PERIODE 2013-2016
SKRIPSI
Oleh :
JAMBI
2018
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
1. Ibu Ns. Susi Widiawati, M. Kep selaku ketua STIKES Harapan Ibu Jambi.
2. Ibu Yuni Andriani, M.Si, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................ii
iv
2.2.4 Cost-Utility Analysis (CUA) ........................................................24
2.2.5 Cost Of Illness (COI) ...................................................................24
2.3 Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) ..................................25
2.3.1 PANSS-EC (Positive and Negative Syndrome Scale-Excited
Component) .................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................29
3.1 Tempat/ Lokasi dan waktu penelitian ....................................................29
3.2 Metode Penelitian ..................................................................................29
3.2.1 Jenis penelitian .............................................................................29
3.2.2 Populasi dan sampel penelitian ....................................................29
3.3 Sumber data ...........................................................................................30
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................30
3.4.1 Pengambilan Sampel ....................................................................30
3.4.2 Pengolahan Data ..........................................................................31
3.5 Analisa Data ...........................................................................................32
v
4.2.4 Perbandingan skor PANSS-EC pasien skizofrenia berdasarkan
terapi antipsikotik yang diberikan ...............................................43
4.2.5 Perhitungan efektivitas biaya .......................................................44
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR SINGKATAN
ACER = Average Cost Effectiveness Ratio
CBA = Cost Benefit Analysis
CEA = Cost Effectiveness Analysis
CMA = Cost Minimization Analysis
COI = Cost Of Illness
CUA = Cost Utility Analysis
ICER = Incremental Cost Effectiveness Ratio
PANSS = Positive and Negative Sindrome Scale
PANSS-EC = Positive and Negative Sindrome Scale-Excited Component
PICU = Psychiatric Intensive Care Unit
x
BAB I
PENDAHULUAN
dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan
obat telah cukup untuk ditawarkan dan digunakan dalam pelayanan kesehatan
(Qiyaam, Rahem, Maria Pia, & Lestiono, 2015). Pemilihan obat yang cost-
Meyer, Pikalov, & Loebel melakukan penelitian mengenai efektivitas biaya pada
antipsikotik generasi pertama (haloperidol). Pada tahun 2015 Andriani, Natari, &
antipsikotik tipikal berdasarkan hari perawatan yang lebih cepat dan analisis
1
Beberapa penelitian yang telah dilakukan umumnya hanya
lama rawat pasien skizofrenia. Untuk itu diperlukan penilaian dengan skor
mengukur efektivitas suatu obat. PANSS adalah skala penilaian gejala positive,
negatif, dan psikopatologi umum pada pasien skizofrenia yang dapat digunakan
memprediksi secara akurat dan valid terkait respon pasien terhadap pengobatan
yang diberikan. PANSS-EC merupakan indikator pasien gaduh gelisah yang juga
al., 2011).
rawat inap RSJD Provinsi Jambi periode 2013-2016 telah efektif dengan
2
1.4 Manfaat Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
Skizofrenia pertama kali ditemukan oleh dua psikiater yang berasal dari
Eropa, yaitu Emil Kraepelin dan Eugen Bleuer. Menurut Eugen Bleuer,
skizofrenia ditandai dengan pikiran yang terpecah (split) yang mendasari perilaku
menyimpang atau tidak lazim (Davison, Neale, & Kring, 2006). Skizofrenia
terdiri dari dua kata yaitu skhizein (pecah) dan phrenia (pikiran) yang bersifat
personality) dimana seseorang dapat berubah menjadi aneh atau berbahaya secara
sindrom kompleks yang dapat menimbulkan efek merusak diri sendiri atau orang
lain. Ciri khas dari gangguan skizofrenia yaitu pembicaraan, pikiran, dan gerakan
psikomotorik.
4
2.1.2 Epidemiologi Skizofrenia
Skizofrenia paling sering terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa
dewasa dan jarang terjadi sebelum masa remaja atau setelah usia 40 tahun.
prevalensinya sama antara pria dan wanita. Pria pada usia dua puluhan paling
pada akhir usia dua puluhan hingga tiga puluhan (G Wells, T Dipiro, L
Schwinghammer, & V Dipiro, 2009). Sedangkan Zahnia & Wulan Sumekar, 2016
jiwa karena kaum pria yang menjadi penopang utama rumah tangga sehingga
lebih besar mengalami tekanan hidup, sedangkan perempuan lebih sedikit berisiko
menderita stress psikologik dan juga wanita relatif lebih rentan bila terkena
trauma.
pernah mengalami skizofrenia dalam hidup mereka (Sadock & Sadock, 2010).
5
2.1.3 Klasifikasi Skizofrenia
a. Skizofrenia Paranoid
1) Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang
2) Tidak ada yang menonjol dari berbagai keadaan berikut ini : pembicaraan
b. Skizofrenia Hebrefenik
6
c. Skizofrenia Katatonik
mutism
(mengambil postur yang tidak lazim atau aneh secara disengaja), gerakan
d. Skizofrenia Undifferentiated
7
e. Skizofrenia Residual
dua atau lebih simtom yang terdapat dalam kriteria a, walaupun ditemukan
1994):
kegiatan penting)
7. Disfungsi sosial
8
11. Tidak mampu membangun, membina, dan mempertahankan hubungan
a. Delusi
realistis, ganjil, dan tidak dimiliki orang lain (Zan Pieter et al., 2012).
Menurut Zan Pieter et al., (2012) ada beberapa jenis delusi skizofrenia
besarkan dirinya.
9
4. Waham somatik adalah keyakinan bahwa pada bagian-bagian
orang di dunia ini sudah mati dan kembali kepada roh kematian.
b. Halusinasi
pendengaran biasanya dialami sebagai suara, entah yang dikenal atau asing,
yang dianggap berbeda dari pikiran orang itu sendiri. Halusinasi mungkin
10
juga merupakan bagian normal dari pengalaman religius dalam konteks
c. Pembicaraan Disorganisasi
tujuan dan berulang kali atau sebaliknya, penderita skizofrenia sama sekali
melakukan apapun dan tidak bergerak sama sekali dalam kurun waktu yang
11
1. Bergerak dengan kegaduhan
4. Cara berpakaian yang tidak jelas dan tidak pas pada situasinya
e. Avolisi
f. Alogia
g. Pendataran Afek
perasaan) atau psikosis, yang ditandai dengan perasaan bahagia yang luar
12
biasa (manic elation) atau perasaan sedih yang luar biasa (manic depressive).
Pengaruh tumpul ditandai dengan sedikitnya suasana emosi (Zan Pieter et al.,
2012).
h. Anhedonia
dengan sikap tidak peduli atas kegiatan yang biasa dianggap menyenangkan,
seperti tidak tertarik makan atau relasi seks. Penderita skizofrenia sering kali
dalam hubungan sosial dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
orientasi pola berpikirnya berfokus pada diri sendiri (Zan Pieter et al., 2012).
13
2.1.6 Etiologi
a. Genetik
lain akan memiliki peluang yang meningkat sekitar 12% menderita penyakit
lebih besar menderita skizofrenia bila mereka mengisap ganja. Hal ini
merupakan contoh interaksi antara lingkungan dan gen (Katona et al., 2012).
yang mengakibatkan gangguan pada otak saat dewasa. Bukti tentang hal ini
14
dari ibu (maternal) saat pertengahan kehamilan, atau mengalami komplikasi
obstetrik, berat bayi baru lahir rendah, dan trauma perinatal. Perkembangan
c. Faktor Sosial
berhubungan dengan skizofrenia pada tiga minggu sebelum onset gejala akut.
kulit putih. Penderita skizofrenia pada keluarga dengan ekspresi emosi tinggi
secara berlebihan) memiliki peluang lebih besar untuk kambuh (Katona et al.,
2012).
15
yang menghambat reseptor dopamin, mengobati psikosis dengan baik);
Peningkatan 5HT dan penurunan aktivitas glutamat juga ikut terlibat (Katona
et al., 2012).
mental menyeluruh, pemeriksaan fisik dan neurologis, riwayat keluarga dan sosial
yang lengkap, tanda vital dan pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap,
elektrolit, fungsi hati, fungsi ginjal, elektrokardiogram [EKG], glukosa saat puasa,
obat-obatan harus konsisten dan agar efektif. Dosis yang inkonsisten akan
memperberat gejala yang sudah ada dan menciptakan gejala psikotik yang baru
a. Terapi Farmakologi
dalam tiga episode, yaitu terapi awal selama 7 hari pertama, terapi stabilisasi
16
episode akut yang multipel sebaiknya terapi penjagaan dilakukan minimal
pertama bagi psikosis, tetapi antipsikotik tipikal masih digunakan secara luas.
memiliki efek yang lebih baik terhadap gejala negatif skizofrenia (Piwko,
2013).
b. Terapi Nonfarmakologi
merupakan salah satu terapi suportif dan bermanfaat pada terapi jangka
(Tomb, 2004).
17
1) Ajak pasien berbicara, bersikap santai, tertarik dan suportif terhadap
di sela-sela wawancara/
dan alasannya.
2.2 Farmakoekonomi
didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi obat untuk sistem
Analysis (CBA), Cost-Utility Analysis (CUA), Cost Of Illness (COI) dan teknis
analisis ekonomi lain yang memberikan informasi yang penting bagi pembuat
18
keputusan dalam sistem pelayanan kesehatan untuk mengalokasikan sumber daya
yang terbatas. Setiap metode mengukur biaya dalam rupiah, tetapi berbeda dalam
kesamaan dalam hal ini, maka metode yang lebih komprehensif adalah analisis
“penghematan biaya” dari satu program atau pengobatan, pemilihan CMA tepat
ketika membandingkan dua atau lebih terapi yang sama atau alternative rejimen
Contoh dari CMA adalah terapi dengan antibiotika generik dengan paten,
outcome klinik (efek samping dan efikasi sama), yang berbeda adalah onset dan
durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya
(input) dengan konsekuensi dari pelayanan (output) antara dua atau lebih alternatif
19
(Andayani, 2013). CEA dapat digunakan untuk memilih intervensi kesehatan
yang memberikan nilai tertinggi dengan dana yang terbatas jumlahnya, misalnya:
1. Membandingkan dua atau lebih jenis obat dari kelas terapi yang sama
ACER menggambarkan total biaya dari suatu program atau alternatif dibagi
dengan outcome klinik, dipresentasikan sebagai berapa rupiah per outcome klinik
dapat memilih alternatif dengan biaya yang lebih rendah, walaupun alternatif yang
paling cost-effective tidak selalu biaya yang paling murah tetapi pada optimalisasi
tambahan untuk setiap perubahan satu unit efektivitas biaya. Selain itu, untuk
20
efektivitas biaya yang terbaik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013).
dikelompokkan ke dalam satu dari empat posisi, yaitu (Kemenkes RI, 2013):
biaya sama (Kolom H) atau efektivitas yang sama dengan biaya lebih
rendah (Kolom D), dan efektivitas lebih tinggi dengan biaya lebih rendah
(Kolom G), pasti terpilih sehingga tak perlu dilakukan analisis efektivitas
biaya.
rendah dengan biaya sama (Kolom B) atau efektivitas sama dengan biaya
lebih tinggi (Kolom F), apalagi efektivitas lebih rendah dengan biaya lebih
sama (Kolom E) masih mungkin untuk dipilih jika lebih mudah diperoleh
pasien, misalnya tablet lepas lambat yang hanya perlu diminum 1 x sehari
versus tablet yang harus diminum 3 x sehari. Sehingga dalam kategori ini,
21
ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan di samping biaya dan hasil
rendah dengan biaya yang lebih rendah pula (Kolom A) atau, sebaliknya,
menawarkan efektivitas yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih tinggi,
Efektivitas biaya Biaya lebih rendah Biaya sama Biaya lebih tinggi
Efektivitas lebih A B C
ICER)
Efektivitas sama D E F
Efektivitas lebih G H I
ICER)
Alat bantu lain yang dapat digunakan dalam AEB adalah diagram
dibandingkan dengan intervensi (obat) standar. Menurut diagram ini, jika suatu
biaya lebih tinggi dibanding intervensi standar, intervensi alternatif ini masuk ke
22
pertimbangan sumberdaya (terutama dana) yang dimiliki, dan semestinya dipilih
dengan biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar juga masuk kategori
Kuadran III memerlukan pertimbangan sumberdaya pula, yaitu jika dana yang
biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar, intervensi alternatif ini
rendah dengan biaya lebih tinggi dibanding intervensi standar, dengan sendirinya
23
2.2.3 Cost-Benefit Analysis (CBA)
CBA Merupakan metoda analisis yang khusus karena tidak hanya biaya
yang dinilai dengan moneter, tapi juga benefit. Dimana, baik mengukur biaya
maupun benefit dalam mata uang mempunyai dua kelebihan utama, yaitu pertama,
klinis dan pengambil keputusan dapat menentukan apakah keuntungan dari suatu
program atau intervensi lebih tinggi dari pada biaya yang diperlukan untuk
Kekurangan dari CUA adalah tidak adanya konsensus bagaimana cara mengukur
suatu penyakit tertentu di suatu masyarat. Biaya yang dihitunng pada metode ini
dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya langsung, atau biaya yang terkait dengan
terapi atau pencegahan (misalnya pelayanan kesehatan) dan biaya tidak langsung,
24
atau biaya hilangnya produktivitas karena keadaan atau penyakit pasien
(Andayani, 2013).
(Andayani, 2013).
Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) pertama kali dibuat oleh
Stanley Kay, Lewis Opler, dan Abraham Fizsbein pada tahun 1987 yang diambil
dari dua instrumen terdahulu yaitu Brief Psychiatry Rating Scale (BPRS) dan
positive, negatif, dan psikopatologi umum pada pasien skizofrenia yang dapat
dan memprediksi secara akurat dan valid terkait respon pasien terhadap
dalam 7 skala poin. Tujuh butir dikelompokkan dalam skala positif, tujuh butir
dalam skala negatif, dan enam belas butir dalam skala psikopatologi umum
(Lampiran 5).
25
Masing-masing item dinilai sebagai berikut:
2= minimal 6= berat
4= sedang
berikut:
26
2.3.1 PANSS-EC (Positive and Negative Syndrome Scale-Excited Component)
PANSS-EC adalah salah satu skala intuitif yang paling sederhana untuk
menilai pasien gaduh gelisah dimana perilaku tersebut dapat beresiko terhadap
indikator pasien gaduh gelisah yang juga digunakan untuk menangani dengan
cepat pasien gaduh gelisah. Indikator yang dinilai antara lain gaduh gelisah,
b. Permusuhan (P7)
c. Ketegangan (G4)
27
Dasar penilaian: laporan lisan membuktikan adanya anxietas dan
selama wawancara.
konsekuensinya.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
bagian rekam medik pada bulan November 2017 hingga Maret 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien skizofrenia yang
Sampel penelitian adalah rekam medik pasien skizofrenia pasien skizofrenia pada
a. Kriteria inklusi
29
3) Rekam medik pasien yang mengkonsumsi antipsikotik tipikal
b. Kriteria eksklusi
keluarga.
dinyatakan sembuh.
meliputi:
1. Rekam medik
2. Daftar harga obat dan pelayanan rawat inap RSJD Provinsi Jambi
pasien yang dirawat inap dengan data tahun 2013-2016. Data yang diambil
adalah:
30
a. Nama pasien
c. Usia
d. Jenis kelamin
e. Lama rawat
f. Penggunaan Antipsikotik
g. Biaya Antipsikotik
a. Editting
diperoleh dari lembar rekam medik di instalasi rawat inap RSJD Provinsi
Jambi.
b. Entry Data
31
c. Cleaning
berdasarkan kebutuhannya.
Analisis biaya dengan metode CEA yaitu dengan menghitung biaya rata-
rata atau Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan penghitungan rasio
jika diperlukan.
Efektivitas =
ACER =
ICER =
32
BAB IV
Jambi, didapatkan jumlah pasien dari tahun 2013 hingga 2016 mencapai ratusan
hingga ribuan pasien setiap tahunnya, dengan jumlah pasien terbanyak pada tahun
skizotipal, dan psikotik akut sementara. Dari hasil pengambilan data, peneliti
Eksklusi Inklusi
Tipikal Atipikal
33
4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian
rentang usia, pasien terbanyak yaitu pada rentang usia 17-25 tahun dan
Tipikal
Provinsi Jambi, pasien dengan antipsikotik tipikal sejumlah 479 pasien atau
flufenazin dekanoat 25 mg/ml sebanyak 173 pasien (lampiran 7). Dari data
34
Data biaya penggunaan antipsikotik tipikal didapatkan rata-rata
dalam bentuk sediaan ampul dengan biaya yang cukup mahal yaitu Rp
pasien di ruang PICU dimana dari 479 pasien pengguna antipsikotik tipikal,
didapatkan rata-rata lama rawat pasien di ruang PICU yaitu selama 4 hari
(lampiran 9).
Atipikal
35
pasien, dan klozapin 25 mg sejumlah 26 pasien. Dan terapi kombinasi yaitu
rata-rata lama rawat di ruang PICU sebesar Rp.289.039,29, dan biaya rata-
atipikal, didapatkan rata-rata lama rawat pasien di ruang PICU yaitu selama
atipikal.
36
Nilai ACER biaya total penggunaan antipsikotik atipikal
37
4.2 Pembahasan
a. Jenis kelamin
skizofrenia lebih banyak diderita oleh pasien pria yaitu sebanyak 629 pasien
Hal ini sesuai dengan pernyataan Zahnia & Wulan Sumekar, 2016
yang dimiliki oleh wanita. Estrogen memiliki efek pada aktivitas dopamin di
estrogen ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kemunduran onset dan
perjalanan penyakit skizofrenia yang lebih baik pada wanita (Priebe &
bahwa perbedaan pada pria dan wanita dalam segi pematangan seksual yaitu
verbal yang lebih baik yang pada akhirnya mempengaruhi onset skizofrenia.
otak wanita yang lebih cepat menyebabkan wanita lebih tahan terhadap
38
b. Usia
frekuensi terbanyak ada pada rentang usia remaja akhir (17-25 tahun) yaitu
sebanyak 38,43%, dan terkecil pada rentang usia diatas 65 tahun sebanyak
V Dipiro, 2009 bahwa skizofrenia paling sering terjadi pada akhir masa
remaja atau awal masa dewasa dan jarang terjadi sebelum masa remaja atau
setelah usia 40 tahun. Hal itu dikarenakan rentang usia tersebut merupakan
usia produktif yang dipenuhi dengan banyak faktor pencetus stress dan
memiliki beban tanggung jawab yang besar. Faktor pencetus stress tersebut
mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang
beresiko tinggi karena pada tahap usia perkembangan ini banyak sekali
c. Tingkat Pendidikan
39
tentang penyakit dan pengobatannya sehingga pasien menjadi tidak patuh dan
lebih patuh (Lin, Sklar, Oh, & Li, 2008). Hasil penelitian menunjukkan
pada dosis rendah (1,5-6mg/hari) dan memberikan perbaikan yang nyata pada
pasien skizofrenia usia lanjut. Risperidone dan olanzapine adalah dua antipsikotik
40
atipikal yang paling sering digunakan pada populasi pasien usia lanjut (Andri,
sangat kecil bila dibandingkan dengan jenis antipsikotik tipikal (Putri, 2015).
atipikal (47,71%). Hal ini dikarenakan antipsikotik tipikal memiliki afinitas yang
positif seperti halusinasi, waham, agitasi yang merupakan gejala psikosis episode
positif.
penderita dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
untuk pasien dengan gejala positif yang dominan (T Dipiro et al., 2005).
apatis, waham dan halusinasi atau pasien dengan gejala positif yang dominan.
Menimbulkan efek sedasi yang disertai acuh tak acuh terhadap rangsangan dari
41
positif (Swetman, 2007). Flufenazin dekanoat bekerja sebagai antagonis dopamine
intensif PICU dengan tujuan mengendalikan pasien agar tidak melukai dirinya
sendiri maupun orang lain hingga gejala psikosis berkurang. Semakin cepat
gejala psikosis dan semakin efisien pula biaya rawat yang dikeluarkan oleh
pasien.
antipsikotik atipikal lebih cepat keluar dari ruang rawat intensif atau dipindahkan
ke ruang tenang.
Hal ini dikarenakan bahwa pasien yang menerima terapi antipsikotik tipikal
beresiko mengalami efek samping ekstrapiramidal yang lebih tinggi daripada yang
menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien sehingga pasien akan dirawat lebih
lama di rumah sakit (Lin et al., 2008; Fujimaki, Takahashi, & Morinobu, 2012;
Aryani, Heriani, Nofriyanti, Muharni, & Husnawati, 2017). Dari rata-rata lama
42
rawat tersebut pun dapat disimpulkan bahwa antipsikotik atipikal lebih efektif
Jambi rata-rata adalah pasien dengan gejala positif yang dominan, dimana pasien
ini dapat dikurangi gejala psikosis nya dengan mengkonsumsi antipsikotik tipikal.
PANSS-EC dimulai dari 1 (tidak ada) sampai dengan 7 (sangat parah); nilai
berkisar antara 5 sampai 35. Jika nilai ≥ 20 maka berarti pasien memiliki gejala
klinis dengan agitasi parah (Lindenmayer, Bossie, Kujawa, Zhu, & Canuso,
2008). Pasien Skizofrenia fase akut akan pindah ke fase stabil jika nilai PANSS-
EC ≤ 15. Penilaian PANSS-EC dilakukan pada awal (pre-test) dan akhir (post
rata-ratanya adalah 18,98. Semakin kecil nilai skor PANSS-EC, maka semakin
Dari 479 pasien pengguna antipsikotik tipikal, 232 diantaranya telah efektif
dalam menurunkan nilai skor PANSS-EC. Dan pada antipsikotik atipikal, dari 437
43
pasien 250 diantaranya telah efektif dalam menurunkan nilai skor PANSS-EC
(lampiran 13). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa antipsikotik atipikal
lebih cepat menurunkan nilai skor PANSS-EC yaitu sebesar 57,21% dibandingkan
Efektivitas biaya Biaya lebih rendah Biaya sama Biaya lebih tinggi
Efektivitas lebih A B C
rendah Tipikal
Efektivitas sama D E F
Efektivitas lebih G H I
tinggi Atipikal
44
Berdasarkan tabel efektivitas biaya, antipsikotik tipikal berada di kolom C
dimana biaya lebih tinggi dengan efektivitas yang lebih rendah. Dan antipsikotik
atipikal berada di kolom G dimana biaya lebih rendah dengan efektivitas yang
lebih tinggi. Dari pengamatan tabel diatas, langsung dapat ditarik kesimpulan
11, lampiran 12). Nilai ACER yang didapatkan baik biaya antipsikotik maupun
antipsikotik tipikal memiliki efektivitas rendah dengan biaya tinggi sehingga tidak
efektivitas tinggi dengan biaya lebih rendah sehingga sudah pasti terpilih dan
tidak diperlukan perhitungan ICER (tabel 2.1). Berdasarkan data tersebut dapat
antipsikotik tipikal.
45
BAB V
5.1 Kesimpulan
Rp.572.089,47.
Rp.163.045,5.
ACER.
5.2 Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Y., Natari, R. B., & Pratiwi, I. (2015). Analisis Efektivitas Biaya Obat
Tipikal dan Atipikal Antipsikotika pada Pasien Schizophrenia di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2012.
Aryani, F., Heriani, D., Nofriyanti, Muharni, S., & Husnawati. (2017). Analisis
Efektivitas Biaya dan Terapi Antipsikotik Haloperidol-Klorpromazin dan
Risperidon-Klozapin pada Pasien Skizofrenia, 14(01), 98–107.
Fujimaki, K., Takahashi, T., & Morinobu, S. (2012). Association of typical versus
atypical antipsychotics with symptoms and quality of life in schizophrenia.
PLoS ONE, 7(5). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0037087
47
Terjemahan Tim Psikologi Universitas Indonesia. (Kelima). Jakarta:
Erlangga.
Lin, J., Sklar, G. E., Oh, V. M. Sen, & Li, S. C. (2008). Factors affecting
therapeutic compliance: A review from the patient‟s perspective.
Therapeutics and Clinical Risk Management, 4(1), 269–286.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.2147/TCRM.S1458
Lindenmayer, J.-P., Bossie, C. A., Kujawa, M., Zhu, Y., & Canuso, C. M. (2008).
Dimensions of Psychosis in Patients with Bipolar Mania as Measured by the
Positive and Negative Syndrome Scale. Psychopathology, 41(4), 264–270.
https://doi.org/10.1159/000128325
Montoya, A., Valladares, A., Lizán, L., San, L., Escobar, R., & Paz, S. (2011).
Validation of the Excited Component of the Positive and Negative Syndrome
Scale (PANSS-EC) in a naturalistic sample of 278 patients with acute
psychosis and agitation in a psychiatric emergency room. Health and Quality
of Life Outcomes, 9, 1–11. https://doi.org/10.1186/1477-7525-9-18
Natari, R. B., Sukandar, E. Y., & Sigit, J. I. (2012). Antipsychotic Use Evaluation
on First Episode Schizophrenic Patients at Jambi Psychiatric Hospital,
XXXVII(4), 159–165.
O‟Day, K., Rajagopalan, K., Meyer, K., Pikalov, A., & Loebel, A. (2013). Long-
term cost-effectiveness of atypical antipsychotics in the treatment of adults
with schizophrenia in the US. ClinicoEconomics and Outcomes Research,
5(1), 459–470. https://doi.org/10.2147/CEOR.S47990
Obermeier, M., Schennach-Wolff, R., Meyer, S., Möller, H. J., Riedel, M.,
Krause, D., & Seemüller, F. (2011). Is the PANSS used correctly? A
systematic review. BMC Psychiatry, 11(1), 113.
https://doi.org/10.1186/1471-244X-11-113
48
1096–1105. https://doi.org/10.3111/13696998.2013.823869
Qiyaam, N., Rahem, A., Maria Pia, D., & Lestiono. (2015). Analisis Efektivitas
Biaya ( Cost Effectiveness Analysis ) Penggunaan Amitryptiline
Dibandingkan Carbamazepine pada Pasien Nyeri Neuropatik ( Studi Kasus
Di Klinik Saraf Rumkital ., 2(2), 47–55.
Ranti, I., Octaviany, A. F., & Kinanti, S. (2015). Analisis Efektivitas Terapi dan
Biaya antara Haloperidol Kombinasi dengan Risperidon Kombinasi pada
Terapi Skizofrenia Fase Akut Analysis Therapeutic and Cost Effectiveness of
Combination Therapy between Risperidone and Haloperidol on Acute Phase
of Schiz, 15(1), 57–64.
Syarif, A., Ascobat, P., Estuningtyas, A., Setiabudy, R., Setiawati, A., & Muchter,
A. (2007). Farmakologi dan Terapi (Ke 5). Jakarta: Gaya Baru.
49
Tomb, D. A. (2004). Buku Saku Psikiatri (Psychiatry) (6 ed.). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Weber, C. a., Current, J. R., & Benton, W. C. (1991). Vendor selection criteria
and methods. European Journal of Operational Research, 50(1), 2–18.
https://doi.org/10.1016/0377-2217(91)90033-R
Yulianty, M. D., Cahaya, N., & Srikartika, V. M. (2017). Antipsychotics use and
side effects in patients with schizophrenia at Sambang Lihum Hospital South
Kalimantan, Indonesia. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 153–164.
Diambil dari http://jsfkonline.org/index.php/jsfk/article/view/108
Zan Pieter, H., Janiwarti, B., & Marti Saragih, N. (2012). Pengantar
Psikopatologi untuk Keperawatan (1 ed.). Jakarta: Kencana.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan alur penelitian
Survei Awal
Penulisan proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
51
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan
No Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan penelitian
2 Pelaksanaan penelitian
3 Pengolahan data
4 Penulisan skripsi
akhir
7 Ujian akhir
52
Lampiran 3. Daftar harga
53
Lampiran 5. Data karakteristik pasien
Jenis Kelamin
Laki-laki 629 68,67
Perempuan 287 31,33
Usia
17-25 352 38,43
26-35 308 33,62
36-45 161 17,58
46-55 73 7,97
56-65 16 1,75
65> 6 0,65
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 227 24,78
SLB 2 0,22
SD 306 33,41
SMP 168 18,34
SMA 198 21,62
D2 1 0,11
D3 7 0,76
S1 7 0,76
79
Lampiran 6. Jumlah pasien berdasarkan golongan
80
Lampiran 7. Jumlah pasien berdasarkan kategori tunggal dan kombinasi
Tunggal/ Jumlah %
Golongan Obat
Kombinasi Pasien Pasien
Tunggal Tipikal Halo 92 10,04
CPZ 72 7,86
Atipikal Risp 292 31,88
Olz 67 7,31
Cloz 26 2,84
Kombinasi Tipikal + Tipikal Halo + CPZ 142 15,5
Halo + CPZ + Fluf 173 18,89
Atipikal + Atipikal Risp + Cloz 52 5,68
Total 916 100
81
Lampiran 8. Tabel biaya
82
Lampiran 8 lanjutan.
83
Lampiran 9. Rata-rata lama rawat di ruang PICU
Golongan tipikal
Golongan atipikal
84
Lampiran 10. Rata-rata skor PANSS-EC
Golongan Tipikal
Rata-rata
Golongan Antipsikotik
Skor PANSS
Tipikal Halo 23,39
CPZ 22,71
Tipikal + Tipikal Halo + CPZ 21,5
Halo + CPZ + Fluf 20
Rata-rata 22
Golongan atipikal
Rata-rata
Golongan Antipsikotik
Skor PANSS
Atipikal Risp 19,38
Olz 19,01
Cloz 19,04
Atipikal + Atipikal Risp + Cloz 18,5
Rata-rata 18,9825
85
Lampiran 11. Perhitungan ACER berdasarkan skor PANSS-EC
Tipikal Atipikal
Skor PANSS ≤ rata-rata 232 250
Total Sampel 479 437
232/479 x 100% = 48,43% 250/437 x 100% = 57,21%
Metode 1. Cost Effectiveness Ratio
Biaya Total Rp. 571.157 Rp. 326.091
Efektivitas 0,48 0,57
Metode 2. Average Cost Effectiveness Ratio
571.157/0,48 = 1.189.910,42 326.091/0,57 = 572.089,47
Metode 3. Incremental Cost Effectiveness Ratio
Tidak Perlu Perhitungan ICER
86
Lampiran 11 lanjutan.
Tipikal Atipikal
Efektivitas
Skor PANSS ≤ rata-rata 232 250
Total Sampel 479 437
232/479 x 100% = 48,43% 250/437 x 100% = 57,21%
Metode 1. Cost Effectiveness Ratio
Biaya Total Rp. 19.773 Rp. 12.052
Efektivitas 0,48 0,57
Metode 2. Average Cost Effectiveness Ratio
19.773/0,48 = 41.193,75 12.052/0,57 = 21.143,86
Metode 3. Incremental Cost Effectiveness Ratio
Tidak Perlu Perhitungan ICER
87
Lampiran 12. Perhitungan ACER berdasarkan lama rawat di ruang PICU
Tipikal Atipikal
Biaya Total Rp. 571.157 Rp. 326.091
Lama perawatan di ruang PICU 4 hari 2 hari
Metode 2. Average Cost Effectiveness Ratio
Rp. 571.157/4 = 142.789,25 Rp. 326.091/2 = 163.045,5
Metode 3. Incremental Cost Effectiveness Ratio
Tidak perlu perhitungan ICER
Tipikal Atipikal
Metode 1. Cost Effectiveness Ratio
Biaya Obat Rp. 19.773 Rp. 12.052
Lama perawatan di ruang PICU 4 hari 2 hari
Metode 2. Average Cost Effectiveness Ratio
Rp. 19.773/4 = 4.943,25 Rp. 12.052/2 = 6.026
Metode 3. Incremental Cost Effectiveness Ratio
88
Lampiran 13. Jumlah pasien berdasarkan skor PANSS-EC
89
Lampiran 14. Skor PANSS
90
G4 Ketegangan
G5 Manerisme dan sikap tubuh
G6 Depresi
G7 Retardasi motorik
G8 Ketidak kooperatifan
G9 Isi pikiran yang tidak biasa
G10 Disorientasi
G11 Perhatian buruk
G12 Kurangnya daya nilai dan tilikan
G13 Gangguan dorongan kehendak
G14 Pengendalian impuls yang buruk
G15 Preokupasi
G16 Penghindaran sosial secara aktif
Total (G)
Total keseluruhan (P + N + G)
91
Lampiran 15. Surat Izin Survei Awal
92
Lampiran 16. Surat Izin Penelitian
93
Lampiran 17. Surat Rekomendasi Penelitian
94
Lampiran 18. Surat Keterangan Telah Melakukan Pengambilan Data
95