Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK


IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. HP
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Pincara/ 27 Februari 1969
Umur : 47 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pincara Kec.Patampanua Kab.Pinrang
Masuk RS : 4 September 2016
No. RM : 026867

Diagnosa sementara : Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)


Gejala – gejala utama : Mengamuk

LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PENYAKIT :
A. Keluhan utama:
Mengamuk

B. Riwayat gangguan sekarang :


1. Keluhan dan gejala
Pasien masuk ke UGD RSKD kedua kalinya diantar oleh keluarga
dengan keluhan mengamuk. Mengamuk dialami sejak 1 bulan yang
lalu dan memberat dalam 1 minggu ini. Saat pasien mengamuk, pasien
sering memecahkan barang – barang dan melempar rumah tetangga,
terkadang melempar rumah tetangga dengan menggunakan pisau.
Pasien sering mendengar suara – suara tetangganya yang menjelek –
jelekkan dirinya sehingga pasien tidak menyukai dan membenci
tetangganya tersebut. Padahal menurut keluarga, tetangga yang
dimaksud merupakan orang baik dan dermawan dengan orang – orang
sekitar. Pasien sering mondar – mandir di dalam rumah, bicara sendiri,
dan tertawa – tertawa sendiri. Pasien terkadang tidak tidur pada
malam hari. Saat tidak tidur, pasien melakukan shalat, mengaji, dan
sering mandi. Pasien mengaku sering didatangi oleh Nabi Muhammad
SAW dan sering bercerita dengan pasien bahwa umatnya harus shalat,
mengaji, dan membersihkan diri. Pasien juga sering pergi ke mesjid,
membersihkan mesjid, dan berteriak – berteriak menggunakan
pengeras suara (mic) mesjid dan mengatakan kalau keluarga dan
dirinya akan dibunuh oleh orang kafir. Selain itu, pasien juga
mengatakan sering melihat darah di cermin dan di dinding rumahnya,
sedangkan menurut keluarga pasien, tidak terdapat apapun di cermin
dan di dinding yang dimaksud. Pasien juga sering merasa ketakutan
karena merasa ingin dibunuh, pernah ketika pasien shalat di mesjid,
pasien menganggap mukenah yang digunakan orang disampingnya
ingin mencekiknya. Pasien juga mengatakan kadang melihat bayangan
– bayangan dan cahaya putih. 3 minggu terakhir ini pasien merasa
gembira tanpa alasan yang jelas. Pasien selalu ingin melakukan
aktivitas seperti : membersihkan pekarangan rumah, memotong
rumput, dan pasien mengaku mengerjakannya sendiri dengan cepat
dan bersih.

 Hendaya / disfungsi
o Hendaya dalam bidang sosial (+)
o Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
o Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
2. Faktor stressor psikososial :
Pada tahun 2005, Ayah pasien meninggal dunia dan pasien histeris
melihat kematian ayahnya.
3. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya :
o Riwayat infeksi tidak ada.
o Riwayat trauma tidak ada.
o Riwayat kejang tidak ada.
o Riwayat merokok tidak ada.
o Riwayat alkohol tidak ada.
o Riwayat NAPZA tidak ada.
C. Riwayat gangguan sebelumnya :
Awal perubahan prilaku terjadi pada tahun 2005. Pada saat itu, Ayah pasien
meninggal dunia dan meninggalnya di rumah pasien. Pasien histeris melihat
kematian ayahnya. Sehingga sejak saat itu, pasien menjadi pendiam, sering
berbicara sendiri, dan tertawa – tertawa sendiri. Sehingga, pasien dibawa ke
RSKD oleh keluarganya dan dirawat selama ± 8 bulan. Pasien diberi obat
Haloperidol, Trihexyphenidil, dan Chlorpromazine. Pasien kemudian
dijemput oleh keluarganya untuk pulang, dan biasa keluhannya kembali
kambuh. Ketika keluhannya kambuh, pasien dibawa ke puskesmas dan
diberikan obat Haloperidol, Trihexyphenidil, dan Chlorpromazine. Namun, 3
bulan terakhir ini pasien tidak teratur minum obat.

D. Riwayat kehidupan pribadi :


1. Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal, cukup bulan, dibantu oleh bidan, pasien minum
ASI Eksklusif selama 2 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan baik.

2. Riwayat masa kanak awal (1-3 tahun)


Perkembangan masa kanak – kanak awal pasien seperti berbicara,
berjalan, perkembangan motorik berlangsung baik. Pasien bermain
dengan teman seusianya.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien baik. Pasien merupakan
orang yang biasa – biasa saja di sekolahnya. Menurut keluarganya,
pasien merupakan anak yang baik dan periang.

4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja (12-18 tahun)


Pasien melanjutkan pendidikan tingkat SMP dan SMA dengan baik.
Pasien melewati masa remajanya seperti teman – teman lainnya.

5. Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat pendidikan : pasien tidak lagi melanjutkan pendidikan
setelah tamat SMA.
b. Riwayat pekerjaan : pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga.
c. Riwayat pernikahan : pasien telah menikah dan memiliki 5 orang
anak (♂, ♂, ♀, ♀, ♂).
d. Riwayat kehidupan sosial : Pasien mempunyai hubungan yang
baik dengan keluarga dan tetangga sekitar rumah.
e. Riwayat agama : pasien memeluk agama islam dan menjalankan
kewajiban agama dengan baik.
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
- Pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara (♀,♀,♀,♀).
- Hubungan dengan keluarga baik.
- Pasien tinggal bersama Ibu dan ketiga orang anaknya.
- Sejak tahun 2015, pasien ditinggalkan oleh suaminya karena tidak
tahan dengan gejala gangguan jiwa yang dialami istrinya.
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama : tante pasien
(saudara perempuan dari Ibu pasien).
F. Situasi Sekarang
- Pasien sekarang tinggal bersama Ibu dan ketiga orang anaknya.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
- Pasien merasa dirinya tidak sakit dan tidak butuh dirawat di
RS.
II. STATUS MENTAL :
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan : Seorang perempuan, wajah sesuai umur ±
47 tahun, pasien terlihat gembira,
mengenakan jilbab dan gamis kaos
berwarna merah terang, bermotif bunga –
bunga. Pasien terlihat memakai bedak
tebal dan lipstik berwarna merah terang.
Perawakan sedang, berkulit sawo matang,
kebersihan dan perawatan diri baik.
2. Kesadaran : Berubah.
3. Aktivitas psikomotor : Hiperaktivitas.
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa dan kesan
membanjir.
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatian :
1. Mood : Gembira.
2. Afek : Hipertimia.
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan.
C. Fungsi Intelektual (kognitif) :
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Pengetahuan
umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya
yaitu SMA.
2. Daya konsentrasi : Baik.
3. Orientasi :
 Orientasi waktu : Baik.
 Orang : Baik.
 Tempat : Baik.
4. Daya ingat :
 Jangka panjang : Baik.
 Jangka pendek : Baik.
 Jangka segera : Kurang.
5. Pikiran abstrak : Baik.
6. Bakat kreatif : Tidak terdapat bakat kreatif.
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik.
D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi :
 Halusinasi Auditorik :
- Pasien mendengar suara – suara tetangganya yang menjelek –
jelekkan dirinya.
- Pasien mendengar suara – suara bisiskan kalau keluarga dan
dirinya akan dibunuh oleh orang kafir.
 Halusinasi Visual :
- Pasien sering melihat darah di cermin dan di dinding
rumahnya.
- Pasien sering melihat bayangan – bayangan dan cahaya putih.
2. Ilusi : Tidak ada.
3. Depersonalisasi : Tidak ada.
4. Derealisasi : Tidak ada.
E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Membanjir.
b. Kontinuitas : Relevan, Flight of ideas.
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada.
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Tidak ada.
b. Gangguan isi pikiran : Waham kebesaran, yaitu : pasien mengaku
sering didatangi oleh Nabi Muhammad SAW dan sering bercerita
dengan pasien bahwa umatnya harus shalat, mengaji, dan
membersihkan diri.
F. Pengendalian Impuls : Baik.
G. Daya Nilai :
1. Norma sosial : Terganggu.
2. Uji daya nilai : Terganggu.
3. Penilaian realitas : Terganggu.
H. Tilikan (insight) : Tilikan 1 ( Pasien tidak merasa dirinya
sakit, dan pasien merasa tidak perlu pengobatan )
I. Taraf dipercaya : Dapat dipercaya.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT:


1. Status Internus
a. Keadaan umum : sakit ringan.
b. Kesadaran : compos mentis.
c. Tanda vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
- Nadi : 82 x/menit.
- Suhu : 36,7oC.
- Pernapasan : 20 x/menit.
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan
abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak
ditemukan kelainan.

2. Status Neurologi
a. GCS : E4M6V5.
b. Rangsang meningeal : tidak dilakukan.
c. Tanda ekstrapiramidal
- Tremor tangan : tidak ada.
- Cara berjalan : baik.
- Keseimbangan : baik.
d. Sistem saraf motorik dan sensorik : tidak terganggu.
e. Pupil bulat, isokor, diameter ODS : 2,5 mm / 2,5 mm.
f. Refleks cahaya : +/+.
g. Kesan : normal.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :


Seorang perempuan, 47 tahun, masuk ke RSKD kedua kalinya diantar oleh
keluarga dengan keluhan mengamuk. Mengamuk dialami sejak 1 bulan yang
lalu dan memberat dalam 1 minggu ini. Saat pasien mengamuk, pasien sering
memecahkan barang – barang dan melempar rumah tetangga, terkadang
melempar rumah tetangga dengan menggunakan pisau. Pasien sering
mendengar suara – suara tetangganya yang menjelek – jelekkan dirinya
sehingga pasien tidak menyukai dan membenci tetangganya tersebut. Pasien
sering mondar – mandir di dalam rumah, bicara sendiri, dan tertawa – tertawa
sendiri. Pasien terkadang tidak tidur pada malam hari. Saat tidak tidur, pasien
melakukan shalat, mengaji, dan sering mandi. Pasien mengaku sering
didatangi oleh Nabi Muhammad SAW dan sering bercerita dengan pasien
bahwa umatnya harus shalat, mengaji, dan membersihkan diri. Pasien juga
sering pergi ke mesjid, membersihkan mesjid, dan berteriak – berteriak
menggunakan pengeras suara (mic) mesjid dan mengatakan kalau keluarga
dan dirinya akan dibunuh oleh orang kafir. Selain itu, pasien juga mengatakan
sering melihat darah di cermin dan di dinding rumahnya. Pasien juga sering
merasa ketakutan karena merasa ingin dibunuh, pernah ketika pasien shalat di
mesjid, pasien menganggap mukenah yang digunakan orang disampingnya
ingin mencekiknya. Pasien juga mengatakan kadang melihat bayangan –
bayangan dan cahaya putih. 3 minggu terakhir ini pasien merasa gembira
tanpa alasan yang jelas. Pasien selalu ingin melakukan aktivitas seperti :
membersihkan pekarangan rumah, memotong rumput, dan pasien mengaku
mengerjakannya sendiri dengan cepat dan bersih.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan Seorang perempuan, wajah
sesuai umur ± 47 tahun, pasien terlihat gembira, mengenakan jilbab dan
gamis kaos berwarna merah terang, bermotif bunga – bunga. Pasien terlihat
memakai bedak tebal dan lipstik berwarna merah terang. Perawakan sedang,
berkulit sawo matang, kebersihan dan perawatan diri baik. Kontak mata ada,
verbal spontan, lancar, kesan membanjir. Psikomotor hiperaktivitas, sikap
terhadap pemeriksa kooperatif. Mood gembira, afek hipertimia, empati tidak
dapat dirabarasakan. Halusinasi auditorik dan visual. Produktivitas pikiran
membanjir, kontinuitas relevan dan flight of ideas. Terdapat waham
kebesaran yang menetap yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta
sama sekali mustahil. Daya nilai norma sosial, uji daya nilai, dan penilaian
realitas pasien terganggu. Tilikan pada pasien ini merupakan tilikan 1 dimana
pasien tidak merasa dirinya sakit, dan pasien merasa tidak perlu pengobatan.
Taraf dipercaya dapat dipercaya.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL :
 Aksis I :
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perilaku pasien
mengamuk, pasien sering memecahkan barang – barang dan melempar
rumah tetangga. Pasien sering mondar – mandir di dalam rumah, bicara
sendiri, dan tertawa – tertawa sendiri. Pasien berteriak – berteriak
menggunakan pengeras suara (mic) mesjid. Keadaan ini mengakibatkan
rasa terganggu dan tidak nyaman (distress), sulit melakukan pekerjaan
dengan benar, dan sulit mengisi waktu luang serta bersosialisasi
(disability). Berdasarkan data diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita gangguan jiwa.

Pada pasien terdapat hendaya berat dalam menilai realita dimana pasien
menyangkal keadaannya yang sakit dan membutuhkan pertolongan,
hendaya berat dalam fungsi mental berupa halusinasi auditorik dan
halusinasi visualisasi, Waham kebesaran yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil serta hendaya berat
dalam fungsi sosial berupa ketidakmampuan membina relasi dengan
orang lain sehingga pasien tidak mampu lagi bekerja sehingga
didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik.

Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya


kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa
Psikotik Non Organik.

Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental


didapatkan adanya halusinasi auditorik dan visual, waham-waham
mustahil dengan perlangsungan gejala lebih dari 1 bulan sehingga
memenuhi diagnosis Skizofrenia.

Perilaku dan aktivitas psikomotor yang hiperaktivitas, mood gembira dan


afek hipertimia, serta produktivitas pikir membanjir, kontinuitas relevan
dan flight of ideas dapat memenuhi diagnosis Gangguan Afektif
Episode Manik.

Berdasarkan PPDGJ III gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan


gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
makanya pasien didiagnosis Skizoafektif Tipe Manik.

 Aksis II :
Dari data yang diperoleh belum dapat dimasukkan dalam ciri
kepribadian.

 Aksis III :
Tidak terdapat kelainan organobiologik.

 Aksis IV :
Pada tahun 2005, Ayah pasien meninggal dunia dan pasien histeris
melihat kematian ayahnya.
 Aksis V :
GAF scale saat ini : 60 – 51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VI. DAFTAR PROBLEM :


 Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, namun diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien memerlukan
farmakoterapi.

 Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita yaitu ada
halusinasi auditorik dan visual, serta waham menetap yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.

 Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya sosial, hendaya pekerjaan dan hendaya
waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VII. RENCANA TERAPI :


 Farmakoterapi :
- Haloperidol 5 mg 3 x 1
- Chlorpromazine 100 mg 0-0-1
- Trihexyphenidil 2 mg 2 x 1, (bila terdapat gejala EPS)
 Psikoterapi :
- Ventilasi : Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien
untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien
merasa lega.
- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
tentang penyakitnya, agar pasien memahami cara menghadapinya,
serta memotivasi pasien agar tetap rutin minum obat.
 Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan
orang disekitarnya tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka
dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
membantu proses pemulihan pasien.

VIII. PROGNOSIS :
Dari Alloanamnesis dan Autoanamnesis, didapatkan keadaan berikut ini :

1. Faktor pendukung : - Adanya dukungan dari keluarga.


2. Faktor Penghambat : - Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
ada.
- Perjalanan penyakit kronis.
- Tilikan derajat 1 dimana pasien menyangkal
bahwa dirinya sakit.
Dari faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien:
- Quo Ad Vitam : Dubia ad malam.

IX. FOLLOW UP :
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
samping dari obat yang diberikan.
BAB II
DISKUSI

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun


gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang
jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang
menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe
depresif.3,4
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.
Apabila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan
dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan
suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGJ-III) harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala - gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas) :
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda atau “thought insertion or withdrawal” = isi yang
asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal) dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of influence” = waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; “delusion of passivitiy” =
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus). “delusional
perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik : Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara
mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk
asing dan dunia lain).
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu
minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,
atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar. Adanya gejala-gejala khas
tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak
berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan
yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan
beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri
sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.3,4
Adanya gejala – gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).3,4
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek prilaku (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.3,4
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksan status
mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan diagnosis
Skizoafektif tipe mania. Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizoafektif
tipe mania :
1. Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik.

2. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.

3. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik
lagi dua gejala skizofrenia yang khas.

Psikoterapi bermanfaat untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan-


keluhan dan mencegah kambuhnya pola perilaku maladaptif atau gangguan
psikologik. Psikoterapi dapat diberikan secara individual, kelompok, atau
pasangan sesuai dengan gangguan psikologis yang dialaminya. Efek obat anti-
psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis
terakhir masih mempunyai efek klinis. sehingga tidak langsung menimbulkan
kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya 1 bulan kemudian baru gejala
sindrom psikosis kambuh kembali.5
Obat anti-psikosis yang digunakan dalam mengatasi sindrom psikosis anti-
psikosis tipikal dan atipikal. Tipikal mencakup golongan phenothiazine,
butyrophenon, diphenyl butyl piperidine dan atipikal mencakup golongan
benzamide, dibenzodiazepine, benzisoxazole. Mekanisme kerja obat anti-psikosis
tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak,
khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor
antagonist) sehingga efektif untuk gejala positif sedangkan anti-psikosi atipikal
untuk gejala positif dan negatif.5
Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol sehingga digunakan obat anti-
psikosis tipikal yaitu haloperidol merupakan obat golongan butyrophenon dan
Chlorpromazin obat golongan phenothiazine. Kedua obat ini sama kuat
menurunkan ambang rangsang konvulsi, memperlambat dan menghambat jumlah
gelombang teta dan sama-sama memiliki efek sedatif dimana Chlorpromazin efek
sedasinya lebih kuat dibandingkan haloperidol. Haloperidol selain menghambat
efek dopamine juga bisa meningkatkan turn over ratenya, efek sampingnya dapat
menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi, Clorpromazin
menimbulkan efek sedasi atau menenangkan, batas keamanan obat ini cukup lebar
sehingga obat ini cukup aman, efek samping berupa gejala seperti ikterus,
dermatitis, dan leukopenia mungkin timbul.6
Pada pasien ini masuk dengan keluhan mengamuk, dan mondar – mandir,
mendengar suara – suara, dengan pemberian obat ini dapat menenangkan pasien
sehingga suara-suara yang di dengar berkurang atau hilang dan pasien dapat
tenang beristirahat. Selain itu ada riwayat penggunaan obat anti-psikosis
sebelumnya, jenis obat anti-psikosis yang sudah terbukti efektif dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. 6,5,8
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam, dinilai dari faktor
pendukung ke prognosis baik, hubungan dengan keluarga baik dan dukungan dari
keluarga ada. Faktor pendukung ke prognosis buruk yaitu adanya riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama, perjalanan penyakit kronis, tilikan derajat 1
dimana pasien tidak merasakan dirinya sakit dan perlu dirawat.7
DAFTAR PUSTAKA

1. Chris Tanto etc. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Elvira S, Hadisukanto G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Rusdi Maslim. Cetakan ke-2 2013.Diagnosis Gangguan Jiwa:Rujukan
Ringkas dari PPDGJ-III.Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya
4. Maslim, R. 2007. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik.edisi
3.Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
5. Gina Sonia Bintari. 2016. Jurnal Tipe Mania pada Penyakit Skizoafektif .
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
6. A.A. Gede Ocha Rama Kharisma Putra. Jurnal . Gangguan Skizoafektif tipe
manik . Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
7. Kaplan and Sadock’s. 2007. Synopsis of Psychiatry. Edisi 10. Bellevue
Hospital Center, New York.
8. Stephan M. 2000. Edisi ke 2. Essential Psychopharmacology: Neuroscientific
Basis and Practical Application. University of California, San Diego.

Anda mungkin juga menyukai