Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2021


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

DISUSUN OLEH:
Ismi Rachman
111 2019 2114

Pembimbing:
dr. Nur Indah, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
I. IDENTITAS PASIEN

1
Nama : Tn.AJ
Umur : 40 tahun
Alamat : Jl. Toddopuli Raya
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan : S1 (Sarjana Ekonomi)
Pekerjaan : Tidak ada
Tanggal Masuk : 17 Juni 2021
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis
pasien.
A. Keluhan Utama:
Mengamuk
B. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki usia 56 tahun dibawa oleh istri ke RSKD Dadi untuk
ke-2 kalinya dengan keluhan mengamuk. Pasien sering mengamuk,
merusak dan melempar barang. Keluhan dialami sejak 1 bulan
yang lalu, memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Berdasarkan keterangan pasien, didapatkan bahwa pasien sering
mendengar suara bisikan laki-laki yang menyuruhnya mengamuk
dan ia menyakini bahwa laki-laki itu ingin membunuhnya jika tidak
melakukan hal tersebut. Awal perubahan perilaku sejak 2 tahun
yang lalu, istri mengatakan bahwa sebelumnya pasien baik-baik
saja dan berkerja sebagai mentor proyek namun pada saat itu
terdapat masalah dalam pekerjaan sehingga proyek dihentikan
semenjak saat itu pasien menjadi banyak pikiran karena tidak
mendapatkan pekerjaan lain lalu sering marah-marah sendiri serta
merasa gelisah pada malam hari yang mengakibatkan tidurnya
terganggu, tidur hanya sekitar 5 jam saja. Riwayat pasien pernah
dirawat selama 2 bulan di RSKD Dadi lalu kembali ke rumah dan
melakukan kontrol di Rs.Hermina diberikan obat Risperidon 2x1

2
dan Clozapin 1x1. Namun, dalam 3 bulan terakhir pasien tidak rutin
minum obat (putus obat) karena pasien merasakan dirinya sembuh.

Hendaya Fungsi
 Hendaya dalam bidang sosial : Ada
 Hendaya dalam aspek pekerjaan : Ada
 Hendaya dalam penggunaan waktu senggang : Ada
Faktor stressor psikososial : Masalah ekonomi dan pekerjaan
(pasien tidak lagi berkerja dan hanya istri pasien yang menghidupi
ekonomi keluarga dengan gaji yang sedikit)
Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan riwayat
penyakit fisik dan psikis sebelumnya
 Riwayat infeksi : tidak ada
 Riwayat trauma : tidak ada
 Riwayat kejang : tidak ada
 Riwayat merokok : Ada. 1 bungkus untuk 2 hari.
 Riwayat alkohol : tidak ada
 Riwayat NAPZA : tidak ada
C. Riwayat Gangguan Psikiatri sebelumnya
Riwayat berobat jalan di RS.Hermina lalu diberikan obat Risperidon
2x1 dan Clozapine 1x1
D. Riwayat PreMorbid
 Interaksi sosial : Sebelum sakit pasien merupakan orang
yang mudah bergaul
 Pekerjaan : Pasien merupakan mentor proyek yang sehari-
hari memantau perkembangan anak buahnya.
 Penampilan : Penampilan baik, perawatan diri baik
 Beribadah : Pasien memeluk agama islam dan taat
beribadah.

E. Riwayat Keluarga
3
Pasien merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara (P,P,L,L,L).
Pasien tinggal dan dibesarkan oleh orang kandungnya namun
kedua orang tua pasien meninggal. Hubungan dengan keluarga
baik tetapi semua saudara menetap di Luwu Timur. Tidak ada
riwayat penyakit yang sama di dalam keluarga pasien.

Genogram

Keterangan
= Pasien

= Perempuan

= Laki-Laki

= Meninggal dunia

F. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien saat ini dirawat di bangsal Nyiur RSKD Dadi Makassar.
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Lingkungannya
Pasien tidak merasa bahwa dirinya sakit, dan tidak mengetahui
mengapa dia dibawa ke Rumah Sakit Dadi, namun pasien masih
bersedia minum obat dan ingin pulang bertemu keluarga

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum :
4
1. Penampilan : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, wajah sesuai
usia, memakai baju warna putih dan celana warna biru. Warna
kulit sawo matang, perawatan diri kesan baik, kontak mata ada.
2. Kesadaran
Kualitatif : Berubah
Kuantitatif : Compos Mentis/GCS 15 (E4M6V5)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang
4. Pembicaraan : Spontan, Lancar dan intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan dan Empati :
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Restriktif Terbatas
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif) :
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :
pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai tingkat
pendidikannya yakni lulusan S1.
2. Orientasi :
 Orientasi waktu : Baik
 Orientasi tempat : Baik
 Orientasi orang : Baik
3. Daya Ingat :
 Jangka Panjang : Baik
 Jangka pendek : Baik
 Jangka segera : Baik
4. Pikiran abstrak : Baik
5. Bakat kreatif : Ada
6. Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup

D. Gangguan Persepsi :

5
 Halusinasi : Halusinasi auditorik (+). Pasien mendengar
suara laki-laki yang menyuruhnya mengamuk
 Ilusi : Tidak ada
 Depersonalisasi : Tidak ada
 Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berfikir :
1. Arus pikiran :
 Produktivitas : Cukup
 Kontinuitas : Cukup Relevan
 Hendaya Berbahasa : Tidak ada.
2. Isi Pikiran : Terdapat waham persekutorik. Pasien menyakini
bahwa sosok laki-laki ingin membunuhnya.
F. Pengendalian Impuls : Cukup
G. Daya Nilai :
1. Norma Sosial : Baik
2. Uji Daya Nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight) :
Pasien menyangkal penuh dirinya sakit dan tidak menyadari
bahwa pasien membutuhkan pengobatan (Tilikan derajat 1)
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran compos
mentis.
B. Status Neurologis
GCS E4M6V5. Sistem saraf motoric dan sensorik baik. Tidak ada
ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan fisik.

6
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki usia 56 tahun dibawa oleh istri ke RSKD Dadi untuk
ke-2 kalinya dengan keluhan mengamuk. Pasien sering mengamuk,
merusak dan melempar barang. Keluhan dialami sejak 1 bulan yang
lalu, memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan
keterangan pasien, didapatkan bahwa pasien sering mendengar suara
bisikan laki-laki yang menyuruhnya mengamuk dan ia menyakini
bahwa laki-laki itu ingin membunuhnya jika tidak melakukan hal
tersebut. Awal perubahan perilaku sejak 5 tahun yang lalu, istri
mengatakan bahwa sebelumnya pasien baik-baik saja dan berkerja
sebagai mentor proyek namun pada saat itu terdapat masalah dalam
pekerjaan sehingga proyek dihentikan semenjak saat itu pasien
menjadi banyak pikiran karena tidak mendapatkan pekerjaan lain lalu
sering marah-marah sendiri serta merasa gelisah pada malam hari
yang mengakibatkan tidurnya terganggu, tidur hanya sekitar 5 jam
saja. Riwayat pasien pernah dirawat selama 2 bulan di RSKD Dadi
lalu kembali ke rumah dan melakukan kontrol di Rs.Hermina diberikan
obat Risperidon 2x1 dan Clozapin 1x1. Namun, dalam 3 bulan terakhir
pasien tidak rutin minum obat (putus obat) karena pasien merasakan
dirinya sembuh.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran penuh,


berubah secara kualitatif, perilaku dan aktivitas psikomotor tenang,
pembicaraan spontan, mood sulit dinilai, afek restriktif, arus pikir
cukup relevan, halusinasi auditorik (+), waham persekutorik. Uji daya
nilai terganggu dan tilikan 1.

7
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna, yaitu
gelisah/mengamuk dialami sejak 1 bulan yang lalu dan memberat 3
hari terakhir. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada
pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar, serta terdapat hendaya
(disability) pada fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu
senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam
menilai realita berupala haluusinasi audiotorik dan waham
persekutorik sehingga termasuk Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologisi tidak temukan
adanya kelainan bermakna, sehingga kemungkinan adanya gangguan
mental organik dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III
didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya afek terbatas, halusinasi auditorik serta waham persekutorik
merasa ada sosok yang ingin membunuhnya dan sudah berlangsung
satu bulan, sehingga menurut PPDGJ III, memenuhi kriteria
Skizofrenia (F20). Pasien juga memiliki halusinasi auditorik yang
memerintah dan mengamcam, serta waham persekutorik yang dirasa
ingin membunuh pasien, sehingga menurut PPDGJ III pasien
mengarah pada tipe Skizofrenia Paranoid (F20.0).
AKSIS II
Dari data, pasien sebelum sakit mempunyai sifat mudah bergaul,
perkerja normal, berpenampilan rapih dan taat beragama dapat
disimpulkan kepribadian tidak khas.

8
AKSIS III
Kondisi medik umum tidak ada kelainan sehingga diagnosis tidak ada.
AKSIS IV
Stressor psikososial terkait dengan masalah pekerjaan dan ekonomi
dimana pasien tidak lagi berkerja dan hanya istri pasien yang bekerja
dengan gaji sedikit.
AKSIS V
GAF Scale 50 – 41 (gejala berat (serious), disabilitas berat)

VII. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Pasien tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi
diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari
itu pasien memerlukan farmakoterapi.
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita sehingga
pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan
penggunaan waktu senggang sehingga perlu dilakukan
sosioterapi.

VIII. RENCANA TERAPI


A. Psikofarmakoterapi
- Risperidone 2mg 1tab/12jam/oral
- Clozapin 25 mg 1 tab/24jam/oral (malam)

9
B. Psikoterapi
- Suportif
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu
pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya.
Memberi penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya,
manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien
supaya mau minum obat secara teratur.
- Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien
sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan
dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan
pengobatan.
IX. FOLLOW UP
Dengan memantau keadaan umum pasien dan menilai
perkembangan penyakit seperti menilai efektivitas pengobatan
yang diberikan kepada pasien serta kemungkinan efek samping
yang bisa ditimbulkan dari terapi farmakologi yang diberikan.
X. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

10
PEMBAHASAN
Psikosis adalah adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh
gangguan menilai realitas. Kebanyakan gejala yang menonjol dari psikosis
adalah delusi dan halusinasi di mana seseorang kehilangan sentuh
dengan realitas, dan memiliki kesulitan mengatakan perbedaan antara
apa yang nyata dan apa yang tidak. Psikosis dapat mempengaruhi cara
seseorang berpikir, merasa dan berperilaku. 1
Skizofrenia merupakan gangguan kognitif dan perilaku yang
kompleks yang disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan atau
keduanya.2 Disfungsi neurotransmisi dopaminergik berkontribusi pada
kejadian gejala psikotik, tetapi bukti juga menunjuk pada keterlibatan luas
dan variabel area otak dan sirkuit lainnya. Gangguan fungsi sinaptik
mungkin mendasari kelainan konektivitas neuronal yang mungkin
melibatkan interneuron, tetapi sifat, lokasi, dan waktu yang tepat dari
peristiwa ini tidak pasti.2 Tanda dan gejalanya bervariasi dan mencakup
perubahan persepsi, emosi, kognisi, pemikiran, dan perilaku. Manifestasi
ini bervariasi di seluruh pasien dan seiring waktu, tetapi efek penyakit
selalu parah dan biasanya berlangsung lama. 3
Pada umumnya, skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran persepsi, serta oleh afek yang
inappropriate atau tumpul. Kesadaran yang tetap jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dan berkembang kemudian. 4
Kriteria Diagnostik menurut PPDGJ-III:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas
(dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas):
a. Thought
• Thought echo, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras),
dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

11
kualitasnya berbeda; atau
• Thought insertion or withdrawal, isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dair luar dirinya
(withdrawal); atau
• Thought broadcasting, isi pikirannya tersiar ke luar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
b. Delusion
• Delusion of control, adalah waham tentang dirinya
dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar.
• Delusion of influence, adalah waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
• Delusion of passivity, adalah waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.
• Delusion of perception, adalah pengalaman inderawi yang
tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik
• Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
• Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara), atau
• Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

12
2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada
secara jelas :
• Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued idea)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
• Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
• Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau
fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor.
• Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau neuroleptika;
3. Harus ada gejala-gejala khas yang telah berlangsung selama
kurun waktu 1 bulan ( satu bulan ) atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal).
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.3

13
Menurut PPDGJ III, dikategorikan F20.0 Skizofrenia Paranoid jika:

▪ Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

▪ Sebagai tambahan:

- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol


(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing);
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol;
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah
yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,
serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak
menonjol
Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental, didapatkan gejala skizofrenia satu dua gejala yaitu terdapat
waham persekutorik, halusinasi visual dan auditorik sehingga diagnosis
mengarah pada Skizofrenia Paranoid (F.20.0). Jenis skizofrenia dapat
dibagi menjadi skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia
katatonik, skizofrenia tak terinci (undifferentiated), depresi pasca-
skizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia
lainnya, dan skizofrenia YTT.4
Pada pasien direncanakan untuk pemberian psikofarmakoterapi
dengan tujuan untuk mencegah bahaya pada pasien, mengontrol

14
perilaku pasien, dan untuk mengurangi gejala psikotik pada pasien
seperti agitasi, agresif, negatif simptom, positif simptom, serta gejala
afek. Antipsikotik atipikal yang diberikan yaitu Risperidone dan
Clozapine. Risperidone mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin
(D2), α1 dan α2 adrenergik, serta histamin. Dengan demikian obat ini
efektif baik untuk gejala positif (halusinasi, gangguan proses pikir)
maupun gejala negatif (upaya pasien yang menarik diri dari lingkungan).
Risperidone dimetabolisme di hati dan diekskresi di urin. Dengan
demikian perlu diadakan pengawasan terhadap fungsi hati. Secara
umum risperidone ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi,
otonomik, dan ekstrapiramidal sangat minimal dibandingkan obat
antipsikosis tipikal. Dosis anjurannya adalah 2-6 mg/hari. 5 Clozapine
merupakan APG II yang pertama dikenal, kurang menyebabkan
timbulnya EPS, tidak menyebabkan terjadinya tardive dyskinesia dan
tidak terjadi peningkatan dari prolaktin. Clozapine merupakan gold
standard pada pasien yang telah resisten dengan obat antipsikotik
lainnya. Clozapine efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan
skizofrenia baik yang positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social
disinterest dan incompetence, personal neatness). Efek yang
bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara
bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Dosis dapat diberikan 12,5
mg dalam 1-2 kali pemberian.6,7
Pasien juga dapat diberikan terapi non medikamentosa yaitu
psikoterapi suportif dan sosioterapi yang dianjurkan setelah pasien
tenang. Psikoterapi dilakukan untuk memperbaiki kemampuan sosial
pasien dan memperbaiki hubungan interpersonal. Selain itu, terapi
sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien, atau orang disekitar pasien
dapat menerima keadaan pasien dan menciptakan suasana yang dapat
mempercepat penyembuhan pasien. 8

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Mills K, Christina MC, Bakar A. Psychosis and Substance use. 2011. US :


National Drug and Alcohol Research Centre
2. Owen MJ, Sawa A, Mortensen PB. Schizophrenia. Lancet. 2016 Jul
2;388(10039):86-97. doi: 10.1016/S0140-6736(15)01121-6. Epub 2016
Jan 15. PMID: 26777917; PMCID: PMC4940219.

3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical
Psychiatry. Ed 5 th. Wolters Kluwer: Philadelphia, 2015.

4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari


PPDGJ-III, DSM-5, ICD-11. Cetakan 3. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FKUnika Amta Jaya, 2019.

5. Herdarsyah F. Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid dengan


Gejala-Gejala Positif dan Negatif. Indonesia. 2016.

6. Amir N. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
2013. Bab 12. Skizofrenia; p. 173-195.

7. Muslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi


ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Bab 3.
Penggolongan obat psikotropik; p.10-11.

8. Sadock, Benjamin James, et al. Kaplan & sadock's synopsis of psychiatry:


behavioral sciences clinical psychiatry. Edisi ke-10. Lippincott Williams &
Wilkins; 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai