pengahasilan sedikit.
c. Psikoseksual
Pasien mengakui pertama kali mimpi basah saat umur 14 tahun. Pasien
pertama kali behubungan seksual dengan pacar pasien di usia sekitar 18
tahun.
d. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam sejak lahir, mengikuti agama orang
tuanya. Pasien kurang taat beribadah.
e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
g. Aktivitas Sosial
Pasien merupakan pribadi yang ramah, mudah bergaul, punya cukup
banyak teman. Pasien sehari-hari bekerja sebagai pedagang kaki lima.
Sepulang bekerja pasien kebanyakan di rumah menghabiskan waktu
bersama keluarga. Terkadang pasien juga bergaul dengan tetatngga
sekitar rumahnya.
6. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke 3 dari 6 bersaudara (♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♂ ). Pasien
mudah bergaul. Hubungan dengan bapak, ibu dan saudara baik. Riwayat
keluarga dengan gangguan jiwa ada yaitu saudara kandung ibu pasien.
7
GENOGRAM
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
8
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS ( Tanggal 3 September 2021 )
1. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi pernafasan 20
kali/menit, suhu tubuh 36,5 °C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat
dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Tidak serasi
9
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya
2. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : baik
b. Jangka Sedang : baik
c. Jangka Pendek : baik
d. Jangka Segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : baik
5. Pikiran Abstrak : cukup
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik :
- Mendengar suara orang yang berkomentar bahwa pasien telah diguna-
guna
- Mendengar suara perempuan yang mengajak pasien bertemu.
- Mendengar suara perempuan yang menyuruh pasien sabar menghadapi
cobaan, banyak berdoa dan bertawakkal.
10
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : kesan membanjir
2. Kontinuitas : cukup relevan
3. Hendaya berbahasa : tidak ada
4. Isi Pikiran
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
Waham persekutorik
Pasien meyakini tetanggannya mengirimkan guna-guna
kepada pasien.
Waham kebesaran
Pasien meyakini dirinya mempunyai kekuatan dapat
menyembuhkan orang sakit.
F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls cukup baik.
I. Pemeriksaan penunjang
Skor PANSS: 82
(Gejala Positif 30, Gejala Negatif 7, Psikopatologi Umum 45)
11
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki diantar oleh kakak dan adiknya untuk kedua
kalinya ke RSKD Dadi Prov.Sulsel karena mengamuk. Pasien gelisah
sejak 1 bulan yang lalu, dan memberat 1 minggu sebelum masuk RS. Pagi
hari sebelum di bawa ke RSKD, pasien mencoba menikam tetangganya
dengan menggunakan badik, namun hanya menyebabkan robekan pada
baju tetangganya. Pasien menikam tetangga, karena pasien meyakini
tetangganya tersebut mengirimkan guna-guna kepada pasien sehingga
menyebabkan pasien sakit. Pasien mendengar suara-suara yang
berkomentar bahwa tetangganya itu telah mengirim guna-guna. Pasien
sering menuduh istrinya berselingkuh dengan kakak kandung sang istri
atau berselingkuh dengan bapak pasien. Pasien juga memukul Bapaknya
karena ditegur selalu pergi keluar rumah sejak 1 bulan terakhir. Pasien
sering keluar, karena mendengar bisikan-bisikan perempuan yang
mengajaknya bertemu.
Setelah keluar dari RSKD, pasien sempat kontrol dan mengambil obat
di poli RSKD hingga tahun 2012, tetapi tidak teratur. Setelah itu, pasien
menolak minum obat dengan alasan pasien ingin mengenal dirinya,
12
apakah dirinya benar-benar sakit atau memang mempunyai kelebihan,
yaitu dapat menyembuhkan orang yang sakit. Karena tidak mau minum
obat, keluarga pasien mencampur obat kedalam makanan atau minuman
yang pasien makan. Hal ini dilakukan hingga Juli 2021, saat itu pasien
mendapati Ibunya sedang memasukkan obat kedalam coto milik pasien.
Dan sejak saat itu pasien tidak pernah mengkonsumsi obatnya.
Seorang laki-laki, wajah kesan sesuai usia (40 tahun), postur tubuh
kurus, kulit sawo matang, rambut lurus, memakai baju hitam bergarris
hijau putih, celana pendek hitam, perawatan diri kesan cukup. Kesadaran
berubah, psikomotor tenang, pembicaraan spontan, lancar, intonasi biasa.
Sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif. Pada pasien ditemukan
adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan terdapat
gangguan isi pikir berupa wahamkebesaran waham persekutorik,
pengendalian impuls saat dilakukan autoanamnesis cukup baik, pasien
tidak merasa kalau dirinya sakit, dan secara umum yang diutarakan oleh
pasien dapat dipercaya.
13
relasi dengan orang lain, sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental
organik dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status
mental didapatkan adanya Halusinasi auditorik, waham kebesaran,
waham persekutorik dengan perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan,
sehingga memenuhi diagnosis Skizofrenia (F20) dan menurut Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders Five Edition (DSM V)
diagnosis diarahkan pada Schizophrenia (295.90).
Pada pasien ini ditemukan adanya halusinasi auditorik, waham
kebesaran dan waham persekutorik yang menonjol sehingga berdasarkan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis
mengarah pada Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Pada pasien ini, awal perubahan perilaku sejak tahun 2007,
sehingga pasien dirawat di tahun 2009, pasien tidak teratur minum obat
hingga saat ini. Pasien dapat bekerja, tapi pekerjaannya sering
terbengkalai jika halusinasi dan waham sangat mengganggu. Sehingga
perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan berdasarkan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis
mengarah pada Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan (F20.00).
Pasien telah dirawat di RSKD Dadi untuk kedua kalinya karena
ketidakpatuhan minum obat sehingga berdasarkan Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) menjadi fokus
perhatian klinis yaitu ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Z91.1)
Aksis II
Pasien sebelum sakit adalah orang yang ramah dan banyak teman, namun
cenderung menyimpan sendiri bila ada masalah. Dari data yang
didapatkan belum dapat mengarahkan ke ciri kepribadian tertentu.
14
Mekanisme defense yang sering digunakan oleh pasien adalah acting out
dan represi.
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Stressor Psikososial : Masalah ekonomi
Aksis V
GAF Scale saat ini : 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat)
Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas berupa adanya
halusinasi auditorik, waham kebesaran,waham persekutorik yang
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial dan penggunaan waktu
senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
15
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
B. Psikoterapi
Suportif :
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu
pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan
dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama
pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat
secara teratur.
Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien
sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan
16
dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan
pengobatan.
Menurut Sigmund Freud fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis
yang disebut libido. Setiap tahap perkembangan ditandai dengan berfungsinya dorongan-
dorongan tersebut pada daerah tubuh tertentu. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai
dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak
diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. Sampai konflik ini diselesaikan,
individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini.
17
ini peran orang tua sangat penting, ayah dan ibu sebaiknya hadir untuk mendukung toilet
training yang adekuat pada fase ini. Orang tua harus bersikap suportif, meyakinkan anak
bisa sukses untuk melalui fase toilet training. Dan jika anak gagal menahan BAB dan
BAK, orang tua tidak perlu marah, kembali menyemangati anak bahwa masih bisa dicoba
untuk berikutnya belajar mengendalikan BAK dan BAB. Dan sampai akhirnya mereka
lulus, jangan lupa berikan penghargaan untuk upaya mereka.
Pada pasien ia berhasil toilet training di usia 4 tahun, pasien mempunyai 2 orang
kakak dan 1 orang adik saat itu. Sehingga fokus Ibu terbagi untuk anak-anaknya.
Sehingga fase toilet training berlangsung agak lambat, karena ibu kurang konsisten
mengajak anak ke toilet. Ibu pun menganggap toilet training bukan suatu fase yang
penting, sehingga tidak pernah diajarkan khusus, baginya anak akan bisa menahan BAK
dan BAB seiring berjalannya waktu. Sehingga pasien tumbuh menjadi anak yang kurang
disiplin.
18
4. Fase Laten (5-11 tahun)
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana Anak mulai menekan keinginan
seksnya dan mengembangkan pengejaran intelektual dan interaksi sosialnya. Pada fase
ini anak menyalurkan energinya ke bidang emosional yang menolong mengatasi konflik
phalik. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial, komunikasi
dan kepercayaan diri. Ini semua menjadi dasar penting untuk kehidupan dewasa yang
penuh kepuasan dalam pekerjaan dan cinta. Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan
kurang berkembangnya kontrol diri sehingga anak gagal mengalihkan energinya secara
efisien pada minat belajar dan pengembangan keterampilan.
Di usia sekolah dasar ini, pasien mempunyai prestasi yang biasa saja. Pasien sering
terlibat perkelahian dengan teman sebaya. Pasien gagal mengembangkan kontrol diri dan
energinya di habiskan secara tidak efisien, minat belajar yang kurang menyebabkan
keterampilan yang terbatas. Pasien tidak mempunyai hobi atau bakat tertentu.
19
matang, dan dengan skill yang terbatas. Disini konflik dimulai saat usaha-usaha di
pekerjaannya hasilnya tidak maksimal. Pasien pun sampai meminjam di Bank sebagai
modal usaha, dan saat usahanya tidak berkembang seperti harapan pasien, disitulah awal
terjadi perubahan perilaku pada pasien. Pasien mulai sering ketakutan, merasa ada polisi
yang mengejar-ngejar. Dan mulai sering mendengar suara-suara yang berkomentar
tentang pasien.
20