Anda di halaman 1dari 39

Bruly Hartono Budiyono

Vanisa Indah Permanawati


Ghaisani Nur Shabrina

Pembimbing : DR.Hj. Chatidjah S.W dr,SpKj-k

BAGIAN PSIKIATRI
RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI
CIMAHI
2017
 Nama : Ny. MR
 No rekam medik : 560095
 Tempat, tanggal lahir : Bandung, 30/09/1957
 Alamat : Jl. Binong Utara RT 04/10
Bandung
 Status perkawinan : Janda
 Pendidikan terakhir : SMP
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Masuk tanggal : 27 September 2018
 Penanggung Jawab Pasien
› Nama : Ny. I
› Hubungan : Adik Kandung
› Alamat : Jl. Binong Utara RT
04/10 Bandung
 Keterangan didapat dari
› Nama : Ny. I
› Hubungan : Adik Kandung
› Sifat perkenalan : Akrab
› Kebenaran anamnesa : Dapat dipercaya
› Lama perkenalan : 56 Tahun
 KELUHAN UTAMA
Mengamuk dan bicara melantur.
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien dibawa ke rumah sakit Dustira dengan keluhan mengamuk
dan bicara melantur. Keluhan dirasakan semakin memberat sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan timbul setelah pasien
dinasehati oleh saudaranya. Dalam 4 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien mengamuk, berbicara melantur, membanting-banting
barang keluar rumah, serta berteriak-teriak mengganggu
lingkungan sekitar rumah pasien.
Pasien kerap mendadak rajin solat, berdandan serta memutar
musik keras-keras terutama pada malam hari. Setelah itu, pada
pagi harinya pasien menjadi murung dan berdiam diri.
Pasien mengaku bahwa menantunya merupakan anggota DPR,
memiliki mobil mewah dan sering jalan-jalan ke luar negeri. Pasien
mengaku sering tampil di televisi untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan kuis. Pasien merasa memiliki kekuatan sehingga pasien
dapat membaca masa depan orang lain dan sering ada kontak
batin dengan Presiden Jokowi, selain itu pasien mengaku memiliki
sabuk ajaib peninggalan eyangnya sehingga dengan sabuk
tersebut pasien merasa badannya menjadi lebih sehat. Pasien
mengaku bahwa di dalam dadanya terdapat Al-Quran kecil yang
tidak dapat dikeluarkan.
Pasien memiliki gangguan jiwa sejak sekitar 20 tahun yang lalu dan
sering berobat ke RS Dustira, namun sejak 10 tahun terakhir ini
pasien tidak pernah kontrol. Keluhan awalnya timbul setelah pasien
ditinggal suami dan anak-anaknya hingga kini pasien tinggal
sendiri.
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Menurut penjelasan Ny. SR, pasien mengalami perubahan sikap
sejak 20 tahun yang lalu. Awal mula timbul pada saat suami pasien
sering berselingkuh dengan perempuan lain sehingga pasien
bercerai dengan suaminya. Setelah anak-anaknya menikah, pasien
ditinggalkan oleh anak-anaknya dan kini pasien tinggal sendiri.
Pasien tidak begitu dekat dengan keluarganya.
 RIWAYAT HIDUP PASIEN
Ny. MR merupakan tamatan SMP, setelah lulus SMP pasien menikah
pada tahun 1972 dan bercerai pada tahun 1985. Pasien
merupakan ibu rumah tangga. Sebelum menikah pasien tinggal
dengan orangtua dan saudara kandung pasien. Ayah pasien
merupakan pensiunan pindad dan ibu pasien merupakan ibu
rumah tangga.
Pasien diasuh oleh ibunya sejak lahir. Setelah menikah pasien
tinggal dengan keluarga intinya, namun setelah bercerai dan anak-
anak pasien menikah pasien tinggal sendiri. Pasien merupakan
orang yang mudah marah dan tidak terlalu dekat dengan
keluarganya. Pasien merupakan orang yang mudah bersosialisasi di
luar rumah. Pasien tidak pernah berurusan dengan polisi maupun
pengadilan.
 RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak ke 7 dari 9 bersaudara. Semasa kecil
sampai dengan sebelum menikah pasien tinggal dengan
kedua orangtua dan saudara-saudara kandungnya, namun
semenjak menikah dan memiliki anak pasien tinggal dengan
suami dan kedua anaknya. Saat ini pasien sudah bercerai
dengan suaminya dan kedua anaknya sudah menikah dan
tidak tinggal satu rumah dengan pasien. Di keluarga pasien
tidak ada kerabat yang memiliki keluhan serupa pasien
ataupun riwayat gangguan jiwa lainnya. Ayah pasien
merupakan pensiunan PINDAD dan ibu pasien adalah ibu
rumah tangga. Ayah pasien meninggal tahun 1998 dan ibu
pasien meninggal tahun 2004. Saudara kandung pasien
telah meninggal sebanyak 7 orang.
 RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien tidak bekerja semenjak lulus SMP pasien langsung menikah
dan tidak bekerja.

 RIWAYAT PERKAWINAN
Pasien menikah 1 kali tahun 1972 dan memiliki 2 orang anak. Pasien
bercerai pada tahun 1985 dan tidak menikah lagi sampai saat ini.

 KEPRIBADIAN SEBELUM SAKIT


Pasien merupakan orang yang ceria, mudah bersosialisasi, namun
pasien juga merupakan orang yang mudah marah dan sering
melontarkan kata-kata kasar jika sedang marah.

 Kegiatan Intelektual dan Keagamaan


Pasien merupakan orang yang rajin beribadah dan sering
membaca Al-Quran.
 Kehidupan fantasi
Pasien selalu berangan-angan ingin menjadi yang terbaik untuk
anak-anak, cucu, dan menantunya.

 Kehidupan Psikoseksual
Tidak ada kelainan.

 Kehidupan Emosional
Pasien merupakan pribadi yang mudah tersinggung dan mudah
marah. Pasien sering melontarkan kata-kata kasar jika sedang
marah.

 Kehidupan sosial
Hubungan sosial pasien kurang baik dengan anggota keluarganya
maupun lingkungan sekitarnya karena pasien mudah marah dan
sering meresahkan.

 Kebiasaan dan Kesenangan


Pasien memiliki kebiasaan merokok setengah bungkus per hari.
Pasien memiliki kesenangan berdandan dan mendengarkan lagu.
 Keluhan Utama:
Mengamuk dan bicara melantur.

 Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien dibawa ke rumah sakit Dustira dengan keluhan mengamuk dan
bicara melantur karena merasa tersinggung oleh anaknya yang
pertama. Pasien mengaku anaknya mengatakan bahwa tidak dapat
sering menengok ibu karena istrinya menjadi anggota dewan dan
sibuk mengurusi Jokowi. Pasien merasa tidak pernah diperhatikan untuk
keuangan padahal pasien merasa anaknya sangat mapan dengan
sering pergi ke luar negeri dan memiliki mobil mewah.
Selain tersinggung oleh anaknya, pasien juga merasa tersinggung oleh
saudaranya yang menasihati pasien untuk tidak mengajar anak-anak
mengaji di mesjid sementara pasien merasa anak-anak yang dia
bimbing menjadi nyaman dan senang dibimbing oleh pasien. Oleh
karena itu, pasien merasa kesal lalu mengamuk.
Pasien memiliki sabuk ajaib yang didapatkan dari eyangnya, pasien
selalu memakai sabuk tersebut setiap hari karena sabuk ajaib tersebut
menjadikan pasien terasa lebih sehat. Selain itu juga pasien memiliki
indra keenam sehingga dapat mengetahui masa depan orang lain.
Pasien merasa ada al-qur’an di dalam hatinya serta merasa ada orang
yang masuk ke dalam badannya sehingga pasien merasa sehat
meskipun suka merokok dan minum kopi setiap hari. Pasien sering
mendengar suara orang seperti sedang mencium, padahal pasien
merasa bahwa tidak ada orangnya.
 Gangguan Orientasi
Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, orang lain, dan diri sendiri
dalam keadaan baik.

 Gangguan Persepsi
Pasien mengalami halusinasi auditorik berupa suara seperti orang
sedang mencium.
 Gangguan Ingatan
Kemampuan pasien dalam mengingat dalam keadaan baik.

 Gangguan Pikiran
Pikiran pasien ada yang tidak wajar, yaitu pasien meyakini bahwa
memiliki sabuk ajaib. Pasien juga meyakini dapat mengetahui bahwa
dirinya bisa meramal masa depan. Selain itu pasien merasa ada orang
yang masuk ke dalam tubuhnya sehingga pasien merasa selalu sehat
meskipun suka merokok dan minum kopi serta merasa jika di dalam
hatinya ada al-quran yang berukuran kecil.
Kemampuan abstraksi pasien dalam keadaan baik, ketika ditanya
apabila melihat ada yang mencuri, pasien menjawab akan melapor
terhadap polisi.
 Gangguan Emosi
Perkembangan emosi pasien menjadi irritable. Menjadi mudah marah
dan tersinggung apabila kehendaknya tidak dituruti oleh orang lain.

 Perubahan Tingkah Laku


Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa, pasien pribadi yang terbuka,
senang bersosialisi, selalu ceria namun apabila terseinggung pasien
marah-marah seketika sampai hilang amarahnya. Lalu setelah pasien
mengalami gangguan jiwa pasien menjadi suka marah-marah, bicara
melantur, menyanyi sendiri dan menari-nari.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pertama kali mengalami gangguan jiwa sekitar 20 tahun yang lalu
dan sering berobat ke RS Dustira namun 10 tahun terakhir ini pasien tidak
pernah kontrol.
 Riwayat Hidup
Pasien lahir secara normal. Pasien merupakan anak yang diinginkan.
Pasien disayangi oleh kedua orang tuanya. Ketika bayi pasien dalam
keadaan sehat dan normal. Masa kecil pasien senang bercerita.
Hubungan pasien dengan orang tua dalam keadaan baik dan cara
orang tua mendidik pasien. Pada saat pasien remaja, pasien merupakan
anak yang periang, mudah bersosialisasi dan sering membantu kedua
orang tuanya.
 Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah dan bercerai.

 Kepribadian Sebelum Sakit


Sebelum mengalami gangguan jiwa pasien periang, senang bergaul
dan senang mengikuti berbagai acara seperti pengajian.

 Kehidupan Fantasi
Pasien mengaku bahwa ingin memberikan yang terbaik untuk anak,
cucu, serta menantunya.

 Kehidupan Psikososial
Pasien bukan merupakan orang yang kurang bergaul.

 Hubungan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dalam keadaan baik. Pasien
memiliki musuh dengan tetangga dekat rumahnya karena apabila
mendengarkan musik dengan suara yang keras dan meskipun sudah
ditegur tidak pernah dihiraukan oleh pasien.

 Kebiasaan dan Kesenangan


Pasien senang merias wajah dan melakukan aktivitas seni seperti
menyanyi dan menari.
 Keadaan Umum
› Kesan sakit : Tidak tampak sakit
› Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda Vital:
› TD : 120/80 mmHg
› Nadi : 84 x/menit
› Respirasi : 20 x/menit
› Suhu : 36,5 ⁰C
› Keadaan Gizi : Baik
› Bentuk Tubuh : Normal
 Penampilan : Dekorum : kurang baik
Roman muka: bahagia
Kontak : ada
Rapport : adekuat
 Cara bicara : logore
 Tingkah laku : Hiperaktif
 Ekspresi emosi : Mood : labil, irritable
Afek : luas
 Pikiran dan persepsi
› Isi pikiran : waham kebesaran (+), waham
somatik (+)
› Bentuk : Autistik
› Jalan : Asosiasi longgar
› Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
 Fungsi kognisi
› Kesadaran : compos mentis
› Orientasi : baik (tempat, waktu,
diri sendiri, orang lain)
› Konsentrasi : baik
› Memori : baik
› Kalkulasi : baik
› Intelegensia : sesuai dengan usia
dan tingkat
pendidikan
› Penilaian abstrak : baik
› Tilikan/wawasan (insight of illness): derajat 5
 Premorbid
Pasien berasal dari keluarga yang tidak begitu harmonis.
Pasien sudah bercerai dengan suaminya sejak anak
pertamanya di bangku SMP karena suaminya sering
berselingkuh. Semenjak anak-anaknya menikah, pasien
tinggal sendiri di rumah warisan dari orang tuanya
Karena pasien tinggal sendiri sehingga pasien suka
mendengarkan musik yang keras tanpa mempedulikan
tetangganya meskipun sudah ditegur.
 Durante morbid
Mental mekanisme yang digunakan sudah tidak efektif lagi
sehingga pasien tidak dapat mempertahankan integritas
egonya sehingga menyebabkan marah-marah, halusinasi
(halusinasi dengar), dan waham kebesaran serta waham
somatik.
 Status present
Kesadaran pasien baik ketika diperiksa, pasien memiliki waham
kebesaran dan waham somatik, pasien juga memiliki halusinasi
auditorik. Ingatan pasien masih baik, kecerdasan pasien dalam
batas normal. Pasien mulai tenang dan mengalami perbaikan.
 Daftar Masalah
› Biologi :-
› Psikologi : logore, mood hipertimia, waham kebesaran, waham
somatik, halusinasi auditori (+), hiperaktif, autistik, asosiasi
longgar.
› Sosial : Hubungan pasien dengan suami tidak baik. Hubungan
pasien dengan anak pertamanya kurang baik serta
terdapat masalah dengan saudara dan tetangganya.

 Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
 Pemeriksaan Psikologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
 Pemeriksaan EEG
Tidak dilakukan pemeriksa
 Aksis I
› Gangguan klinik : Skizoafektif Episode Tipe Manik
› Diagnosis banding : - Skizofrenia Paranoid
- Gangguan Afektif Bipolar
 Aksis II
› Gangguan kepribadian : tidak ada
› Retardasi mental : tidak ada
 Aksis III
› Kondisi medik umum :Tidak Ada
 Aksis IV
› Masalah keluarga dan perkawinan
 Aksis V
› GAF Scale: 50-41
 Diagnosis Kerja
Skizoafektif Episode Tipe Manik

 Diagnosis Banding
1. Skizofrenia Paranoid
2. Gangguan Afektif Bipolar
1. Somato terapi:
a. Medikasi psikotropika: Antipsikotik
(Risperidone 1 x 1 mg/hari)
b. Terapi medikamentosa lain :
Antidepresan (fluoxetine 1 x 10 mg/hari)
c. Terapi somatik lain (ECT) : tidak dilakukan
2. Psiko terapi : Terapi suportif individu:
Psikoterapi suportif
3. Sosio Terapi : Edukasi keluarga
4. Terapi lain (yang dianggap perlu) : Rawat inap
dan minum obat secara teratur

 QAV : ad bonam
 QAF : dubia ad malam
 Sindroma yang ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi,
afek yang tidak wajar (inappropriate)
atau tumpul (blunted). Kesadaran yang
jernih (clear consciousness) dan
kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.
1. Skizofrenia tipe Hebefrenik
2. Skizofrenia tipe Katatonik
3. Skizofrenia tipe Paranoid
4. Skizofrenia tipe Residual
5. Skizofrenia tipe Tak Tergolongkan
 Studi Epidemiologi menyebutkan bahwa
perkiraan angka prevalensi skizofrenia di
Indonesia adalah 0,3-1 persen dan
biasanya timbul pada usia sekitar 18-45
tahun, namun ada juga yang baru
berusia 11-12 tahun sudah menderita
skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia
sekitar 200 jiwa, maka diperkirakan
sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia.
 Faktor genetic
 Faktor biologic
 Faktor psikososial
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia,
pasien harus memenuhi criteria DSM-1V atau
ICD X. Berdasarkan DSM-1V
A. Dua atau lebih dari gejala
• Waham
• Halusinasi
• Bicara kacau (misalnya sering
menyimpang atau inkoheren)
• Prilaku kacau atau katatonik yang nyata
• Gejala negatif yaitu pendataran afek,
alogia, avolisi
B. Penurunan fungsi yang cukup bermakna
yaitu dalam bidang pekerjaan, hubungan
interpersonal, dan fungsi kehidupan
pribadi.
C. Berlangsung paling sedikit enam bulan
D. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai
dengan skizoafektif, gangguan mood
mayor, autisme, atau gangguan organik.
E. Penyingkiran kondisi medis umum/zat
F. Hubungan dengan gangguan
perkembangan perpasif
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas
(dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu
kurang tajam atau kurang jelas)
A. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras)
dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda, atau
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang
asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion)
atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (Withdrawal) dan
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.
B. Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatantertentu dari luar atau
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan
khusus).
Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

Halusional Auditorik ;
– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku
pasien
– Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara atau
– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
C. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
D. Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus
selalu ada secara jelas:
E. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja ,
apabila disertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
F. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau
pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
G. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing)
atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor.
H. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang
jarang dan respons emosional yang menumpul
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neureptika.
 Skizofrenia Hebrefrenik adalah perilaku
yang khas, regresi, primitive, afek tidak
sesuai dengan karakteristik umumnya,
wajah dungu, tertawa aneh-aneh,
menangis dan menarik diri secara
ekstrim. Skizofrenia Hebefrenik adalah
Percakapan dan perilaku yang kacau,
serta afek yang datar atau tidak tepat,
gangguan asosiasi juga banyak terjadi.
Pedoman diagnostik
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin
ada tetapi jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.
Pedoman diagnostik :
(1) Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia
(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.’
(3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skiszofrenia

Skizofrenia Residual
Pedoman diagnostik:
Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi semua:
a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik,
aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif,
kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk,
seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri,
dan kinerja sosial yang buruk.
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal)
dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya, depresi
kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
Pedoman diagnostik
 Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan
karena tergantung pada pemantapan perkembangan
yang berjalan berlahan dan progresif dari: (1) gejala
negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa
didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi
lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan
perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat
yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan
hidup, dan penarikan diri secara sosial.
 Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya
dibanding dengan sub type skisofrenia lainnya.
1. Perawatan Rumah Sakit
Perawatan rumah sakit memiliki beberapa tujuan, yaitu
menegakkan diagnostic, menstabilkan pengobatan,
demi keamanan diri pasien dan orang lain (yang
mungkin terancam karena perilaku penderita yang
kacau dan tidak sesuai), juga dikarenakan pasien yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya sendiri. Pada saat perawatan di rumah sakit
ini orang tua atau orang yang merawat turut dilibatkan
dalam program rehabilitasi, dengan tetap
memperhitungkn tingkat keparahan pasien.
2. Pendekatan Biologis
Secara umum obat-obatan antipsikotik dapat
dikelompokkan dalam 2 golongan besar, yaitu:
1. Kelompok yang tradisional/klasik/tipikal yaitu
Dopamine Receptor Antagonis (DRA). DRA dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu high potency
(misalnya CPZ) dan low potency ( misalnya
Haloperidol)
2. Kelompok yang non-tradisional/atipikal yaitu
Serotonin Dopamine Antogonis (SDA)
Pendekatan Psikososial
 Dalam melakukan intervensi psikososial perlu untuk
mementukan dan kerugian yang akan diperoleh dari
suatu pendekatan. Termasuk dalam pendekatan
psikososial ini adalah terapi individu, terapi
kelompok, terapi keluarga, bentuk-bentuk
rehabilitasi vokasional,dll.

Anda mungkin juga menyukai