Anda di halaman 1dari 23

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMA Adabiah Kota Padang pada Februari 2016.

Dalam waktu tersebut disebarkan 212 kuesioner tentang perbedaan perilaku merokok

antara siswa jurusan IPA dan IPS. Terdapat 4 responden yang memenuhi kriteria

eksklusi karena tidak mengisi kuesioner dengan lengkap sehingga analisis data hanya

dilakukan pada 208 kuesioner.

5.1 Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah siswa kelas 11 dan 12 di SMA Adabiah Kota

Padang. Gambaran karakteristik responden penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1: Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas, jenis kelamin, dan umur
    Jurusan
IPA IPS Total
(n=102) (n=106) f (%)
f (%) f (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 45 (44,1) 66 (62,3) 111 (53,4)
Perempuan 57 (55,9) 40 (37,7) 97 (46,6)
Umur 15 tahun 3 (2,9) 1 (0,9) 4 (1,9)
16 tahun 44 (43,1) 23 (21,7) 67 (32,2)
17 tahun 43 (42,2) 56 (52,8) 99 (47,6)
18 tahun 12 (11,8) 22 (20,8) 34 (16,3)
19 tahun 0 (0) 4 (3,8) 4 (1,9)

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa responden perempuan jurusan IPA

berjumlah lebih banyak dari laki-laki jurusan IPA yaitu sebanyak 55,9%, sedangkan

responden laki-laki jurusan IPS lebih banyak dari perempuan jurusan IPA yaitu

47Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


sebanyak 62,3%. Usia responden terbanyak pada jurusan IPA adalah 16 tahun

(43,1%) dan pada jurusan IPS adalah 17 tahun (52,8%).

5.2 Hasil Analisis Univariat

1. Distribusi frekuensi siswa yang merokok di SMA Adabiah

Pada penelitian ini distribusi frekuensi responden berdasarkan pernah atau

tidaknya merokok dapat dilihat pada tebel 5.2 dan distribusi frekuensi

responden berdasarkan masih merokok atau sudah berhenti merokok dapat

dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi siswa yang pernah merokok di SMA Adabiah
Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
Pernah merokok 30 (29,4) 44 (41,5) 74 (35,6)
Tidak pernah
72 (70,6) 62 (58,5) 134 (64,4)
merokok
total 102 (100) 106 (100) 208 (100)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi siswa yang masih merokok di SMA Adabiah
Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
10
Masih merokok 27 (61,4) 37 (50,0)
(33,3)
20
Sudah tidak merokok 17 (38,6) 37 (50,0)
(66,7)
total 30 (100) 44 (100) 74 (100)

Bardasarkan tabel 5.2 dan tabel 5.3 diketahui bahwa terdapat 30 siswa

IPA yang pernah merokok dan 10 diantaranya masih merokok hingga saat ini,

serta terdapat 44 siswa IPS yang pernah merokok dan 27 diantaranya masih

48Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


merokok hingga saat ini sehingga didapatkan 9,8% siswa jurusan IPA yang

merokok dan 25,5% siswa IPS yang merokok seperti pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi siswa yang merokok di SMA Adabiah


Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
Merokok 10 (9,8) 27 (25,5) 37 (17,8)
Tidak
92 (90,2) 79 (74,5) 171 (82,2)
merokok
106
total 102 (100) 208 (100)
(100)

2. Distribusi frekuensi usia mulai merokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi usia mulai merokok dapat dilihat

pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi usia mulai merokok


Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
< 5 tahun 1 (3,3) 0 (0) 1 (1,4)
5 - 9 tahun 4 (13,3) 2 (4,5) 6 (8,1)
10 – 14 tahun 8 (26,7) 22 (50,0) 30 (40,5)
15 – 19 tahun 16 (53,3) 20 (45,5) 36 (48,6)
> 19 tahun 1 (3,3) 0 (0) 1 (1,4)
total 30 (100) 44 (100) 74 (100)

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa usia mulai merokok

terbanyak pada siswa IPA adalah 15-19 tahun (53,3%) dan kemudian pada

usia 10-14 tahun (26,7%), sedangkan usia mulai merokok terbanyak pada

siswa IPS adalah 10-14 tahun (50%) dan kemudian pada usia 15-19 tahun

(45,5%). Pada tabel tersebut juga diketahui bahwa usia mulai merokok

49Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


terbanyak pada siswa secara keseluruhan adalah 15-19 tahun (48,6%) dan

kemudian usia 10-14 tahun (40,5%).

3. Distribusi frekuensi alasan merokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi alasan untuk merokok dapat dilihat

pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi alasan merokok


Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
Iseng 4 (13,3) 11 (25,0) 15 (20,3)
Penasaran/ingin coba-coba 21 (70,0) 25 (56,8) 46 (62,2)
Diajak/dipaksa teman 2 (6,7) 5 (11,4) 7 (9,5)
Mencontoh orang tua 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Agar terlihat dewasa/keren 3 (10,0) 3 (6,8) 6 (8,1)
Agar terlihat seperti tokoh idola 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Total 30 (100) 44 (100) 74 (100)

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa alasan merokok terbanyak pada

setiap jurusan adalah rasa penasaran atau ingin coba-coba yaitu sebanyak 70%

dari keseluruhan siswa IPA dan 56,8% dari keseluruhan siswa IPS.

4. Distribusi frekuensi tingkat konsumsi rokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi tingkat konsumsi rokok dapat

dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat konsumsi rokok


Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
Perokok ringan 27 (90,0) 38 (86,4) 65 (87,8)
Perokok sedang 3 (10,0) 1 (2,3) 4 (5,4)
Perokok berat 0 (0) 5 (11,4) 5 (6,8)

50Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


total 30 (100) 44 (100) 74 (100)

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pada jurusan IPA terdapat

27 orang perokok ringan (90%) dan 3 orang perokok sedang (10%),

sedangkan pada jurusan IPS terdapat 38 orang perokok ringan (86,4%), 1

orang perokok sedang (2,3%), dan 5 orang perokok berat (11,4%).

5. Distribusi frekuensi perasaan setelah merokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi perasaan setelah merokok dapat

dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi perasaan setelah merokok


Jurusan
total
IPA IPS (%)
f (%) f (%)
Nyaman 2 (6,7) 13 (29,5) 15 (20,3)
Stress berkurang 7 (23,3) 15 (34,1) 22 (29,7)
Lebih bersemangat 0 (0) 1 (2,3) 1 (1,4)
Lebihbanyak ide-ide yang muncul 7 (23,3) 5 (11,4) 12 (16,2)
Lainnya:
Biasa saja 8 (26,7) 7 (15.9) 15 (20,3)
Kehabisan uang 1 (3,3) 0 (0) 1 (1,4)
Lebih kuat 0 (0) 1 (2,3) 1 (1,4)
Mulai terganggu 1 (3,3) 0 (0) 1 (1,4)
Pahit 1 (3,3) 0 (0) 1 (1,4)
Pusing 1 (3,3) 1 (2,3) 2 (2,7)
Sakit Dada 1 (3,3) 0 (0) 1 (1,4)
Sakit Tenggorokan 1 (3,3) 0 (0) 1 (1,4)
Sesak Nafas 0 (0) 1 (2,3) 1 (1,4)
30
Total 44 (100) 74 (100)
(100)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa perasaan yang muncul

setelah merokok terbanyak pada siswa jurusan IPA adalah rasa biasa saja

51Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


(26,7%), stress berkurang (23,3%) dan merasa lebih bersemangat (23,3%).

Sedangkan perasaan yang muncul setelah merokok terbanyak pada siswa

jurusan IPS adalah perasaan stress berkurang (29,7%) dan perasaan nyaman

(20,3%).

6. Distribusi Frekuensi Alasan Berhenti Merokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi alasan berhenti merokok dan

keinginan berhenti merokok dapat dilihat pada tabel 5.9 – 5.10.

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi alasan berhenti merokok


Jurusan
total
IPA IPS f(%)
f (%) f (%)
Sakit 1 (5,0) 0 (0) 1 (2,7)
Dilarang orang tua 1 (5,0) 1 (5,9) 2 (5,4)
Kesadaran sendiri 15 (75,0) 16 (94,1) 31 (83,8)
Lainnya:
Ingin menjadi atlet 1 (5,0) 0 (0) 1 (2,7)
Sering kehabisan uang 1 (5,0) 0 (0) 1 (2,7)
Tidak nyaman 1 (5,0) 0 (0) 1 (2,7)
Total 20 (100) 17 (100) 37 (100)

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa alasan berhenti merokok

terbanyak pada siswa jurusan IPA dan IPS adalah karena kesadaran sendiri

(83,8%).

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi keinginan berhenti merokok


Jurusan
total
IPA IPS f(%)
f (%) f (%)
29
Ya 40 (90,9) 69 (93,2)
(96,7)
Tidak 1 (3,3) 4 (9,1) 5 (6,8)
Total 30 (100) 44 (100) 74 (100)

52Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Berdasarkan tabel 5.10 juga didapatkan 96,7% siswa IPA yang merokok

menyatakan ingin berhenti merokok, dan didapatkan 90,9% siswa IPS yang

merokok menyatakan ingin berhenti merokok.

7. Distribusi frekuensi pengetahuan terkait rokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi pengetahuan terkait rokok yang

meliputi pengetahuan tentang definisi rokok, kandungan rokok, penyebab

seseorang merokok dan dampak merokok dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi pengetahuan terkait rokok


Jurusan
total
IPA IPS f (%)
f (%) f (%)
Baik 34 (33,3) 8 (7,5) 42 (20,2)
Cukup 64 (62,7) 75 (70,8) 139 (66,8)
Buruk 4 (3,9) 23 (21,7) 27 (13,0)
Total 102 (100) 106 (100) 208 (100)

Berdasarkan tabel 5.11, pada siswa jurusan IPA didapatkan 33,3% siswa

memiliki pengetahuan yang baik mengenai rokok, 62,7% berpengetahuan

cukup tentang rokok, dan 3,9% berpengetahuan buruk tentang rokok.

Sedangkan pada siswa jurusan IPS didapatkan 7,5% siswa memiliki

pengetahuan yang baik mengenai rokok, 70,8% berpengetahuan cukup tentang

rokok, dan 21,7% berpengetahuan buruk tentang rokok.

8. Distribusi frekuensi sikap terkait rokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi sikap terkait rokok dapat dilihat

pada tabel 5.12.

53Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Tabel 5.12 Distribusi frekuensi sikap terkait rokok
Jurusan
total
IPA IPS f(%)
f (%) f (%)
Baik 91 (89,2) 78 (73,6) 169 (81,3)
Sedang 11 (10,8) 27 (25,5) 38 (18,3)
Buruk 0 (0) 1 (0,9) 1 (0,5)
Total 102 (100) 106 (100) 208 (100)

Berdasarkan tabel 5.12, pada siswa jurusan IPA didapatkan 89,2% siswa

memiliki sikap yang baik terkait merokok, dan 10,8% memiliki sikap yang

seang terkait merokok. Sedangkan pada sisa jurusan IPS didapatkan 73,6%

yang memiliki sikap baik terkait merokok, 25,5% memiliki sikap sedang

terkait merokok, dan 0,9% memiliki sikap buruk terkait merokok.

9. Distribusi frekuensi tindakan guru melihat siswa merokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi tindakan guru saat melihat

mahasiswa merokok dapat dilihat pada tabel 5.13.

Tabel 5.13 Distribusi frekuensi tindakan guru melihat siswa merokok


Jurusan
total
IPA IPS f(%)
f (%) f (%)
Ditegur 41 (40,2) 49 (46,2) 90 (43,3)
Dinasehati 57 (55,9) 55 (51,9) 112 (53,8)
Dibiarkan 4 (3,9) 2 (1,9) 6 (2,9)
Total 102 (100) 106 (100) 208 (100)

Berdasarkan tabel 5.13 didapatkan bahwa 43,3% siswa dari keseluruhan

jurusan mengatakan bahwa guru akan menegur saat melihat siswanya yang

merokok, 53,8% siswa mengatakan bahwa guru akan menasehati saat melihat

54Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


siswanya yang merokok, dan 2,9% siswa mengatakan bahwa guru akan

membiarkan saja saat melihat siswanya merokok.

10. Distribusi frekuensi anggota keluarga, guru,dan teman yang merokok

Pada penelitian ini distribusi frekuensi anggota keluarga, guru, dan teman

yang merokok dapat dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14 Distribusi frekuensi anggota keluarga, guru, dan teman yang merokok
Jurusan
IPA IPS total
(n=102) (n=106) f(%)
f (%) f (%)
Anggota keluarga yang Ya
59 (57,8) 76 (71,7) 135 (64,9)
merokok
Tida
43 (42,2) 30 (28,3) 73 (35,1)
k
Guru yang merokok Ya 93 (91,2) 99 (93,4) 192 (92,3)
Tida
9 (8,8) 7 (6,6) 16(7,7)
k
Teman yang merokok Ya 96 (94,1) 105 (99,1) 201 (96,6)
Tida
6 (5,9) 1 (0,9) 7 (3,4)
k

Berdasarkan tabel 5.14 didapatkan bahwa pada siswa jurusan IPA

terdapat 57,8% siswa yang memiliki anggota keluarga seorang perokok,

91,2% siswa mengatakan bahwa memiliki guru yang merokok, dan 94,1%

siswa mengatakan memiliki teman yang merokok. Sedangkan pada siswa

jurusan IPS terdapat 71,7% siswa yang memiliki anggota keluarga seorang

perokok, 93,4% siswa mengatakan bahwa memiliki guru guru yang merokok,

dan 99,1% siswa mengatakan memiliki teman yang merokok.

11. Distribusi frekuensi iklan rokok

55Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Pada penelitian ini distribusi frekuensi mengenai iklan rokok dapat dilihat

pada tabel 5.15 – 5.18.

Tabel 5.15Distribusi frekuensi melihat iklan rokok


Jurusan
total
IPA IPS f(%)
Tabel f (%) f (%) 5.16 Distribusi
Ya 101 (99,0) 105 (99,1) 206 (99,0) frekuensi media
Tidak 1 (1,0) 1 (0,9) 2 (1,0) melihat iklan
rokok
Total 102 (100) 106 (100) 208 (100)
Jurusan
total
IPA IPS f (n=208)
f (n=102) f (n=106)
Televisi 92 100 192
Koran 23 16 39
Majalah 18 8 26
Media Sosial 45 37 82
Lainnya:
Baliho/Papan Reklame 7 1 8
Dimana-mana 1 0 1
Internet 1 2 3
Spanduk 4 2 6
Tidak pernah melihat iklan rokok 1 0 1

Berdasarkan tabel 5.15 dan 5.16 didapatkan bahwa 99% siswa IPA

pernah melihat iklan rokok dan 99,1% siswa IPS pernah melihat iklan rokok.

Media terbanyak untuk melihat iklan rokok pada keseluruhan jurusan adalah

televisi (53,6%) dan kemudian media sosial (22,9%).

Tabel 5.17 Distribusi frekuensi jumlah paparan iklan rokok di televisi


Jurusan
Total
IPA IPS f(%)
f (%) f (%)
Tidak pernah 6 (5,9) 8 (7,5) 14 (6,7)
1-5 kali 55 (53,9) 61 (57,5) 116 (55,8)
6-10 kali 11 (10,8) 13 (12,3) 24 (11,5)
> 10 kali 30 (29,4) 24 (22,6) 54 (26,0)

56Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Total 102 (100) 106 (100) 208 (100)

Tabel 5.18 Distribusi frekuensi pendapat siswa tentang iklan rokok


Jurusan
total
IPA IPS f(%)
f (%) f (%)
Sangat menarik 12 (11,8) 8 (7,5) 20 (9,6)
Menarik 5 (4,9) 8 (7,5) 13 (6,3)
Biasa saja 49 (48,0) 59 (55,7) 108 (51,9)
Tidak menarik 17 (16,7) 14 (13,2) 31 (14,9)
Sangat tidak menarik 19 (18,6) 17 (16,0) 36 (17,3)
Total 102 (100) 106 (100) 208 (100)

Berdasarkan tabel 5.17 dan 5.18 didapatkan bahwa 55,8% siswa melihat

iklan rokok di televisi 1-5 kali dalam sehari, 26% siswa melihat iklan rokok

lebih dari 10 kali sehari, 11,5% siswa melihat iklan rokok 6-10 kali sehari dan

6,7% siswa tidak melihat iklan rokok sama sekali di televisi. Pendapat

terbanyak siswa mengenai iklan rokok yang dilihat adalah biasa saja (51,9%),

kemudian sangat tidak menarik (17,3%), tidak menarik (14,9%), sangat

menarik (9,6%), dan menarik (6,3%).

5.3 Hasil Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Perbedaan Jurusan dengan Perilaku Merokok

5.3.1.1 Hubungan Perbedaan Jurusan dengan Pengetahuan Terkait Rokok

Berdasarkan tabel 5.19 didapatkan bahwa siswa jurusan IPA dan jurusan IPS

sama-sama memiliki pengetahuan yang cukup terkait rokok. Nilai p hubungan

perbedaan jurusan dengan pengetahuan terkait rokok adalah 0,00 (p > 0,05) sehingga

terdapat hubungan yang bermakna secara statistik.

57Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Tabel 5.19Hubungan perbedaan jurusan dengan pengetahuan terkait rokok
Jurusan
Pengetahuan total p
IPA IPS
Baik 34 8 42
Cukup 64 75 139 0.000
Buruk 4 23 27
Total  102  106  208  

5.3.1.2 Hubungan Perbedaan Jurusan dengan Sikap Terkait Rokok

Berdasarkan tabel 5.20, hasil analisis hubungan antara jurusan dengan perilaku

merokok didapatkan hubungan yang bermakna (p<0,05 yaitu 0,004). Responden

jurusan IPA lebih banyak memiliki sikap terkait rokok yang baik dibanding sikap

sedang dan buruk.

Tabel 5.20Hubungan perbedaan jurusan dengan sikap terkait rokok


Jurusan
Sikap total p
IPA IPS
Baik 91 78 169
Sedang-Buruk 11 28 39 0,004
Total  102 106   208  

5.3.1.3 Hubungan Perbedaan Jurusan dengan Tindakan Merokok

Berdasarkan tabel 5.21, hasil analisis hubungan antara jurusan dengan perilaku

merokok didapatkan hubungan yang bermakna (p<0,05 yaitu 0,003). Responden

jurusan IPA lebih banyak yang tidak merokok (92 responden) dibanding yang

merokok.

58Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Tabel 5.21Hubungan perbedaan jurusan dengan tindakan merokok
Jurusan
Tindakan total p
IPA IPS
Merokok 10 27 37
0,003
Tidak merokok 92 79 171
Total 102 106 208

BAB 6

59Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


PEMBAHASAN

6.1 Perilaku Merokok

6.1.1 Pengetahuan Terkait Rokok

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Adabiah Kota Padang,

didapatkan 66,8% siswa memiliki pengetahuan yang cukup terkait rokok. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2014) di SMA BPI 2 Bandung,

tingkat pengetahuan terkait rokok terbanyak yang dimiliki responden penelitian

tersebut adalah tingkat pengetahuan yang cukup. Penelitian yang dilakukan Yamlean

(2012) pada remaja di Kelurahan Kedungmundu Semarang pun menyatakan bahwa

tingkat pengetahuan terkait rokok terbanyak yang dimiliki responden penelitian

tersebut adalah tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dapat disebabkan oleh

berbagai macam faktor, seperti pendidikan, media informasi/media

massa,lingkungan, usia, pengalaman, serta sosial, budaya, dan ekonomi (Yamlean,

2012; Budiman, 2013; Dwi, 2014).

6.1.2 Sikap Terkait Rokok

Terdapat 81,3% siswa SMA Adabiah Kota Padang memiliki sikap yang baik

terkait rokok. Hal ini sejalan dengan penelitian di SMA Negeri 1 Jasinga Kabupaten

Bogor Provinsi Jawa Barat yang menyatakan bahwa 68,89% responden memiliki

sikap yang baik terkait rokok. Sikap baik yang dimaksud adalah sikap yang tidak

mendukung hal apapun terkait merokok (Soamole, 2004).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang berasal dari dalam diri

individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat

60Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


pendirian dan perasaan terhadap objek terbebut sehingga dapat menimbulkan cara

berfikir yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Sikap yang baik belum tentu

dimiliki oleh seseorang yang dengan pengetahuan yang baik, seseorang dengan

pengetahuan yang baik bisa saja memiliki sikap yang buruk. Hal ini terjadi karena

sikap dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh

orang lain, pengaruh budaya, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta

pengaruh faktor emosional sehingga pengetahuan bukan menjadi hal satu-satunya

yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Azwar, 2007; Maulana, 2009).

6.1.3 Tindakan Merokok

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat 35,6% siswa SMA Adabiah

Kota Padang yang pernah mencoba merokok dan usia terbanyak siswa yang pernah

mencoba merokok adalah usia 15-19 tahun yaitu 48,6%. 62,2% siswa menyatakan

bahwa alasan mereka mencoba merokok adalah rasa penasaran/ingin coba-coba

(62,2%). Pada penelitian juga didapatkan bahwa dari seluruh responden yang pernah

mencoba merokok, hanya separuh yang masih melanjutkan tindakan merokoknya.

83,8% responden yang sudah tidak merokok menyatakan bahwa mereka berhenti

merokok atas kesadaran sendiri.

Merokok memiliki 4 tahapan, yaitu tahap prepatory, tahap initiation, tahap

becoming a smoker, dan tahap maintenance a smoking. Pada tahap prepatory,

seseorang akan mendapatkan gambaran tentang rokok sehingga menimbulkan rasa

penasaran/ingin coba-coba untuk merokok. Masa remaja adalah masa perubahan atau

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi,

61Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


perubahan psikologi, serta perubahan sosial sehingga dapat memicu timbulnya rasa

keingintahuan yang besar terhadap segala hal. Remaja juga merasa dapat mengatur

diri sendiri yang ditunjukkan dengan berusaha untuk menjadi seseorang yang dapat

diandalkan dan mandiri dalam memutuskan sesuatu, hal ini dapat menyebabkan

mereka berusaha untuk mencari tahu sendiri dengan berbagai cara dan salah satunya

adalah dengan mencoba-coba. Hal ini diperkuat dengan survey yang dilakukan pada

tahun 1995-2010 yang menyatakan bahwa prevalensi usia mulai merokok tertinggi

selalu berada pada usia 15-19 tahun bahkan mengalami peningkatan sebanyak 7,7%

(Laventhal & Cleary, 1980; Sari, 2003; Tobacco Control Support Center, 2012).

Pada tahap initiation, seseorang akan menentukan apakah ia akan

meneruskan perilaku merokoknya atau tidak. Tahap ini juga ditentukan oleh

bagaimana pandangan individu terhadap rokok dan efek yang didapatkan dari

tindakan merokoknya. Bila seseorang merasa tidak mendapatkan keuntungan dari

merokok, maka individu tersebut tidak akan melanjutkan tindakan merokoknya.

Sedangkan bila seseorang merasa mendapatkan keuntungan dari merokok, maka

individu tersebut memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk melanjutkan

tindakan merokoknya. Pada penelitian ini, perasaan setelah merokok yang terbanyak

dirasakan oleh responden adalah perasaan stress yang berkurang (29,7%). Hal ini

dapat menyebabkan responden tersebut meneruskan tindakan merokoknya karena

merasa mendapat manfaat dari tindakan tersebut (Laventhal & Cleary, 1980; Sari,

2003).

6.2 Perbedaan Jurusan IPA dan IPS

62Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Kelas jurusan IPA dan IPS memiliki perbedaan yang mendasar, salah satunya

adalah mata pelajaran khusus bagi masing-masing jurusan. Kelas IPA memiliki mata

pelajaran khusus berupa Biologi, Kimia, dan Fisika sehingga memungkikan siswa

jurusan IPA memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dibandingkan

dengan siswa IPS yang memiliki mata pelajaran khusus berupa Sosiologi, Ekonomi,

dan Geografi (Peraturan Pemerintah Nomor 19, 2005; Permendikbud Nomor 59,

2014).

Siswa jurusan IPA dan IPS juga memiliki karakteristik yang berbeda bila

dilihat berdasarkan pola pemikirannya. Siswa kelas IPA memiliki pola pemikiran

yang ilmiah, teratur, dan cermat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh mata

pelajaran khusus untuk jurusan IPA yang menyebabkan siswanya terlatih berfikir

secara ilmiah dan menggunakan logika. Sedangkan siswa IPS memiliki pola

pemikiran berdasarkan kebiasaan sehari-hari dan pengaruh lingkungannya. Selain itu,

siswa jurusan IPA lebih banyak yang memikili sifat individualis, sedangkan siswa

jurusan IPS lebih banyak yang memiliki sifat solidaritas (Rahmawan, 2013; Sutsilah;

2014).

6.3 Perbedaan Perilaku Merokok antara Siswa Jurusan IPA dan IPS

6.3.1 Perbedaan Pengetahuan Terkait Rokok antara Siswa Jurusan IPA dan IPS

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa siswa IPA dan

siswa IPS sama-sama memiliki tingkat pengetahuan terbanyak yang cukup terkait

rokok. Namun siswa jurusan IPA memiliki 33,3% siswa berpengetahuan baik

sedangkan siswa IPS hanya memiliki 7,5% siswa berpengetahuan baik, dan siswa

63Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


IPA memiliki 3,9% siswa berpengetahuan buruk sedangkan siswa IPS memiliki

21,7% siswa berpengetahuan buruk. Hasil perhitungan statistik pun menyatakan

bahwa terdapat perbedaan pengetahuan terkait rokok antara siswa jurusan IPA dan

IPS di SMA Adabiah Kota Padang (p=0,000).

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pendidikan, media

informasi/media massa, lingkungan, usia, pengalaman, serta sosial, budaya, dan

ekonomi. Hasil penelitian Yahoo dan Taylor Sofres (TNS) (dalam Rachidianti, 2011)

pengakses internet terbesar di Indonesia adalah usia 15-19 tahun. Subramanian

(dalam Rachidianti, 2011) juga menyatakan bahwa 64% pengguna internet adalah

remaja usia 15-19 tahun atau sama dengan usia siswa Sekolah Menengah Atas.

Mungkin hal tersebut yang menyebabkan siswa jurusan IPA maupun IPS sama-sama

memiliki pengetahuan yang cukup terkait rokok (Notoadmodjo, 2005; Rachidianti,

2011).

Selain media informasi/media massa, pendidikan juga menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan

semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Kelas IPA memiliki mata

pelajaran khusus berupa Biologi, Kimia, dan Fisika yang memungkinkan siswa untuk

mengetahui beberapa hal terkait kesehatan. Misalnya dengan mengaitkan keadaan

udara yang tidak bersih akibat perilaku merokok dengan fungsi dari organ-organ

pernafasan seperti yang telah diatur dalam Silabus Mata Pembelajaran Biologi Kelas

11 SMA. Sedangkan kelas IPS memiliki pelajaran khusus berupa Geografi, Ekonomi,

dan Sosiologi sehingga tidak memungkinkan siswa untuk mengetahui beberapa hal

terkait kesehatan. Pemahaman tentang kesehatan dapat menjadi dasar agar siswa

64Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


SMA yang mendapat mata pelajaran tersebut lebih menghindari perilaku merokok

dibandingkan dengan yang tidak mendapat mata pelajaran tersebut. Mungkin hal ini

yang menyebabkan siswa jurusan IPA lebih banyak berpengetahuan baik terkait

rokok dibandingkan siswa jurusan IPS (Budiman, 2013; Kementrian Pendidikan dan

Budaya, 2013; Permendikbud Nomor 59, 2014).

6.3.2 Perbedaan Sikap Terkait Rokok antara Siswa Jurusan IPA dan IPS

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa siswa IPA dan

siswa IPS sama-sama memiliki sikap terbanyak yang baik terkait rokok. Hasil

perhitungan statistik pun menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap terkait rokok

antara siswa jurusan IPA dan IPS di SMA Adabiah Kota Padang (p=0,004). Hal ini

sejalan dengan penelitian di SMA Negeri 1 Jasinga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa

Barat yang menyatakan bahwa 68,89% responden memiliki sikap yang baik terkait

rokok. Sikap baik yang dimaksud adalah sikap yang tidak mendukung hal apapun

terkait merokok (Soamole, 2004).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang berasal dari dalam diri

individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat

pendirian dan perasaan terhadap objek terbebut sehingga dapat menimbulkan cara

berfikir yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Sikap yang baik belum tentu

dimiliki oleh seseorang yang dengan pengetahuan yang baik, seseorang dengan

pengetahuan yang baik bisa saja memiliki sikap yang buruk. Hal ini terjadi karena

sikap dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh

orang lain, pengaruh budaya, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta

65Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


pengaruh faktor emosional sehingga pengetahuan bukan menjadi hal satu-satunya

yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Azwar, 2007; Maulana, 2009).

Siswa jurusan IPS memiliki rasa solidaritas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa jurusan IPA. Rasa solidaritas yang tinggi ditambah dengan usia remaja

yang cenderung ingin memiliki banyak teman dapat membuat individu cenderung

bersikap seperti individu lain dalam kelompoknya agar dapat diakui oleh

kelompoknya tersebut (Soekanto, 2004; Sutsilah, 2014).

6.3.3 Perbedaan Tindakan Merokok antara Siswa Jurusan IPA dan IPS

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan 29,4% siswa jurusan IPA

yang pernah mencoba merokok, namun hanya 33,3% siswa dari presentase tersebut

yang masih merokok hingga saat ini sehingga hanya terdapat 9,8% siswa jurusan IPA

yang merokok. Sedangkan pada siswa jurusan IPS didapatkan 41,5% siswa yang

pernah mencoba merokok dan 61,4% siswa dari presentase tersebut masih merokok

hingga saat ini sehingga didapatkan 25,5% siswa jurusan IPS yang merokok. Hasil

perhitungan statistik pun menyatakan bahwa terdapat perbedaan tindakan merokok

antara siswa jurusan IPA dan IPS di SMA Adabiah Kota Padang (p=0,003).

Terdapat banyak hal yang menyebabkan seorang remaja menjadi perokok,

salah satunya adalah pengaruh teman. Hal ini terjadi karena berkumpul dengan teman

sebaya merupakan kebiasaan yang telah menjadi gaya hidup bagi remaja, aktifitas-

aktifitas yang dilakukan bersama teman memungkinkan terjadinya pengadopsian

perilaku antar teman tersebut. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di SMAN

112 Jakarta Barat, siswa jurusan IPA memiliki sifat individualis yang tinggi

66Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


sedangkan siswa IPS memiliki sifat solidaritas yang tinggi. Semakin tinggi rasa

solidaritas dalam suatu kelompok, maka semakin tinggi pula kemungkinan kesamaan

pola perilaku dalam kelompok tersebut. Sehingga bila salah satu teman melakukan

sebuah tidakan merokok, teman-temannya yang lain akan mengikuti dengan alasan

solidaritas (Soekanto, 2004; Cahyo, 2012; Sutsilah, 2014).

Merokok memiliki 4 tahapan, yaitu tahap prepatory, tahap initiation, tahap

becoming a smoker, dan tahap maintenance a smoking. Pada tahap initiation,

seseorang akan menentukan apakah ia akan meneruskan perilaku merokoknya atau

tidak. Selain ditentukan oleh rasa solidaritas dalam suatu kelompok, tahap ini juga

ditentukan oleh bagaimana pandangan individu terhadap rokok dan efek yang

didapatkan dari tindakan merokoknya. Bila seseorang merasa tidak mendapatkan

keuntungan dari merokok, maka individu tersebut tidak akan melanjutkan tindakan

merokoknya. Sedangkan bila seseorang merasa mendapatkan keuntungan dari

merokok, maka individu tersebut memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk

melanjutkan tindakan merokoknya.Salah satu keuntungan dari merokok adalah

merasa dapat memiliki banyak teman dan merasa diterima di kelompoknya. Bagi

remaja dengan rasa solidaritas yang tinggi, hal ini dapat menjadi suatu alasan

mengapa ia mempertahankan tindakan merokoknya ketika teman-temannya pun

mempertahankan tindakan merokoknya (Laventhal & Cleary, 1980; Sari, 2003;

Davidson, 2006; Cahyo; 2012).

6.4 Keterbatasan Penelitian

67Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu

1. Sangat sedikitnya penelitian yang membandingkan antara jurusan IPA dan

IPS terutama membandingkan perilaku merokok antara siswa jurusan IPA

dan IPS sehingga pembahasan untuk memperkuat hasil penelitian menjadi

kurang maksimal.

2. Kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan telah di uji validitas dan

reliabilitasnya. Namun tidak mengurangi bias yang mungkin muncul pada

hasil penelitian.

BAB 7
PENUTUP

68Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapatkan kesimpulan:

1. 9,8% siswa IPA di SMA Adabiah merupakan seorang perokok.

2. 25,5% siswa IPS di SMA Adabiah merupakan seorang perokok.

3. Terdapat perbedaan perilaku merokok antara siswa jurusan IPA dan jurusan

IPS di SMA Adabiah Kota Padang.

7.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan siswa SMA

Adabiah Kota Padang terkait rokok.

69Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai