Anda di halaman 1dari 20

KULIAH SIKLUS KEHIDUPAN

PEMBAHASAN TEORI PSIKOSEKSUAL


PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID

dr. Frinidya
C065202003

Dosen Pengampu :
dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Sp.KJ (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2021

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

No. RM : 04 53 15

Tanggal Lahir : 5 / 3/ 1981 (40 tahun)

Agama : Islam

Suku : Bugis

Status Pernikahan : Sudah menikah

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Pedagang Kaki Lima

Alamat : Rappokalling, Makassar.

Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk kedua kalinya pada tanggal 23
November 2021, pukul 09.00 WITA, diantar oleh kakak dan adik pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari:

1. Nama : Ny. SF

Umur : 31 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Alamat : Rappokaling

Hubungan dengan pasien : Istri

2. Nama : Ny. SW

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Guru Paud

Alamat : Rappokalling

Hubungan dengan pasien : Kakak kandung pasien


A. Keluhan Utama
Mengamuk

A. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang laki-laki diantar oleh kakak dan adiknya untuk kedua kalinya ke
RSKD Dadi Prov.Sulsel karena mengamuk. Pasien gelisah sejak 1 bulan yang
lalu, dan memberat 1 minggu sebelum masuk RS. Pagi hari sebelum di bawa ke
RSKD, pasien mencoba menikam tetangganya dengan menggunakan badik,
namun hanya menyebabkan robekan pada baju tetangganya. Pasien menikam
tetangga, karena pasien meyakini tetangganya tersebut mengirimkan guna-guna
kepada pasien sehingga menyebabkan pasien sakit. Pasien mendengar suara-
suara yang berkomentar bahwa tetangganya itu telah mengirim guna-guna.
Pasien sering menuduh istrinya berselingkuh dengan kakak kandung sang istri
atau berselingkuh dengan bapak pasien. Pasien mudah marah, satu minggu
yang lalu, pasien juga memukul Bapaknya karena ditegur selalu pergi keluar
rumah sejak 1 bulan terakhir. Pasien terkadang keluar tengah malam hingga
subuh, karena pasien mendengar bisikan-bisikan perempuan yang mengajaknya
bertem, sehingga pasien pergi mencari wanita tersebut. Pasien sering terlihat
bicara sendiri, hingga tengah malam dan menyebabkan tidur pasien terganggu
4 bulan terakhir. Pasien juga sudah tidak pernah bekerja 4 bulan terakhir,
makan kurang, dan jarang mandi.

B. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma
kapitis, dan kejang yang mempengaruhi fungsi otak.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah ada riwayat penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika. Pasien merokok kurang lebih 1 bungkus rokok sehari.
Sebelum menikah pasien sesekali mengkonsumsi alkohol saat berkumpul
bersama teman.

4
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Awal perubahan perilaku, dialami sejak tahun 2007 saat pasien
bekerja di Palu. Pasien sedang dalam perjalanan Palu – Makassar dan
merasa ada polisi yang mengejar-ngejar pasien. Setelah itu pasien selalu
merasa ada yang mengejar-ngejar pasien, merasa tercekik dan dada terasa
panas. Setelah itu pasien meminta pulang kampung di Bantaeng karena
merasa lebih tenang ketika berada disana. Tahun 2009, setelah menikah
pasien kembali ke Makaassar, dan bekerja sebagai pedangang kaki lima.
Pasien mulai sering bicara sendiri. Pasien meyakini dirinya dikejar oleh
polisi. Pasien meyakini dirinya punya kekuatan yang dapat menyembuhkan
orang, Pasien ingin memakan biawak untuk menjadikan obat, sehingga
keluarga membuang biawak tersebut. Pasien sangat marah ketika
mengetahui biawak tersebut dibuang dan akhirnya mengamuk. Sehingga
pasien dibawa dan di rawat inap di RSKD Dadi selama 4 hari.

Setelah keluar dari RSKD, pasien sempat kontrol dan mengambil


obat di poli RSKD hingga tahun 2012, tetapi tidak teratur. Setelah itu,
pasien menolak minum obat dengan alasan pasien ingin mengenal dirinya,
apakah dirinya benar-benar sakit atau memang mempunyai kelebihan, yaitu
dapat menyembuhkan orang yang sakit. Karena tidak mau minum obat,
keluarga pasien mencampur obat kedalam makanan atau minuman yang
pasien makan. Hal ini dilakukan hingga Juli 2021, saat itu pasien mendapati
Ibunya sedang memasukkan obat kedalam coto milik pasien. Pasien sangat
marah, dan sejak saat itu pasien tidak mau memakan makanan yang
disiapkan oleh keluarga. Dan sejak saat itu pasien tidak pernah
mengkonsumsi obatnya.

C. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal di RS Bersalin St. Halimah Makassar, ditolong oleh


bidan, pada tanggal 5 Maret 1981. Berat badan lahir tidak diketahui. Riwayat
kesehatan dan kondisi psikologis Ibu pasien dalam keadaan sehat saat
hamil, tidak ada persiapan tertentu menyambut kelahiran pasien, dan ibu
pasien tidak mengalami kondisi psikologis yang berat saat itu. Saat bayi,

5
pasien tidak pernah mengalami demam tinggi dan tidak pernah kejang.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)


Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Riwayat ASI 1 tahun. Pertumbuhan
dan perkembangan pasien pada masa kanak awal sesuai dengan
perkembangan anak seusianya dan tidak ditemukan adanya masalah
perilaku yang menonjol.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)


Pasien tinggal bersama ayah dan ibu dan mendapat kasih sayang yang
cukup dari kedua orang tuanya. Pada usia 6 tahun, pasien mulai
masuk sekolah dasar di SD Muhammadiyah Mimpannampu. Prestasi
selama sekolah biasa saja. Pasien memiliki banyak teman di sekolah dan
lingkungan rumahnya. Pasien sering mengikuti kegiatan pramuka.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)


Pada usia 12 tahun, pasien masuk di SMP Muhammadiyah. Prestasi pasien
saat bersekolah di SMP tersebut biasa saja. Setelah menamatkan sekolah
jenjang SMP, pasien tidak melanjutkan pendidikan di SMA karena
keterbatasan biaya. Pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul dan
memiliki banyak teman.

5. Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat Pekerjaan
Setelah tamat pendidikan SMP, pasien mulai membantu perekonomian
keluarga dengan bekerja. Pasien pernah berjualan gogos. Pasien juga
pernah membantu ayah pasien membuat perhiasan dari emas. Setelah
itu, pasien pergi ke palu berdagang emas selama kurang lebih 2 tahun.
Lalu pasien kembali ke makassar berjualan kaki lima, terkadang jika ada
panggilan sebagai tukang, pasien bekerja sebagai tukang bangunan.

b. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pada tahun 2008, pasien berusia 27 tahun saat itu. Pasien
menikah dengan perempuan pilihan sendiri yang dikenalkan oleh
6
keluarga. Saat ini pasien dikaruniai 3 orang anak, anak pertama berumur
12 tahun, anak kedua berumur 8 tahun dan anak ketiga berumur 2 tahun.
Hubungan dengan istri kurang harmonis. Pasien merasa istri kurang
perhatian dan tidak mengerti kondisi suami yang terkadang tidak bisa
bekerja dan mendapatkan pengahasilan sedikit.

c. Psikoseksual
Pasien mengakui pertama kali mimpi basah saat umur 14 tahun. Pasien
pertama kali behubungan seksual dengan pacar pasien di usia sekitar 18
tahun.

d. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam sejak lahir, mengikuti agama orang
tuanya. Pasien kurang taat beribadah.

e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.

f. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien belum pernah terlibat masalah hukum sebelumnya.

g. Aktivitas Sosial
Pasien merupakan pribadi yang ramah, mudah bergaul, punya cukup
banyak teman. Pasien sehari-hari bekerja sebagai pedagang kaki lima.
Sepulang bekerja pasien kebanyakan di rumah menghabiskan waktu
bersama keluarga. Terkadang pasien juga bergaul dengan tetatngga
sekitar rumahnya.

6. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke 3 dari 6 bersaudara (♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♂ ). Pasien
mudah bergaul. Hubungan dengan bapak, ibu dan saudara baik. Riwayat
keluarga dengan gangguan jiwa ada yaitu saudara kandung ibu pasien.

7
GENOGRAM

Keterangan
Laki-laki

Perempuan

Meninggal

Menderita gangguan jiwa

Pasien

Tinggal Satu Rumah

7. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Secara umum, pasien tidak menyadari dirinya sakit. Pasien meminum
obat sekedar menjalani prosedur dirumah sakit dan mengikuti keinganan
keluarganya.

8
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS ( Tanggal 3 September 2021 )
1. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi pernafasan 20
kali/menit, suhu tubuh 36,5 °C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan.

2. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat
dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 26 November 2021)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah kesan sesuai usia (40 tahun), postur tubuh kurus,
kulit sawo matang, rambut lurus, memakai baju hitam bergarris hijau putih,
celana pendek hitam, perawatan diri kesan cukup.
2. Kesadaran
Kuantitas : Compos mentis, Glasgow Coma Scale 15 (E4M6V5)
Kualitas : Berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cukup tenang saat dilakukan wawancara
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi biasa, kesan
logorrhea.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Cukup kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Tidak serasi
9
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya
2. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : baik
b. Jangka Sedang : baik
c. Jangka Pendek : baik
d. Jangka Segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : baik
5. Pikiran Abstrak : cukup

6. Bakat Kreatif : ada, yaitu pasien pandai bekerja sebagai


tukang bangunan.

7. Kemampuan Menolong diri sendiri


Cukup, pasien mampu merawat diri dan makan secara mandiri

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik :
- Mendengar suara orang yang berkomentar bahwa pasien telah diguna-
guna
- Mendengar suara perempuan yang mengajak pasien bertemu.
- Mendengar suara perempuan yang menyuruh pasien sabar menghadapi
cobaan, banyak berdoa dan bertawakkal.

10
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : kesan membanjir
2. Kontinuitas : cukup relevan
3. Hendaya berbahasa : tidak ada
4. Isi Pikiran
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
 Waham persekutorik
Pasien meyakini tetanggannya mengirimkan guna-guna
kepada pasien.
 Waham kebesaran
Pasien meyakini dirinya mempunyai kekuatan dapat
menyembuhkan orang sakit.

F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls cukup baik.

G. Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Pasien menyangkal dirinya sakit (tilikan 1)

H. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

I. Pemeriksaan penunjang
Skor PANSS: 82
(Gejala Positif 30, Gejala Negatif 7, Psikopatologi Umum 45)

11
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki diantar oleh kakak dan adiknya untuk kedua
kalinya ke RSKD Dadi Prov.Sulsel karena mengamuk. Pasien gelisah
sejak 1 bulan yang lalu, dan memberat 1 minggu sebelum masuk RS. Pagi
hari sebelum di bawa ke RSKD, pasien mencoba menikam tetangganya
dengan menggunakan badik, namun hanya menyebabkan robekan pada
baju tetangganya. Pasien menikam tetangga, karena pasien meyakini
tetangganya tersebut mengirimkan guna-guna kepada pasien sehingga
menyebabkan pasien sakit. Pasien mendengar suara-suara yang
berkomentar bahwa tetangganya itu telah mengirim guna-guna. Pasien
sering menuduh istrinya berselingkuh dengan kakak kandung sang istri
atau berselingkuh dengan bapak pasien. Pasien juga memukul Bapaknya
karena ditegur selalu pergi keluar rumah sejak 1 bulan terakhir. Pasien
sering keluar, karena mendengar bisikan-bisikan perempuan yang
mengajaknya bertemu.

Awal perubahan perilaku, dialami sejak pasien bekerja di Palu.


Pasien sedang dalam perjalanan dari Palu – Makassar dan merasa ada
polisi yang mengejar-ngejar pasien. Setelah itu pasien selalu merasa ada
yang mengejar-ngejar pasien, merasa tercekik dan dada terasa panas.
Tahun 2009, setelah menikah pasien kembali ke Makaassar, dan bekerja
sebagai pedangang kaki lima. Pasien mulai sering bicara sendiri. Pasien
meyakini dirinya dikejar oleh polisi. Pasien meyakini dirinya punya
kekuatan yang dapat menyembuhkan orang, Pasien ingin memakan
biawak untuk menjadikan obat, sehingga keluarga membuang biawak
tersebut. Pasien sangat marah ketika mengetahui biawak tersebut dibuang
dan akhirnya mengamuk. Sehingga pasien dibawa dan di rawat inap di
RSKD Dadi selama 4 hari.

Setelah keluar dari RSKD, pasien sempat kontrol dan mengambil obat
di poli RSKD hingga tahun 2012, tetapi tidak teratur. Setelah itu, pasien
menolak minum obat dengan alasan pasien ingin mengenal dirinya,

12
apakah dirinya benar-benar sakit atau memang mempunyai kelebihan,
yaitu dapat menyembuhkan orang yang sakit. Karena tidak mau minum
obat, keluarga pasien mencampur obat kedalam makanan atau minuman
yang pasien makan. Hal ini dilakukan hingga Juli 2021, saat itu pasien
mendapati Ibunya sedang memasukkan obat kedalam coto milik pasien.
Dan sejak saat itu pasien tidak pernah mengkonsumsi obatnya.

Seorang laki-laki, wajah kesan sesuai usia (40 tahun), postur tubuh
kurus, kulit sawo matang, rambut lurus, memakai baju hitam bergarris
hijau putih, celana pendek hitam, perawatan diri kesan cukup. Kesadaran
berubah, psikomotor tenang, pembicaraan spontan, lancar, intonasi biasa.
Sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif. Pada pasien ditemukan
adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan terdapat
gangguan isi pikir berupa wahamkebesaran waham persekutorik,
pengendalian impuls saat dilakukan autoanamnesis cukup baik, pasien
tidak merasa kalau dirinya sakit, dan secara umum yang diutarakan oleh
pasien dapat dipercaya.

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perilaku
gelisah, marah, berbicara sendiri. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar serta terdapat
hendaya (dissability) pada fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam
menilai realita dimana pasien menyangkal keadaannya yang sakit dan
membutuhkan pertolongan, hendaya berat dalam fungsi mental berupa
adanya gangguan persepsi dan gangguan isi pikir sehingga terjadi
hendaya berat dalam fungsi sosial berupa ketidakmampuan membina

13
relasi dengan orang lain, sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental
organik dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status
mental didapatkan adanya Halusinasi auditorik, waham kebesaran,
waham persekutorik dengan perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan,
sehingga memenuhi diagnosis Skizofrenia (F20) dan menurut Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders Five Edition (DSM V)
diagnosis diarahkan pada Schizophrenia (295.90).
Pada pasien ini ditemukan adanya halusinasi auditorik, waham
kebesaran dan waham persekutorik yang menonjol sehingga berdasarkan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis
mengarah pada Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Pada pasien ini, awal perubahan perilaku sejak tahun 2007,
sehingga pasien dirawat di tahun 2009, pasien tidak teratur minum obat
hingga saat ini. Pasien dapat bekerja, tapi pekerjaannya sering
terbengkalai jika halusinasi dan waham sangat mengganggu. Sehingga
perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan berdasarkan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis
mengarah pada Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan (F20.00).
Pasien telah dirawat di RSKD Dadi untuk kedua kalinya karena
ketidakpatuhan minum obat sehingga berdasarkan Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) menjadi fokus
perhatian klinis yaitu ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Z91.1)

Aksis II
Pasien sebelum sakit adalah orang yang ramah dan banyak teman, namun
cenderung menyimpan sendiri bila ada masalah. Dari data yang
didapatkan belum dapat mengarahkan ke ciri kepribadian tertentu.

14
Mekanisme defense yang sering digunakan oleh pasien adalah acting out
dan represi.

Aksis III
Tidak ada diagnosis

Aksis IV
Stressor Psikososial : Masalah ekonomi

Aksis V
GAF Scale saat ini : 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat)

GAF Scale 1 tahun terakhir : 60-51 ( Gejala sedang, disabilitas sedang)

VII. DAFTAR MASALAH


Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan
psikofarmakoterapi.

Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas berupa adanya
halusinasi auditorik, waham kebesaran,waham persekutorik yang
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial dan penggunaan waktu
senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

15
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

Faktor pendukung berupa:


a. Adanya dukungan keluarga
b. Gambaran klinis adalah gejala positif
c. Tidak ada gangguan organik yang menyertai
d. Stressor jelas
e. Fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau.

Faktor penghambat berupa :


a. Pasien tidak menyadari dirinya sakit
b. Terdapat riwayat genetik gangguan jiwa dalam keluarga

IX. RENCANA TERAPI


A. Psikofarmakoterapi
R/ Risperidon tab 2 mg / 12 jam / oral

Clozapine tab 25 mg / 24 jam / oral (malam)

B. Psikoterapi
Suportif :
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu
pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan
dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama
pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat
secara teratur.

Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien
sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan

16
dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan
pengobatan.

Pembahasan Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud

Menurut Sigmund Freud fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis
yang disebut libido. Setiap tahap perkembangan ditandai dengan berfungsinya dorongan-
dorongan tersebut pada daerah tubuh tertentu. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai
dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak
diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. Sampai konflik ini diselesaikan,
individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini.

1. Fase oral (0-18 bulan).


Sensasi oral meliputi rasa haus, lapar, rangsangan taktil yang menyenangkan yang
ditimbulkan oleh puting susu atau penggantinya, dan sensasi yang berhubungan dengan
menelan dan rasa kenyang. Pada fase ini, peran ibu sangat penting, disaat anak lebih
sering menyusui pada ibu, maka anak akan merasa aman dan menumbuhkan sosok
kepercayaan bahwa sosok ibu adalah orang yang bisa memberikan kebutuhan dan
melindunginya.
Pada pasien ini, Ia mendapatkan ASI tapi hanya 1 tahun, yang artinya anak belum
terpuaskan di fase oral. ASI tidak dilanjutkan karena menurut sang Ibu, ASI mulai
berkurang dan sedikit jumlahnya sehingga dibantu susu formula. Ketika pasien berumur
lebih satu tahun, Ibunya hamil sehingga ASI di stop total dan hanya mendapatkan susu
formula. Terjadi fiksasi pada pasien ini, sehingga di usia dewasanya saat ini pasien
merokok.

2. Fase anal (1-3 tahun).


Anak akan memusatkan dorongan untuk mendapatkan kepuasan didaerah anal, anak
sudah mendapatkan kendali penuh terhadap menahan atau mengeluarkan feses. Pada fase

17
ini peran orang tua sangat penting, ayah dan ibu sebaiknya hadir untuk mendukung toilet
training yang adekuat pada fase ini. Orang tua harus bersikap suportif, meyakinkan anak
bisa sukses untuk melalui fase toilet training. Dan jika anak gagal menahan BAB dan
BAK, orang tua tidak perlu marah, kembali menyemangati anak bahwa masih bisa dicoba
untuk berikutnya belajar mengendalikan BAK dan BAB. Dan sampai akhirnya mereka
lulus, jangan lupa berikan penghargaan untuk upaya mereka.
Pada pasien ia berhasil toilet training di usia 4 tahun, pasien mempunyai 2 orang
kakak dan 1 orang adik saat itu. Sehingga fokus Ibu terbagi untuk anak-anaknya.
Sehingga fase toilet training berlangsung agak lambat, karena ibu kurang konsisten
mengajak anak ke toilet. Ibu pun menganggap toilet training bukan suatu fase yang
penting, sehingga tidak pernah diajarkan khusus, baginya anak akan bisa menahan BAK
dan BAB seiring berjalannya waktu. Sehingga pasien tumbuh menjadi anak yang kurang
disiplin.

3. Fase Phallic (3-6 tahun)


Anak akan mulai mengalami pematangan alamiah terpusat pada organ genital. Pada
fase ini anak laki-laki mengalami suatu fenomena ketakutan kehilangan penis (castraxion
anxiety) dan anak perempuan ingin punya penis atau cemburu pada anak laki-laki yang
mempunyai penis (penis envy). Jika fase ini dapat diselesaikan dengan baik, maka anak
akan mengembangkan persaingan sehat, yang menimbulkan rasa bangga akan
kemampuan diri. . Pada fase ini figure ayah dan ibu harus kompak dalam pengasuhan
anak, sehingga anak dapat dekat dengan kedua orang tuanya. Penyelesaian konflik phalik
merupakan awal dari identitas gender dan identifikasi selanjutnya.
Pada fase ini pasien lebih banyak bersentuhan dengan Ibu dirumah, dan ayah
mencari nafkah di luar. Tapi pasien tetap mendapatkan pengasuhan dari sang ayah,
karena pada usia itu ayahnya bekerja sebagai wiraswata pembuat emas. Sehingga masih
banyak waktu yang dihabiskan dirumah. Pasien tidak mengalami kebingungan gender,
pasien dapat mengidentifkikasi dirinya adalah seorang laki-laki seperti ayahnya yang
nantinya akan menjadi kepala keluarga dan mencari nafkah. Sedangkan kakak dan ibunya
mempunyai gender yang berbeda yaitu perempuan, yang nantinya akan ia lindungi.

18
4. Fase Laten (5-11 tahun)
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana Anak mulai menekan keinginan
seksnya dan mengembangkan pengejaran intelektual dan interaksi sosialnya. Pada fase
ini anak menyalurkan energinya ke bidang emosional yang menolong mengatasi konflik
phalik. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial, komunikasi
dan kepercayaan diri. Ini semua menjadi dasar penting untuk kehidupan dewasa yang
penuh kepuasan dalam pekerjaan dan cinta. Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan
kurang berkembangnya kontrol diri sehingga anak gagal mengalihkan energinya secara
efisien pada minat belajar dan pengembangan keterampilan.
Di usia sekolah dasar ini, pasien mempunyai prestasi yang biasa saja. Pasien sering
terlibat perkelahian dengan teman sebaya. Pasien gagal mengembangkan kontrol diri dan
energinya di habiskan secara tidak efisien, minat belajar yang kurang menyebabkan
keterampilan yang terbatas. Pasien tidak mempunyai hobi atau bakat tertentu.

5. Fase Genital (diatas usia 11 tahun)


Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat
seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada
kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Pada
periode ini insting seksual dan konflik seksual lebih menonjol. Pada fase genital, impuls
seks itu mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok, menyiapkan karir, menyukai lawan jenis, perkawinan dan keluarga. Terjadi
perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik dan
altruistik.
Di usia ini pasien mulai mengenal lawan jenis, dan mulai berpacaran. Pasien
berhubungan seksual pertama kali saat ia berusia 17 tahun dan belum menikah. Di tahap
ini pula, pasien putus sekolah, yakni pasien tidak melanjutkan ke jenjang SMA, karena
keterbatasan ekonomi. Disini usia pasien masih tergolong anak yg seharusnya
mendapatkan hak pendidikan, tetapi justru merasa wajib menjadi seseorang yang dapat
membantu ayahnya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Ia membantu ayahnya, sehingga
dua orang kakak dan adik perempuannya mempunyai pendidikan yang lebih baik dari
dirinya, bahkan ada yang berhasil menjadi sarjana. Ia mulai bekerja di usia yang ia belum

19
matang, dan dengan skill yang terbatas. Disini konflik dimulai saat usaha-usaha di
pekerjaannya hasilnya tidak maksimal. Pasien pun sampai meminjam di Bank sebagai
modal usaha, dan saat usahanya tidak berkembang seperti harapan pasien, disitulah awal
terjadi perubahan perilaku pada pasien. Pasien mulai sering ketakutan, merasa ada polisi
yang mengejar-ngejar. Dan mulai sering mendengar suara-suara yang berkomentar
tentang pasien.

20

Anda mungkin juga menyukai