PERIODE 2013-2016
SKRIPSI
Oleh :
JAMBI
2018
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang
1. Ibu Ns. Susi Widiawati, M. Kep selaku ketua STIKES Harapan Ibu Jambi.
2. Ibu Yuni Andriani, M.Si, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................ii
iv
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................26
3.1 Tempat/ Lokasi dan waktu penelitian ....................................................26
3.2 Metode Penelitian ..................................................................................26
3.2.1 Jenis penelitian .............................................................................26
3.2.2 Populasi dan sampel penelitian ....................................................26
3.3 Sumber data ...........................................................................................27
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................27
3.4.1 Pengambilan Sampel ....................................................................27
3.4.2 Pengolahan Data ..........................................................................28
3.5 Analisa Data ...........................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................30
4.1 Hasil Penelitian .....................................................................................30
4.1.1 Gambaran subjek penelitian .........................................................30
4.1.2 Analisis biaya ...............................................................................32
4.2 Pembahasan ............................................................................................33
4.2.1 Jenis Kelamin ...............................................................................34
4.2.2 Usia ..............................................................................................35
4.2.3 Tingkat Pendidikan ......................................................................35
4.2.4 Lama Rawat .................................................................................36
4.2.5 Gambaran Pola Penggunaan Antipsikotik ...................................37
4.2.6 Analisis Biaya ..............................................................................38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................40
5.1 Kesimpulan ............................................................................................40
5.2 Saran ......................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan
obat telah cukup untuk ditawarkan dan digunakan dalam pelayanan kesehatan
(Qiyaam, Rahem, Maria Pia, & Lestiono, 2015). Pemilihan obat yang cost-
Meyer, Pikalov, & Loebel melakukan penelitian mengenai efektivitas biaya pada
antipsikotik generasi pertama (haloperidol). Pada tahun 2015 Andriani, Natari, &
antipsikotik tipikal berdasarkan hari perawatan yang lebih cepat dan analisis
1
Beberapa penelitian yang telah dilakukan umumnya hanya
lama rawat pasien skizofrenia. Untuk itu diperlukan penilaian dengan skor
PANSS (Positive and Negative Syndrome Scale) untuk mengukur efektivitas suatu
obat. PANSS adalah skala penilaian gejala positive, negatif, dan psikopatologi
akurat dan valid terkait respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan.
rawat inap RSJD Provinsi Jambi periode 2013-2016 telah efektif berdasarkan skor
2
1.4 Manfaat Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
Skizofrenia pertama kali ditemukan oleh dua psikiater yang berasal dari
Eropa, yaitu Emil Kraepelin dan Eugen Bleuer. Menurut Eugen Bleuer,
skizofrenia ditandai dengan pikiran yang terpecah (split) yang mendasari perilaku
menyimpang atau tidak lazim (Davison, Neale, & Kring, 2006). Skizofrenia
terdiri dari dua kata yaitu skhizein (pecah) dan phrenia (pikiran) yang bersifat
personality) dimana seseorang dapat berubah menjadi aneh atau berbahaya secara
sindrom kompleks yang dapat menimbulkan efek merusak diri sendiri atau orang
lain. Ciri khas dari gangguan skizofrenia yaitu pembicaraan, pikiran, dan gerakan
psikomotorik.
4
2.1.2 Epidemiologi Skizofrenia
Skizofrenia paling sering terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa
dewasa dan jarang terjadi sebelum masa remaja atau setelah usia 40 tahun.
prevalensinya sama antara pria dan wanita. Pria pada usia dua puluhan paling
pada akhir usia dua puluhan hingga tiga puluhan (G Wells, T Dipiro, L
Schwinghammer, & V Dipiro, 2009). Sedangkan Zahnia & Wulan Sumekar, 2016
jiwa karena kaum pria yang menjadi penopang utama rumah tangga sehingga
lebih besar mengalami tekanan hidup, sedangkan perempuan lebih sedikit berisiko
menderita stress psikologik dan juga wanita relatif lebih rentan bila terkena
trauma.
pernah mengalami skizofrenia dalam hidup mereka (Sadock & Sadock, 2010).
5
2.1.3 Klasifikasi Skizofrenia
a. Skizofrenia Paranoid
1) Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang
2) Tidak ada yang menonjol dari berbagai keadaan berikut ini : pembicaraan
b. Skizofrenia Hebrefenik
6
c. Skizofrenia Katatonik
mutism
(mengambil postur yang tidak lazim atau aneh secara disengaja), gerakan
d. Skizofrenia Undifferentiated
7
e. Skizofrenia Residual
dua atau lebih simtom yang terdapat dalam kriteria a, walaupun ditemukan
1994):
kegiatan penting)
7. Disfungsi sosial
8
11. Tidak mampu membangun, membina, dan mempertahankan hubungan
a. Delusi
realistis, ganjil, dan tidak dimiliki orang lain (Zan Pieter et al., 2012).
Menurut Zan Pieter et al., (2012) ada beberapa jenis delusi skizofrenia
besarkan dirinya.
9
4. Waham somatik adalah keyakinan bahwa pada bagian-bagian
orang di dunia ini sudah mati dan kembali kepada roh kematian.
b. Halusinasi
pendengaran biasanya dialami sebagai suara, entah yang dikenal atau asing,
yang dianggap berbeda dari pikiran orang itu sendiri. Halusinasi mungkin
10
juga merupakan bagian normal dari pengalaman religius dalam konteks
c. Pembicaraan Disorganisasi
tujuan dan berulang kali atau sebaliknya, penderita skizofrenia sama sekali
melakukan apapun dan tidak bergerak sama sekali dalam kurun waktu yang
11
1. Bergerak dengan kegaduhan
4. Cara berpakaian yang tidak jelas dan tidak pas pada situasinya
e. Avolisi
f. Alogia
g. Pendataran Afek
perasaan) atau psikosis, yang ditandai dengan perasaan bahagia yang luar
12
biasa (manic elation) atau perasaan sedih yang luar biasa (manic depressive).
Pengaruh tumpul ditandai dengan sedikitnya suasana emosi (Zan Pieter et al.,
2012).
h. Anhedonia
dengan sikap tidak peduli atas kegiatan yang biasa dianggap menyenangkan,
seperti tidak tertarik makan atau relasi seks. Penderita skizofrenia sering kali
dalam hubungan sosial dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
orientasi pola berpikirnya berfokus pada diri sendiri (Zan Pieter et al., 2012).
13
2.1.6 Etiologi
a. Genetik
lain akan memiliki peluang yang meningkat sekitar 12% menderita penyakit
lebih besar menderita skizofrenia bila mereka mengisap ganja. Hal ini
merupakan contoh interaksi antara lingkungan dan gen (Katona et al., 2012).
yang mengakibatkan gangguan pada otak saat dewasa. Bukti tentang hal ini
14
dari ibu (maternal) saat pertengahan kehamilan, atau mengalami komplikasi
obstetrik, berat bayi baru lahir rendah, dan trauma perinatal. Perkembangan
c. Faktor Sosial
berhubungan dengan skizofrenia pada tiga minggu sebelum onset gejala akut.
kulit putih. Penderita skizofrenia pada keluarga dengan ekspresi emosi tinggi
secara berlebihan) memiliki peluang lebih besar untuk kambuh (Katona et al.,
2012).
15
yang menghambat reseptor dopamin, mengobati psikosis dengan baik);
Peningkatan 5HT dan penurunan aktivitas glutamat juga ikut terlibat (Katona
et al., 2012).
mental menyeluruh, pemeriksaan fisik dan neurologis, riwayat keluarga dan sosial
yang lengkap, tanda vital dan pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap,
elektrolit, fungsi hati, fungsi ginjal, elektrokardiogram [EKG], glukosa saat puasa,
obat-obatan harus konsisten dan agar efektif. Dosis yang inkonsisten akan
memperberat gejala yang sudah ada dan menciptakan gejala psikotik yang baru
a. Terapi Farmakologi
dalam tiga episode, yaitu terapi awal selama 7 hari pertama, terapi stabilisasi
16
episode akut yang multipel sebaiknya terapi penjagaan dilakukan minimal
pertama bagi psikosis, tetapi antipsikotik tipikal masih digunakan secara luas.
memiliki efek yang lebih baik terhadap gejala negatif skizofrenia (Piwko,
2013).
b. Terapi Nonfarmakologi
merupakan salah satu terapi suportif dan bermanfaat pada terapi jangka
(Tomb, 2004).
17
1) Ajak pasien berbicara, bersikap santai, tertarik dan suportif terhadap
di sela-sela wawancara/
dan alasannya.
2.2 Farmakoekonomi
didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi obat untuk sistem
Analysis (CBA), Cost-Utility Analysis (CUA), Cost Of Illness (COI) dan teknis
analisis ekonomi lain yang memberikan informasi yang penting bagi pembuat
18
keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan untuk mengalokasikan sumber daya
yang terbatas. Setiap metode mengukur biaya dalam rupiah, tetapi berbeda dalam
kesamaan dalam hal ini, maka metode yang lebih komprehensif adalah analisis
“penghematan biaya” dari satu program atau pengobatan, pemilihan CMA tepat
ketika membandingkan dua atau lebih terapi yang sama atau alternative rejimen
Contoh dari CMA adalah terapi dengan antibiotika generik dengan paten,
outcome klinik (efek samping dan efikasi sama), yang berbeda adalah onset dan
durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya
(input) dengan konsekuensi dari pelayanan (output) antara dua atau lebih alternatif
19
(Andayani, 2013). CEA dapat digunakan untuk memilih intervensi kesehatan
yang memberikan nilai tertinggi dengan dana yang terbatas jumlahnya, misalnya:
1. Membandingkan dua atau lebih jenis obat dari kelas terapi yang sama
ACER menggambarkan total biaya dari suatu program atau alternatif dibagi
dengan outcome klinik, dipresentasikan sebagai berapa rupiah per outcome klinik
dapat memilih alternatif dengan biaya yang lebih rendah, walaupun alternatif yang
paling cost-effective tidak selalu biaya yang paling murah tetapi pada optimalisasi
tambahan untuk setiap perubahan satu unit efektivitas biaya. Selain itu, untuk
20
efektivitas biaya yang terbaik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013).
dikelompokkan ke dalam satu dari empat posisi, yaitu (Kemenkes RI, 2013):
biaya sama (Kolom H) atau efektivitas yang sama dengan biaya lebih
rendah (Kolom D), dan efektivitas lebih tinggi dengan biaya lebih rendah
(Kolom G), pasti terpilih sehingga tak perlu dilakukan analisis efektivitas
biaya.
rendah dengan biaya sama (Kolom B) atau efektivitas sama dengan biaya
lebih tinggi (Kolom F), apalagi efektivitas lebih rendah dengan biaya lebih
sama (Kolom E) masih mungkin untuk dipilih jika lebih mudah diperoleh
pasien, misalnya tablet lepas lambat yang hanya perlu diminum 1 x sehari
versus tablet yang harus diminum 3 x sehari. Sehingga dalam kategori ini,
21
ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan di samping biaya dan hasil
rendah dengan biaya yang lebih rendah pula (Kolom A) atau, sebaliknya,
menawarkan efektivitas yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih tinggi,
Efektivitas biaya Biaya lebih rendah Biaya sama Biaya lebih tinggi
Efektivitas lebih A B C
ICER)
Efektivitas sama D E F
Efektivitas lebih G H I
ICER)
CBA Merupakan metoda analisis yang khusus karena tidak hanya biaya
yang dinilai dengan moneter, tapi juga benefit. Dimana, baik mengukur biaya
maupun benefit dalam mata uang mempunyai dua kelebihan utama, yaitu pertama,
klinis dan pengambil keputusan dapat menentukan apakah keuntungan dari suatu
program atau intervensi lebih tinggi dari pada biaya yang diperlukan untuk
22
implementasi. Yang kedua, klinis dan pengambil keputusan dapat
Kekurangan dari CUA adalah tidak adanya konsensus bagaimana cara mengukur
suatu penyakit tertentu di suatu masyarat. Biaya yang dihitunng pada metode ini
dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya langsung, atau biaya yang terkait dengan
terapi atau pencegahan (misalnya pelayanan kesehatan) dan biaya tidak langsung,
(Andayani, 2013).
(Andayani, 2013).
23
2.3 Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS)
Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) pertama kali dibuat oleh
Stanley Kay, Lewis Opler, dan Abraham Fizsbein pada tahun 1987 yang diambil
dari dua instrumen terdahulu yaitu Brief Psychiatry Rating Scale (BPRS) dan
positive, negatif, dan psikopatologi umum pada pasien skizofrenia yang dapat
dan memprediksi secara akurat dan valid terkait respon pasien terhadap
dalam 7 skala poin. Tujuh butir dikelompokkan dalam skala positif, tujuh butir
dalam skala negatif, dan enam belas butir dalam skala psikopatologi umum
(Lampiran 5).
2= minimal 6= berat
4= sedang
24
Total skor PANSS:
berikut:
25
BAB III
METODE PENELITIAN
bagian rekam medik pada bulan November 2017 hingga Februari 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien skizofrenia yang
Sampel penelitian adalah rekam medik pasien skizofrenia pasien skizofrenia pada
a. Kriteria inklusi
26
3) Rekam medik pasien yang mengkonsumsi antipsikotik tipikal
b. Kriteria eksklusi
keluarga.
dinyatakan sembuh.
meliputi:
1. Rekam medik
pasien yang dirawat inap dengan data tahun 2013-2016. Data yang diambil
adalah:
27
a. Nama pasien
c. Usia
d. Jenis kelamin
e. Lama rawat
f. Penggunaan Antipsikotik
g. Biaya Antipsikotik
a. Editting
diperoleh dari lembar rekam medik di instalasi rawat inap RSJD Provinsi
Jambi.
b. Entry Data
c. Cleaning
berdasarkan kebutuhannya.
28
3.5 Analisa Data
Analisis biaya dengan metode CEA menggunakan dua cara yaitu rasio
menghitung biaya rata-rata atau Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan
29
BAB IV
Jambi, didapatkan jumlah pasien dari tahun 2013 hingga 2016 mencapai ratusan
hingga ribuan pasien setiap tahunnya, dengan jumlah pasien terbanyak pada tahun
skizotipal, dan psikotik akut sementara. Dari hasil pengambilan data, peneliti
a. Jenis kelamin
Jenis Kelamin
Total
Pria Wanita
30
b. Usia
c. Tingkat pendidikan
31
d. Lama rawat
Tipikal 85 hari
Atipikal 59 Hari
e. Jenis golongan
Kelompok (914)
Total
Antipsikotik Tipikal Antipsikotik Atipikal
PANSS
diatas atau sama dengan rata-rata menandakan belum efektifnya pengobatan, dan
32
sebaliknya nilai skor PANSS dibawah atau sama dengan rata-rata menandakan
telah efektifnya pengobatan. Hal inilah yang akan menjadi tolak ukur
Keterangan:
kelompok obat tertentu dibagi jumlah total pasien pada kelompok obat
4.2 Pembahasan
ACER dan ICER. Berdasarkan data yang didapat, nilai ACER golongan
33
4.2.1 Jenis Kelamin
diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel 4.1. Dari tabel dapat diketahui bahwa
jumlah pasien skizofrenia lebih banyak diderita oleh pasien pria yaitu sebanyak
525 pasien (68,38%) sedangkan pada wanita sebanyak 289 pasien (31,62%).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Zahnia & Wulan Sumekar, 2016 bahwa
pasien skizofrenia terbanyak adalah kaum pria. Sedikitnya jumlah pasien wanita
perlindungan atau neuroprotektif dari hormon estrogen ini secara tidak langsung
lebih baik pada wanita (Priebe & Fakhoury, 2008; Holan, 2013; Yulianty, Cahaya,
Sebuah hipotesis oleh Weber, Current, & Benton, 1991 menyebutkan bahwa
perbedaan pada pria dan wanita dalam segi pematangan seksual yaitu wanita lebih
cepat mengalami pubertas, berkorelasi dengan kemampuan verbal yang lebih baik
tersebut menyatakan bahwa kematangan fungsi otak wanita yang lebih cepat
2013).
34
4.2.2 Usia
skizofrenia. Pada tabel 4.2 didapat data bahwa pasien skizofrenia dengan
frekuensi terbanyak ada pada rentang usia remaja akhir (17-25 tahun) yaitu
sebanyak 38,30%, dan terkecil pada rentang usia diatas 65 tahun sebanyak 0,66
2009 bahwa skizofrenia paling sering terjadi pada akhir masa remaja atau awal
masa dewasa dan jarang terjadi sebelum masa remaja atau setelah usia 40 tahun.
Hal itu dikarenakan rentang usia tersebut merupakan usia produktif yang dipenuhi
dengan banyak faktor pencetus stress dan memiliki beban tanggung jawab yang
keluarga maupun teman kerja, pekerjaan yang terlalu berat, hingga masalah
skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa
muda memang beresiko tinggi karena pada tahap usia perkembangan ini banyak
kualitas hidup sehat karena kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit dan
35
outcome terapi yang dijalaninya dan sulit mencapai terapi yang optimal
(Perwitasari, 2008). Seperti terlihat pada tabel 4.3 dimana pasien terbanyak adalah
pasien dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 33,48%.
yang lebih tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tentang penyakit dan
pengobatannya sehingga pasien lebih patuh (Lin, Sklar, Oh, & Li, 2008). Hasil
dirawat inap untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan oleh pihak
keluarga. Dari 914 pasien, didapatkan rata-rata lama rawat pengguna antipsikotik
tipikal adalah 26 hari lebih lama dibandingkan antipsikotik atipikal seperti terlihat
pada tabel 4.4. Hal ini dikarenakan bahwa pasien yang menerima terapi
tinggi daripada yang menerima terapi antipsikotik atipikal dimana efek samping
pasien akan dirawat lebih lama di rumah sakit (Lin et al., 2008; Fujimaki,
Husnawati, 2017). Dari rata-rata lama rawat tersebut pun dapat disimpulkan
36
bahwa antipsikotik atipikal lebih efektif dibandingkan dengan antipsikotik tipikal
Dari 914 rekam medik pasien di RSJD Provinsi Jambi diketahui bahwa
paling sedikit satu bulan sekali untuk pasien dengan tingkat skizofrenia yang
penderita dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
untuk pasien dengan gejala positif yang dominan (T Dipiro et al., 2005).
dominan apatis, waham dan halusinasi atau pasien dengan gejala positif yang
dominan. Menimbulkan efek sedasi yang disertai acuh tak acuh terhadap
37
Flufenazin dekanoat bekerja sebagai antagonis dopamine yang tersedia
Risperidone dan olanzapine adalah dua antipsikotik atipikal yang paling sering
suatu obat digunakan rumus Average Cost Effectiveness Ratio (ACER), dimana
Rp. 27.500 yang menandakan bahwa nilai ACER antipsikotik tipikal Rp.
salah satu obat yang digunakan secara parenteral yaitu flufenazin dekanoat (nama
38
Flufenazin dekanoat merupakan obat dengan sistem depot, digunakan hanya
jika tanpa flufenazin dekanoat adalah kurang dari biaya penggunaan antipsikotik
atipikal.
parenteral karena dinilai dapat ditoleransi lebih baik dan frekuensi gejala
apabila efektivitas tinggi dengan biaya tinggi dan/atau efektivitas rendah dengan
terbaik (Kemenkes RI, 2013). Pada penelitian didapat nilai ICER Rp. 217.000
dimana hasil ini menunjukan bahwa antipsikotik tipikal memiliki biaya lebih
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasien yang menjalani rawat inap lebih
39
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Perbedaan biaya obat (rupiah) pada antipsikotik tipikal lebih mahal daripada
antipsikotik tipikal.
5.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Y., Natari, R. B., & Pratiwi, I. (2015). Analisis Efektivitas Biaya Obat
Tipikal dan Atipikal Antipsikotika pada Pasien Schizophrenia di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2012.
Aryani, F., Heriani, D., Nofriyanti, Muharni, S., & Husnawati. (2017). Analisis
Efektivitas Biaya dan Terapi Antipsikotik Haloperidol-Klorpromazin dan
Risperidon-Klozapin pada Pasien Skizofrenia, 14(01), 98–107.
Fujimaki, K., Takahashi, T., & Morinobu, S. (2012). Association of typical versus
atypical antipsychotics with symptoms and quality of life in schizophrenia.
PLoS ONE, 7(5). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0037087
41
Terjemahan Tim Psikologi Universitas Indonesia. (Kelima). Jakarta:
Erlangga.
Lin, J., Sklar, G. E., Oh, V. M. Sen, & Li, S. C. (2008). Factors affecting
therapeutic compliance: A review from the patient’s perspective.
Therapeutics and Clinical Risk Management, 4(1), 269–286.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.2147/TCRM.S1458
Natari, R. B., Sukandar, E. Y., & Sigit, J. I. (2012). Antipsychotic Use Evaluation
on First Episode Schizophrenic Patients at Jambi Psychiatric Hospital,
XXXVII(4), 159–165.
O’Day, K., Rajagopalan, K., Meyer, K., Pikalov, A., & Loebel, A. (2013). Long-
term cost-effectiveness of atypical antipsychotics in the treatment of adults
with schizophrenia in the US. ClinicoEconomics and Outcomes Research,
5(1), 459–470. https://doi.org/10.2147/CEOR.S47990
Obermeier, M., Schennach-Wolff, R., Meyer, S., Möller, H. J., Riedel, M.,
Krause, D., & Seemüller, F. (2011). Is the PANSS used correctly? A
systematic review. BMC Psychiatry, 11(1), 113.
https://doi.org/10.1186/1471-244X-11-113
Qiyaam, N., Rahem, A., Maria Pia, D., & Lestiono. (2015). Analisis Efektivitas
Biaya ( Cost Effectiveness Analysis ) Penggunaan Amitryptiline
Dibandingkan Carbamazepine pada Pasien Nyeri Neuropatik ( Studi Kasus
Di Klinik Saraf Rumkital ., 2(2), 47–55.
42
dan Atipikal) pada Pasien Skizofrenia (Schizophrenia) Rawat Inap di RSUD
Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
Weber, C. a., Current, J. R., & Benton, W. C. (1991). Vendor selection criteria
and methods. European Journal of Operational Research, 50(1), 2–18.
https://doi.org/10.1016/0377-2217(91)90033-R
Yulianty, M. D., Cahaya, N., & Srikartika, V. M. (2017). Antipsychotics use and
side effects in patients with schizophrenia at Sambang Lihum Hospital South
Kalimantan, Indonesia. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 153–164.
Diambil dari http://jsfkonline.org/index.php/jsfk/article/view/108
Zan Pieter, H., Janiwarti, B., & Marti Saragih, N. (2012). Pengantar
Psikopatologi untuk Keperawatan (1 ed.). Jakarta: Kencana.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan alur penelitian
Survei Awal
Penulisan proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
44
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan
No Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan penelitian
2 Pelaksanaan penelitian
3 Pengolahan data
4 Penulisan skripsi
akhir
7 Ujian akhir
45
Lampiran 3. Daftar harga obat
Sikzonoate (Flufenazin
46
Lampiran 5. Skor PANSS
58
G4 Ketegangan
G5 Manerisme dan sikap tubuh
G6 Depresi
G7 Retardasi motorik
G8 Ketidak kooperatifan
G9 Isi pikiran yang tidak biasa
G10 Disorientasi
G11 Perhatian buruk
G12 Kurangnya daya nilai dan tilikan
G13 Gangguan dorongan kehendak
G14 Pengendalian impuls yang buruk
G15 Preokupasi
G16 Penghindaran sosial secara aktif
Total (G)
Total keseluruhan (P + N + G)
59
Lampiran 6. Perhitungan ACER dan ICER
Tipikal:
Rp.200+Rp.100+Rp.72.500
ACER = = Rp. 125.517,2414
0,58
Atipikal:
𝑅𝑝.2900+𝑅𝑝.4800
ACER = = Rp. 27.500
0,28
𝑅𝑝.72.800−𝑅𝑝.7.700
=
0,58−0,28
𝑅𝑝.65.100
=
0,3
= Rp. 217.000
60
Lampiran 7. Surat Izin Survei Awal
61
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
62
Lampiran 9. Surat Rekomendasi Penelitian
63
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Pengambilan Data
64