PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) tahun 2008 menyatakan bahwa terdapat lebih
dari lima juta orang meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh rokok. Ini
berarti setiap satu menit tidak kurang dari sembilan orang meninggal akibat racun
pada rokok atau dalam setiap tujuh detik telah terjadi satu kasus kematiana kibat
rokok. Jika tidak ada pencegahan yang serius dalam menghambat peningkatan
pemakaian rokok, maka setidaknya delapan juta orang akan meninggal akibat
Saat ini perilaku merokok dapat kita lihat setiap hari di segala tempat seperti
di jalanan, tempat keramaian, bus kota, rumah sakit, sekolah dan lain sebagainya.
Hampir semua orang mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan dari merokok,
tetapi perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku
Rokok telah menjadi faktor risiko utama penyebab kematian di dunia yang
mengancam miliyaran pria, wanita, dan anak-anak dalam abad ini. Sekitar 80%
Indonesia, terdapat sekitar 225.000 perokok yang meninggal setiap tahunnya (The
dampak negatif bagi orang yang berada di sekeliling perokok. Resiko yang akan
ditanggung perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif, selain karena
pembakaran rokok yang dilepas ke lingkungan 4-6 kali lebih banyak mengandung
zat berbahaya dibanding hasil pembakaran yang dihirup oleh perokok itu sendiri
(Susanna, 2003).
di dunia (4,8%) setelah Cina (30%) dan India (11,2%) pada tahun 2008, serta
menduduki posisi peringkat ke-4 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah
Cina, Rusia, dan Amerika pada tahun 2012 (Tobacco Control Support Center,
67% laki-laki yang merokok (The Campaign for Tobacco-Free Kids, 2014).
12,6% pada tahun 2006 menjadi 20,3% pada tahun 2009 (Tobacco Control
Support Center, 2012). Sebuah studi pun mengatakan bahwa kebanyakan perokok
mulai merokok antara umur 11 sampai 13 tahun, dan 85% sampai 95% perokok
terjadi pada usia 15-19 tahun (usia SMP/SMA) serta terjadi peningkatan
prevalensi mulai merokok pada usia 5-14 tahun dari 9,6% pada 1995 menjadi
19,2% pada 2010 (Tobacco Control Support Center, 2012). Data RISKESDAS
pemula (yaitu 5-9 tahun) meningkat 400% dari 0,4% di tahun 2001 menjadi 1,7 %
74,4% perokok laki-laki di Provinsi Sumatera Barat yang sudah mulai merokok
sejak usia 15 tahun. Prevalensi ini lebih tinggi dari pada rata-rata nasional yakni
sebesar 65,9%. Selain itu, laporan nasional Riskesdas Provinsi Sumatera Barat
tahun 2007 menyatakan ada lebih dari separuh penduduk laki-laki usia 10 tahun
keatas merupakan perokok. Persentase tertinggi usia pertama kali merokok pada
laki-laki terdapat pada kelompok usia 15-19 tahun yaitu sebesar 45%, dan pada
remaja laki-laki yang merokok di Kota Padang cukup tinggi, misalnya seperti
Padang pada tahun 2005. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh 53,3%
lain yang dilakukandi SMAN 10 Kota Padang pada tahun 2006 didapatkan bahwa
terdapat lebih dari separuh siswa laki-laki di SMA tersebut yang merokok (Afrida,
2006). Begitu juga dengan hasil penelitian di SMAN 14 Kota Padang pada tahun
2008, diperoleh 68,7% siswa laki-laki dari SMA tersebut yang merokok (Akmal,
2008).
mampu mengetahui dan memahami tentang bahaya yang dapat diakibatkan dari
mereka yang berpengetahuan kurang. Hal ini didukung dengan sebuah penelitian
Tinggi. Pada tingkat SMA, terdapat pembagian jurusan yang bertujuan untuk
tersebut secara umum terbagi menjadi kelas IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
dengan mata pelajaran Ekonomi, Geografi, serta Sosiologi, dan kelas IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam) dengan mata pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika yang lebih
pada pelajaran Biologi akan sedikit disinggung tentang tubuh manusia dan pada
menjadi dasar agar siswa SMA tersebut tidak merokok (Peraturan Pemerintah
aktifitas merokok yang dilakukan oleh para remaja di Malaysia (Lim, 2010).
penelitian. Hal ini menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti tentang perbedaan
perilaku merokok antara kelompok siswa jurusan IPA dan IPS di SMA Adabiah
Kota Padang.
1. Berapa proporsi siswa jurusan IPA yang merokok di SMA Adabiah Kota
Padang?
2. Berapa proporsi siswa jurusan IPS yang merokok di SMA Adabiah Kota
Padang?
Untuk mengetahui perbedaan perilaku merokok antara siswa IPA dan IPS di
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Institusi
Sebagai sumber informasi bagi Dinas Pendidikan Kota Padang dan Dinas
kelompok siswa jurusan IPA dan IPS sehingga dapat melakukan tindakan
penyuluhan yang tepat agar tidak semakin banyak remaja yang merokok.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak SMA Adabiah Kota
dengan IPS.
penelitian ini.
2.1 Rokok
Rokok adalah produk tembakau berbentuk silinder dari kertas dengan panjang
sekitar 120 milimeter dengan diameter sekitar 10 milimeter yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan
dibiarkan membara agar asapnya dapat dihisap atau dihirup lewat mulut pada
merokok, misalnya kanker paru-paru, impotensi, atau serangan jantung. Selain itu
sekarang bungkus rokok juga disertai gambar tentang efek kesehatan yang dapat
Terdapat lebih dari 7000 komponen kimia yang terkandung didalam asap rokok
dan lebih dari 63 jenis bahan tersebut bersifat karsinogenik. Beberapa zat yang
terkandung dalam rokok adalah nikotin, tar, karbon monoksida, dan eugenol
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003; Center for Disease Control and
Prevention, 2013).
2.1.2.1 Nikotin
merupakan zat utama dari rokok (Surtiretna, 2013). Nikotin dapat meningkatkan
ketika merasa ada tekanan yang lebih berat. Hal ini menyebabkan nikotin menjadi
senyawa yang sangat adiktif bahkan sama adiktifnya dengan heroin dan kokain.
Seiring dengan berjalannya waktu maka tubuh akan semakin bergantung secara
fisik dan psikologis terhadap nikotin sehingga dapat menyebabkan perokok terus
2.1.2.2 Tar
Tar adalah kondensat asap yang merupakan total residu dihasilkan saat rokok
dibakar setelah dikurangi nikotin dan air (Peraturan Pemerintah Nomor 109,
2012). Tar dapat mengendap di dalam paru-paru setelah asap rokok yang dihisap
mendingin. Hal ini dapat mengurangi elastisitas paru sehingga kadar oksigen yang
paru, tar juga memiliki sifat karsinogenik yang dapat semakin membahayakan
kadar oksigen yang beredar didalam sirkulasi sehingga memaksa jantung bekerja
lebih keras untuk menyediakan suplai oksigen bagi jaringan tubuh yang lain
senyawa eugenol yang mempunyai efek psikotropik dan bersinergi dengan nikotin
benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang. Oleh karena itu,
sangat penting dicantumkan juga kadar dan kandungan rokok dalam setiap
diwajibkan untuk ditampilkan dalam bungkus rokok adalah kadar tar dan nikotin,
sehingga konsumen tidak dapat mengetahui zat apa saja (selain tar dan nikotin)
dapat memberikan perasaan hargat pada tubuh. Perasaan yang dominan timbul
setelah merokok di antaranya adalah perasaan puas 28,67%, nikmat 22%, biasa
saja 10%, masalah hilang 9,67%, tenang 5,67%, fly 5,33%, nyaman 4%, stress
berkurang 2,67%, enak 2,67%, perasaan fress 1,33%, santai 1,33%, dan percaya
Dampak negatif rokok adalah kerugian yang diakibatkan oleh rokok baik yang
diketahui maupun yang dirasakan sendiri oleh perokok. Sebagian besar perokok
mengungkapkan bahwa dampak negatif dari rokok antara lain nafas menjadi
pendek, sesak nafas, merusak paru-paru dan jantung, serta kerugian secara materi
merokok untuk mengurangi stress, sehingga bila semakin seorang perokok merasa
stress maka akan semakin banyak rokok yang di konsumsinya. Hal ini sebanding
mental berat memiliki peluang dua sampai tiga kali lipat untuk mendapatkan
dikonsumsinya (Ratschen, 2011). Rokok juga merupakan satu dari tiga faktor
penyebab kematian akibat penyakit tidak menular tertinggi di dunia (Pusat Data
gangguan pertumbuhan janin (fisik dan IQ), kejang pada kehamilan, gangguan
Data dari Tobacco Control Support Center (2012), penyakit paru obstruktif
tembakau menurut jenis kelamin pada tahun 2010, diikuti oleh penyakit jantung
koroner, penyakit stroke dan tumor paru, bronchus dan trachea dengan total kasus
Tabel 2.1 Jumlah kasus berdasarkan jenis penyakit terkait tembakau dan jenis kelamin di
Indonesia tahun 2010 (Tobacco Control Support Center, 2012)
Jumlah Kasus Laki-laki Wanita
Penyakit
(ribu) (ribu) (ribu)
Bayi Berat Lahir Rendah 47.546 23.317 24.229
Tumor Mulut dan Tenggorokan 10.73 6.14 4.59
Tumor Oesofagus 0.46 0.27 0.19
Tumor Lambung 7.2 1.12 6.08
Tumor Hati 1.87 1.14 0.72
Tumor Paru, Bronchus, dan Trakea 19.81 14.6 5.21
Tumor Mulut Rahim 7.84 0 7.84
Tumor Ovarium 0.71 0 0.71
Tumor Kandung Kemih 0.67 0.52 0.15
Penyakit Jantung Koroner 53.74 31.28 22.46
Penyakit Stroke 47.6 24.6 23
Penyakit Paru Obstruktif Kronik 183.68 134.18 49.5
Total 384.058 237.167 146.881
Efek dari rokok tidak hanya dirasakan pada perokok aktif, tetapi juga dapat
dirasakan oleh perokok pasif. Perokok pasif adalah seseorang yang ikut
menghirup asap rokok atau hasil pembakaran rokok yang dihasilkan oleh rokok
orang lain disekitarnya, namun perokok pasif memiliki risiko yang lebih tinggi
dibandingkan perokok aktif karena daya tahan tubuh terhadap zat-zat yang
berbahaya dari rokok lebih rendah. Bagi ibu hamil, rokok dapat menyebabkan
meningkatnya angka kejadian kelahiran bayi prematur, berat bayi lahir rendah
2014).
Kematian karena tembakau rata-rata terjadi pada 15 tahun lebih muda sebelum
usia harapan hidup tercapai, yaitu 71-72 tahun. Tahun 2010 diperkirakan terdapat
merugikan perokok, dan merugikan kuangan perokok, keuangan Negara juga ikut
dirugikan. Total biaya pelayanan rawat inap penyakit terkait dengan tembakau
pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,85 triliun rupiah dan total biaya
pelayanan rawat jalan mencapai 0,26 triliun rupiah (Tobacco Control Support
Center, 2012).
dilakukan atau dialami seseorang termasuk ide, impian, reaksi, dan menggerakkan
sesuatu. Dengan kata lain, perilaku adalah sebarang respon (reaksi, tanggapan,
pengertian yang lebih sempit, perilaku hanya mencakup reaksi yang dapat diamati
secara umum atau objektif (Chaplin, 2005). Hampir sama dengan definisi
yang dapat dideteksi. Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh
faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal
(Athinson, 1999).
umumnya melalui serangkaian tahapan yang ditandai oleh frekuensi dan intensitas
merokok yang berbeda pada setiap tahapnya, serta seringkali puncaknya adalah
1. Tahap Prepatory
dengan cara mendengar, melihat atau hasil dari bacaan. Hal-hal ini
2. Tahap initiation
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri
menyenangkan.
Perilaku adalah semua hal yang dilakukan individu yang melibatkan aspek
kognitif, afektif dan motorik, yang bisa sehingga bisa dipelajari. Hal tersebut
2.2.1.1 Pengetahuan
(Notoatmojo, 2005).
informasi tentang rokok yaitu definisi rokok dan perokok, cara merokok,
2.2.1.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang tidak dapat dilihat namun
dapat ditafsirkan dan merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri
pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. Sikap tidak sama dengan perilaku
dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang, namun sikap dapat
2009). Sikap mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, situasi, benda, dan
sebagainya) dan mengandung penilaian berupa setuju atau tidak setuju serta suka
atau tidak suka. Misalnya sikap terhadap rokok yang mengandung penilaian setuju
atau tidak setuju terhadap rokok maupun suka atau tidak suka terhadap rokok
(Sarwono, 1997).
netral, tidak setuju, atau sangat tidak setuju. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat
2.2.1.3 Tindakan
Notoadmodjo, 2005).
aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok yang terbentuk melalui berbagai
tahap dan dapat diukur melalui pengetahuan, sikap, dan tindakan individu
terhadap rokok.
kesehatan global dengan menjadi salah satu dari lima negara yang mengkonsumsi
peringkat ketigauntuk jumlah perokok terbesar dari jumlah perokok dunia (4.8%)
setelah Cina (30%) dan India (11.2%) (Gambar 2.1). Data tahun 2009 dalam buku
'Tobacco Atlas' tahun 2012 pun menyatakan bahwa Indonesia adalah negara
keempat dengan jumlah batang rokok yang dikonsumsi terbesar di dunia setelah
China, Rusia, dan Amerika (Tobacco Control Support Center, 2012) (Gambar
2.2).
Gambar 2.2 Peringkat lima Negara dengan konsumsi rokok terbesar (miliar batang) tahun 2009
(Tobacco Control Support Center, 2012)
tertinggi selalu berada pada usia 15-19 tahun atau pada usia sekolah (SMP/SMA)
Tabel 2.2 Prevalensi perokok umur ≥ 15 tahun berdasarkan umur mulai merokok di Indonesia
tahun 1995, 2001, 2004, 2007, dan 2010 (Tobacco Control Support Center, 2012).
umumnya subyek penelitian sudah mengenal rokok sejak bangku SMP, bahkan
ada yang sudah mulai sejak kelas 2 SD. Siswa yang mulai merokok pada umur 12
tahun atau lebih muda lebih cenderung menjadi perokok berat dan merokok secara
teratur daripada siswa yang mulai merokok pada usia yang lebih tua. Semakin
awal umur seseorang untuk merokok maka semakin banyak rokok yang
tergantung pada zat umumnya melalui suatu proses. Pertama, orang yang
berlebihan dalam waktu lama, orang yang bersangkutan akan terikat oleh proses-
dianggap lebih jantan, lebih dewasa, lebih berani, lebih disegani, ingin diterima di
kelompoknya, atau pengaruh panutannya, misal orang tua atau kakaknya yang
Selatan, terdapat 82,2% responden yang memiliki anggota keluarga yang merokok
remaja yang terjebak untuk merokok dan akhirnya menjadi ketagihan lalu menjadi
Remaja merasa dapat mengatur diri sendiri, yang ditunjukkan dengan berusaha
untuk menjadi seseorang yang dapat diandalkan dan tergantung pada diri sendiri
pengadopsian perilaku antar teman tersebut. Bagi remaja, hubungan teman sebaya
merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. Pada sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Condry (dalam Cahyo, 2012) selama satu minggu, remaja
muda laki-laki dan perempuan menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak dengan
Seseorang akan merokok dan terus merokok jika memiliki teman-teman yang
merokok dan sering bersosialisasi dengan temannya yang merokok tersebut. Hasil
merokok. Hal ini terjadi karena berkumpul dengan teman sebaya merupakan
kebiasaan dan telah menjadi gaya hidup bagi remaja sehingga remaja ingin ikut
Selain pengaruh dari teman, kebiasaan merokok juga dipengaruhi pula oleh
iklan, uang saku, serta peran serta pihak sekolah. Staff pengajar di sekolah yang
merokok pun secara tidak langsung menjadi role model sehingga para siswa ikut
strategi yang tunggal. Strategi pengembangan ini meliputi beberapa hal, yaitu
dimana promosi, iklan dan sponsor kegiatan anak muda oleh perusahaan rokok
dalam rangka pembatasan promosi rokok melalui media televisi seperti pada UU
No. 24 Tahun 2007, UU No. 40 Tahun 1999 dan PP No. 19 Tahun 2003, akan
tetapi hal tersebut tidak menghalangi produsen rokok untuk membuat iklan rokok
mengkonsumsinya (Cahyo, 2012). Hal ini diperkuat dengan hasil survey Global
Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2009 yang menyatakan bahwa 59% remaja
usia sekolah dapat dengan mudah membeli rokok di warung/toko tanpa ada
ternyata hal ini dijadikan peluang bisnis. Seperti yang ditemukan dalam sebuah
toko online, stiker untuk menutupi peringatan tersebut dijual dengan harga satuan
900 rupiah (Gambar 2.6). Pernyataan yang sama juga diberikan oleh Pangestu
dengan menjual stiker penutup gambar seram bungkus rokok secara online. Untuk
mendapatkan jasa pemasangan stiker ini, perokok hanya cukup membayar 1000
tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-
anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga
beban ekonomi yang ditimbulkan. Hal ini membuat World Health Organization
generasi muda untuk mulai merokok, membantu perokok aktif untuk berhenti
Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok tetapi
tidak merokok didalam ruangan dan diruang kerja, hal ini mampu menurunkan
Namun hingga saat ini masih terdapat lebih dari separuh negara di dunia yang
diberikan pelayanan:
kesehatan primer.
dan cuma-cuma.
Namun hingga saat ini kebanyakan perokok berhasil berhenti merokok akibat
motivasi dari keluarga serta teman dekatnya. Para perokok yang berhasil
(Fawzani, 2005).
kesehatan, namun kebanyakan dari mereka tidak tahu seperti apa bahayanya.
kesehatan bergambar pada bungkus rokok (Undang Undang Nomor 36, 2009).
Belasan tahun lalu, Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Kanada adalah
didapatkan akibat merokok pada bagian depan bungkus rokok. Hal ini
yang tertera pada gambar tersebut dibandingkan rasa takut yang timbul ketika
(Hammond, 2007).
tetap mencari cara lain agar tidak merasa takut ketika timbul rasa ingin
merokok. Seperti foto yang diunggah dalam salah satu media sosial 2014
silam, salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat adalah menyediakan
Gambar 2.4 Jasa pemasangan stiker penutup gambar seram rokok (Sumber:
www.twitter.com/wongserang)
merokok karena tertarik dengan iklan, promosi, dan sponsor acara yang
berbagai macam bentuk promosi produk tembakau adalah senjata yang ampuh
untuk memerangi tembakau. Sepuluh tahun sejak inisiasi larangan iklan rokok
dijalankan, konsumsi rokok di negara dengan larangan iklan rokok turun 9 kali
siaran iklan rokok hanya boleh disiarkan pada pukul 21.30 – 05.00 waktu
Dengan menaikkan cukai tembakau, harga rokok menjadi lebih mahal. Hal ini
2012).
Atas (SMA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), MTs, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMOP atau MTs
penjurusan pada SMA/MA dan bentuk lain yang sederajat berbentuk program
Program studi yang dimaksud adalah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu
masing sekolah, pembekalan yang didapat dari penjurusan tersebut pada nantinya
Menurut wali kelas IPS SMAN 112 Jakarta Barat yang sebelumnya menjabat
sebagai wali kelas IPA, siswa IPS lebih susah diatur dibandingkan dengan siswa
IPA. Ketika siswa IPS mendapati jam kosong mereka terlihat asik mengobrol atau
jalan-jalan atau berkumpul dikantin. Sedangkan siswa IPA ketika mendapati jam
semangat belajar yang tinggi. Tetapi karena adanya persaingan didalam kelas
Dengan adanya persaingan didalam kelas membuat para siswa lebih individual
dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sedangkan siswa IPS menurut beliau
tidak sesemangat siswa IPA dalam belajar. Mereka cenderung santai dalam belajar
dan suka menggampangkan sesuatu, dalam artian mereka sangat percaya diri
bahwa mereka yakin dapat melakukannya. Beliau juga menambahkan siswa IPS
memiliki sifat solidaritas yang lebih tinggi dan mudah bergaul dibandingkan siswa
Sebagian siswa IPA memiliki semangat tinggi dan motivasi untuk belajar, lebih
egosentris / individual sehingga kurang dapat bergaul, hal ini mungkin terjadi
karena siswa kurang memiliki rasa empati kepada teman. Sedangkan sebagian
siswa IPS pernah melanggar aturan dan mudah bergaul sehingga lebih banyak
memiliki teman, hal ini terjadi mungkin dikarenakan siswa IPS yang santai dan
yang terlambat masuk ke kelas yang lainnya ikut terlambat juga (Sutsilah, 2014).
Setiap program studi memiliki mata pelajaran yang menjadi ciri khas.
7 ayat 5, Progran studi IPA sekurang kurangnya terdiri atas fisika kimia dan
Aliyah, kelas IPS memiliki mata pelajaran berupa Ekomnomi, Geografi, dan
Sosiologi. Sedangkan Kelas IPA memiliki mata pelajaran berupa Biologi, Kimia,
dan Fisika yang lebih memungkinkan siswa untuk mengetahui beberapa hal
terkait kesehatan. Misalnya dengan mengaitkan keadaan udara yang tidak bersih
akibat perilaku merokok dengan fungsi dari organ-organ pernafasan seperti yang
Pemahaman tentang kesehatan seharusnya dapat menjadi dasar agar siswa SMA
yang mendapat mata pelajaran tersebut dapat lebih menghindari perilaku merokok
Faktor eksternal:
Faktor internal:
Iklan
usia
jenis kelamin Pengetahuan
keluarga terkait kesehatan
psikologis Lingkungan
empati sekolah
Teman bermain
Faktor penyebab
Perilaku
merokok
Menghilangkan Penyakit
stress kardiovaskular
PPOK
Kematian
dst
Pendidikan:
Peran pemerintah
TK
SD Pengetahuan terkait
IPA
SMP kesehatan: meningkat
SMA
Perguruan Pengetahuan terkait
IPS
Tinggi kesehatan : biasa saja
Perbedaan Jurusan
IPA dan IPS
Keterangan:
Variabel diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Antara Perbedaan Jurusan dengan Prilaku Merokok
3.2 Hipotesis
Terdapat perbedaan perilaku merokok antara siswa jurusan IPA dan IPS
METODE PENELITIAN
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas 9 SMP 06 Muaro
Subjek Penelitian adalah populasi target yang masuk dalam kriteria inklusi
a. Kriteria inklusi:
Seluruh siswa kelas 9 di SMP 06 Muaro Bodi yang hadir pada tanggal
1. Karakteristik Responden
a. Umur
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
b. Jenis kelamin
pengisian kuisioner.
2. Perilaku Merokok
a. Tindakan
2.
b. Pengetahuan
(Tabel 3.1)
11.
c. Sikap
Tabel 3.4 Skor jawaban pada kuesioner tentang sikap terhadap rokok
Jawaban Skor
Sangat tidak setuju 1
3. Faktor lain
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
responden
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan landasan teori dan terdiri dari 6 bagian. Bagian A digunakan untuk
bagian E untuk mengetahui sikap responden mengenai rokok, dan bagian F untuk
Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu
variabel pengetahuan, variabel sikap, dan variabel tindakan terhadap luka
berpotensi tetanus.
4.6.3 Penyajian Data