Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK DENGAN GEJALA


PSIKOTIK (F31.2)

1.1. I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. MI

Umur : 26 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Tempat/ tanggal Lahir : Pangkep, 26 Juni 1992

Agama : Islam

Suku : Makassar

Status Pernikahan : Belum Menikah

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Pekerja Sosial

Alamat : Bonto Lompo Pangkep

Diagnosis Sementara : Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik Dengan


Gejala Psikotik (F30.2)

Pasien datang ke Poli Jiwa RS Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 06 Maret 2019
untuk kontrol.

1.2. II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :

Nama : Tn. A

Usia : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : PNS

Alamat : Pangkep

Hubungan dengan pasien : Ayah pasien

A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Keluhan dan Gejala
Seorang laki-laki usia 26 tahun datang ke poli jiwa RSWS
untuk kontrol. Sebelumnya, pasien dibawa ke RSWS untuk kedua
kalinya dengan keluhan mengamuk sekitar 4 jam sebelum pasien
dibawa ke rumah sakit. Pasien mengamuk di masjid dengan
memukul orang yang sedang melaksanakan shalat jumat, tetangga
mengira pasien kesurupan sehingga menelpon polisi. Saat polisi
datang pasien diborgol dan dibawa ke RS Sidrap kemudian
dirujuk ke Makassar. Selama perjalanan pasien berbicara sendiri
dan mengeluarkan kalimat - kalimat yang tidak dimengerti oleh
orang sekitar. Pasien juga memaki, membentak, dan berteriak.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien berteriak-teriak
menghancurkan barang-barang yang ada di sekitarnya, berbicara
sendiri, pasien juga terlihat gelisah, tidak tidur dan mondar
mandir. Apabila dilarang pasien akan marah. Selama tiga hari ini
ini pasien selalu mengeluh ada roh leluhurnya yang telah
meninggal memasuki tubuh pasien melalui kepalanya, saat roh itu
masuk pasien merasa berat pada dadanya. Selain itu pasien juga
mengeluhkan apabila dia tidak mengeluarkan atau mentransfer
ilmu dari roh-roh tersebut tubuhnya akan terasa berat. Jika ditegur
maka pasien akan marah karena merasa apa yang dikatakannya
tidak dipercaya orang lain. Saat ini pasien masih mau makan dan
mandi.
Awal perubahan perilaku pasien dialami sekitar kurang
lebih 4 tahun yang lalu (2014) saat pasien sedang kuliah di
Bandung. Saat itu pasien sedang menyusun skripsinya. Pasien
depresi karena merasa dipersulit oleh pembimbingnya. Selalu
terjadi diskomunikasi antara pembimbing satu dengan
pembimbing dua yang membuat skripsinya tidak kunjung selesai.
Hal ini membuat pasien depresi, pasien mulai menarik diri, lebih
suka menyendiri di kamar dan tidak ada lagi motivasi untuk
melakukan apapun apa lagi yang berhubungan dengan skripsinya.
Hal ini berlangsung selama 3 bulan, setelah itu pasien mulai
bersemangat kembali untuk menyelesaikan skripsinya dan
akhirnya bisa menyelesaikan kuliahnya. Setelah selesai kuliah
pasien mulai aktif mengikuti organisasi kemanusiaan dan pernah
mengikuti aksi demonstrasi bela agama. Saat itu pasien tiba-tiba
mulai banyak bicara, mudah marah bahkan mengamuk. Pasien
akhirnya dirawat di RS jiwa di Bandung namun tidak diketahui
dirawat berapa lama dan obat apa yang diberikan, kemudian
pasien membaik sehingga dapat pulang ke Sidrap sendiri.
Pada tahun 2015 karena tidak pernah lagi mengkonsumsi
obat yang diberikan dari RS jiwa di Bandung, penyakit pasien
kembali kambuh. Pasien sering bicara sendiri dan mudah marah
sehingga untuk pertama kalinya dibawa ke RSWS dan
didiagnosis dengan Gangguan Bipolar, dirawat sekitar 3 minggu
kemudian dipulangkan dengan kondisi membaik. Obat yang
dikonsumsi yaitu olanzapine dan depakote. Pasien rutin rawat
jalan saat di Pangkep ditemani oleh ayahnya dan rajin minum
obat. Pasien bekerja di Sidrap sebagai pekerja sosial sejak tahun
2016 kemudian diangkat menjadi supervisor pada awal tahun
2018. Saat itu pasien sempat murung dan menarik diri dari orang-
orang sekitar 2 bulan kemudian diberi obat oleh dokter dan pasien
kembali bersemangat seperti biasanya. Sekitar 5 bulan yang lalu
pasien tidak rutin meminum obatnya karena pasien tinggal sendiri
di Sidrap dan tidak ada yang mengawasinya minum obat karena
kedua orang tuanya tinggal di Pangkep. Namun, sebulan terakhir
pasien sudah rutin kembali meminum obatnya.
b. Hendaya dan disfungsi
 Hendaya sosial (+) pasien mudah marah apabila keinginannya tidak
dipenuhi
 Hendaya pekerjaan (+) pasien tidak bekerja karena gangguannya
kambuh
 Hendaya gangguan waktu senggang (+) pasien terus gelisah
sehingga tidak bisa tidur
c. Faktor stress psikososial
Perubahan perilaku dialami pasien sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu
saat pasien sedang kuliah di Bandung.

d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis


sebelumnya :
 Riwayat infeksi (-)
 Riwayat trauma (-)
 Riwayat kejang (-)
 Riwayat NAPZA : Narkoba (-)
Psikotropika (-)
Alkohol (-)
Merokok: ada selama 5 tahun ( 1bungkus/hari)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


Pasien pertama kali dirawat di RS Jiwa Bandung pada tahun 2014.
Kemudian, pasien sudah dibawa ke RSWS sebanyak 2 kali . Pasien
dibawa ke RSWS untuk pertama kalinya pada 2015 dengan keluhan
mengamuk dan dirawat 3 minggu. Kemudian dibawa lagi ke RSWS
pada 2018 dengan keluhan yang sama karena tidak meminum obat
dengan teratur selama bekerja dan dirawat selama 12 hari.

D. Riwayat kehidupan pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir di Pangkep pada tahun 1992, lahir normal, cukup bulan, dan
dibantu oleh bidan. Tidak ditemukan cacat lahir maupun kelainan bawaan,
berat badan lahir tidak diketahui. Selama kehamilan, keadaan ibu pasien tidak
diketahui.Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya serta minum ASI selama 6
bulan. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi normal.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak awal pasien seperti berbicara dan berjalan
baik. Pasien tidak mengalami gangguan perilaku, pasien mampu bermain
dengan saudara dan teman sebayanya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan normal dan mengikuti pendidikan sekolah
dasar. Pasien masuk SD pada usia 6 tahun, saat di SD pasien merupakan orang
yang tergolong biasa-biasa saja dalam hal prestasi di sekolah tidak masuk
peringkat 10 besar.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12-18 tahun)
Pasien menyelesaikan pendidikan SMP di Pangkep dan SMA di Pangkep.
Pada saat SMA pasien mendapat peringkat ke-6 di sekolahnya kemudian
mendaftar untuk kuliah di Bandung di jurusan S1 ilmu sosial di Sekolah
Tinggi Ilmu Sosial dan Politik.

E. Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat Pendidikan Terakhir
S1 jurusan sosial
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pekerja sosial di Dinas Sosial Sidrap
c. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
d. Riwayat Kehidupan Sosial
Pasien ramah terhadap orang lain dan mudah bergaul
e. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan ibadahnya dengan baik.

F. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara (♂,♂,♂). Pasien belum menikah
dan saat ini pasien tinggal sendiri di sebuah kos di Sidrap, ayah pasien sering
mengunjungi pasien di Sidrap dan menginap beberapa hari sampai beberapa
minggu. Hubungan dengan keluarga baik. Riwayat keluarga dengan gangguan
yang sama tidak ada.

Genogram:

Keterangan :
Anggota keluarga laki – laki

Anggota keluarga perempuan

Pasien

Anggota keluarga yang meninggal

G. Situasi Sekarang
Pasien saat ini pasien tinggal sendiri. Pasien saat ini bekerja sebagai pekerja
sosial di Dinas Sosial Sidrap.
H. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa baik-baik saja dengan kehidupannya. Setelah keluar dari RS pasien
akan melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang pekerja sosial..

1.3. III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki usia 26 tahun, wajah sesuai usia, cukup rapi memakai kaos
biru dan celana panjang jeans berwarna biru dengan alas kaki, perawakan
berisi, dan perawatan diri cukup.

2. Kesadaran
Kualitatif = Compos Mentis (GCS 15), Kualitatif = Berubah. Kontak Mata
(+), verbal (+)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara, pasien nampak hiperaktif. Pasien sering menggerak-
gerakkan kaki dan tangannya.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi meningkat, membanjir.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian
1. Mood : meninggi, euforik
2. Afek : luas, irritable, inappropriate
3. Empati : tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan :
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
 Waktu : Baik
 Tempat : Baik
 Orang : Baik
4. Daya ingat
 Jangka segera : Baik
 Jangka pendek : Baik
 Jangka panjang : Baik
5. Pikiran Abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Ada, pasien merasa dimasuki oleh roh-roh leluhurnya
yang telah meninggal, dan tubuh pasien merasa berat ketika tidak
mengeluarkan ilmu yang dimiliki roh tersebut kepada orang lain
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
 Produktivitas : Meningkat, flight of idea
 Kontinuitas : Relevan dan koheren
 Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
 Preokupasi : Tidak ada
 Gangguan isi pikiran : Waham bizzare (+), pasien meyakini
bahwa pasien sering dimasuki oleh roh-roh leluhurnya yang sudah
meninggal. Waham kebesaran (+), pasien merasa orang yang paling
pintar dan memiliki banyak ide-ide cemerlang
F. Pengendalian Impuls
Kurang (pada saat dilakukan wawancara)
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian realitas : Tidak terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 2 (Pasien sedikit kesadaran bahwa dirinya sakit dan meminta
pertolongan tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan).
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

1.4. IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

A. Status Internus
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 20 x/menit,
suhu 36,50C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru,
abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

B. Status Neurologis
Kesadaran saat datang berada pada GCS 15 (E4M6V5). Gejala rangsang
selaput otak: kaku kuduk (-), pupil bulat dan isokor, refleks cahaya langsung dan
tidak langsung (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam
batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

1.5. V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang pasien Laki-laki usia 26 tahun datang ke poli jiwa RSWS


untuk kontrol setelah sebelumnya masuk ke RSWS yang ke 2 kalinya dengan
keluhan mengamuk yang dialami beberapa jam sebelum masuk rumah sakit.
Pasien berteriak-berteriak dan juga sempat memukuli orang. Pasien sering
berbicara sendiri dan mengeluarkan kalimat - kalimat yang tidak dimengerti
oleh orang sekitar. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat
gelisah, tidak tidur dan mondar mandir. Bila dilarang pasien marah. Pasien
mengeluh ada roh leluhurnya yang telah meninggal memasuki tubuh pasien
melalui kepalanya, saat roh masuk pasien merasa berat pada dadanya.
Awal perubahan perilaku kurang lebih 4 tahun lalu (2014) saat kuliah
di Bandung. Pasien mengalami dengan skripsinya yang membuat pasien
depresi, pasien mulai menarik diri, lebih suka menyendiri di kamar dan tidak
ada lagi motivasi untuk melakukan apapun apa lagi yang berhubngan dengan
skripsinya. Hal ini berlangsung selama 3 bulan. Setelah selesai kuliah pasien
aktif mengikuti organisasi kemanusiaan dan pernah mengikuti aksi
demonstrasi bela agama. Saat itu pasien tiba-tiba mulai banyak bicara, mudah
marah bahkan mengamuk. Pasien dirawat di RS jiwa di Bandung namun
tidak diketahui dirawat berapa lama dan obat apa yang diberikan. Pernah
mengalami keluhan yang sama tahun 2015 dan untuk pertama kalinya dibawa
ke RSWS dan didiagnosis dengan Gangguan Bipolar dirawat sekitar 3
minggu kemudian dipulangkan dengan kondisi membaik. Obat yang
dikonsumsi yaitu olanzapine dan depakote. Pasien rutin rawat jalan saat di
Pangkep. Sekitar 5 bulan terakhir pasien tidak rutin meminum obatnya karena
pasien tinggal sendiri di Sidrap dan tidak ada yang mengawasinya minum
obat karena kedua orang tuanya. Namun, sebulan terakhir pasien sudah rutin
meminum obatnya.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki-laki umur 26
tahun, wajah sesuai umur, memakai kaos hitam dan celana panjang berwarna
hitam, perawakan berisi, dan perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas
psikomotor meningkat. Mood meninggi, afek luas dan irritable. Produktivitas
arus pikir membanjir, fligh of idea, gangguan isi pikir ada yaitu waham
bizzare dimana pasien meyakini bahwa pasien sering dimasuki oleh roh-roh
leluhurnya yang sudah meninggal dan juga waham kebesaran, pasien merasa
orang yang paling pintar dan memiliki banyak ide-ide cemerlang.
Pengendalian Impuls kurang, tilikan (insight) 2 (sedikit kesadaran bahwa
dirinya sakit dan meminta pertolongan tetapi menyangkalinya pada saat yang
bersamaan).

1.6. VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I
Berdasarkan alloananamnesis dan autoanamnesis dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu pasien
mengamuk. Pasien juga gelisah sehingga menimbulkan distress
(penderitaan) berupa rasa tidak nyaman bagi diri pasien serta terdapat
hendaya (disabilitas) dalam bidang sosial, pekerjaan dan waktu
senggang sehingga pasien dapat disimpulkan mengalami gangguan
jiwa.
Pada alloanamnesis juga ditemukan gangguan isi pikir (waham
bizzare dan waham kebesaran) sehingga pasien dikatan mengalami
gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan internus dan neurologis tidak ditemukan
kelainan organik sehingga termasuk dalam kategori gangguan
mental non organik.
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental, didapatkan gejala mania yaitu afek meningkat serta irritable,
aktivitas/psikomotor meningkat, kebutuhan tidur berkurang, serta
flight of ideas. Hal ini telah dialami lebih dari 4 hari. Pernah
mengalami gejala serupa pada tahun 2015. Ada riwayat depresi pada
awal tahun 2018. Pasien murung sepanjang hari, menarik diri,
kehilangan minat dari biasanya, serta aktivitasnya berkurang dari
biasanya. Gejala ini dirasakan lebih dari 2 minggu (2 bulan). Hal ini
menunjukkan adanya gejala mania dan riwayat depresi, serta saat ini
pasien mengalami gejala psikotik. Sehingga berdasarkan kriteria
PPDGJ III pasien digolongkan sebagai Gangguan Afektif Bipolar
Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik (F31.2).
2. Aksis II
Belum cukup informasi yang didapatkan untuk mengarahkan ke
salah satu ciri khas kepribadian.
3. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
4. Aksis IV
Stressor psikososial tidak jelas
5. Aksis V
GAF Scale 60-51, Gejala Sedang (Moderate), disabilitas sedang

1.7. VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik :
Ditemukan terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien
memerlukan farmakoterapi.
2. Psikologik :
Ditemukan adanya masalah psikologi dalam lingkup keluarga sehingga
memerlukan psikoterapi (psikoedukasi keluarga)
3. Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan waktu
senggang sehingga pasien membutuhkan penanganan psikososial.

1.8. VIII. RENCANA TERAPI

1. Psikofarmakoterapi :
Natrium divalproex 250 mg/12 jam/oral
Olanzapin 5 mg/24 jam/oral/malam
Aripriprazol 10 mg/24 jam/oral/siang
2. Psikoterapi (Psikoedukasi Keluarga)
Psikoterapi suportif: membantu pasien untuk menguatkan daya tahan mental
yang telah dimiliki, mengembangkan mekanisme daya tahan mental untuk
mempertahankan fungsi pengontrolan diri, dan meningkatkan kemampuan
adaptasi lingkungan.
Cognitive Based Therapy: membentuk kembali pola perilaku dan pikiran
yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional.
Terapi keluarga: mempelajari peran pasien di dalam situasi psikologik
seluruh anggota keluarga, sebaliknya pun mempelajari peran seluruh anggota
keluarga dalam perbaikan gejala pasien.
3. Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar jangan terlalu
memikirkan gejala yang dialami dalam memahami penyakitnya.

1.9. IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad malam

Ad Funtionam : Dubia ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad malam

a. Faktor pendukung

 Tidak terdapat kelainan organik


 Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
 Tingkat pendidikan cukup
 Adanya dukungan dari keluarga
b. Faktor penghambat

 Pasien kadang tidak rutin minum obat, walaupun pasien rutin minum
obat kadang pasien mengurangi dosisnya karena merasa dibuat
mengantuk oleh obat tersebut
 Tilikan pasien 2
 Perjalanan penyakit kronis
 Onset perjalanan penyakit yang cepat dan memburuk
1.10. X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu


menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.

1.11. XI. PEMBAHASAN

Berdasarkan PPDGJ III, untuk diagnosis pasti Gangguan Afektif Bipolar


Epidode Kini Manik dengan Gejala Psikotik (F31.2) harus memenuhi:

• Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik
(F30.2)
• Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lainnya (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau.

 Episode Manik dengan Gejala Psikotik (F30.2)


• Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania
tanpa gejala psikotik).
• Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas, dan kecurigaan menjadi
waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan
keadaan afek tersebut (mood-congruent)1

 Mania Tanpa Gejala Psikotik (F30.1)


• Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat
sampai mengacaukan seuruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
• Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/”grandiose ideas” dan terlalu optimistik.
 Episode Depresif (F32)
• Gejala utama : afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menrunnya ktivitas
• Gejala lainnya: konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan
diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa
depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan
diri atau bunuh diri, tidur terganggu.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan seorang laki-laki usia 26 tahun,
wajah sesuai umur, memakai kaos hitam dan celana panjang berwarna hitam,
perawakan berisi, dan perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotor
meningkat. Mood meninggi, afek meningkat, produktivitas arus pikir membanjir-
flight of idea, gangguan isi pikir yaitu waham bizzare dimana pasien merasa dirinya
sering dimasuki oleh roh-roh orang yang telah meninggal, dan kemampuan
menolong diri sendiri baik. Tilikan 2. Berdasarkan gejala- gejala yang dialami
pasien, keadaan pasien digolongkan dalam Gangguan Afektif Bipolar Episode
Kini Manik dengan Gejala Psikotik (F31.2).

Pasien sedang berada dalam episode mania. Oleh karena itu pengobatan yang
dapat diberikan berupa anti mania akut yaitu Natrium Divalproex, Valproat,
Karbamazepin, atau haloperidol.2

Litium, merupakan mood stabilizer tertua yang digunakan dalam pengobatan


gangguan bipolar. Litium biasanya digunakan pada pasien dengan mania klasik,
gangguan bipolar episode kini depresi, gangguan depresi mayor. Namun dalam
penggunaan litium, pasien harus melakukan tes fungsi ginjal sekali dalam 2-3 bulan
dalam pengobatan 6 bulan pertama, dan pemeriksaan fungsi tiroid satu atau dua kali.
Karena penggunaan litium dikatakan dapat mengakibatkan toksisitas10.

Divalproex dan formulasinya (natrium valproat dan asam valproat) telah


diketahui berguna dalam pengobatan gangguan bipolar. Seperti yang telah diketahui
efikasinya pada mania akut dan episode campuran. Valproat biasanya dimuai dengan
dosis rendah yaitu 250 mg dua atau tiga kali sehari10.
Peranan lamotrigin juga telah terbukti dalam beberapa studi. Namun efek
samping yang ditakutkan yaitu timbul bercak di kulit termasuk sindrom Steven
Johnson, dan nekrolisis epidermolisis toksik. Lamotrigin biasanya dimulai dengan
dosis 25mg/hari dalam 2 minggu pertama, 50mg/hari dalam minggu ke 3 dan 4.

Karbamazepin juga telah terbukti efikasinya dalam pengobatan bipolar dengan


episode manik dan mencegah relaps. Ketika karbamazepine digunakan, pasien harus
diedukasi mengenai gejala-gejala disfungsi hati, hematologi, dan reaksi kulit dan
segera melaporkannya kepada dokter jika hal tersebut terjadi. Dosis awal yang
biasanya digunakan yaitu 200mg per hari yang dibagi dalam beberapa dosis dan
dititrasi perlahan. Ketika dosis telah mencapai 800-1000mg/hari, sebaiknya
dipertahankan dalam dosis 1000mg/hari.11

Kembali pada kasus, pasien juga terdapat gejala positif berupa waham. Oleh
karena itu dapat diberikan antipsikotik atipikal yaitu risperidone, aripriprazole,
olanzapine, clozapine, atau quetiapine. Antipsikotik atipikal memiliki afinitas tinggi
sebagai antagonis reseptor dopamin D2, dan juga memiliki afinitas terhadap reseptor
serotonergik (5-HT2). Beberapa anti psikotik juga memiliki afinitas terhadap reseptor
adrenergik, histamin H1, dan muskarinik M1. Dibandingkan antipsikotik tipikal atau
konvensional, antipsikotik atipikal memiliki efek lebih sedikit terhadap masalah
gejala ekstrapiramidal. Antipsikotik tipikal secara khusus berguna untuk mengurangi
secara cepat gejala bipolar episode mania. Terapi berorientasi keluarga dapat
dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan
menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan pasien.4

Selanjutnya terapi yang dapat diberikan pada pasien yaitu intervensi


psikoterapi. Yang pertama yaitu terapi kognitif dan perilaku. Terapi kognitif
dan perilaku (Cognitive Behavioral Therapy), tujuannya adalah untuk
menghilangkan atau meringakan episode yang terjadi dan mencegah
timbulnya episode tersebut mengenali pola berpikir irasional,
mengembangkan alternatif pola berpikir rasional dan fleksibel, kemudian
melatih kembali pola berpikir serta respon perilaku yang baru. Kedua yaitu
terapi interpersonal (Interpersonal Therapy), yang difokuskan pada problem
interpersonal yang ada. Diasumsikan bahwa problem interpersonal yang ada
saat ini merupakan akar dari terjadinya disfungsi hubungan interpersonal.
Problem interpersonal saat ini dikaitkan dengan timbulnya gejala pada
pasien. Selanjutnya terapi keluarga (Family Therapy. Terapi ini dilakukan
bila gangguan mood yang diderita dapat membahayakan hubungan
pernikahan atau fungsinya dalam keluarga. Demikian pula bila moodnya
bertahan akibat situasi dalam keluarga tersebut. Terapi keluarga mempelajari
peran pasien di dalam situasi psikologik seluruh anggota keluarga, sebaliknya
pun mempelajari peran seluruh anggota keluarga dalam perbaikan gejala
pasien.11
LAMPIRAN WAWANCARA

AUTOANAMNESA (Tanggal 06 Maret 2019)

Pasien laki-laki usia 26 tahun datang ke poli RSWS untuk kontrol setelah sebelumnya
dirawat di perawatan Pakis RSWS. Pada pemeriksaan status mental didapatkan
penampilan seorang laki-laki dengan wajah tampak sesuai usia memakai baju kaos hitam,
dan celana panjang berwarna hitam dengan perawakan berisi serta perawatan diri cukup.

DM: Dokter Muda; P: Pasien, B : Ayah pasien

DM : Assalamualaikum Ikhlas,. Saya tanya-tanya ki dulu di. Boleh ji?

P : Boleh. Silahkan-silahkan.

DM : Sebelum masukki RS bagaimana kita rasa?

P : berat dokter.

DM : Berat bagaimana maksudnya? Ceritakan ki.

P : Begini dok, saya rasa banyak orang tua dulu yang masuk ke badan saya yang sudah
meninggal. Ilmunya yang bagus-bagus.

DM : Itu kita dengar, kita lihat, atau bagaimana?

P : tidak saya dengar, tidak lihat, tapi hatinya. Ada prosesnya setelah shalat subuh toh.
Saya cerita dari yang 3 tahun lalu atau yang baru-baru ini?

DM : yang baru saja dulu

P : Tunggu dulu nah, saya perbaiki perasaanku. Awalnya itu sebelum kejadian saya
membersihkan diriku selama 3 bulan. Saya hindari hal-hal yang haram. Saya hindari
makanan-makanan yang haram masuk ke badanku. Kemudian kuperbaiki ibadahku
kepada Allah, shalat berjamaah dan shalat sunnah. Setelah itu di rumah saya rasa Tuhan
berbicara langsung sama saya. Bukan suara langsung saya dengar tetapi hati. Tuhan
bilang “Ikhlas, ada ilmuku sedikit yang mau saya kasih kau” saya bilang jangan Karaeng
berat sekali untuk saya, saya tidak sanggup. Tuhan bilang “Saya akan kuatkan kau, baca
ayat kursi dan trikul”. Setelah itu mulaimi hal-hal aneh terjadi. Orang bilang perilakuku
aneh, kadang begini begitu merokok, ngopi, jarang makan, tapi tetap kuat. Jujur ini saya
belum makan, tapi kita liat sendiri saya bagaimana toh. Kemudian beberapa hari
setelahnya saya ke rumahnya om. Disitu banyak sekali yang masuk. 14 generasi diatasku
paling atas itu Sultan Alauddin. Yang terima Islam pertama kali dari datu-datu. Setelah
masuk Sultan Alauddin, itu lagi datu-datu yang masuk. Hatiku nah.

DM : Itu bagaimana caranya masuk kedalam dirita?

P : Iya masuk saja kedalam diriku dan berat ketika saya tidak keluarkan, ketika saya tidak
ucapkan terasa berat. Berat kalau saya tidak bagi ke orang. Makanya saya bilang saya pria
pemendam rasa.

DM : Bagaimana caranya kita tau bilang Sultan Alauddin yang masuk?

P : Saya tau saya rasa sifatnya.

DM : Bagaimana kita tau sifatnya padahal Sultan Alauddin meninggal jauh sebelum kita
lahir?

P : Saya tau. Saya rasakan. Orang-orang memang tidak mengerti tapi saya rasakan.
Seperti malamnya saya ke sidrap. Disitu saya cekcok sama bapak, hampir bertengkar
berdua saya bilang bapak tidak mengertiki, nda mengerti ki kita, terus saya pergi mi ke
warkop. Nah besoknya itu bapak pergi ke masjid mau solat subuh, saya tendang itu
tembok langsung adzan. Disitu banyak masuk. Kalau saya ceritakan ini panjang. Disitu
saya belum tau caranya pakai itu ilmu, sekarang saya sudah tau begini caranya. Ada
gerakanya. Kita tau gerakan apa ini? Ini adalah gerakan tayyammum. Bisa ki sama bapak
dulu? Saya mau dulu ke dalam sebentar.

DM : Oh iye.

Alloanamnesis (10 Maret 2019)


DM : Pak, tabe saya mau tanya kenapa awalnya ini Ikhlas dibawa ke RS?

B : Mengamukki.

DM : Pas mengamuk adaki di tempat kejadian?

B : Tidak. Saya dikasi tau sama tetangga bilang Ikhlas ada di masjid kesurupan. Dia
teriak-teriak, ada juga pukul orang.

DM : Oh ada dia bilang kenapa dia pukul orang?

B : Begitu karena mungkin saling tidak cocok pendapat. Karena Ikhlas seperti yang dia
bilang tadi dia mau sampaikan itu ilmu dari roh-roh yang masuk dalam tubuhnya.

DM : Oh iya. Sebelum kejadian itu ada lagi yang beda di Ikhlas dari biasanya?

B : Iya sebelum kejadian itu ada barangkali 3 hari dia teriak-teriak bicara nda ditau apa
dia bilang sambil tendang-tendang pintu.

DM : Tabe maaf pak sebelumnya memang ada pernah Ikhlas cerita tentang masalahnya?
Atau mungkin ada masalah di keluarga atau sama temannya?

B : Tidak ada. Di keluarga juga Alhamdulillah baik-baik saja.

DM : Ikhlas yang kita tau bagaimana memang orangnya pak? Ampang ji bergaul?

B : Ooh kalau dia memang orangnya gampang sekali bergaul. Sampai security dan
pemulung ada juga temannya.

DM : Kapan kita rasa Ikhlas mulai ada perubahan perilakunya?

B : Awalnya itu waktu dia kuliah di Bandung 4 tahun yang lalu. Disitu dia pernah masuk
rumah sakit jiwa karena mengamuk juga tapi saya tidak tau berapa lama disana, karena
saya tidak disana. Nah setelah itusaya kesana saya bawa ke Sidrap saja dirawat.

DM :Setelah itu membaikmi?

B : Iye

DM : Ikhlas apa kerjanya pak?

B : dia itu pekerja sosial


DM : Sudah berapa tahun kerja?

B : Sudah hampir 2 tahun kalau tidak salah. Dia mulai kerja tahun 2016. Terus baru-baru
ini awal tahun dia diangkat jadi supervisor.

DM : Ada pernah kita rasa dia murung-murung tidak mau bicara?

B : Iya ada. Pernah itu waktu baru terangkat jadi supervisor, dia diam terus nda kayak
biasanya. Kayak tidak bersemangat.

DM : berapa lama itu pak dia alami?

B : ada sekitar 2 bulan mungkin kal nda salah. Terus saya bawa ke dokter dikasi obat
bagusmi lagi.

DM : Kita ingat obat apa yang dikasi?

B : Aih saya tidak ingatmi.

DM : Setelah kejadian 4 tahun lalu, baru ji memang ini lagi yang mengamuk?

B : iya baruji 2 kali meman g selebihnya itu dia bagusji rutin menum obat. Cuma 3-4
bulan ini dia jarangmi minum obat karena kerja di sidrap. Nda sama dulu pas masi di
Pangkep saya selalu temani pergi poli dan kasi ingat minm obat.

DM : Ooh dia jarang mi minum obat. Terus bagaimana mi makannya sekarang sama
tidurnya?

B : Makannya bagusji. Cuma itu tidurnya biasa tengah malam pi baru tidur. Dikasi itu
obat dia kurangi sendiri dosisnya karena nabilang nakasi cepat tidur itu obat

DM : Oh astaga dia kurangi sendiri dosisnya di. Bagaimana ji pale Ikhlas pas masih
dalam kandungan? Cukup bulanji? 9 bulan?

B : Iya 9 bulan. Alhamdulillah mamanya juga sehat-sehatji jadi lahir normal.

DM : Dikasi ji ASI dulu?

B : Iya ASI 6 bulan. Terus kayak bubur-bubur pas usia 6 bulan


DM : Terus pas usia 1-3 tahun? Bagaimana perkembangannya? Cepatji jalan? Cepatji
bicara?

B : Iya biasaji kayak anak-anak pada umumnya.

DM : Terus pas SMP, SMA, nda pernah ji ada masalalah di sekolahnya?

B : iya nda adaji. Pas kuliah juga Alhamdulillah selesaiji, sampai kerja.

DM : Oh iye. Kita iya pak siapa namata?

B : M. Ahsan

DM : umur ta?

B : 57 tahun

DM : Istri ta?

B : Zaenab 54 tahun

DM : Tabe pak apa pekerjaan ta sama istrita?

B : Kalo saya PNS, kalo istriku IRT.

DM : Berapa Ikhlas bersaudara?

B : 3 orang laki-laki semua. Dia anak ke 2. Kita sementara mau ambil spesialis jiwa?
Atau lagi koas?

DM : lagi koas pak

B : Umum di?

DM : iye

B : Mudah-mudahan cepat selesai di

DM : iye pak amin

B : masih ada lagi yang mau kita tanyakan?

DM : Iye nda ada mi pak, makasih pak.

Anda mungkin juga menyukai