Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU

KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

SCHIZOPHRENIA (295.90)

Disusun oleh:

Muh Faturrachman Soleman

C014182266

Residen Pembimbing:
dr. Dewi Nofianti

Supervisor Pembimbing:
dr. Erlyn Limoa Ph.D, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Muhammad Faturrachman Soleman


NIM : C014182266
Judul Laporan Kasus : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar,Juli 2021

Mengetahui,

Pembimbing Supervisor Residen Pembimbing

dr. Erlyn Limoa Ph.D, Sp.KJ dr. Dewi Nofianti


STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn S
No. RM : 190012
Tanggal Lahir : 02-09-1992
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir :-
Pekerjaan : Buruh Kelapa Sawit
Alamat : Bonto Lebang, Desa Marayoka.

Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal 21 Juni 2021,
pukul 10.00 WITA, pasien diantar oleh adik ipar pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari:


Nama : Tn. N
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Jenetallasa, Jeneponto
Hubungan Dengan Pasien : Adik Ipar Pasien

A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Gejala Klinis
Laki-laki 28 tahun diantar keluarga untuk pertama kalinya kerena gelisah sejak kurang
lebih 6 bulan yang lalu dan memberat dalam 1 minggu terakhir. Pasien mondar mandir
tanpa tujuan jelas, bicara sendiri, tertawa sendiri, teriak-teriak tanpa penyebab yang
jelas. Pasien sebelumnya sering merusak barang-barang di rumahnya dan jualan yang
ada di warung dekat rumah pasien, juga mengancam anggota keluarga di rumah dengan
menggunakan parang. Pasien meyakini dirinya sering ceritai oleh orang-orang sehingga
pasien sering mengamuk dan mengeluarkan parang jika bertemu dengan orang
disekitarnya. Pasien mengaku dirasuki oleh makhluk yang diyakini seperti anjing untuk
mengajak masuk kedalam hutan. Pasien tidur malam terganggu pasien mengaku tidur di
atas batu, tidak mandi, dan pasien mengaku mendengar perintah untuk tidak
mengkonsumsi makanan dan minuman selain nasi dan air putih. Menurut pengakuan
keluarga, pasien sering memperlihatkan alat kelamin nya pada perempuan ditempat
keramaian dalam 1 minggu terakhir.

Awal perubahan perilaku sejak 6 bulan, pasien bicara sendiri dan mondar-mandir hal ini
dialami setelah pasien pulang dari Kalimantan dimana pasien bekerja sebagai buruh
kebun kelapa sawit. Pasien mengaku gaji yang didapatkan pasien selama bekerja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien sehingga pasien balik ke Makassar. Saat di
Kalimantan ada perempuan yang disukai oleh pasien tetapi di tolak oleh perempuan
tersebut. Setelah kejadian tersebut pasien sering murung, tidak mau bertemu dengan
orang lain, merasa takut dan suka menyendiri. Sebelumnya pasien tidak pernah dibawah
oleh keluarganya untuk berobat.
b. Hendaya / Disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial ada.
Hendaya dalam pekerjaan ada.
Hendaya waktu senggang ada.
c. Faktor Stressor Psikososial

Masalah keluarga “primary support group” pasien tidak mendapat kasih saying kedua
orang tua karena orang tua pasien sudah meninggal dunia sejak pasien masih kecil.
d.Hubungan Gangguan Sekarang dengan Riwayat Penyakit Fisik dan Psikis
Sebelumnya
• Riwayat infeksi (-)
• Riwayat trauma (-)
• Riwayat kejang (-)
• Riwayat NAPZA:
• Alkohol (-)
• Merokok (-)
• Zat psikoaktif lain (-)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit lain seperti kejang, infeksi, trauma, maupun
penyakit sistemik berat lainnya yang mempengaruhi fungsi otak.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak ada riwayat merokok, minum alkohol, dan konsumsi obatobatan terlarang.
3. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Awal perubahan perilaku sejak 6 bulan yang lalu, pasien bicara sendiri dan mondar-
mandir hal ini dialami setelah pasien pulang dari Kalimantan dimana pasien bekerja
sebagai buruh kebun kelapa sawit. Pasien mengaku gaji yang didapatkan pasien selama
bekerja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien sehingga pasien balik ke
Makassar. Saat di Kalimantan ada perempuan yang didekati oleh pasien tetapi di tolak
oleh perempuan tersebut. Setelah kejadian tersebut pasien sering murung, tidak mau
bertemu dengan orang lain, merasa takut dan suka menyendiri. Sebelumnya pasien tidak
pernah dibawah oleh keluarganya untuk berobat.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, di RS pada tanggal 2 September 1992. Berat badan
lahir dan panjang badan tidak diketahui. Riwayat pemberian ASI sampai usia 2 tahun
lebih. Pasien sejak lahir diasuh oleh kedua orang tuanya. Ibu pasien tidak pernah
mengalami perdarahan dan penyakit fisik selama kehamilan. Tidak ada penyalahgunaan
alkohol, obat-obatan atau jamu selama kehamilan Ibu. Pada saat bayi, pasien tidak pernah
mengalami demam tinggi maupun kejang.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya sejak lahir. Pertumbuhan dan perkembangan
pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak
ada masalah perilaku yang menonjol.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 3-6 tahun)
Pasien masih diasuh dan tinggal bersama kedua orang tua, cukup mendapat perhatian dan
kasih sayang dari orang tuanya maupun saudaranya. Pada usia 4-6 tahun, pasien tidak
pernah melalui pendidikan di tingkat TK sampai SD dan hanya bermain bersama teman
dan tetangganya pada masa itu.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir (6-12 tahun)
Pasien di rawat oleh om pasien dikarenakan kedua orang tua pasien meninggal dunia saat
pasien berusia 8 tahun. Keseharian pasien ikut memelihara ternak sapi bersama om
pasien.
5. Riwayat Masa Remaja (12-18 tahun)
Pasien mulai berhenti memelihara ternak sapi dan mengikuti tetangga pasien merantau
dikalimantan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak.
6. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Di kalimantan pasien bekerja sebagai buruh kelapa sawit, keluarga pasien mengatakan
selama pasien bekerja upah yang didapatkan tidak sebanding dengan pekerjaan pasien.
b. Riwayat Pernikahan
Sampai saat ini pasien belum menikah dan belum mempunyai anak
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien pertama kali mengalami ketertarikan terhadap lawan jenis saat pasien berada
di Kalimantan. Saat di Kalimantan ada perempuan yang didekati oleh pasien tetapi
cintanya di tolak oleh perempuan tersebut.
d. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama islam sejak lahir mengikuti agama yang dianut oleh orang tua
pasien. Menurut keluarga pasien sangat taat dan rutin menjalankan kewajiban agama
dengan baik termasuk berdoa, berpuasa, dan mengaji.
e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah mengalami masalah yang berhubungan dengan hukum.
g. Aktivitas Sosial
Sebelum sakit pasien jarang mengikuti kegiatan social yang diadakan
dilingkungannya
7. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke tiga dari enam bersaudara kandung (♀,♀,♂,♀,♂,♂). Kakak
pertama pasien juga memiliki keluhan yang sama dengan pasien sering gelisah dan juga
marah-marah. Kedua orang tua pasien sudah meninggal dikarenakan sakit. Kehidupan
perekonomian keluarga sejak dari kecil tergolong pas-pasan. Semenjak orang tua pasien
meninggal pasien di rawat oleh om pasien. om pasien adalah sosok pribadi yang sabar
dan penyayang kepada keluarganya termasuk pasien.

Keterangan :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Meninggal

= Pasien

Genogram Pasien
8. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama om pasien. Rata-rata kakak dan adiknya bekerja.
9. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengaku bahwa dulu pernah dalam kondisi yang tidak sehat secara kejiwaan,
bersedia diberikan pengobatan, namun yakin bahwa saat ini dirinya sudah sembuh dan
tidak memiliki masalah sampai saat ini terkait dengan kejiwaannya. Kondisi terakhir,
pasien merasa dirinya sudah jauh membaik setelah dibantu oleh pengobatan dan tidak
mengetahui penyebab keluarga membawa ke Rumah Sakit dan berharap segera dijemput
kembali oleh keluarga agar bisa keluar dari Rumah Sakit dan beraktivitas lagi seperti
semula.
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS
A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 85 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh
36,5°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru, dan abdomen
kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig‟s sign (-)/(-), pupil bulat dan
isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat
ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak seorang pria, wajah kesan sesuai umur 28 tahun, postur tubuh sedang, rambut
warna hitam, memakai baju kain warna biru, dengan celana pendek warna hitam, warna
kulit sawo matang, perawatan diri kesan cukup.
2. Kesadaran
Kualitatif: Berubah
Kuantitatif: Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cukup tenang saat dilakukan wawancara
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi biasa. Terkadang
pembicaraan pasien cenderung cepat
5. Sikap terhadap pemeriksa
cukup kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Eutimik
2. Afek : Kesan terbatas
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien cukup baik sesuai dengan tingkat
pendidikannya (SMP)
2. Daya konsentrasi : Cukup baik
3. Orientasi
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
4. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : Baik
b. Jangka Sedang : Baik

c. Jangka Pendek : Baik


d. Jangka Segera : Baik
5. Konsentrasi dan Perhatian : Sedikit Terganggu
6. Pikiran Abstrak : Cukup
7. Bakat Kreatif : Tidak ada
8. Kemampuan Menolong diri sendiri : Cukup
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :Saat dilakukan pemeriksaan, diakui pasien ada. pasien mengaku
mendengar perintah untuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman selain nasi dan
air putih.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir
a. Arus pikiran:
Produktivitas : Kesan cukup
Kontinuitas : Cukup relevan

Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa

b. Isi pikiran:

Preokupasi : Tidak ada

Gangguan isi pikir : Waham dikendalikan (+)

F. Pengendalian Impuls : cukup

G. Daya Nilai dan Tilikan

1. Norma Sosial : Terganggu


2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
a. Tilikan : Pasien merasa dirinya sakit, dan tidak ada usaha
untuk pergi berobat (tilikan 5)

H. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Laki-laki 28 tahun diantar keluarga untuk pertama kalinya kerena gelisah sejak kurang
lebih 6 bulan yang lalu dan memberat dalam 1 minggu terakhir. Pasien mondar mandir tanpa
tujuan jelas, bicara sendiri, tertawa sendiri, teriak-teriak tanpa penyebab yang jelas. Pasien
sebelumnya sering merusak barang-barang di rumahnya dan jualan yang ada di warung dekat
rumah pasien, juga mengancam anggota keluarga di rumah dengan menggunakan parang.
Pasien meyakini dirinya sering diceritai oleh orang-orang sehingga pasien sering mengamuk
dan mengeluarkan parang jika bertemu dengan orang disekitarnya. Pasien mengaku
mendengar bisikan dari makhluk yang diyakini seperti anjing yang mengajak pasien untuk
masuk kedalam hutan. Pasien tidur malam terganggu pasien mengaku tidur di atas batu, tidak
mandi, dan pasien mengaku diperintahkan untuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman
selain nasi dan air putih. Menurut pengakuan keluarga, pasien sering memperlihatkan alat
kelamin nya pada perempuan ditempat keramaian dalam 1 minggu terakhir.

Awal perubahan perilaku sejak 6 bulan, pasien bicara sendiri dan mondar-mandir hal ini
dialami setelah pasien pulang dari Kalimantan dimana pasien bekerja sebagai buruh kebun
kelapa sawit. Pasien mengaku gaji yang didapatkan pasien selama bekerja tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pasien sehingga pasien balik ke Makassar. Saat di Kalimantan ada
perempuan yang didekati oleh pasien tetapi di tolak oleh perempuan tersebut. Setelah kejadian
tersebut pasien sering murung, tidak mau bertemu dengan orang lain, merasa takut dan suka
menyendiri. Sebelumnya pasien tidak pernah dibawah oleh keluarganya untuk berobat.
Pada status mental didapatkan penampilan laki-laki wajah sesuai usia, warna kulit sawo
matang, rambut pendek hitam, perawakan sedang, perawatan diri kesan cukup, kesadaran
berubah, afek terbatas, verbalisasi spontan lancar intonasi biasa, psikomotor tenang, gangguan
persepsi tidak ada, arus pikir cukup relevan, gangguan isi pikir adanya keyakinan dirinya
sering diceritai oleh orang-orang sehingga pasien sering mengamuk dan mengeluarkan parang
jika bertemu dengan orang disekitarnya.

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I
Berdasarkan catatan medis, alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perilaku mengamuk yang diikuti suka
mengeluarkan parang dan memukul anggota keluarga dan warga sekitar, selalu berjalan
mondar mandir didalam maupun diluar rumah dengan tujuan yang tidak jelas disertai tidur
pasien yang terganggu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien,
keluarga, dan masyarakat sekitar serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita gangguanjiwa
Aksis II
Tidak ada retardasi mental. Ciri kepribadian pasien belum bisa ditentukan akan tetapi pasien
memiliki emosional yang tinggi.
AksisIII
Tidak ada diagnosis.
Aksis IV
Stressor psikososial primary support group, pasien sudah ditinggalkan oleh orang tuanya
sejak kecil .
Aksis V
GAF Scale saat ini: 20-11 (bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas, sangat berat dalam
komunikasi & mengurus diri).

VII. DAFTAR MASALAH

Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat ketidak seimbangan
neurotransmitter maka pasien memerlukan farmakoterapi.
Psikologi
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan gejala
psikis, maka pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
1. Quo ad Vitam : Bonam
2. Quo ad functionam : Dubia ad Malam
3. Quo ad sanationam : Dubia ad Malam
Faktor pendukung berupa :

a. Tidak adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama

b. Adanya jaminan kesehatan yang dimiliki pasien

c. Dukungan keluarga yang masih cukup baik


Faktor penghambat berupa :
a. Onset usia muda

b. Perjalanan gangguan jiwa yang kronis

c. Pasien merasa dirinya sudah tidak sakit

IX. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmakoterapi
Injeksi Haloperidol 1 mg/intramuscular

Risperidone 2 mg, 1 tablet/12 jam/oral

Clozapin 25 mg 1 tablet/24 jam/oral

B. Psikoterapi Suportif :
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian
mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum
obat secara teratur.
C. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa
menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan
pengobatan.

X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai efektivitas
terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.

Tampak seorang pria, wajah kesan sesuai umur 28 tahun, postur tubuh sedang, rambut
warna hitam, memakai baju kain warna hitam, dengan celana pendek warna coklat, warna
kulit sawo matang, perawatan diri kesan cukup.
Psikomotor : Tenang
Afek : Inappropriate
Verbalisasi : Spontan,
intonasi biasa
Gangguan Persepsi : Tidak ada
Arus pikir : Cukup relevan
Gangguan isi pikir : Waham
dikendalikan (+)

Terapi
Risperidone 2 mg, 1 tablet/12 jam/oral

Clozapin 25 mg 1 tablet/24 jam/oral


Triheksilphenidyl 2 mg/1 tablet/12 jam/oral (Jika ada gejala EPS)

XI. DISKUSI

Skizofrenia adalah istilah yang menggambarkan gangguan psikiatrik mayor yang ditandai
dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek dan perilaku seseorang. Skizofrenia
dapat ditemukan pada semua kelompok masyrakat dan di berbagai daerah. Gangguan ini
mngenai hamper 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau
awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya mulai pada usia lebih mudah yaitu 15-25 tahun
sedangkan pada perempuan yaitu sekitar 25-35 tahun.

Skizofrenia paranoid adalah subtipe skizofrenia yang paling banyak ditemukan diberbagai
Negara. Skizofrenia paranoid ditandai adanya satu atau lebih waham dengan halusinasi
auditorik yang sering muncul.2 Pasien harus menunjukkan adanya waham yang konsisten,
sering berupa waham paranoid, pasien dapat atau tidak dapat bertindak terhadap waham
tersebut dan pasien sering tidak kooperatif dan sulit untuk bekerjasama, serta menjadi
agresif, marah atau ketakutan tetapi pasien jarang memperlihatakan perilaku inkoheren
atau disorganisasi.1

Berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ III, untuk mendiagnosa skizofrenia harus ada sedikitnya
satu gejala berikut ini yang jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu
kurang tajam atau kurang jelas) : Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang bergema
dan berulang dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda. Thought insertion or withdrawal : isi pikiran asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal). Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya. Delution of control : waham tentang dirinya
dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar. Delution of influence: waham
tentang dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar. Delution of passivity
: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap kekuatan dari luar. Delution of
perception : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
Gejala-gejala lainnya adalah Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar
secara terus-menerus tentang perilaku pasien. Mendiskusikan perihal pasien diantara
mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara). Jenis suara halusinasi lain yang
berasal dari salah satu bagian tubuh. Waham waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil. Atau paling sedikit dua
gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: halusinasi yang menetap dari panca
indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus. Arus pikiran yang terputus (break)
atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan atau neologisme.2
Sedangkan Pedoman diagnosis untuk skzofrenia paranoid menurut PPPDGJ-III adalah
sebagai berikut;
• Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia
• Sebagai tambahan

Halusinasi dan atau waham harus menonjol

a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau


halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh;halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas; gangguan
afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak
nyata/tidak menonjol.3

pedoman diagnosis untuk skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III adalah harus memenuhi
kriteria untuk skizofrenia seperti yang dijabarkan sebelumnya. Sebagai tambahan,
halusinasi dan atau waham harus meninjol sedangkan untuk gejala afktif, dorongan
kehendak, dan pembicaraan, atau gejala katatonik secara relative tidak nyata. Halusinasi
seringkali berupa hampir setiap jenis waham, namun waham dikendalikan, dipengaruhi
(influence), atau passivity, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang
paling khas.4

pada pasien ditemukan beberapa gejala seperti adanya gejala Delution of control : waham
tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar, gejala lainnya adalah
halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus tentang
perilaku pasien. Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara). Disertai dengan gejala lainnya seperti perubahan mutu secara
keseluruhan, hilang minat, tak bertujuan, menjadi pemalas dan berdiam diri serta penarikan
social dengan perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan. Berdasarkan dari gejala dan
perlangsungan gejala tersebut pasien di masukan dalam kriteria satu gejala. sehingga
menurut PPDGJ III pasien memenuhi kriteria 1 gejala diagnosis Skizofrenia (F20). jika
dilihat berdasarkan Diagnostic and Statisical Manual of Mental Disorders V (DSM-V)
pasien ini dapat ditegakkan diagnosis Schizophrenia (295.90) karena terdapat gejala
halusinasi, perilaku yang sangat kacau serta gejala negatif selama 6 bulan. Pada pasien ini,
terdapat waham dikendalikan (Delution of control) (+) yang ditemukan sehingga
berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa III (PPDGJ III)
diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F20.0).5
Terapi farmakologi masih merupakan pilihan utama pada skizofrenia. Pilihan terapi pada
skizofrenia dipilih berdasarkan target gejala pada pasien skizofrenia. Tujuan pengobatan
adalah untuk mencegah bahaya pada pasien, mengontrol perilaku pasien, dan untuk
mengurangi gejala psikotik pada pasien seperti agitasi, agresif, negatif simptom, positif
simptom, serta gejala afek. Rencana terapi yang diberikan adalah antipsikosis Injeksi
Haloperidol 1 mg/intramuscular, Risperidone 2 mg, 1 tablet/12 jam/oral, dan Clozapin 25
mg 1 tablet/24 jam/oral.

Haloperidol merupakan derivat butirofenon yang termasuk antipsikotik golongan pertama


atau tipikal. Haloperidol merupakan obat antipsikotik generasi pertama yang bekerja
dengan cara memblokade reseptor dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 reseptor antagonists).
Haloperidol sangat efektif dalam mengobati gejala positif pada pasien skizofrenia, seperti
mendengar suara, melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada da memiliki keyakinan yang
aneh. Dosis dapat diberikan 2-10 mg secara intramusukular.2

Resperidon merupakan antipsikosis atipikal atau antipsikosis golongan II. Antipsikosis


golongan II merupakan golongan obat yang memiliki efek untuk mengurangi gejala
negatif maupun positif. Jika dibandingkan dengan antipsikosis golongan I, risperidon
mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam mengontrol gejala negatif dan positif. Obat
ini mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah
terhadap reseptor dopamin (D2), α1 dan α2 adrenergik, serta histamin. Sindrom psikosis
berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang mengikat (hiperreaktivitas
sistem dopaminergik sentral), obat ini dapat memblokade Dopamine pada reseptor pasca-
sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine
D2 receptor antagonis). Dengan demikian obat ini efektif baik untuk gejala positif
(halusinasi, gangguan proses pikir) maupun gejala negatif (upaya pasien yang menarik diri
dari lingkungan). Risperidon dimetabolisme di hati dan diekskresi di urin. Dengan
demikian perlu diadakan pengawasan terhadap fungsi hati. Secara umum risperidon
ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi, otonomik, dan ekstrapiramidal sangat
minimal dibandingkan obat antipsikosis tipikal. Dosis anjurannya adalah 2-6 mg/hari.2
Clozapine merupakan APG II yang pertama dikenal, kurang menyebabkan timbulnya
EPS, tidak menyebabkan terjadinya tardice dyskinesia dan tidak terjadi peningkatan dari
prolaktin. Clozapine merupakan gold standard pada pasien yang telah resisten dengan
obat antipsikotik lainnya. Clozapine efektif untuk menggontrol gejala-gejala psikosis dan
skizofrenia baik yang positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social disinterest dan
incompetence, personal neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu,
diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Dosis dapat diberikan
12,5 mg dalam 1-2 kali pemeberian.2

Selain itu dapat dilakukan psikoedukasi pada pasien dengan tujuan adalah meningkatkan
keterampilan orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam mengelola gejala. Mengajak
pasien untuk mengenali gejala-gejala, melatih cara mengelola gejala, merawat diri,
mengembangkan kepatuhan menjalani pengobatan. Teknik intervensi perilaku
bermanfaat untuk diterapkan pada fase ini.7

Daftar Pustaka

1. Tomb Da. Buku Saku Psikiatri. Ed 6. Alih Bahasa : Dr. Martina Wiwie N. Jakarta : Buku
Kedokteran Egc, 2003. 24 P, 30-1 P.
2. Hendrasyah F. Diagnosis Dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala-Gejala
Positif Dan Negatif. Jurnal Medula Unila. 2016 Jan (4) : 59 P.
3. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Ppdgj-Iii Dan Dsm-V. Ed 2.
Jakarta : Pt Nuh Jaya, 2013. 48 P.
4. Yudhantara Ds, Istiqomah R. Sinopsis Skizofrenia Untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed 1.
Malang : Ub Press, 2018. 10-14 P 31-2 P.
5. Saputra Ta. Paranoid Types Of Schizophrenia. Jurnal Agromed Unila. 2014 Agu 1 (1) ; 43
P.
6. Kane JM, Agid O, Baldwin ML, Et Al. Clinical Guidance On The Identification And
Management Of Treatment-Resistant Schizophrenia. Journal Clin Psychiatry. 2019 Apr
(2). 2 P, 7 P.
7. Kementrian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatanri Nomor:
Hk.02.02/Menkes/73/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa.
Jakarta : Kemenkes. 2015. 29-31 P
8. Mubin Mf. Faktor Risiko Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Paranoid. Jurnal
Keperawatan Jiwa. 2015 Nov (3) : 137 P.

9. Zahnia S, Sumekar Dw. Kajian Epidemiologis Skizofrenia. Bagian Ilmu Kedokteran


Komunitas Dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
2016 Okt (5) : 161 P.

Anda mungkin juga menyukai