IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. JM
Usia : 50 tahun
Tempat/Tgl Lahir : Makassar/22-03-1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen
Suku : Toraja
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan : -
Alamat : Jl Tamalate 4 stn 4 no. 17, Makassar
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT :
12
Pasien membersihkan rumah kakaknya sambil marah-marah,
setelah itu pasien gelisah dan sering mondar-mandir keliling
rumah dan menghamburkan barang-barang dirumahnya. Pasien
mengurung diri sejak 3 hari dari rumah kakaknya, pasien bicara
sendiri dan mendengar suara-suara yang berbicara kepadanya dan
sering melihat kuntilanak dan mengatakan ada yang selalu
memperhatikan dirinya. Menurut kakaknya, pasien tidak teratur
minum obat sejak seminggu terakhir.
Awal perubahan sejak tahun 1980 saat pasien duduk di
kelas 1 SMP, saat itu pasien terlihat sering murung setelah ibunya
meninggal, tidak lama kemudian disusul ayahnya yang harus pergi
melanjutkan pendidikan selama 5 tahun di inggris. Pasien terakhir
masuk rumah sakit pada tahun 2017 datang dengan keluhan yang
sama dan pulang dengan keadaan yang baik. Pasien sering dating
sendiri untuk control rutin di poli RSKD dadi.
• Hendaya/ disfungsi
Tidak jelas
13
C. Riwayat gangguan sebelumnya
14
Riwayat Kehidupan Sosial : Pasien memiliki banyak teman
Genogram
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Gangguan Jiwa
X Meninggal
Penderita
F. Situasi sekarang
15
Pasien tinggal sendiri dan tinggal bersebelahan rumah dengan
kakaknya
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
A. Deskripsi umum :
1. Mood : Irritable
2. Afek : Inappropriate
- Waktu : Terganggu
- Tempat : Terganggu
- Orang : Terganggu
16
4. Daya Ingat
- Segera : Terganggu
D. Gangguan Persepsi
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran :
2. Isi Pikir
F. Pengendalian Impuls
17
Pasien tidak dapat mengendalikan emosinya
G. Daya Nilai
Pemeriksaan Fisik :
18
Awal perubahan sejak tahun 1980 saat pasien duduk di kelas 1
SMP, saat itu pasien terlihat sering murung setelah ibunya meninggal,
tidak lama kemudian disusul ayahnya yang harus pergi melanjutkan
pendidikan selama 5 tahun di inggris. Pasien terakhir masuk rumah sakit
pada tahun 2017 datang dengan keluhan yang sama dan pulang dengan
keadaan yang baik. Pasien sering datang sendiri untuk control rutin di poli
RSKD dadi.
Pasien lahir di Makassar pada tahun 1969, lahir normal, cukup
bulan, dan ditolong oleh bidan. Pasien meminum ASI hingga umur 2
tahun. Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak awal pasien
seperti berjalan, berbicara baik, perkembangan motorik berlangsung baik.
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya, cukup mendapatkan perhatian
dan kasih sayang. Pasien mengalami perubahan saat kelas 1 SMP.
Pendidikan terakhir SMK.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan kesadaran Compos
mentis dan berubah, gelisah, pembicaraan spontan, lancar, intonasi
meningkat, sikap terhadap pemeriksa tidak kooperatif, mood Irritable afek
Inappropriate, empati tidak dapat diraba rasakan, terdapat halusinasi
auditori, arus pikir filght of ideas, irelevan dan inkoheren, isi pikir pasien
mengatakan selalu ada yang memperhatikn dirinya, dan pada
pengendalian impuls pasien tidak dapat mengendalikan emosinya.
V. EVALUASI MULTI AKSIAL (sesuai PPDGJ-III)
19
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan yang bermakna sehingga digolongkan sebagai gangguan
mental non organik. Berdasarkan status mental adanya ditemukan hendaya
berat dalam menilai realita sehingga pasien dikatakan mengalami gangguan
jiwa psikotik.
Pada pasien ini ditemukan adanya gejala psikotik berupa halusinasi
auditori yang mengatakan bahwa pasien mendengar tetangganya yang
menceritakan tentang dirinya tetapi tidak terus menerus, serta didapatkannya
gejala afektif berupa pembicaraan yang spontan, lancar, intonasi yang
meningkat, didapatkan arus pikiriran dengan produktivitas flight of ideas, dan
didapatkannya aktivitas psikomotor yang gelisah. Keluhan pasien ini muncul
bersamaan dan tidak adanya gejala yang lebih menonjol dari gejala yag lain
sehingga memenuhi gejala skizoafektif tipe manik (F25.0), dengan
diferensial diagnosis Skizoafektif tipe campuran (F25.2) dan gangguan
afektif bipolar episode kini mania dengan gejala psikotik (F31.2)
AKSIS II : Data yang diperoleh belum cukup untuk diarahkan ke salah
satu ciri khas kepribadian. Tidak ada retardasi mental.
AKSIS III : Tidak ditemukan
AKSIS IV : Masalah dalam keluarga dimana Pasien terlihat sering
murung setelah ibunya meninggal, tidak lama kemudian
disusul ayahnya yang harus pergi melanjutkan pendidikan
selama 5 tahun di inggris
AKSIS V : GAF Scale 60-51, gejala sedang (moderate), disablititas
sedang.
20
menyimpan keluhan dalam dirinya sehingga
diperlukan psikoterapi.
SOSIOLOGIK : Ditemukan adanya hendaya waktu
senggang, dan hendaya social.
VII. PROGNOSIS
• Dubia ad malam.
• Faktor pendukung :
• Faktor penghambat :
21
Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada gangguan
bipolar. (Melliza, 2013).
Prevalensi pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur pada
wanita lebih besar daripada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe
depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan
skizoafektif tipe bipolar. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan
menunjukkan perilaku antisosial. (Melliza, 2013).
22
sehingga dapat digolongkan skizoprenia. Disamping itu, juga tampak adanya
gejala gangguan mood yaitu muka tampak gembira, mood euforia, berpakaian
yang aneh sehingga berdasarkan PPDGJ-III tampak adanya gejala skizofrenia
bersamaan dengan gangguan mood sehingga didiagnosis sebagai “Skizoafektif
Tipe Manik” (F25.0). ( Rusdi Maslim, 2013).
23
ini dapat meningkatkan beberapa efek samping carbamazepine yaitu dapat
meningkatkan risiko untuk kejang. (Kaplan H I, Sadock B J, 2010).
Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan
efek antikolinergik minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan
memblokade reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik,
menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi,
dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu
dapat menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan
xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga
harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwat
kejang. (Kaplan H I, Sadock B J, 2010).
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood
stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan
skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood
stabilizer cenderung bekerja dengan baik. Karena pengobatan yang konsisten
penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi pada penderita dan keluarga, serta
menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada
gangguan skizoafektif. (Melliza, 2013).
Pada pasien diatas memiliki gejala-gejala pada gangguan skizoafektif tipe
mania yaitu pasien mengalami peningkatan afek yang secara menonjol yang
disertai dengan mood yang mudah marah serta kegelisahan yang memuncak dan
disertai gejala-gejala skizofrenia seperti terdapatnya halusinasi auditorik sehingga
menunjang diagnosa untuk diagnosis Gangguan Skizoafektif tipe Manik
(F25.0), dengan diferensial diagnosis Skizoafektif tipe campuran (F25.2) dan
gangguan afektif bipolar episode kini mania dengan gejala psikotik (F31.2).
IX. RENCANA TERAPI
• FARMAKOTERAPI
24
1. Haloperidol 1.5 mg 1tab/ 8 jam/ oral
• PSIKOTERAPI SUPPORTIF :
X. FOLLOW UP
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir nurmiati. Buku ajar Psikiatri. Edisi ke 3. Badan penerbit FKUI. Jakarta
2017.
2. Melissa Conrad Stöppler. 2013. Schizoaffective disorder.
http://www.medicinenet.com.
3. Schizophrenia. In: Hales RE, et al. The American Psychiatric Publishing
Textbook of Psychiatry. 5th ed. Washington, D.C.: American Psychiatric
Pub;2008. http://www.psychiatryonline.com.
4. Ken Duckworth, M.D., and Jacob L. Freedman, M.D. 2012. Schizoaffective
disorder.
25
5. Rusdi Maslim. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
26