Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

SKIZOAFEKTIF TIPE MANIA (F25.0)

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. JM
Usia : 50 tahun
Tempat/Tgl Lahir : Makassar/22-03-1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen
Suku : Toraja
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan : -
Alamat : Jl Tamalate 4 stn 4 no. 17, Makassar

LAPORAN PSIKIATRIK

Diperoleh secara autoanamnesis.

I. RIWAYAT PENYAKIT :

A. Keluhan utama : Gelisah

B. Riwayat gangguan sekarang :

• Keluhan dan Gejala

Seorang pasien perempuan usia 50 tahun datang ke IGD


RSKD Dadi tanggal 03/04/2019 pasien sudah masuk >10 kali dan
diantar oleh AM sebagai kakak kandungnya dengan keluhan
gelisah dan marah-marah serta menghamburkan barang di
rumahnya. Keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu yang lalu,
memberat sejak 3 hari terakhir. Awalnya pasien marah-marah
karena mendapati rumah kakaknya yang terlihat berantakan.

12
Pasien membersihkan rumah kakaknya sambil marah-marah,
setelah itu pasien gelisah dan sering mondar-mandir keliling
rumah dan menghamburkan barang-barang dirumahnya. Pasien
mengurung diri sejak 3 hari dari rumah kakaknya, pasien bicara
sendiri dan mendengar suara-suara yang berbicara kepadanya dan
sering melihat kuntilanak dan mengatakan ada yang selalu
memperhatikan dirinya. Menurut kakaknya, pasien tidak teratur
minum obat sejak seminggu terakhir.
Awal perubahan sejak tahun 1980 saat pasien duduk di
kelas 1 SMP, saat itu pasien terlihat sering murung setelah ibunya
meninggal, tidak lama kemudian disusul ayahnya yang harus pergi
melanjutkan pendidikan selama 5 tahun di inggris. Pasien terakhir
masuk rumah sakit pada tahun 2017 datang dengan keluhan yang
sama dan pulang dengan keadaan yang baik. Pasien sering dating
sendiri untuk control rutin di poli RSKD dadi.
• Hendaya/ disfungsi

Disfungsi sosial : (+)

Disfungsi Pekerjaan : (+)

Disfungsi waktu senggang : (+)

• Faktor stressor psikososial

Tidak jelas

• Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik


dan psikis sebelumnya
Riwayat Infeksi : (-)

Riwayat Trauma: (-)

Riwayat Kejang: (-)

Riwayat Napza: (-)

13
C. Riwayat gangguan sebelumnya

Terdapat riwayat gangguan psikiatri yang sama sebelumnya pada


tahun 2017 dan sudah berulangkali masuk rumah sakit sejak tahun
1980

D. Riwayat kehidupan pribadi

1. Riwayat Prenatal Dan Perinatal (0-1 Tahun)

Pasien lahir di Makassar pada tahun 1969, lahir normal, cukup


bulan, dan ditolong oleh bidan.
2. Riwayat Kanak Awal (1-3 Tahun)

Pasien meminum ASI hingga umur 2 tahun. Pertumbuhan dan


perkembangan masa kanak-kanak awal pasien seperti berjalan,
berbicara baik, perkembangan motorik berlangsung baik.
Pasien bermain dengan teman seusianya.
3. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 Tahun)

Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya, cukup


mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Pasien merupakan
anak ke empat dari sepuluh bersaudara. Hubungan pasien
dengan saudara baik. Pasien juga mendapatkan pendidikan
yang layak. Pasien termasuk anak yang rajin di sekolahnya.
4. Riwayat Kanak Akhir Dan Remaja (12-18 Tahun)
Pasien mengalami perubahan saat kelas 1 SMP, saat itu ibu
pasien meninggal dunia, tak lama kemudian ayah nya juga
harus meninggalkannya selama 5 tahun untuk melanjutkan
pendidikannya.
5. Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan : SMK
Riwayat Pekerjaan : Tidak Bekerja

Riwayat Pernikahan : Belum Menikah

14
Riwayat Kehidupan Sosial : Pasien memiliki banyak teman

Riwayat Kehidupan beragama : Pasien beragama Kristen

E. Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien merupakan anak keempat dari sepuluh bersaudara (♀,♂,


♂, ♀,♀,♂,♂,♂,♂,♂), Ibu & ayah pasien telah meninggal, pasien
belum menikah sehingga tidak memiliki anak, hubungan pasien
dengan keluarga baik, dan riwayat keluarga dengan gangguan yang
serupa tidak ada.

Genogram

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Gangguan Jiwa

X Meninggal

Penderita

Tinggal Satu Rumah

F. Situasi sekarang

15
Pasien tinggal sendiri dan tinggal bersebelahan rumah dengan
kakaknya
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien menganggap dirinya tidak sakit dan membutuhkan pertolongan.


II. STATUS MENTAL :

A. Deskripsi umum :

1. Penampilan : Seorang Perempuan, wajah sesuai umur, erawakan


kurus, perawatan diri sangat kurang, memakai baju kemeja warna
abu-abu, rok panjang hitam.
2. Kesadaran : Compos mentis, berubah

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Gelisah

4. Pembicaraan : Spontan, lancer, intonasi meningkat

5. Sikap terhadap pemeriksa : Tidak kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), perasaan, dan empati, perhatian :

1. Mood : Irritable

2. Afek : Inappropriate

3. Empati : Tidak dapat diraba rasakan


C. Fungsi Intelektual (Kognitif) :
1. Taraf Pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Sesuai
dengan taraf pendidikan.
2. Daya Konsentrasi : Terganggu

3. Orientasi ( waktu, tempat dan orang) :

- Waktu : Terganggu

- Tempat : Terganggu

- Orang : Terganggu

16
4. Daya Ingat

- Segera : Terganggu

- Jangka pendek : Terganggu

- Jangka panjang : Terganggu

5. Pikiran Abstrak : Terganggu

6. Bakat kreatif : Tidak diketahui

7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi

• Halusinasi : Ada halusinasi auditorik (mendengar suara


tetangganya yang bercerita tentang pasien, tetapi tidak terus
menerus)

• Ilusi : Tidak ada

• Depersonalisasi : Tidak ada

• Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir

1. Arus pikiran :

a. Produktivitas : flight of ideas

b. Kontiniuitas : Irelevan dan inkoheren

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada.

2. Isi Pikir

a. Preokupasi : Pasien mengatakan selalu ada yang


memperhatikan dirinya

b. Gangguan isi pikir : tidak ada

F. Pengendalian Impuls

17
Pasien tidak dapat mengendalikan emosinya

G. Daya Nilai

1. Norma sosial : Terganggu

2. Uji Daya Nilai : Terganggu

3. Penilaian Realitas : Terganggu

H. Tilikan (insight) : Tilikan 1


I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT :

Pemeriksaan Fisik :

• Status Internus : T = 130/90 mmHg, N = 85x/menit, S = 36,7


C, P = 22 x/ menit
Hal-hal bermakna lainnya yang ditemukan pada pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lab dan penunjang lainnya : -
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang pasien perempuan usia 50 tahun datang ke IGD RSKD


Dadi tanggal 03/04/2019 pasien sudah masuk >10 kali dan diantar oleh
AM sebagai kakak kandungnya dengan keluhan gelisah dan marah-marah
serta menghamburkan barang di rumahnya. Keluhan ini dirasakan sejak 1
minggu yang lalu, memberat sejak 3 hari terakhir. Awalnya pasien marah-
marah karena mendapati rumah kakaknya yang terlihat berantakan. Pasien
membersihkan rumah kakaknya sambil marah-marah, setelah itu pasien
gelisah dan sering mondar-mandir keliling rumah dan menghamburkan
barang-barang dirumahnya. Pasien mengurung diri sejak 3 hari dari rumah
kakaknya, pasien bicara sendiri dan mendengar suara-suara yang berbicara
kepadanya dan mengatakan ada yang selalu memperhatikan dirinya.
Menurut kakaknya, pasien tidak teratur minum obat sejak seminggu
terakhir.

18
Awal perubahan sejak tahun 1980 saat pasien duduk di kelas 1
SMP, saat itu pasien terlihat sering murung setelah ibunya meninggal,
tidak lama kemudian disusul ayahnya yang harus pergi melanjutkan
pendidikan selama 5 tahun di inggris. Pasien terakhir masuk rumah sakit
pada tahun 2017 datang dengan keluhan yang sama dan pulang dengan
keadaan yang baik. Pasien sering datang sendiri untuk control rutin di poli
RSKD dadi.
Pasien lahir di Makassar pada tahun 1969, lahir normal, cukup
bulan, dan ditolong oleh bidan. Pasien meminum ASI hingga umur 2
tahun. Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak awal pasien
seperti berjalan, berbicara baik, perkembangan motorik berlangsung baik.
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya, cukup mendapatkan perhatian
dan kasih sayang. Pasien mengalami perubahan saat kelas 1 SMP.
Pendidikan terakhir SMK.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan kesadaran Compos
mentis dan berubah, gelisah, pembicaraan spontan, lancar, intonasi
meningkat, sikap terhadap pemeriksa tidak kooperatif, mood Irritable afek
Inappropriate, empati tidak dapat diraba rasakan, terdapat halusinasi
auditori, arus pikir filght of ideas, irelevan dan inkoheren, isi pikir pasien
mengatakan selalu ada yang memperhatikn dirinya, dan pada
pengendalian impuls pasien tidak dapat mengendalikan emosinya.
V. EVALUASI MULTI AKSIAL (sesuai PPDGJ-III)

AKSIS I : Skizoafektif tipe Mania (F25.0)

Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan


adanya gejala klinis yang bermakna yaitu pasien marah sejak 1 minggu yang
lalu. Hal ini mengakibatkan diri dan orang lain merasa terganggu dan tidak
nyaman (distress), sulit melakukan pekerjaan, sulit tidur, sulir berinteraksi
dengan lingkungan (disability) oleh karena itu digolongkan sebagai gangguan
jiwa.

19
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan yang bermakna sehingga digolongkan sebagai gangguan
mental non organik. Berdasarkan status mental adanya ditemukan hendaya
berat dalam menilai realita sehingga pasien dikatakan mengalami gangguan
jiwa psikotik.
Pada pasien ini ditemukan adanya gejala psikotik berupa halusinasi
auditori yang mengatakan bahwa pasien mendengar tetangganya yang
menceritakan tentang dirinya tetapi tidak terus menerus, serta didapatkannya
gejala afektif berupa pembicaraan yang spontan, lancar, intonasi yang
meningkat, didapatkan arus pikiriran dengan produktivitas flight of ideas, dan
didapatkannya aktivitas psikomotor yang gelisah. Keluhan pasien ini muncul
bersamaan dan tidak adanya gejala yang lebih menonjol dari gejala yag lain
sehingga memenuhi gejala skizoafektif tipe manik (F25.0), dengan
diferensial diagnosis Skizoafektif tipe campuran (F25.2) dan gangguan
afektif bipolar episode kini mania dengan gejala psikotik (F31.2)
AKSIS II : Data yang diperoleh belum cukup untuk diarahkan ke salah
satu ciri khas kepribadian. Tidak ada retardasi mental.
AKSIS III : Tidak ditemukan
AKSIS IV : Masalah dalam keluarga dimana Pasien terlihat sering
murung setelah ibunya meninggal, tidak lama kemudian
disusul ayahnya yang harus pergi melanjutkan pendidikan
selama 5 tahun di inggris
AKSIS V : GAF Scale 60-51, gejala sedang (moderate), disablititas
sedang.

VI. DAFTAR PROBLEM

ORGANOBIOLOG : Terdapat ketidakseimbangan


IK neurotransmitter, maka dari itu pasien
memerlukan farmakoterapi.
PSIKOLOGIK : Ditemukan adanya hendaya dalam menilai
realita, namun diduga pasien masih

20
menyimpan keluhan dalam dirinya sehingga
diperlukan psikoterapi.
SOSIOLOGIK : Ditemukan adanya hendaya waktu
senggang, dan hendaya social.
VII. PROGNOSIS
• Dubia ad malam.

• Faktor pendukung :

- tingkat pendidikan cukup

- hubungan dengan keluarga baik

- riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.

• Faktor penghambat :

- Usia tua dimana pasien telah berumur 50 tahun


- Belum berkeluarga
- Tinggal sendiri
- Sering berulang dimana telah >10 kali
- Tidak teratur minum obat

VIII. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan


adanya episode depresi mayor, manik, atau campuran yang terdapat bersamaan
dengan gejala-gejala skizofrenia ( memenuhi kriteria A skizofrenia). Kriteria A
skizofrenia tersebut yaitu adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau gejala
negative. (Amir, 2017)
Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah
suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran. Statistik
umum gangguan ini yaitu kira-kira 0,2% di Amerika Serikat dari populasi umum
dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena gangguan ini.

21
Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada gangguan
bipolar. (Melliza, 2013).

Prevalensi pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur pada
wanita lebih besar daripada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe
depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan
skizoafektif tipe bipolar. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan
menunjukkan perilaku antisosial. (Melliza, 2013).

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala


definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode
yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya.
(Ken Duckworth,2012).

Gangguan skizoafektif yaitu gejala skizofrenia dan gangguan afektif


samasama menonjol atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, tetapi dalam
satu episode penyakit (tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia maupun
gangguan afektif). Pedoman diagnosis gangguan skizoafektif tipe manik
berdasarkan PPDGJ-III yaitu 1). Kategori ini digunakan baik untuk episode
skizofrenia tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan
sebagian besar episode skizoafektif tipe manik. 2). Afek harus meningkat secara
menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu menonjol dikombinasi
dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. 3). Dalam episode yang
sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizorenia
yang khas. Pemeriksaan status psikiatri pada pasien ditemukan didapatkan
penampilan wajar, roman muka tampak gembira, kontak verbal dan visual cukup,
mood euforia, afek inappropriate, bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren, isi
pikir waham kebesaran dan curiga ada , pada dorongan instingtual didapatkan
ada riwayat insomnia dan raptus. Dari gejala di atas, pasien memenuhi kriteria
skizoprenia yaitu adanya waham kebesaran dan curiga, afek yang inappropiate

22
sehingga dapat digolongkan skizoprenia. Disamping itu, juga tampak adanya
gejala gangguan mood yaitu muka tampak gembira, mood euforia, berpakaian
yang aneh sehingga berdasarkan PPDGJ-III tampak adanya gejala skizofrenia
bersamaan dengan gangguan mood sehingga didiagnosis sebagai “Skizoafektif
Tipe Manik” (F25.0). ( Rusdi Maslim, 2013).

Berdasarkan kriteria diagnosis (DSM-IV-TR) adalah sebagai nerikut :


A. Selama periode penyakit (tidak terputus-putus), pada suatu saat, episode
depresi mayor atau episode manik atau episode campuran terdapat bersamaan
dengan gejala-gejala yang memenuhi kriteria A.
B. Selama proses penyakit, terdapat waham atau halusinasi paling sedikit dua
minggu tanpa adanya symptom mood yang menonjol
C. Dari total durasi periode aktif dan residual penyakit, gejala yang memenuhi
kriteria episode mood mempunyai porsi durasi yang relative cukup lama atau
“a substantial portion of time”.
D. Gangguan bukan akibat langsung pengaruh fisiologik zat (penyalahgunaan zat
atau medikasi) atau kondisi medik umum. (Amir, 2017)
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood
stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Pada kasus ini, pasien
diberikan carbamazepin dan stelazine. Carbamazepine adalah obat antikejang
yang digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood stabilezer yaitu
membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut neurotransmitters yang
mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan menyeimbangkan kimia
otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan kepribadian borderline.
Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut kering dan tenggorokan,
sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.
Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama dengan inhibitor monoamine
oxidase ( MAOIs ). Hindari minum alkohol saat mengambil carbamazepine. Hal

23
ini dapat meningkatkan beberapa efek samping carbamazepine yaitu dapat
meningkatkan risiko untuk kejang. (Kaplan H I, Sadock B J, 2010).
Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan
efek antikolinergik minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan
memblokade reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik,
menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi,
dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu
dapat menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan
xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga
harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwat
kejang. (Kaplan H I, Sadock B J, 2010).
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood
stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan
skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood
stabilizer cenderung bekerja dengan baik. Karena pengobatan yang konsisten
penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi pada penderita dan keluarga, serta
menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada
gangguan skizoafektif. (Melliza, 2013).
Pada pasien diatas memiliki gejala-gejala pada gangguan skizoafektif tipe
mania yaitu pasien mengalami peningkatan afek yang secara menonjol yang
disertai dengan mood yang mudah marah serta kegelisahan yang memuncak dan
disertai gejala-gejala skizofrenia seperti terdapatnya halusinasi auditorik sehingga
menunjang diagnosa untuk diagnosis Gangguan Skizoafektif tipe Manik
(F25.0), dengan diferensial diagnosis Skizoafektif tipe campuran (F25.2) dan
gangguan afektif bipolar episode kini mania dengan gejala psikotik (F31.2).
IX. RENCANA TERAPI
• FARMAKOTERAPI

24
1. Haloperidol 1.5 mg 1tab/ 8 jam/ oral

2. Depakote 250 mg 1tab/ 12 jam/ oral

• PSIKOTERAPI SUPPORTIF :

1. Ventilasi: Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien


untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga
pasien merasa lega.
2. Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
tentang penyakitnya, agar pasien memahami cara menghadapinya
serta dapat meminimalisir risiko putus pengobatan.
• SOSIOTERAPI
Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai cara
mengatasi masalah tersebut.

X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya.

Selain itu menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir nurmiati. Buku ajar Psikiatri. Edisi ke 3. Badan penerbit FKUI. Jakarta
2017.
2. Melissa Conrad Stöppler. 2013. Schizoaffective disorder.
http://www.medicinenet.com.
3. Schizophrenia. In: Hales RE, et al. The American Psychiatric Publishing
Textbook of Psychiatry. 5th ed. Washington, D.C.: American Psychiatric
Pub;2008. http://www.psychiatryonline.com.
4. Ken Duckworth, M.D., and Jacob L. Freedman, M.D. 2012. Schizoaffective
disorder.

25
5. Rusdi Maslim. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

26

Anda mungkin juga menyukai