Anda di halaman 1dari 5

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Madani Palu


Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

REFLEKSI KASUS

DISUSUN OLEH:

Muh. Ilham Hidayat


N 111 21 079

PEMBIMBING:
dr. Patmawati, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
REFLEKSI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IS
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 28 tahun
Alamat : Tolambu
Pendidikan : SMA Sederajat
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Kristen
Tanggal Pemeriksaan : 28 Februari 2022
Tempat Pemeriksaan : Ruang Srikaya RSUD Madani Palu

I. Deskripsi Umum
Pasien laki-laki berusia 28 tahun dibawah keluarganya ke rumah sakit madani
dari 1 bulan yang lalu karena sering mengamuk dan sulit untuk diatur. Pasien
mengatakan sering merasa gelisah. Pasien tidak suka melihat orang yang sedang
berbisik-bisik karena pasien percaya kalau dia yang sedang dibincangkan sehingga
pasien ingin memukul orang tersebut. Pasien sering mendengar bisik-bisikan seperti
perintah untuk menghujat tuhannya. Pasien merasa pikirannya akan dikuasai oleh
orang yang membisikkan dirinya. Sehingga pasien kadang mengamuk ketika
mendengar bisikan. Namun, pasien tidak melihat siapa yang membisikkannya. Pasien
mengatakan bahwa ia suka membongkar rumah orang lain karena pasien merasa
bahwa banyak hal-hal gaib didalamnya.
Pasien mulai mengalami gejala sejak tahun 2011 saat itu ia mengamuk dan
memukul orang asing tanpa ada penyebab. Pasien pernah masuk rumah sakit
sebanyak 7-8 kali dengan keluhan yang sama yaitu mengamuk. Pasien merasa gejala
muncul ketika putus minum obat dari dokter. Pasien tidak suka jika melihat orang
berbisik-bisik. Pasien mudah marah dan ingin memukul orang dan sulit untuk diatur.
Pada tahun 2016, pasien pernah merasa sedih mendalam dan depresi setelah
ibunya meninggal. Saat itu, pasien melampiaskan rasa sedihnya dengan
mengkonsumsi NAPZA hingga mengalami overdosis sabu-sabu. Pasien pernah
mencoba bunuh diri dengan tanda bekas sayatan di pergelangan tangannya pada tahun
2017. Depresi yang dialami berlanjut sampai tahun 2019. Pada Tahun 2019 pasien
Kembali mengalami overdosis sabu-sabu. Pasien mengatakan Keluhan depresi
sudah dirasakan sejak SD karena Pasien sering menyendiri ditempat gelap dan merasa
sedih saat dimarahi oleh ayahnya.
Pasien terakhir mengkonsumsi obat dari dokter pada bulan maret 2021. Gejala
muncul Kembali pada beberapa minggu yang lalu sehingga pasien dibawah Kembali
kerumah sakit. Pasien merasa membaik saat mengkonsumsi obat dari dokter baik
waktu masa pengobatan terdahulu maupun saat ini.

II. Emosi yang Terlibat


Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien kooperatif dapat menjelaskan
masalahnya sehingga informasi yang dibutuhkan terkait untuk mendiagnosis
gangguan dapat dikumpulkan. Pasien juga merasa senang jika diajak untuk
berbincang-bincang, selama anamnesis pasien bersifat terbuka dan merasa lebih legah
karena mendapatkan wadah untuk menceritakan permasalahan yang ia rasakan.

III. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Saat dilakukan wawancara pasien kooperatif dan dengan cepat menjawab
pertanyaan yang diberikan, sehingga didapatkan hasil wawancara sesuai yang
diharapkan.
b. Pengalaman Buruk
Tidak ada

IV. Analisis
Berdasarkan anamnesis yagn telah dilakukan, saya menganalisis bahwa
kemungkinan besar penyebab dari gejala yang dirasakan pasien ini akibat dari
induksi zat psikoaktif yang sering dikonsumsi pasien. Pasien mulai mengkonsumsi
NAPZA tahun 2011 dan mulai saat itu pasien pertama kali masuk rumah sakit jiwa
akibat mengamuk dan hilang kontrol. Gejala-gejala psikotik yang dialami pasien
seperti adanya halusinasi dan waham serta gejala-gejala tambahan lainnya itu mulai
muncul saat mengkonsumsi NAPZA. Bukti lain dapat dilihat bahwa pasien mengaku
bahwa ia mengkonsumsi NAPZA terakhir pada tahun 2021 dan selama itu pasien
juga sudah 7-8x Kembali masuk rumah sakit dengan gejala yang sama. Sehingga
saya menyimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan mental organic akibat
induksi zat tepatnya sebagai gangguan mental dan perilaku akibat induksi zat.
Pasien mengaku mengkonsumsi beberapa jenis NAPZA dan Zat Psikoaktif
Lainnya yaitu sabu-sabu, LSD, Tremadol dan Komix. Sehingga gejala psikotik pada
pasien terjadi karena diinduksi oleh multipel zat psikoaktif. Sehingga lebih tepatnya
pasien didiagnosis sebagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
multipel.
Kondisi pasien sekarang menggambarkan gejala waham dan Halusinasi yang
menonjol sebagai tanda gangguan psikotik. Berdasarkan kondisi tersebut merujuk
pada gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dengan
gangguan psikotik tipe campuran
Dalam kasus ini perlu dilakukan penangan mengenai gejala psikotiknya dengan
memberikan obat antipsikotik lini pertama yaitu Haloperidol. Jika diamati adanya
gejalaekstrapiramidal seperti kekakuan maka dapat diatasi dengan pemberian
Trihexyphenidyl. Selain itu, perlu dilakukan terapi mengenai rehabilitas untuk
mencegah penggunaan NAPZA berulang. Selain itu perlu dilakukan Tindakan
suportif untuk memperbaiki kualitas hidup pasien seperti terapi ventialsi, terapi
rekonstruksi, dan terapi perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Jakarta:
EGC; 2010.
2. Boeree, George. General Psychology: Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi
dan Perilaku. Yogyakarta: Prismashopie. 2013
3. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2014

Anda mungkin juga menyukai