HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Adabiah Kota Padang pada Februari 2016.
Dalam waktu tersebut disebarkan 212 kuesioner tentang perbedaan perilaku merokok
antara siswa jurusan IPA dan IPS. Terdapat 4 responden yang memenuhi kriteria
eksklusi karena tidak mengisi kuesioner dengan lengkap sehingga analisis data hanya
Responden penelitian ini adalah siswa kelas 11 dan 12 di SMA Adabiah Kota
Tabel 5.1: Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas, jenis kelamin, dan umur
Jurusan
IPA IPS Total
(n=102) (n=106) f (%)
f (%) f (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 45 (44,1) 66 (62,3) 111 (53,4)
Perempuan 57 (55,9) 40 (37,7) 97 (46,6)
Umur 15 tahun 3 (2,9) 1 (0,9) 4 (1,9)
16 tahun 44 (43,1) 23 (21,7) 67 (32,2)
17 tahun 43 (42,2) 56 (52,8) 99 (47,6)
18 tahun 12 (11,8) 22 (20,8) 34 (16,3)
19 tahun 0 (0) 4 (3,8) 4 (1,9)
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa responden perempuan jurusan IPA
berjumlah lebih banyak dari laki-laki jurusan IPA yaitu sebanyak 55,9%, sedangkan
responden laki-laki jurusan IPS lebih banyak dari perempuan jurusan IPA yaitu
tidaknya merokok dapat dilihat pada tebel 5.2 dan distribusi frekuensi
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi siswa yang pernah merokok di SMA Adabiah
Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
Pernah merokok 30 (29,4) 44 (41,5) 74 (35,6)
Tidak pernah
72 (70,6) 62 (58,5) 134 (64,4)
merokok
total 102 (100) 106 (100) 208 (100)
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi siswa yang masih merokok di SMA Adabiah
Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
10
Masih merokok 27 (61,4) 37 (50,0)
(33,3)
20
Sudah tidak merokok 17 (38,6) 37 (50,0)
(66,7)
total 30 (100) 44 (100) 74 (100)
Bardasarkan tabel 5.2 dan tabel 5.3 diketahui bahwa terdapat 30 siswa
IPA yang pernah merokok dan 10 diantaranya masih merokok hingga saat ini,
serta terdapat 44 siswa IPS yang pernah merokok dan 27 diantaranya masih
merokok dan 25,5% siswa IPS yang merokok seperti pada tabel 5.4.
Pada penelitian ini distribusi frekuensi usia mulai merokok dapat dilihat
terbanyak pada siswa IPA adalah 15-19 tahun (53,3%) dan kemudian pada
usia 10-14 tahun (26,7%), sedangkan usia mulai merokok terbanyak pada
siswa IPS adalah 10-14 tahun (50%) dan kemudian pada usia 15-19 tahun
(45,5%). Pada tabel tersebut juga diketahui bahwa usia mulai merokok
Pada penelitian ini distribusi frekuensi alasan untuk merokok dapat dilihat
setiap jurusan adalah rasa penasaran atau ingin coba-coba yaitu sebanyak 70%
dari keseluruhan siswa IPA dan 56,8% dari keseluruhan siswa IPS.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pada jurusan IPA terdapat
setelah merokok terbanyak pada siswa jurusan IPA adalah rasa biasa saja
jurusan IPS adalah perasaan stress berkurang (29,7%) dan perasaan nyaman
(20,3%).
terbanyak pada siswa jurusan IPA dan IPS adalah karena kesadaran sendiri
(83,8%).
menyatakan ingin berhenti merokok, dan didapatkan 90,9% siswa IPS yang
seseorang merokok dan dampak merokok dapat dilihat pada tabel 5.11.
Berdasarkan tabel 5.11, pada siswa jurusan IPA didapatkan 33,3% siswa
Pada penelitian ini distribusi frekuensi sikap terkait rokok dapat dilihat
Berdasarkan tabel 5.12, pada siswa jurusan IPA didapatkan 89,2% siswa
memiliki sikap yang baik terkait merokok, dan 10,8% memiliki sikap yang
seang terkait merokok. Sedangkan pada sisa jurusan IPS didapatkan 73,6%
yang memiliki sikap baik terkait merokok, 25,5% memiliki sikap sedang
jurusan mengatakan bahwa guru akan menegur saat melihat siswanya yang
merokok, 53,8% siswa mengatakan bahwa guru akan menasehati saat melihat
Pada penelitian ini distribusi frekuensi anggota keluarga, guru, dan teman
Tabel 5.14 Distribusi frekuensi anggota keluarga, guru, dan teman yang merokok
Jurusan
IPA IPS total
(n=102) (n=106) f(%)
f (%) f (%)
Anggota keluarga yang Ya
59 (57,8) 76 (71,7) 135 (64,9)
merokok
Tida
43 (42,2) 30 (28,3) 73 (35,1)
k
Guru yang merokok Ya 93 (91,2) 99 (93,4) 192 (92,3)
Tida
9 (8,8) 7 (6,6) 16(7,7)
k
Teman yang merokok Ya 96 (94,1) 105 (99,1) 201 (96,6)
Tida
6 (5,9) 1 (0,9) 7 (3,4)
k
91,2% siswa mengatakan bahwa memiliki guru yang merokok, dan 94,1%
jurusan IPS terdapat 71,7% siswa yang memiliki anggota keluarga seorang
perokok, 93,4% siswa mengatakan bahwa memiliki guru guru yang merokok,
Berdasarkan tabel 5.15 dan 5.16 didapatkan bahwa 99% siswa IPA
pernah melihat iklan rokok dan 99,1% siswa IPS pernah melihat iklan rokok.
Media terbanyak untuk melihat iklan rokok pada keseluruhan jurusan adalah
Berdasarkan tabel 5.17 dan 5.18 didapatkan bahwa 55,8% siswa melihat
iklan rokok di televisi 1-5 kali dalam sehari, 26% siswa melihat iklan rokok
lebih dari 10 kali sehari, 11,5% siswa melihat iklan rokok 6-10 kali sehari dan
6,7% siswa tidak melihat iklan rokok sama sekali di televisi. Pendapat
terbanyak siswa mengenai iklan rokok yang dilihat adalah biasa saja (51,9%),
Berdasarkan tabel 5.19 didapatkan bahwa siswa jurusan IPA dan jurusan IPS
perbedaan jurusan dengan pengetahuan terkait rokok adalah 0,00 (p > 0,05) sehingga
Berdasarkan tabel 5.20, hasil analisis hubungan antara jurusan dengan perilaku
jurusan IPA lebih banyak memiliki sikap terkait rokok yang baik dibanding sikap
Berdasarkan tabel 5.21, hasil analisis hubungan antara jurusan dengan perilaku
jurusan IPA lebih banyak yang tidak merokok (92 responden) dibanding yang
merokok.
BAB 6
didapatkan 66,8% siswa memiliki pengetahuan yang cukup terkait rokok. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2014) di SMA BPI 2 Bandung,
tersebut adalah tingkat pengetahuan yang cukup. Penelitian yang dilakukan Yamlean
tersebut adalah tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dapat disebabkan oleh
Terdapat 81,3% siswa SMA Adabiah Kota Padang memiliki sikap yang baik
terkait rokok. Hal ini sejalan dengan penelitian di SMA Negeri 1 Jasinga Kabupaten
Bogor Provinsi Jawa Barat yang menyatakan bahwa 68,89% responden memiliki
sikap yang baik terkait rokok. Sikap baik yang dimaksud adalah sikap yang tidak
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang berasal dari dalam diri
individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat
berfikir yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Sikap yang baik belum tentu
dimiliki oleh seseorang yang dengan pengetahuan yang baik, seseorang dengan
pengetahuan yang baik bisa saja memiliki sikap yang buruk. Hal ini terjadi karena
sikap dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh
orang lain, pengaruh budaya, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta
Kota Padang yang pernah mencoba merokok dan usia terbanyak siswa yang pernah
mencoba merokok adalah usia 15-19 tahun yaitu 48,6%. 62,2% siswa menyatakan
(62,2%). Pada penelitian juga didapatkan bahwa dari seluruh responden yang pernah
83,8% responden yang sudah tidak merokok menyatakan bahwa mereka berhenti
penasaran/ingin coba-coba untuk merokok. Masa remaja adalah masa perubahan atau
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi,
keingintahuan yang besar terhadap segala hal. Remaja juga merasa dapat mengatur
diri sendiri yang ditunjukkan dengan berusaha untuk menjadi seseorang yang dapat
diandalkan dan mandiri dalam memutuskan sesuatu, hal ini dapat menyebabkan
mereka berusaha untuk mencari tahu sendiri dengan berbagai cara dan salah satunya
adalah dengan mencoba-coba. Hal ini diperkuat dengan survey yang dilakukan pada
tahun 1995-2010 yang menyatakan bahwa prevalensi usia mulai merokok tertinggi
selalu berada pada usia 15-19 tahun bahkan mengalami peningkatan sebanyak 7,7%
(Laventhal & Cleary, 1980; Sari, 2003; Tobacco Control Support Center, 2012).
meneruskan perilaku merokoknya atau tidak. Tahap ini juga ditentukan oleh
bagaimana pandangan individu terhadap rokok dan efek yang didapatkan dari
tindakan merokoknya. Pada penelitian ini, perasaan setelah merokok yang terbanyak
dirasakan oleh responden adalah perasaan stress yang berkurang (29,7%). Hal ini
merasa mendapat manfaat dari tindakan tersebut (Laventhal & Cleary, 1980; Sari,
2003).
adalah mata pelajaran khusus bagi masing-masing jurusan. Kelas IPA memiliki mata
pelajaran khusus berupa Biologi, Kimia, dan Fisika sehingga memungkikan siswa
jurusan IPA memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa IPS yang memiliki mata pelajaran khusus berupa Sosiologi, Ekonomi,
dan Geografi (Peraturan Pemerintah Nomor 19, 2005; Permendikbud Nomor 59,
2014).
Siswa jurusan IPA dan IPS juga memiliki karakteristik yang berbeda bila
dilihat berdasarkan pola pemikirannya. Siswa kelas IPA memiliki pola pemikiran
yang ilmiah, teratur, dan cermat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh mata
pelajaran khusus untuk jurusan IPA yang menyebabkan siswanya terlatih berfikir
secara ilmiah dan menggunakan logika. Sedangkan siswa IPS memiliki pola
siswa jurusan IPA lebih banyak yang memikili sifat individualis, sedangkan siswa
jurusan IPS lebih banyak yang memiliki sifat solidaritas (Rahmawan, 2013; Sutsilah;
2014).
6.3 Perbedaan Perilaku Merokok antara Siswa Jurusan IPA dan IPS
6.3.1 Perbedaan Pengetahuan Terkait Rokok antara Siswa Jurusan IPA dan IPS
siswa IPS sama-sama memiliki tingkat pengetahuan terbanyak yang cukup terkait
rokok. Namun siswa jurusan IPA memiliki 33,3% siswa berpengetahuan baik
sedangkan siswa IPS hanya memiliki 7,5% siswa berpengetahuan baik, dan siswa
bahwa terdapat perbedaan pengetahuan terkait rokok antara siswa jurusan IPA dan
ekonomi. Hasil penelitian Yahoo dan Taylor Sofres (TNS) (dalam Rachidianti, 2011)
(dalam Rachidianti, 2011) juga menyatakan bahwa 64% pengguna internet adalah
remaja usia 15-19 tahun atau sama dengan usia siswa Sekolah Menengah Atas.
Mungkin hal tersebut yang menyebabkan siswa jurusan IPA maupun IPS sama-sama
2011).
Selain media informasi/media massa, pendidikan juga menjadi salah satu faktor
semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Kelas IPA memiliki mata
pelajaran khusus berupa Biologi, Kimia, dan Fisika yang memungkinkan siswa untuk
udara yang tidak bersih akibat perilaku merokok dengan fungsi dari organ-organ
pernafasan seperti yang telah diatur dalam Silabus Mata Pembelajaran Biologi Kelas
11 SMA. Sedangkan kelas IPS memiliki pelajaran khusus berupa Geografi, Ekonomi,
dan Sosiologi sehingga tidak memungkinkan siswa untuk mengetahui beberapa hal
terkait kesehatan. Pemahaman tentang kesehatan dapat menjadi dasar agar siswa
dibandingkan dengan yang tidak mendapat mata pelajaran tersebut. Mungkin hal ini
yang menyebabkan siswa jurusan IPA lebih banyak berpengetahuan baik terkait
rokok dibandingkan siswa jurusan IPS (Budiman, 2013; Kementrian Pendidikan dan
6.3.2 Perbedaan Sikap Terkait Rokok antara Siswa Jurusan IPA dan IPS
siswa IPS sama-sama memiliki sikap terbanyak yang baik terkait rokok. Hasil
perhitungan statistik pun menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap terkait rokok
antara siswa jurusan IPA dan IPS di SMA Adabiah Kota Padang (p=0,004). Hal ini
sejalan dengan penelitian di SMA Negeri 1 Jasinga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat yang menyatakan bahwa 68,89% responden memiliki sikap yang baik terkait
rokok. Sikap baik yang dimaksud adalah sikap yang tidak mendukung hal apapun
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang berasal dari dalam diri
individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat
pendirian dan perasaan terhadap objek terbebut sehingga dapat menimbulkan cara
berfikir yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Sikap yang baik belum tentu
dimiliki oleh seseorang yang dengan pengetahuan yang baik, seseorang dengan
pengetahuan yang baik bisa saja memiliki sikap yang buruk. Hal ini terjadi karena
sikap dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh
orang lain, pengaruh budaya, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta
Siswa jurusan IPS memiliki rasa solidaritas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa jurusan IPA. Rasa solidaritas yang tinggi ditambah dengan usia remaja
yang cenderung ingin memiliki banyak teman dapat membuat individu cenderung
bersikap seperti individu lain dalam kelompoknya agar dapat diakui oleh
6.3.3 Perbedaan Tindakan Merokok antara Siswa Jurusan IPA dan IPS
yang pernah mencoba merokok, namun hanya 33,3% siswa dari presentase tersebut
yang masih merokok hingga saat ini sehingga hanya terdapat 9,8% siswa jurusan IPA
yang merokok. Sedangkan pada siswa jurusan IPS didapatkan 41,5% siswa yang
pernah mencoba merokok dan 61,4% siswa dari presentase tersebut masih merokok
hingga saat ini sehingga didapatkan 25,5% siswa jurusan IPS yang merokok. Hasil
antara siswa jurusan IPA dan IPS di SMA Adabiah Kota Padang (p=0,003).
salah satunya adalah pengaruh teman. Hal ini terjadi karena berkumpul dengan teman
sebaya merupakan kebiasaan yang telah menjadi gaya hidup bagi remaja, aktifitas-
perilaku antar teman tersebut. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di SMAN
112 Jakarta Barat, siswa jurusan IPA memiliki sifat individualis yang tinggi
solidaritas dalam suatu kelompok, maka semakin tinggi pula kemungkinan kesamaan
pola perilaku dalam kelompok tersebut. Sehingga bila salah satu teman melakukan
sebuah tidakan merokok, teman-temannya yang lain akan mengikuti dengan alasan
tidak. Selain ditentukan oleh rasa solidaritas dalam suatu kelompok, tahap ini juga
ditentukan oleh bagaimana pandangan individu terhadap rokok dan efek yang
keuntungan dari merokok, maka individu tersebut tidak akan melanjutkan tindakan
merokok, maka individu tersebut memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk
merasa dapat memiliki banyak teman dan merasa diterima di kelompoknya. Bagi
remaja dengan rasa solidaritas yang tinggi, hal ini dapat menjadi suatu alasan
kurang maksimal.
2. Kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan telah di uji validitas dan
hasil penelitian.
BAB 7
PENUTUP
3. Terdapat perbedaan perilaku merokok antara siswa jurusan IPA dan jurusan
7.2 Saran