Anda di halaman 1dari 44

SKIZOFERNIA

PARANOID
Nova Nuriza (712020073)
Pembimbing: dr. Abdullah Shahab, Sp.KJ
Bab 1
Laporan Kasus
Identifikasi Penderita
Nama : Tn. B
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Bercerai
Suku/Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Alamat : Palembang
Datang ke RS : 13 Agustus 2022
Cara ke RS : Datang diantar oleh keluarga
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Bangau
Riwayat Psikiatri

Alloanamnesis dengan
Autoanamnesis dengan
keluarga pasien Anamnesis yang
pasien
Rabu, 24 Agustus 2022 tercantum dalam rekam
Kamis, 25 Agustus 2022
pukul 15.00 WIB medis pasien.
pukul 13.00 WIB
(via telepon)
Sebab Utama
Pasien datang ke IGD RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang diantar oleh
keluarganya karena sering mengamuk dan mencekik ibunya.

Keluhan Utama

Pasien mengatakan bahwa pasien sakit kepala (pusing).


Riwayat Perjalanan Penyakit
Autoanamnesis
Pada auto anamnesis, pasien mengatakan bahwa ia marah-marah sehingga dibawa oleh
keluarganya ke RS Dr. Ernaldi Bahar. Sebelum marah-marah dan membuat kegaduhan,
pasien mendengar bisikan berulang-ulang yang menyuruhnya untuk marah-marah. Pasien
mengatakan tidak ada suara-suara atau bisikan yang ia dengar saat ini. Pasien mengatakan
bergama islam dan kadang-kadang sholat.

Os mengaku dulu pada tahun 2015 sering berobat di RS. Jiwa yang ada di Bengkulu setiap
bulan. Os mengatakan dia tidak pernah melihat makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin
ataupun bayangan hitam.

Pasien mengaku sering merokok sejak remaja hingga sebelum masuk ke RS. Dalam 1 hari
pasien dapat merokok sebanyak 2 bungkus. Os mengatakan bahwa tidur teratur, nafsu makan
tidak terganggu serta mandi, BAK, dan BAB masih bisa dikendalikan secara mandiri.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Alloanamnesis

Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RS dr. Ernaldi Bahar pada hari Sabtu, 13 Agustus 2022
pukul 05.00 WIB. Keluarganya mengatakan os sering mengamuk sejak 1 bulan terakhir dan
os pernah mencekik ibunya ± 4 hari yang lalu karena tidak dituruti keinginannya.

Menurut keluarganya sejak tahun 2015 pasien mulai tampak perubahan perilaku tanpa sebab.
Pasien mulai sering berbicara sendiri, tertawa sendiri dan mudah tersinggung ketika
seseorang tertawa atau berbicara keras. Pasien juga lebih gampang marah ketika
keinginannya tidak dipenuhi. Ketika os marah dia akan membanting barang-barang yang ada
di rumah. Os mengalami kesulitan tidur, sering terjaga malam hari dan lebih banyak
melamun. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien sering mengaku ia adalah seorang nabi
dan pasien mendengar Os mulai berhenti bekerja sebagai buruh semenjak muncul keluhan
ini.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Alloanamnesis

Sebelumnya os pernah di rawat di RS Jiwa di Bengkulu sejak tahun 2015 dengan keluhan
yang sama. Pasien rajin kontrol dan berobat di RSJ Bengkulu, Selain melakukan pengobatan
di RSJ Bengkulu, pasien juga melakukan pengobatan kampung (dukun), namun menurut
keluarga pasien tetap tidak ada perbaikan. Menurut keluarganya, pasien masih minum obat
hingga sebelum masuk rumah sakit, namun terkadang diam-diam dimuntahkan atau
dibuangnya.

Sejak 1 bulan yang lalu Os makin sering berperilaku kasar, membanting barang di rumah dan
mudah tersinggung sehingga membuat Os mengamuk. Hingga 4 hari terakhir dia mencekik
ibunya karena tidak menuruti keinginannya yaitu meminta uang untuk membeli rokok
sehingga sejak itu pasien dikurung di kamar oleh keluarganya. Keluarga mengatakan pasien
sering merokok sejak remaja.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatrik Riwayat Kondisi Medis Umum
Sebelumnya 1. Riwayat trauma kepala tidak ada.
Pasien sudah pernah mengalami 2. Riwayat sakit jiwa sebelumnya ada.
gangguan psikiatrik dan melakukan 3. Riwayat alergi tidak ada.
pengobatan rawat jalan di RS. Jiwa 4. Riwayat asma tidak ada.
Bengkulu sejak 2015 5. Riwayat trauma tidak ada.
6. Riwayat demam tinggi tidak ada.
7. Riwayat kejang tidak ada.
Penggunaan Zat Psikoaktif 8. Riwayat hipertensi ada.
Pasien tidak memiliki riwayat dalam 9. Riwayat stroke tidak ada.
penggunaan zat-zat psikoaktif 10. Riwayat patah tulang tidak ada.
sebelumnya. 11. Riwayat diabetes mellitus tidak ada.
Timeline Perjalanan Penyakit Pasien
± 2015 ± 1 bulan SMRS ± 4 hari SMRS ± 13 Agustus 2022

● Mulai terjadi ● Os sering diam-diam ● Os mencekik ● Pasien semakin


perubahan perilaku membuang obatnya ibunya karena sering marah-
● Sering berbicara ● Os sering mengamuk keinginannya marah-marah dan
sendiri, tertawa dan membanting untuk membeli berteriak
sendiri, mudah barang yang ada di rokok tidak ● Pasien MRS
marah, mendengar rumah dituruti Ernaldi Bahar
bisikan ● Berbicara dan tertawa ● Os dikurung di
● Merasa dirinya Nabi. sendiri kamar oleh
● Dirawat di RSJ ● Pasien mendegar keluarganya
Bengkulu suara-suara bisikan
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Premorbid

1. Bayi : Lahir spontan, lahir di bidan, cukup bulan, tidak ada kelainan kongenital.
2. Anak : Pasien merupakan orang yang ramah, banyak teman, tumbuh kembang baik.
3. Remaja : Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang aktif, banyak berbicara dan
memiliki cukup banyak kawan
4. Dewasa : Menurut keluarga, pasien sudah mulai bertingkah aneh dan mudah emosi
Situasi Hidup Sekarang
Pasien sudah tidak bekerja. Pasien seorang duda dengan anak satu dan anak dan
sekarang tinggal serumah dengan ibunya. Biaya hidup ditanggung oleh
saudaranya. Kehidupan ekonomi pasien menengah kebawah.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal
Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SD

Riwayat Pekerjaan
Dari tahun 2005-2015 sebagai buruh karet dan sawit. Sekarang pasien tidak bekerja

Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali dan telah bercerai
Agama
Pasien beragama Islam.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama ibunya dan biaya hidup ditanggung oleh saudaranya. Kehidupan
ekonomi pasien menengah kebawah.

Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib sebelumnya.
Pemeriksaan Status Mental
Deskripsi Umum Mood dan Afek
1. Penampilan 1. Mood : Eutimik
Pasien berjenis kelamin laki-laki usia 35 2. Afek : Luas
tahun, tampak sesuai dengan usia. Pada
Pembicaraan
saat wawancara pasien menggunakan
1. Spontanitas : Spontan
seragam pasien berwarna hijau.
2. Kecepatan : Normal
Perawatan diri cukup bersih dan rapi.
3. Intonasi : Jelas
Kulit sawo matang.
4. Artikulasi : Jelas
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
5. Produksi suara : Baik dan lancar
Pasien dalam keadaan baik dan stabil.
3. Sikap terhadap pemeriksa Gangguan Persepsi
Kontrak dengan pemeriksa ada. Pasien 1. Halusinasi Auditorik (+) : pasien mendengar
kooperatif terhadap pemeriksa. suara bisikan yang menyuruhnya untuk
mengamuk dan marah-marah
2. Halusinasi visual (-)
Pemeriksaan Status Mental
Pikiran Kesadaran dan Kognisi
1. Proses dan bentuk pikiran : 1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Koheren 2. Orientasi
a. Kontinuitas : Kontinu a. Waktu : Baik
b. Hendaya berbahasa : Tidak ada b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
2. Isi Pikiran 3. Daya Ingat : Baik
Gangguan isi pikiran : 4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
c. Waham kebesaran : keyakinan 5. Kemampuan Membaca dan Menulis : Baik
atau kepercayaan, biasanya 6. Kemampuan Visuospasial : Baik
psikotik sifatnya, bahwa dirinya 7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri: Baik, pasien
adalah orang yang sangat kuat, bisa makan, minum dan mandi sendiri.
sangat berkuasa atau sangat besar
Pemeriksaan Status Mental
Pengendalian Impuls
Pasien cukup stabil saat proses tanya jawab dilakukan dan tidak terdapat gerakan
involunter.

Daya Nilai
1. Penilaian Realita : RTA terganggu
2. Tilikan : Derajat 4
Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
Pemeriksaan dilakukan pada hari Jumat, 26 Agustus 2022 pukul 13.00 WIB, Sabtu, 27
Agustus 2022 pukul 13.00 WIB, Senin, 29 Agustus 2022 pukul 14.00 WIB.

Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda Vital : TD: 128/73 mmHg, Nadi: 86x/menit, RR: 20x/menit, Temp:
36,6C
3. Kepala : Normochepali.
4. Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
Pemeriksaan dilakukan pada hari Jumat, 26 Agustus 2022 pukul 13.00 WIB, Sabtu, 27
Agustus 2022 pukul 13.00 WIB, Senin, 29 Agustus 2022 pukul 14.00 WIB.

Status Neurologikus
1. GCS 15
E : membuka mata spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Fungsi motorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan gejala
5. Refleks fisiologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Refleks patologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Formulasi Diagnostik
Aksis I
1. Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan, pada pasien
ditemukan adanya pola perilaku, pikiran dan perasaan yang secara klinis bermakna
menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi
kerja dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat di simpulan bahwa
pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

2. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan riwayat trauma


kepala, riwayat kejang ataupun penyakit yang menyebabkan terjadinya disfungsi
otak. Pada pasien ini, tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi serta
orientasi masih baik. Sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0).
Formulasi Diagnostik
Aksis I
3. Berdasarkan anamnesis, diketahui bahwa pasien tidak memiliki riwayat
mengkonsumsi NAPZA sehingga pasien ini bukan pasien Gangguan Mental dan
Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1).

4. Pada pasien ini, ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita yaitu berupa
waham, sehingga pasien ini menderita gangguan psikotik (F20-F29). Gangguan
persepsi pada pasien ini tidak ada. Gangguan isi pikir pada pasien ini, yaitu waham
kebesaran. Sehingga pasien ini termasuk kedalam Skizofrenia paranoid (F20.0).
Formulasi Diagnostik
Aksis II
Pada pasien ini didapatkan kecenderungan mudah emosi, kecenderungan
menyalahartikan tindakan orang lain dan merasa dirinya penting. diri sehingga pasien ini
dikategorikan sebagai ciri kepribadian paranoid.

Aksis III
Tidak ada diagnosis multiaksial aksis III.

Aksis IV
Pada pasien ini stressornya tidak jelas

Aksis V
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat dilakukan
pemeriksaan 90-81, yaitu gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian yang biasa.
Diagnostik Multiaksial
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Stressor tidak jelas
Aksis V : GAF Scale 90-81 (saat pemeriksaan)

Diagnosis Banding :
• F20.0 Skizofrenia Paranoid
• F22.0Gangguan Waham
• F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Daftar Masalah
Organobiologik
Tidak terdapat riwayat faktor genetik gangguan jiwa pada pasien,
Psikologik
Pasien mengalami waham kebesaran
Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dirumah bersama ibunya. Pasien saat ini tidak bekerja.

Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
Rencana Penatalaksanaan
A. Psikofarmaka
1. Risperidon 2x2mg

A. Psikoterapi
Pada penderita:
● Memberikan edukasi terhadap penderita untuk mampu berinteraksi dengan
baik, mampu mengendalikan emosi, memahami penyakit serta cara
pengobatannya, memahami pentingnya untuk hadir kontrol rutin setiap bulan,
mengetahui efek samping yang dapat muncul apabila melanggar kepatuhan
dan keteraturan dalam minum obat.
● Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa, senantiasa memperbanyak
ibadah mendekatkan diri kepada Tuhan dan semangat dalam menjalani hidup.
Rencana Penatalaksanaan
A. Psikoterapi
Pada keluarga:
● Memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai pentingnya kontrol
pengobatan. Sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
penderita serta membantu penderita dalam mengkonsumi obat dan kontrol
secara teratur. Keluarga di edukasi mengenai gejala-gejala kekambuhan
sehingga segera membawa pasien ke dokter apabila terdapat gejala
kekambuhan.
Bab 2
Diskusi
Diskusi
Skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Usia puncak awitan
pada pria adalah 8 sampai 25 tahun dan 25 sampai 35 tahun untuk wanita. Skizofrenia lebih sering
terjadi pada kelompok sosioekonomi lemah. Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa stres yang
dialami oleh kelompok sosio-ekonomi lemah berperan dalam timbulnya skizofrenia.

Pikiran, perasaan dan perbuatan yang palig intim/mendalam sering terasa diketahui oleh atau terbagi
rasa dengan orang lain, dan waham dapat timbul, yang menjelaskan bahwa kekuatan alami dan
supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita dengan cara-cara yang
tidak masuk akal atau bizarre. Individu mungkin menganggap dirinya sebagai pusat segala-galanya
yang terjadi. Halusinasi, terutama auditorik, lazim dijumpai dan mungkin memberi komentar tentang
perilaku dan pikiran individu itu.
Diskusi
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian,
distorsi proses pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal. Meskipun
demikian, kesadaran pasien tetap jernih. Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai realitas.
Diagnosis gangguan skizofrenia dapat ditegakan berdasarkan PPDGJ III (Pedoman Penggolongan
Diagnostik Gangguan Jiwa III) dan DSM-V. Pedoman diagnostik untuk penyakit skizofrenia
menurut DSM V kriteria diagnostik untuk Skizofrenia antara lain:
A. Dua atau lebih kriteria berikut, yang terjadi selama 1 bulan atau kurang jika ditatalaksana
dengan baik, setidaknya salah satunya harus ada:
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Meracau
4. Perilaku katatonik
5. Gejala negatif (tidak ada ekspresi emosi)
Diskusi
B. Dalam waktu tertentu sejak onset gangguan, tingkat fungsional berada di 1 atau lebih area
mayor, seperti bekerja, hubungan interpersonal, perawatan diri, mengalami penurunan sejak
masa sebelumnya (karena ada kegagalan mencapai tingkat tertentu pada masa anak anak
remaja)
C. Tanda berkelanjutan dari gangguan menetap paling tidak 6 bulan. 6 bulan termasuk 1 bulan
gejala (atau kurang jika berhasil ditatalaksana) yang menemui kriteria A (gejala aktif), dan
dapat termasuk periode prodormal atau residu, manifestasi dapat berupa gejala negatif atau dua
gejala atau lebih pada kriteria A (kepercayaan yang aneh, pengalaman tidak biasa)
D. Kelainan skizoafektif dan depresif atau gangguan bipolar dengan gejala psikotik yang telah
disingkirkan karena
1. Tidak ada depresi mayor atau episode manik yang terjadi bersamaan pada gejala fase akut
ATAU
2. Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, timbul dalam minoritas dari durasi
total periode aktif atau residu dari penyakit.
Diskusi
E. Kelainan bukan disebabkan zat (obat terlarang, medikasi) atau kondisi medis lain.
F. Jika ada riwayat spektrum autisme atau kelainan komunikasi saat masa anak anak, diagnosis
tambahan skizofrenia dibuat jika delusi dan halusinasi, sebagai tambahan dari gejala yang
dibutuhkan dalam menegakkan skizofrenia, ditemukan dan berlangsung setidaknya satu bulan
(kurang dari 1 bulan jika ditatalaksana dengan baik) dan Diagnosis gangguan skizofrenia dapat
ditegakan berdasarkan PPDGJ III:
Diskusi
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam / jelas):
A. “thought echo” : isi pikirannya sendiri yang berulang / bergema dalam kepalanya
“thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya
(insertion), atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu (withdrawal).
“thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain / umum
mengetahuinya.
B. “delusion of control” : waham dirinya dikendalikan oleh kekuatan tertentu
“delusion of influence” : waham dirinya dipengaruhi oleh kekuatan dari luar
“delusion of pasivity” : waham dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar
“delusion of perception” : pegalaman inderawi yang tak wajar yang bermakna, sifat mistik dan
mukjizat.
C. Halusinasi auditorik : suara berkomentar terus menerus / mendiskusikan perihal pasien sendiri.
Diskusi
D. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar, misal:
perihal keyakinan agama dan politik, mampu mengendalikan cuaca, berkomunikasi dengan
makhluk asing.

Atau paling sediki dua gejala dibawah ini harus ada secara jelas:
E. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa aja, apabila disertai baik oleh waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai ide-ide berlebihan (over-valued issue) yang menetap, atau apaila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
F. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang berkaibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
G. Perilaku katatonik, keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor.
Diskusi
H. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; akan tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
I. Adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal)
J. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam keseluruhan (overall quality)
dari beberapa aspek perilaku probadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Diskusi
Pada gangguan skizofrenia paranoid, diagnosis dapat ditegakan berdasarkan PPDGJ III, F20.0
sebagai berikut:
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
2. Tambahan : halusinasi dan / atau waham harus menonjol
1. Suara-suara yang mengancam pasien atau memberi perintah atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung atau tertawa.
2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau sifat seksual : halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol.
3. Waham dikendalikan, dipengaruhi atau dellusion of passivity dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam adalah yang paling khas.
4. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, gejala katatonik tidak menonjol.1
Diskusi
Pada pasien ini ditemukan gejala-gejala skizofrenia paranoid berupa halusinasi auditori
yang menonjol serta terdapat waham paranoid (+) (Kebesaran). Oleh karena itu pasien ini
termasuk dalam diagnosis skizofrenia paranoid. Pengobatan dengan gangguan skizofrenia diobati
dengan antipsikotik.

Pada penderita dengan kondisi ini diberikan anti psikotik berupa risperidone 2x2 mg. Obat
antipsikotik dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine
receptor antagonist atau antipsikotika generasi I (tipikal) dan serotonin-dopamine antagonist atau
antipsikotika generasi II (atipikal). Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala
positif. APG-II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif. Risperidone merupakan
APG-II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4
jalur dopamin di otak. Risperidone merupakan antipsikotika pertama setelah clozapin yang
mendapat persetujuan FDA
Diskusi
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan psikoterapi. Dalam
hal ini diberikan edukasi terhadap penderita agar memahami gangguannya lebih lanjut, cara
pengobatan dan penanganannya, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan dalam minum obat.
Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan semangat dalam menjalani hidup.4
Keluarga penderita juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psiko-edukasi dengan
menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan yang dapat dilakukan sehingga keluarga dapat memahami
dan menerima kondisi penderita serta membantu penderita dalam hal minum obat serta kontrol
secara teratur dan mengenali gejala-gejala kekambuhan untuk segera dikonsultasikan kepada
dokter
Diskusi
Prognosis penderita ini adalah Quo ad vitam adalah dubia ad bonam karena bila penderita
taat menjalani terapi, adanya motivasi, serta adanya dukungan dari keluarga yang cukup maka
akan membantu perbaikan penderita. Untuk Quo ad functionam dan sanationam adalah dubia ad
malam dikarenakan penyakit skizofrenia adalah penyakit yang sulit mencapai remisi sempurna.
Lebih dari 50% pasien skizofrenia dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang buruk,
dengan rawat inap berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguaan mood mayor dan percobaan
bunuh diri. Skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang memburuk dan sejumlah
faktor dikaitkan dengan prognosis yang baik.
Tabel Follow Up
Jumat, 26 KU : Compos mentis
Agustus 2022 S : Pasien tampak cukup tenang, pasien sudah tidak mendengar bisikan-
bisikan.
O : kontak (+), adekuat, kooperatif, halusinasi (-),
TD : 130/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,2 C
A : F20.0 Skizofrenia Paranoid
P : - Risperidon 2 x 2 mg
Tabel Follow Up
Sabtu, 27 KU : Compos mentis
Agustus 2022 S : Pasien tampak cukup tenang, bisikan sudah tidak mendengar bisikan-
bisikan.
O : kontak (+), adekuat, kooperatif, halusinasi (-)
TD : 130/70 mmHg
N : 89x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,5 C
A : F20.0 Skizofrenia Paranoid
P : - Risperidon 2 x 2 mg
Tabel Follow Up
Senin, 30 KU : Compos mentis
Agustus 2022 S : Pasien tampak tenang, bisikan sudah tidak mendengar bisikan-bisikan.
O : kontak (+), adekuat, kooperatif, halusinasi (-)
TD : 120/70 mmHg
HR : 78x/menit
RR : 21x/menit
T : 36,6 C
A : F20.0 Skizofrenia Paranoid
P : - Risperidon 2 x 2 mg
Thank You!
CREDITS: Diese Präsentationsvorlage wurde von Slidesgo erstellt,
inklusive Icons von Flaticon, Infografiken & Bilder von Freepik

Bitte lösche diese Folie nicht, es sei


denn du bist ein Premium Nutzer

Anda mungkin juga menyukai