DISUSUN OLEH:
Ismi Rachman
111 2019 2114
Pembimbing:
dr. Nur Indah, Sp.KJ
1
Nama : Tn.AJ
Umur : 40 tahun
Alamat : Jl. Toddopuli Raya
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan : S1 (Sarjana Ekonomi)
Pekerjaan : Tidak ada
Tanggal Masuk : 17 Juni 2021
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis
pasien.
A. Keluhan Utama:
Mengamuk
B. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki usia 56 tahun dibawa oleh istri ke RSKD Dadi untuk
ke-2 kalinya dengan keluhan mengamuk. Pasien sering mengamuk,
merusak dan melempar barang. Keluhan dialami sejak 1 bulan
yang lalu, memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Berdasarkan keterangan pasien, didapatkan bahwa pasien sering
mendengar suara bisikan laki-laki yang menyuruhnya mengamuk
dan ia menyakini bahwa laki-laki itu ingin membunuhnya jika tidak
melakukan hal tersebut. Awal perubahan perilaku sejak 2 tahun
yang lalu, istri mengatakan bahwa sebelumnya pasien baik-baik
saja dan berkerja sebagai mentor proyek namun pada saat itu
terdapat masalah dalam pekerjaan sehingga proyek dihentikan
semenjak saat itu pasien menjadi banyak pikiran karena tidak
mendapatkan pekerjaan lain lalu sering marah-marah sendiri serta
merasa gelisah pada malam hari yang mengakibatkan tidurnya
terganggu, tidur hanya sekitar 5 jam saja. Riwayat pasien pernah
dirawat selama 2 bulan di RSKD Dadi lalu kembali ke rumah dan
melakukan kontrol di Rs.Hermina diberikan obat Risperidon 2x1
2
dan Clozapin 1x1. Namun, dalam 3 bulan terakhir pasien tidak rutin
minum obat (putus obat) karena pasien merasakan dirinya sembuh.
Hendaya Fungsi
Hendaya dalam bidang sosial : Ada
Hendaya dalam aspek pekerjaan : Ada
Hendaya dalam penggunaan waktu senggang : Ada
Faktor stressor psikososial : Masalah ekonomi dan pekerjaan
(pasien tidak lagi berkerja dan hanya istri pasien yang menghidupi
ekonomi keluarga dengan gaji yang sedikit)
Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan riwayat
penyakit fisik dan psikis sebelumnya
Riwayat infeksi : tidak ada
Riwayat trauma : tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada
Riwayat merokok : Ada. 1 bungkus untuk 2 hari.
Riwayat alkohol : tidak ada
Riwayat NAPZA : tidak ada
C. Riwayat Gangguan Psikiatri sebelumnya
Riwayat berobat jalan di RS.Hermina lalu diberikan obat Risperidon
2x1 dan Clozapine 1x1
D. Riwayat PreMorbid
Interaksi sosial : Sebelum sakit pasien merupakan orang
yang mudah bergaul
Pekerjaan : Pasien merupakan mentor proyek yang sehari-
hari memantau perkembangan anak buahnya.
Penampilan : Penampilan baik, perawatan diri baik
Beribadah : Pasien memeluk agama islam dan taat
beribadah.
E. Riwayat Keluarga
3
Pasien merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara (P,P,L,L,L).
Pasien tinggal dan dibesarkan oleh orang kandungnya namun
kedua orang tua pasien meninggal. Hubungan dengan keluarga
baik tetapi semua saudara menetap di Luwu Timur. Tidak ada
riwayat penyakit yang sama di dalam keluarga pasien.
Genogram
Keterangan
= Pasien
= Perempuan
= Laki-Laki
= Meninggal dunia
D. Gangguan Persepsi :
5
Halusinasi : Halusinasi auditorik (+). Pasien mendengar
suara laki-laki yang menyuruhnya mengamuk
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berfikir :
1. Arus pikiran :
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Cukup Relevan
Hendaya Berbahasa : Tidak ada.
2. Isi Pikiran : Terdapat waham persekutorik. Pasien menyakini
bahwa sosok laki-laki ingin membunuhnya.
F. Pengendalian Impuls : Cukup
G. Daya Nilai :
1. Norma Sosial : Baik
2. Uji Daya Nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight) :
Pasien menyangkal penuh dirinya sakit dan tidak menyadari
bahwa pasien membutuhkan pengobatan (Tilikan derajat 1)
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
6
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki usia 56 tahun dibawa oleh istri ke RSKD Dadi untuk
ke-2 kalinya dengan keluhan mengamuk. Pasien sering mengamuk,
merusak dan melempar barang. Keluhan dialami sejak 1 bulan yang
lalu, memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan
keterangan pasien, didapatkan bahwa pasien sering mendengar suara
bisikan laki-laki yang menyuruhnya mengamuk dan ia menyakini
bahwa laki-laki itu ingin membunuhnya jika tidak melakukan hal
tersebut. Awal perubahan perilaku sejak 5 tahun yang lalu, istri
mengatakan bahwa sebelumnya pasien baik-baik saja dan berkerja
sebagai mentor proyek namun pada saat itu terdapat masalah dalam
pekerjaan sehingga proyek dihentikan semenjak saat itu pasien
menjadi banyak pikiran karena tidak mendapatkan pekerjaan lain lalu
sering marah-marah sendiri serta merasa gelisah pada malam hari
yang mengakibatkan tidurnya terganggu, tidur hanya sekitar 5 jam
saja. Riwayat pasien pernah dirawat selama 2 bulan di RSKD Dadi
lalu kembali ke rumah dan melakukan kontrol di Rs.Hermina diberikan
obat Risperidon 2x1 dan Clozapin 1x1. Namun, dalam 3 bulan terakhir
pasien tidak rutin minum obat (putus obat) karena pasien merasakan
dirinya sembuh.
7
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna, yaitu
gelisah/mengamuk dialami sejak 1 bulan yang lalu dan memberat 3
hari terakhir. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada
pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar, serta terdapat hendaya
(disability) pada fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam
menilai realita berupala haluusinasi audiotorik dan waham
persekutorik sehingga termasuk Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologisi tidak temukan
adanya kelainan bermakna, sehingga kemungkinan adanya gangguan
mental organik dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III
didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya afek terbatas, halusinasi auditorik serta waham persekutorik
merasa ada sosok yang ingin membunuhnya dan sudah berlangsung
satu bulan, sehingga menurut PPDGJ III, memenuhi kriteria
Skizofrenia (F20). Pasien juga memiliki halusinasi auditorik yang
memerintah dan mengamcam, serta waham persekutorik yang dirasa
ingin membunuh pasien, sehingga menurut PPDGJ III pasien
mengarah pada tipe Skizofrenia Paranoid (F20.0).
AKSIS II
Dari data, pasien sebelum sakit mempunyai sifat mudah bergaul,
perkerja normal, berpenampilan rapih dan taat beragama dapat
disimpulkan kepribadian tidak khas.
8
AKSIS III
Kondisi medik umum tidak ada kelainan sehingga diagnosis tidak ada.
AKSIS IV
Stressor psikososial terkait dengan masalah pekerjaan dan ekonomi
dimana pasien tidak lagi berkerja dan hanya istri pasien yang bekerja
dengan gaji sedikit.
AKSIS V
GAF Scale 50 – 41 (gejala berat (serious), disabilitas berat)
9
B. Psikoterapi
- Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu
pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya.
Memberi penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya,
manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien
supaya mau minum obat secara teratur.
- Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien
sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan
dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan
pengobatan.
IX. FOLLOW UP
Dengan memantau keadaan umum pasien dan menilai
perkembangan penyakit seperti menilai efektivitas pengobatan
yang diberikan kepada pasien serta kemungkinan efek samping
yang bisa ditimbulkan dari terapi farmakologi yang diberikan.
X. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
10
PEMBAHASAN
Psikosis adalah adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh
gangguan menilai realitas. Kebanyakan gejala yang menonjol dari psikosis
adalah delusi dan halusinasi di mana seseorang kehilangan sentuh
dengan realitas, dan memiliki kesulitan mengatakan perbedaan antara
apa yang nyata dan apa yang tidak. Psikosis dapat mempengaruhi cara
seseorang berpikir, merasa dan berperilaku. 1
Skizofrenia merupakan gangguan kognitif dan perilaku yang
kompleks yang disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan atau
keduanya.2 Disfungsi neurotransmisi dopaminergik berkontribusi pada
kejadian gejala psikotik, tetapi bukti juga menunjuk pada keterlibatan luas
dan variabel area otak dan sirkuit lainnya. Gangguan fungsi sinaptik
mungkin mendasari kelainan konektivitas neuronal yang mungkin
melibatkan interneuron, tetapi sifat, lokasi, dan waktu yang tepat dari
peristiwa ini tidak pasti.2 Tanda dan gejalanya bervariasi dan mencakup
perubahan persepsi, emosi, kognisi, pemikiran, dan perilaku. Manifestasi
ini bervariasi di seluruh pasien dan seiring waktu, tetapi efek penyakit
selalu parah dan biasanya berlangsung lama. 3
Pada umumnya, skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran persepsi, serta oleh afek yang
inappropriate atau tumpul. Kesadaran yang tetap jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dan berkembang kemudian. 4
Kriteria Diagnostik menurut PPDGJ-III:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas
(dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas):
a. Thought
• Thought echo, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras),
dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
11
kualitasnya berbeda; atau
• Thought insertion or withdrawal, isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dair luar dirinya
(withdrawal); atau
• Thought broadcasting, isi pikirannya tersiar ke luar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
b. Delusion
• Delusion of control, adalah waham tentang dirinya
dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar.
• Delusion of influence, adalah waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
• Delusion of passivity, adalah waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.
• Delusion of perception, adalah pengalaman inderawi yang
tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik
• Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
• Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara), atau
• Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
12
2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada
secara jelas :
• Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued idea)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
• Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
• Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau
fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor.
• Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau neuroleptika;
3. Harus ada gejala-gejala khas yang telah berlangsung selama
kurun waktu 1 bulan ( satu bulan ) atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal).
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.3
13
Menurut PPDGJ III, dikategorikan F20.0 Skizofrenia Paranoid jika:
▪ Sebagai tambahan:
14
perilaku pasien, dan untuk mengurangi gejala psikotik pada pasien
seperti agitasi, agresif, negatif simptom, positif simptom, serta gejala
afek. Antipsikotik atipikal yang diberikan yaitu Risperidone dan
Clozapine. Risperidone mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin
(D2), α1 dan α2 adrenergik, serta histamin. Dengan demikian obat ini
efektif baik untuk gejala positif (halusinasi, gangguan proses pikir)
maupun gejala negatif (upaya pasien yang menarik diri dari lingkungan).
Risperidone dimetabolisme di hati dan diekskresi di urin. Dengan
demikian perlu diadakan pengawasan terhadap fungsi hati. Secara
umum risperidone ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi,
otonomik, dan ekstrapiramidal sangat minimal dibandingkan obat
antipsikosis tipikal. Dosis anjurannya adalah 2-6 mg/hari. 5 Clozapine
merupakan APG II yang pertama dikenal, kurang menyebabkan
timbulnya EPS, tidak menyebabkan terjadinya tardive dyskinesia dan
tidak terjadi peningkatan dari prolaktin. Clozapine merupakan gold
standard pada pasien yang telah resisten dengan obat antipsikotik
lainnya. Clozapine efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan
skizofrenia baik yang positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social
disinterest dan incompetence, personal neatness). Efek yang
bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara
bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Dosis dapat diberikan 12,5
mg dalam 1-2 kali pemberian.6,7
Pasien juga dapat diberikan terapi non medikamentosa yaitu
psikoterapi suportif dan sosioterapi yang dianjurkan setelah pasien
tenang. Psikoterapi dilakukan untuk memperbaiki kemampuan sosial
pasien dan memperbaiki hubungan interpersonal. Selain itu, terapi
sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien, atau orang disekitar pasien
dapat menerima keadaan pasien dan menciptakan suasana yang dapat
mempercepat penyembuhan pasien. 8
15
DAFTAR PUSTAKA
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical
Psychiatry. Ed 5 th. Wolters Kluwer: Philadelphia, 2015.
16