Anda di halaman 1dari 46

Literature Review September 2023

FAKTOR RESIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA


RISK FACTORS OF HYPERTENSION IN ELDERLY

Disusun Oleh :

Muh. Ilham Hidayat N 111 21 079


Resky Gau N 111 21 057

Pembimbing :
Dr. dr. Ketut Suarayasa, M.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

FAKTOR RESIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

Yang diajukan oleh:

Muh. Ilham Hidayat N 111 21 079

Resky Gau N 111 21 057

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Dr. dr. Ketut Suarayasa, M.Kes


NIP: 197111262001121002 Tanggal: September
2023
FAKTOR RESIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA
Muh. Ilham Hidayat*, Resky Gau*
*Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako

ABSTRAK

Pendahuluan : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >
140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Hipertensi
merupakan penyakit tidak menular dan sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan global. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah. Berdasarkan data di atas menunjukkan
bahwa kejadian hipertensi paling banyak pada lansia. Lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Penyakit kardiovaskular diprediksi
menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di antara lansia di seluruh
dunia pada tahun 2020.
Tujuan : Tujuan dari kajian literature ini adalah untuk mengetahui faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia.
Metode: Literature review berfokus pada penelusuran factor resiko yang
mempengaruhi hipertensi pada lansia. Artikel yang terpilih melalui proses
seleksi data base Google Scholar, PubMed, dan Science lirect kemudian dikaji
dengan membaca seluruh teks kemudian menemukan 12.707 jurnall dan
kemudian jurnal tersebut di seleksi. Berdasarkan hasil telaah jurnal maka
diperoleh 10 jurnal hasil penelitian yang termasuk kategori dan layak digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini untuk dianalisis lebih lanjut.
Hasil: Berdasarkan hasil pencarian studi pada berbagai database yang telah
disebutkan sebelumnya, didapatkan 12.707 artikel dengan rincian 4.820 dari
Google Scholar 641 dari PubMed, dan 7.246 dari Science lirect. Kemudian,
didapatkan 10 artikel setelah dilakukan penyaringan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Dalam ha1 ini, artikel-artikel ini menunjukkan adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipetensi pada lansia, seperti
halnya faktor konsumsi garam berlebih, usia, tingkat pendidikan, tingkat stress,
konsumsi kopi, genetik, aktivitas fisik, dan sebagainya.
Kesimpulan: Faktor konsumsi tinggi garam, makanan berlemak, kopi, dan
alkohol serta faktor pola tidur, usia, tingkat pendidikan, genetik, tingkat stress,
obesitas, olahraga maupun kebiasaan merokok merupakan faktor yang berperan
penting dalam menyebabkan hipertensi pada lansia. Namun, masih terdapat
beberapa faktor yang mempunyai perbedaan pendapat mengenai pengaruhnya.
Kata Kunci: Faktor, Hipertensi, Lansia
RISK FACTORS OF HYPERTENSION IN ELDERLY
Muh. Ilham Hidayat*, Resky Gau*
*Medical Student, Faculty of Medicine, Tadulako University

ABSTRACK
Introduction : Hypertension is a condition in which systolic blood pressure >
140 mmHg and diastolic blood pressure > 90 mmHg on two measurements with
an intewal of five minutes at rest. Hypertension is a non-communicable disease
and is still a global health problem. In line with increasing age, almost everyone
experiences an increase in blood pressure. Based on the data above, it shows
that the incidence of hypertension is mostly in the elderly. Elderly is someone
who has reached the age of 60 years and over. Cardiovascular disease is
predicted to be the main cause of morbidity and mortality among the elderly
worldwide in 2020.
Objectives : The purpose of this literature review is to determine what factors
can influence the incidence of hypertension in the elderly.
Methods: Literature review focuses on tracing the risk factors that influence
hypertension in the elderly. Articles that were selected through the database
selection process of Google Scholar, PubMed, and Sciencedirect were then
reviewed by reading the entire text and then finding 12,707 journals and then the
journals were selected. Based on the results of the review of the journals, 10
research journals were obtained which were included in the category and were
eligible to be used as samples in this study for further analysis.
Results: Based on the search results of studies on various databases previously
mentioned, there were 12,707 articles with 4,820 details from Google Scholar64l
from Pubmed, and 7,246 from Sciencedirect. Then, 10 articles were obtained
after being filtered according to predetermined criteria. In this case, these
articles show that there are several factors that influence the occurrence of
hypertension in the elderly, such as excessive salt consumption, age, education
level, stress level, coffee consumption, genetics, physical activity, and so on.
Conclusion: Factors high consumption of salt, fatty foods, coffee, and alcohol as
well as factors of sleep patterns, age, education level, genetics, stress levels,
obesity, exercise and smoking habits are factors that play an important role in
causing hypertension in the elderly. However, there are still some factors that
have different opinions regarding their effect.
Keywords: Factors, Hypertension, Elderly
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Literature Review


DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Tahapan Literature Review


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
> 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat.
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dan sampai saat ini
masih menjadi masalah kesehatan global. (Lubis, N. L., & Siregar, F.
A., 2019) .
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di
seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia
menderita hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% pada tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi,
333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
berkembang, termasuk Indonesia (Lubis, N. L., & Siregar, F. A.,
2019)
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil data
Riskesdas 2018 berdasarkan karakteristik pada usia 18-24 tahun
dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 13,2% dan pada usia
25-34 tahun dengan jumlah penderita hipertensi 20,1% selanjutnya
pada usia 35-44 tahun sejumlah 31,6% dan pada usia 45-54 tahun
jumlah penderita hipertensi semakin meningkat dengan jumlah
45,3% dan pada usia 55-64 tahun dengan jumlah 55,2% penderita
hipertensi sedangkan pada usia 65-74 tahun sebanyak 63,2% dan
pada usia 75 ke atas sebesar 69,5% penderita hipertensi (Kemenkes
RI, 2018).
Tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia dan
merupakan kondisi umum di antara orang tua. Hipertensi lansia secara
alami rentan terhadap stroke dan kompliknsi kardiovaskular lainnya.
Hipertensi adalah penyakit kronis dan asimtomatik, membutuhkan
kontrol yang optimal dan kepatuhan minum obat terutama di kalangan
orang tua untuk mengurangi risiko kardiovaskular, penyakit
serebrovaskular dan ginjal. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan
sitolik terns meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terns meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastic. (Bulu et a1, 2021).
Kunjungan pasien lanjut usia dengan hipertensi ke Puskesmas Harapan
Raya tahun 2016 sebesar 35,2% dari semua kunjungan lansia (Mitra
dan Wulandari, 2019). Penyakit pada lansia terbanyak berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar 2013 adalah hipertensi, dengan prevalensi
45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65 sebesar 74% dan
63,8% pada usia 75 tahun (Lubis, N. L., & Siregar, F. A., 2019).
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa kejadian hipertensi
paling banyak pada lansia. Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas, dimana pada masa ini merupakan
proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisik, psikologi
dan psikososial. Salah satu gangguan kesehatan yang paling
banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem kardiovaskuler.
Pada usia lanjut sensitivitas pengaturan tekanan darah yaitu reflex
baroreseptor mulai berkurang (Ferayanti et a1., 2017)
Hipertensi adalah penyebab utama dari 45% kematian CVD.
Penyakit kardiovaskular diprediksi menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di antara lansia di seluruh dunia pada
tahun 2020. Menurut laporan WHO yang berkontribusi pada
tingginya insiden morbiditas dan mortalitas pada lansia dengan 9,4
juta kematian di seluruh dunia per tahun (Yunanto et a1, 2020)
Gejala yang sering dialami hipertensi berupa nyeri tengkuk,
pusing hingga pembengkakan pembulu darah kapiler. Akibat jika tidak
dilakukan pengobatan dengan benar bisa berdampak menimbulkan
komplikasi berupa gagal jantung, stroke, aneurisma, masalah pada
mata, ginjal dan sindrom metabolik hingga kematian (Ulinnuha,
2018). Ini selanjutnya menimbulkan ketidaknyamanan bagi
penderitanya, pada akhirnya mengurangi kualitas hidup mereka
(Relawati dan Kurniawan, 2021).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
literature review ini sebagai berikut. “Apa saga faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum dari literature review ini adalah mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian hipertensi pada lansia
b. Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi
kejadian hipertensi pada lansia

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Dunia Pendidikan
Literature review N“i diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber informasi yang berkaitan dengan pendidikan ataupun refrensi
dan pengetahuan bagi peneliti yang melakukan pengembangan
penelitian selanjutnya.
b. Bagi Instansi Terkait
Literature review ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan suatu organisasi atau perusahaan dalam mengambil
kebijakan kinerja karyawan, gaya kepemimpinan, motivasi, dan
disiplin kerja pada perusahaan atau organisasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil literature review dapat digunakan sebagai bahan dalam
menambah wawnsan dan kemampuan peneliti dalam menganalisis
permasalahan melalui suatu literature review serta
pengap1ikasiannya.
b. Bagi Mahasiswa
Literature review ini diharapkan bisa memberikan informasi
pada mahasiswa serta menjadi salah satu sumber literature dalam
penambahan wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian hipertensi pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
Menurut Unger et a1., (2020) hipertensi, umumnya dikenal
sebagai tekanan darah tinggi ialah suatu kondisi dimana seseorang
memiliki hasil tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140
mmHg dan hasil tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan
90 mmHg. Diagnosa hipertensi dapat dilakukan jika seseorang telah
melakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih pada waktu
yang berbeda dan hasil lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg.
Menggunakan data terbaru (2012-2015) dari Canadian Health
Measures Survey (CHMS), penelitian ini mengkaji tekanan darah
sistolik (SBP), tekanan darah diastolik (DBP), dan perkiraan
prevalensi, kesadaran, pengobatan, dan kontrol hipertensi untuk
orang dewasa berusia 20 hingga 79 berdasarkan kelompok usia dan
jenis kelamin. Hipertensi didefinisikan menggunakan dua set ambang
tekanan darah: SBPk 140 mm Hg atau DBPñ90 mm Hg dan SBPk
130 mm Hg atau DBPk 80 mm Hg (DeGuire et a1., 2019)

2.2 Klasifikasi Hipertensi


Hipertensi diklafikasikan menjadi hipertensi primer dan
sekunder. Hipertensi primer dapat didefinisakan suatu kondisi ketika
terjadi tekanan darah tinggi sebagai akibat atau dampak dari gaya
hidup seseorang dan faktor lingkungan tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan bahkan sampai obesitas
merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi.
Sedangkan hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana
terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat penyakit
seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan hormon tubuh
(Astutik dan Mariyam, 2021).
Tekanan darah sistolik (SBP) dan diastolic tekanan darah (DBP)
dihitung sebagai rata-rata. Tekanan darah digunakan untuk
mengklasifikasikan individu menjadi enam kelompok: normal (SBP <
120 mmHg dan DBP < 80 mmHg), prahipertensi (SBP: 120- 139
mmHg atau DBP: 80-89 mmHg), hipertensi stadium satu (SBP: l4D-
159 mmHg atau DBP: 90-99 mmHg), hipertensi stadium dua (SBP:
160-179 mmHg atau DBP: 100- 109 mmHg), tahap tiga hipertensi
(SBP 180 mmHg atau DBP 110 mmHg), dan hipertensi sistolik
terisolasi (SBP 140 mmHg dan DBP <90mmHg). Jika ada klasifikasi
yang berbeda dari SBP dan DBP tampaknya berlaku untuk orang
yang sama, semakin tinggi tingkat akan berlaku (Yang, et Al. 2017)

2.3 Lanjut Usia (Lansia)


Lanjut usia adalah dimana seseorang mengalami pertambahan
umur dengan disertai dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai
dengan penurunan massa otot serta kekuatannya, laju denyut
jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh, dan penurunan fungsi
otak (Carolina et a1. 2019).
Kelompok lanjut usia merupakan kelompok penduduk yang
berusia 60 tahun keatas. Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi.(Hanum and Lubis 2017).

2.4 Kategori Lansia


Menurut Kholifah (2016) kategori lansia adalah sebagai berikut:
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
1) Usia lanjut {el lerl y) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua {old) : 75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas dengan masalah kesehatan

2.5 Pelayanan Lansia di Fasilitas Kesehatan


Pelayanan kesehatan pada lansia diperlukan untuk memelihara
dan mengatasi masalah pada lanjut usia. Dasar hukum pembinaan
kesehatan pada lansia adalah Undangundang Nomor 13 Tahun 1998
Tentang Kesejahteraan Lansia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lansia,
Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi
Nasional Lansia, dan Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005
Tentang Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia. Pelayanan
kesehatan yang baik pada lansia bertujuan memperpanjang usia
harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan
kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan
bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa (Kholifah, 2016).
Berdasarkan hal tersebut, untuk membantu mengatasi
permasalahan kesehatan yang ada pada lansia seperti halnya
hipertensi, maka bisa dilakukan pemeriksaan di posyandu lansia.
Adapun pelaksanaannya dapat dilakukan dengan menggunakan
sistem lima meja yaitu:
a. Meja 1: Pendaftaran Lansia datangberkunjung ke Posyandu lansia dan
mendaftarkan diri lansia, sendiri atau disertai pendamping dari keluarga
atau kerabat, lansia yang sudahterdaftar di buku register langsung
menuju meja selanjutnya yakni meja 2
b. Meja 2: Pelayanan Kesehatan oleh Kader dengan melakukan pengukuran
tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah pada lansia.
c. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat). Kader melakukan
pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan
darah, berat badan, tinggi badan lansia.
d. Meja 4: Penyuluhan kesehatan oleh Petugas Kesehatan dari Puskesmas,
Dinas kesehatan, Kementrian kesehatan, atau Instansi lain yang bekerja
sama dengan Posyandu Lansia. Dalam hal ini, penyuluhan kesehatan
perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan,
ataupun materi mengenai tindakan promotif dan preventif terhadap
kesehatan Lansia.
e. Meja 5: Pelayanan medis. Pelayanan oleh tenaga professional yaitu
petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaan dan
pengobatan ringan untuk preventif, rehabilitatifdan kuratif.
Hipertensi pada lansia sendiri dapat di nilai dari skrining pada
meja 2 kemudian setelah itu oleh petugas puskesmas dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan untuk preventif, rehabilitative dan
kuratif untuk hipertensi pada lansia pada meja 5. Selain itu, sebagai
bentuk dari tindakan preventif maka fasilitas pelayanan perlu
melakukan peninjauan terkait faktor-faktor yang dapat menyebabkan
penyakit pada lansia seperti hipertensi.

2.6 Hal-hal yang mempengaruhi hipertensi pada lansia


Kejadian hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
aktifitas fisik yang kurang, stres, riwayat keluarga, kebiasaan
merokok, tingginya konsumsi makanan yang mengandung lemak
hewani, kurangnya konsumsi serat, dan tinggi konsumsi natrium.
Dalam berbagai hasil studi diketahui faktor yang memicu terjadinya
hipertensi yaitu riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, pola konsumsi
makanan yang mengandung natrium, tinggi konsumsi makanan
yang mengandung lemak, perilaku merokok, obesitns, dan kurangnya
aktivitas fisik. Kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas
Gadingrejo ini disebabkan selain oleh faktor pola konsumsi garam
yang tinggi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti adanya riwayat
hipertensi sebelumnya, pola hidup yang tidak sehat , kebiasaan
merokok, stres dan faktor lainya yang mampu memicu terdjadinya
hipertensi (Purwono, 2020)
Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya
perubahan- perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut
menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurang
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigen, meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer (Mulyadi, Sepdianto, and Hemanto
2019). Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian
hipertensi pada lansia yaitu:

2.6.1 Umur
Lanjut usia (lansia) sangan rentan terkena penyakit hipertensi.
Semakin menua usia responden semakin menurun pola kerja dan fungsi
jantung. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena
adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh
darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi
kaku.Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik (Purwono et a1, 2020).
Penelitian oleh Hazarika et al., dan Alam et al., menunjukkan tren
peningkatan prevalensi hipertensi pada kelompok usia di atas 60 tahun.
Hipertensi sangat umum di kalangan orang tua. Beberapa survei
epidemiologi yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa
menyimpulkan bahwa hipertensi prevalensi di antara orang tua berkisar
antara 53% dan 72%. (Mitra dan Wulandari, 2019).
Secara penelitian, 59,9% peserta (58,8% laki-laki vs 60,8% dari
perempuan; p< 0,001) memiliki hipertensi. Prevalensi meningkat secara
signifikan menurut usia (65-69: 52,9%, 70-74: 61,0%, 75-79: 65,6%, 80-
84: 66,7%, 85-: 65,0%; nilai p untuk tes tren liner: <0,00l) (Yang, et Al.
2017).
2.6.2 Jenis Kelamin
Pada umumnya risiko tekanan darah tinggi lebih tinggi pada
lakilaki daripada wanita, namun memasuki usia>45 tahun wanita
mempunyai risiko lebih tinggi dikarenakan wanita mulai memasuki
usia menopouse. Hal ini disebabkan terjadi penurunan produksi
estrogen yang akan berdampak pada kardiovaskuler dimana terjadi
penurunan elastisitas pembuluh darah (Susanti et a1, 2017).
Jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap timbulnya penyakit
hipertensi. Laki-laki ataupun perempuan memiliki tingkat perbedaan
yang tidak terlalu jauh untuk terserang hiperensi. Hal ini dikarenakan
”oleh bebrapa factor yang memungkinkan, jika laki-laki lebih kepada
gaya hidup seperti halnya kebisaan merokok, stress,konsumsi kopi dan
makanan yang tidak terkontrol. Sedangkan pada wanita lansia akibat
pengaruh dari menopause yang mengakibatkan perubahan hormone
estrogen yang berfungsi melindungi pembuluh darah dari kerusakan
(Purwono et a1, 2020).

2.6.3 Merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tekanan darah yang
tidak terkontrol di antara pasien usia lanjut dengan hipertensi adalah
52,6%. Berdasarkan multivariate analisis dengan regresi logistik ganda,
faktor dominan yang mempengaruhi tekanan darah yang tidak terkontrol
sedang merokok. Variabel terkait lainnya yang signifikan termasuk
minum obat antihipertensi secara tidak teratur. Merokok adalah variabel
dominan untuk tekanan darah tidak terkontrol yang mempengaruhi orang
tua. Perokok lanjut usia memiliki 5 kali risiko tekanan darah yang tidak
terkontrol daripada bukan perokok. Beberapa penelitian telah
menunjukkan hubungan yang signifikan merokok dengan kejadian
hipertensi. Bahan kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dieksploitasi melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel arteri, sehingga te adi proses aterosklerosis
dan tekanan darah tinggi. Penelitian oleh Ragueneau menunjukkan
merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
sebesar 7% dan 10%. (Mitra dan Wulandari, 2019)

2.6.4 Konsumsi Garam


Pola kosumsi garam sangat berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi.Garam memiliki hubungan yang sebanding dengan
timbulnya hipertensi. Semakin banyak jumlah garam dalam tubuh,
maka akan terjadi peningkatan volume plasma, curah jantung, dan
tekanan darah. Disamping itu, konsumsi garam dalam jumlah yang
tinggi dapat mengecilkan diameter arteri, sehingga jantung harus
memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat
melalui ruang semangkin sempit akibatnya dapat menyebabkan
hipertensi (Purwono et a1, 2020).
Garam merupakan faktor yang cukup berpengaruh untuk
timbulnya hipertesi. Konsumsi garam yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Hipertensi pada
lansia dipengaruhi oleh asupan garam, stress, pegetahuan, konsumsi
lemak, alcohol berlebihan, obesiatas. Efek pemasukan garam yang
berlebihan pada lansia dapat menyebabkan stroke, hipertrofi ventrikel
kiri, dan proteinuria (Purwono et a1, 2020).
2.7 Prevalensi dan Gambaran Hipertensi Pada Lansia
Prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total
penduduk dunia. Prevalensi kejadian hipertensi tertinggi berada di
benua Afrika 27% dan terendah di benua Amerika 18%,
sedangkan di Asia tenggara berada diposisi ke-3 tertinggi dengan
prevalensi kejadian hipertensi sebesar 25%. Data (WHO) periode
(2015-2020) menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia
menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi.
Hal ini dilihat dari data Riset Kesehatan Dasar 2018.
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok usia diatas 18 tahun
pada 2018 adalah 34,1 %. Hal ini mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan data pada tahun 2007 (25,8%) dan 2013
(31,7%).Berdasarkan kelompok usia kelompok usia 31-44 tahun
(31,6%), usia45-54 tahun (45,3%), usia55-64 tahun (55,2%).
Berdasarkan data National Center for Health Statistics, jika
disesuaikan dengan usia, prevalensi hipertensi pada orang dewasa berusia
18 tahun ke atas pada tahun 2017–2018 adalah sebesar 45,4% dan lebih
tinggi pada laki-laki (51,0%) dibandingkan perempuan (39,7%).
Prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Ostchega,
2020).

Gambar 2.x Prevalensi hipertensi berdasarkan usia dan jenis


kelamin pada tahun 2017-2018 (Ostchega, 2020)
Prevalensinya adalah 22,4% di antara orang dewasa berusia 18–39
tahun dan meningkat menjadi 54,5% di antara mereka yang berusia 40–
59 tahun, dan 74,5% di antara mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Baik
pada pria maupun wanita, terdapat pola peningkatan prevalensi hipertensi
berdasarkan usia yang serupa. Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada laki-
laki dibandingkan perempuan berusia 18-39 tahun (31,2% berbanding
13,0%) dan 40-59 tahun (59,4% berbanding 49,9%), namun
prevalensinya tidak berbeda secara signifikan antara laki-laki dan
perempuan berusia 60 tahun ke atas (75,2 % dengan 73,9%) (Ostchega,
2020).
NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC) pada tahun 2019
mencatat prevalensi penderita hipertensi berusia 30–79 tahun meningkat
dua kali lipat dari tahun 1990 hingga 2019, dari 331 (95% credible
interval 306–359) juta perempuan dan 317 (292–344) juta laki-laki pada
tahun 1990 menjadi 626 (584–668) juta perempuan dan 652 (604–698)
juta laki-laki pada tahun 2019, meskipun prevalensi global berdasarkan
standar usia stabil. Pada tahun 2019, prevalensi hipertensi berdasarkan
usia adalah yang terendah di Kanada dan Peru, baik untuk pria maupun
wanita; di Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan beberapa negara di Eropa
Barat termasuk Swiss, Spanyol, dan Inggris untuk perempuan; dan di
beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah seperti Eritrea,
Bangladesh, Ethiopia, dan Kepulauan Solomon untuk laki-laki.
Prevalensi hipertensi melampaui 50% pada perempuan di dua negara dan
laki-laki di sembilan negara, di Eropa tengah dan timur, Asia Tengah,
Oseania, dan Amerika Latin. Secara global, 59% pada wanita dan 49%
pada pria dengan hipertensi melaporkan diagnosis hipertensi sebelumnya
pada tahun 2019, dan 47% pada wanita dan 38% pada laki-laki di
perawatan. Tingkat pengendalian penderita hipertensi pada tahun 2019
adalah 23% untuk wanita dan 18% untuk pria. Pada tahun 2019, tingkat
pengobatan dan pengendalian tertinggi terjadi di Korea Selatan, Kanada,
dan Islandia (pengobatan >70%; kontrol >50%), diikuti oleh Amerika
Serikat, Kosta Rika, Jerman, Portugal, dan Taiwan. Tingkat pengobatan
kurang dari 25% untuk perempuan dan kurang dari 20% untuk laki-laki di
Nepal, Indonesia, dan beberapa negara di Afrika sub-Sahara dan Oseania.
Tingkat pengendalian di bawah 10% pada perempuan dan laki-laki di
negara-negara tersebut dan pada laki-laki di beberapa negara di Afrika
Utara, Asia Tengah dan Selatan, serta Eropa Timur. Tingkat pengobatan
dan pengendalian telah meningkat di sebagian besar negara sejak tahun
1990, namun hanya sedikit perubahan di sebagian besar negara di Afrika
sub-Sahara dan Oseania. Peningkatan terbesar terjadi di negara-negara
berpendapatan tinggi, Eropa Tengah, dan beberapa negara berpendapatan
menengah atas dan baru-baru ini berpendapatan tinggi termasuk Kosta
Rika, Taiwan, Kazakhstan, Afrika Selatan, Brasil, Chili, Turki, dan Iran.
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak
menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah , Hipertensi naik 25,8 %
menjadi 34,1 % .

Gambar 2.x Jumlah Penduduk Usia ≥ 15 Yang Pendapat Pelayanan


HT Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2021

Dari grafik di atas pada tahun 2021 penduduk yang mendapatkan


pelayanan kesehatan Hipertensi usia ≥ 15 tahun adalah kabupaten
morowali sebesar (12.412) penduduk dengan presentase 40,8 %.
Berdasarkan data diatas, jumlah penduduk kabupaten Morowali sebesar
30.306 (Jiwa) dan yang mendapatkan pelayan kesehatan Hipertensi
(12.412) Jiwa. Dan kabupaten dengan pelayanan kesehatan Hipertensi
terendah adalah kabupaten tojo una-una dengan jumlah penduduk
(143.656) Jiwa yang mendapatkan pelayanan kesehatan Hipertensi
sebesar (11.98) Jiwa dengan presentase (0,3 %) Jiwa.
Gambar 2.x Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
Dari grafik di atas jumlah estimasi penderita Hipertensi berusia ≥
15 tahun di provinsi Sulawesi Tengah adalah 384.072 (2,33% ).
presentase capaian hipertensi di lihat dari angka estimasi tertinggi pada
tahun 2020 adalah kabupaten Donggala dengan capaian 7,11% .
Berdasarkan data di atas jumlah estimasi penderita hipertensi usia ≥ 15
tahun sebanyak 65.398 Jiwa dan yang mendapatkan pelayanan hipertensi
sebanyak 4.650 Jiwa .Sedangkan Kabupaten yang memiliki presentase
Hipertensi terendah adalah kabupaten Morowali Utara dengan estimasi
jumlah penderita hipertensi 20.917 Jiwa dan yang mendapatkan
pelayanan capaian 28 Jiwa ( 0,13% ).
Riskesdas pada tahun 2018 mendata dari total 13.548 jiwa
pengidap hipertensi yang tersebar di setiap Kab/kota disulawesi tengah
sebanyak 2.439 jiwa diantaranya merupakan lansia dan hanya 567 jiwa
yang tercatat patuh mengkonsumsi obat anti hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Amalia, dkk (2020) dengan
mendeskripsikan gambaran hipertensi pada lansia di rumah sakit Islam
Jakarta Sukapura menunjukan bahwa hipertensi pada lansia lebih banyak
ditemukan pada usia 60-69 tahun dan berjenis kelamin perempuan.
Hipertensi derajat II lebih banyak ditemukan pada lansia di bandingkan
derajat lainnya. Komorbid yang paling banyak terlibat pada pasien lansia
adalah penyakit Diabetes Melitus dan Hiperkolesterolemia.
Andanita, dkk (2020) menunjukan gambaran penyakit metabolik
pada pasien lansia dengan hipertensi di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawab
Barat. Pada penelitiannya menunjukkan lansia dengan hipertensi yang
memiliki riwayat diabetes melitus sebesar 37,9%, riwayat
hiperkolesterolemia sebesar 30,1%, dan Hiperurisemia sebesar 22,3%.
Penelitian Khotimah pada tahun 2022 mengenai gambaran kejadian
hipertensi pada lansia di Desa Adisara Kec. Jatilawang Kab. Banyumas
menunjukan bahwa sebanyak 41,27% dari 63 responden merupakan
perokok dan 15,87% memiliki IMT kategori obesitas. Berdasarkan
tingkat pendidikan, pasien lansia dengan hipertensi lebih banyak
berpendidikan hanya sampai SD (42,86%) dan diikuti dengan SMA
(23,81%). Sedangkan, berdasarkan pekerjaan ditemukan bahwa hipertensi
pada lansia lebih banyak bekerja sebagai Petani/buruh sebesar 42,86%
dibandingkan dengan IRT (31,75%) dan PNS/Pegawai/TNI/Polri
(25,40%).
2.8 Penanganan Hipertensi Pada Lansia
Menangani masalah hipertensi pada lansia, pemerintah telah
melakukan upaya-upaya penangan. Melakukan posbindu,
dikarenakan petugas — petugas kesehatan untuk lebih aktif dan jeli
dalam usaha pencegahan dan pengobatan hipertensi bersama
dengan penyakit tidak menular (PTM). Pencegahan dan
pengobatan dipertensi membutuhkan waktu yang tidak tingkat dan
pengobatan yang sampe seumur hidup. Pengobatan-pengobatan
farmakologi, hipertensi dapat ditangani dengan berbagai pengobatan
— pengobatan altematif seperti terapi rendam kaki dengan air hangat
{hy lrotherap y) (Ulinnuha, 2018).
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius masalah
jika tidak terkendali. Mengontrol hipertensi di antara orang tua
sebagai perawatan diri untuk hipertensi termasuk mengkonsumsi obat
antihipertensi yang direkomendnsikan, pemantauan tekanan darah
secara teratur dan mengubah gaya hidup untuk menjaga kesehatan
seperti melakukan aktivitas fisik, berhenti merokok, mengurangi
konsumsi garam dan meningkatkan asupan sayur dan buah (Mitra dan
Wulandari, 2019)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Strategi Pencarian Literature Review

Literature review ini berfokus pada variabel independen dengan


melakukan penelusuran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi pada lansia. Dalam ha1 ini, proses identifikasi
yang relevan dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi
pencarian. Pencarian dilakukan melalui proses penyaringan melalui
data base Google Scholar, PubMed, dan Science direct kemudian
dikaji dengan membaca seluruh teks terutama pada bagian hasil.

3.2 Kriteria Literature Review


Kriteria yang ditetapkan peneliti yaitu artikel harus relevan
dengan topik, teks lengkap dan berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Kemudian rentang
tahun publikasi yaitu Januari 2018- 2022. Pencarian literatur
dilakukan dengan menggunakan kata kunci yaitu “Hypertension
in the elderly” ataupun “Hypertension” AND “Elderly” AND
“Influencing Factor”. Setiap artikel dikaji terlebih dahulu,
kemudian artikel yang relevan didownload, lalu copy paste menjadi
satu file pada laptop. Dari hasil pencarian ditemukan 12.707 artikel
yang dianggap relevan. Kemudian dari jumlah tersebut diseleksi
kembali dan ditentukan 10 artikel yang dianggap sesuai dengan
kriteria. Dalam hal ini, semua data disaring dan dikumpulkan secara
manual. Adapun kriteria yang dimaksudkan dalam penjelasan
sebelumnya ialah kriteria literature review dengan penjelnsan sebagai
berikut.
a) Artikel yang mengandung kata kunci sesuai dengan ketentuan
b) Artikel merupakan JH paper dan tidak terbatas pada metode penelitian
tertentu
c) Artikel merupakan terbitan minimal 5 tahun sebelumnya
d) Minimal jurnal internasiona1 adalah 3 dan minimal jurnal nasional adalah 2
3.3 Hasil Pencarian dan Seleksi Studi
Berdasarkan hasil pencarian literature review melalui
database Google Scholar, PubMed, dan Science direct yang telah
dilakukan sesuai dengan kata kunci berupa “Hypertension in the
elderly” ataupun “Hypertension” AND “Elderly” AND “Influencing
Factors”, didapatkan hasil temuan berupa 12.707 artikel yang
dianggap relevan dan ditentukan ada 10 artikel sesuai dengan
kriteria dengan penjabaran sebagai berikut.
Tabel 3.1 Seleksi artikel

Data Temua Literature


Base n Terpilih
Google
4.820 5
scholar
Pubmed 641 4
Science
7.246 1
direct
Jumlah 12.707 10

3.4 Tahapan Literature Review

Data Base : Google scholar,


Pubmed dan Science direct

Hasil pencarian (n = 12.707)

Title, abstract, and Keyword


review (n = 12.707)

Eksklusi (n = 12.232)

Full paper review (n = 475)


Eksklusi (n = 465)

Artikel relevan (n = 10)

Gambar 3.1 Bagan tahapan Literature Review

3.5 Alur Literature Review

Informasi Literature review berasal dari beberapa sumber yaitu


jumal nasional dan jumal international menggunakan empat
database (Google Scholar, PubMed, dan Science lirect) dengan kata
kunci yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan pencarian
tersebut ditemukan total temuan yaitu 12.707. Adapun untuk
literature yang terpilih dan digunakan kali ini berjumlah 10 jumal
setelah dilakukan seleksi serta penyaringan sesuai kriteria yang
ditetapkan dengan menggunakan batasan jumal 5 tahun terakhir.
BAB IV
HASIL KAJIAN LITERATURE DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Literature Review

Tabel 4.1 Hasil kajian literatur

Penulis (Tahun) Bahasa Sumber Artikel Tujuan Metode Penelitian Hasil/Temuan


Imelda, et. al (2020) Indonesia Google Scholar Untuk mengetahui Cross-sectional study Adanya hubungan
faktor-faktor yang antara tingkat konsumsi
berhubungan dengan garam dan makan
kejadian hipertensi dari berlemak serta tingkat
PuskesmasAUir Dingin stress dengan kejadian
Lubuk Minturun hipertensi pada lansia.
selain itu, ditemukan
tidak adanya hubungan
antara kebiasaan
merokok, olahrag,
obesitas, dan status
ekonomi, dengan
kejadian hipertensi pada
lansia
Lailli, et al. (2020) Indonesia Google Scholar untuk mengetahui Case Control Variabel yang
faktor-faktor yang berpengaruh dengan
mempengaruhi kejadian kejadian hipertensi pada
hipertensi pada lansia di lansia di kelurahan
kelurahan Semampir semampir kota kediri
Kota Kediri adalah status
perkawinan dengan nilai
(p= 0,032), obesitas (p=
0,037), konsumsi kopi
(p<0,001) dan aktivitas
fisik (p=0,007)
Rahmadhani et. al Indonesia Google Scholar Untuk mengetahui Case Control Faktor resiko yang
(2021) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi
mempengaruhi kejadian hipertensi pada usia
hipertensi di daerah dewasa akhir (36-45
Puskesmas Kota Pinang tahun) adalah faktor
Kec, Kota Pinang, Kab. asupan garam
Labuhan Batu Selatan, (p<0,001), genetik
Sumatera Utara (p<0,001), obesitas
(p<0,001), stress
(p<0,001), merokok
(p<0,001) dan konsumsi
alkohol (p<0,001).
variabel yang tidak
berpengaruh adalah
jenis kelamin (p=0,251)
dan olahraga (p=0,160)
Hafni, et al. (2021) Indonesia Google Scholar Untuk mengetahui Mixed methode dengan adahubungan yang
faktor-faktor kejadian pendekatan kuantitatif signifikan antara faktor
hipertensi pada lansia di dan kualitatif konsumsi makanan asin
Puskesmas Pijorkoling, dengan kejadian
Kec. Padangsidimpuan hipertensi p=0,001,
Tenggara, Kota faktor kebiasaan
Padangsidimpuan olahraga dengan
kejadian hipertensi
(p=0,031), dan faktor
pola tidur dengan
kejadian hipertensi
(p=0,001)
Rizkiyanti, et al. (2021) Indonesia Googke Scholar Untuk mengetahui Cross-sectional study ada hubungan antara
hubungan IMT, indeks massa tubuh
merokok, dan kopi dengan hipertensi
dengan hipertensi pada (p=0,001), perilaku
lansia merokok dengan
hipertensi (p=0,002),
konsumsi kopi dengan
hipertensi (p=0,002)
Lin, et al. (2021) Inggris Pubmed Untuk menyelidiki Cross sectional study Jenis kelamin, usia,
prehipertensi dan tingkat pendidikan,
hipertensi serta faktor- jenis shift kerja,
faktor relevan yagn kelelahan terkait
mempengaruhi perkejaan, dan indeks
perkembangan kondisi massa tubuh peserta
ini pada pekerja di penelitian berkolerasi
fasilitas kesejahteraan signifikan dengan pra-
lanjut usia hipertensi dan hipertensi
Tang, et al. (2021) Inggris Pubmed Untuk mengeksplorasi Cross-sectional study dalam total populasi,
tentang hubungan dibandingkan dengan
kerusakan organ yang mereka dengan ABSI,
dimediasi oleh BRI dan WHR di kuartil
hipertensi (HMOD) terendah, peserta
dengan parameter dengan nilai tertinggi
antropometri menunjukan resiko
konvensional dan baru LVH, AS, dan MAU
yang jauh lebih tinggi
Zheng, et al. (2021) Inggris Pubmed Untuk menilai HRQoL Cross-sectional study Faktor-faktor yang
pasien lanjut usia mempengaruhi HRQoL
dengan hipertensi dan pasien lansia dengan
faktor-faktor yang hipertensi meliputi jenis
mempengaruhinya kelamin, usia,
dengan menggunakan pendapatan, tingkat
EuroQoL five- pendidikan, aktivitas
dimensional-three-level fisik, pemeriksaan
(EQ-5D-3L) di China kesehatan, dan penyakit
penyerta
Lubis, et al. (2019) Inggris Pubmed Untuk mengetahui Case control obesitas (OR=2,48)
faktor-faktor yang aktivitas fisik yang
berhubungan dengan rendah (OR=2,56), dan
hipertensi pada lansia di riwayat keluarga
Medan, Indonesia hipertensi (OR=5,74)
meningkatkan resiko
hipertensi
Mitra, et al. (2019) Inggris Pubmed Untuk mengetahui Cross-sectional Study Variabel yang paling
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
mempengaruhi tekanan tekanan darah tidak
darah yang tidak terkontrol adalah
terkontrol pada lansia kebiasaan merokok
penderita hipertensi di (p=0,004), tidak rutin
Puskesmas Harapan minum obat
Raya, Pekanbaru tahun antihipertensi
2017 (p=0,029), dan asupan
natrium
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Sintesis Jurnal
Berdasarkan dari hasil artikel dan jumal yang telah dikumpulkan
serta dianalisis, terdapat 10 jumal yang membahas mengenai faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Dalam hal ini,
dapat dilakukan analisis sintesis sebagai berikut.
a. Penelitian Imelda et al 2020, memiliki desain penelitian berupa
penelitian analitik kualitatif dengan pendekatan cm ’ectionol. Lalu,
untuk populasinya ialah semua lansia penderita hipertensi yang
berobat di Puskesmas Air Dingin Lubuk Minturun. Sampel penelitian
adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Dalam ha1 ini, pengambilan sampel dilakukan secara
accidental ’ompling. Adapun untuk hasil penelitiannya yaitu
responden penelitian paling banyak umur k65 tahun yang berjumlah
41 responden atau 37,2% , dengan hubungan setiap faktor yakni
adanya hubungan antara tingkat konsumsi garam dan makanan
berlemak serta tingkat stress dengan kejadian hipertensi pada lansia.
b. Penelitian Lailli et al 2020, menggunakan desain penelitian kasus
kontrol (case control. Dalam ha1 ini, pengambilan sampel dengan
cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi, kemudian membaginya menjadi dua jenis yaitu kelompok
kasus pada lansia yang menderita penyakit hipertensi baru maupun
riwayat hipertensi sebelumnya dan kelompok kontrol pada lansia
yang tidak menderita penyakit hipertensi. Adapun untuk hasilnya
dibagi berdasarkan variable bebasnya yaitu sebagai berikut.
1) Hasil uji statistik dalam pengujian hubungan usia dan kejadian
hipertensi, didapatkan nilai p = 0,405 > n = 0,05 yang berarti
H0 diterima dan H1 ditolak, bahwa tidak ada hubungan antara
Usia dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan
Semampir Kota Kediri.
2) Hasil uji statistik dalam pengujian hubungan jenis kelamin dan
kejadian hipertensi, didapatkan nilai p = 0,824 > n = 0,05 yang
berarti H0 diterima dan Hl ditolak, bahwa tidak ada hubungan
antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada lansia di
Kelurahan Semampir Kota Kediri
3) Hasil uji statistik dalam pengujian hubungan riwayat
keluarga dan kejadian hipertensi, didapatkan nilai p = 0,025 <
ti = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Hl diterima, bahwa ada
hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi
pada lansia di Kelurahan Semampir Kota Kediri.
c. Penelitian Rahmadhani et a1 2021, menggunakan penelitian
deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian case control sebagai
desain penelitiannya. Dalam hal ini, besar sampel dihitung dengan
rumus Leme ’how, didapatkan besar sampel sebanyak 76 orang.
Pengambilan sampel menggunakan metode purpo ’ive ’ampling dan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan memanfaatkan
kuesioner untuk mencatat karakteristik data sampel. Adapun untuk
hasil yang diperoleh ialah nilai p pada hasil uji statistic Chi-Square
berupa faktor asupan garam (p= 0,000), genetik (p=0,000),
obesitas (p=0,000), stress (p =0,000), merokok (p =0,000) dan
konsumsi alkohol (p=0,000) sehingga disimpulkan memiliki
hubungan signifikan dan merupakan variable yang berpengaruh
terhadap hipertensi. Variabel yang tidak berpengaruh adalah jenis
kelamin (p=0,25l) dan olahraga (p =0,l60).
d. Penelitian Hafni et a1 2021, ditemukan jenis desain penelitian
menggunakan metode campuran {Mixe I Metho I), yaitu metode
yang memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia penderita
hipertensi yang berobat (umur 60-80 tahun) di Puskesmas Pijorkoling
sebanyak 134 orang dengan sampel 57 orang. Sampel ini diambil
menggunakan accidental ’ompling yaitu siapa saja pasien lansia
yang berumur 60-80 tahun. Kemudian untuk hasil penelitiannya
didapatkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara faktor
konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi p=0,00l, faktor
kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi p= 0,031, dan
faktor pola tidur dengan kejadian hipertensi p=0,00l.
e. Penelitian Rizkiyanti et al 2021, menggunakan desain penelitian
deskriptif dengan pendekatan cm sectional. Dalam ha1 ini, data
yang digunakan berupa data primer dengan menggunakan kuesioner
serta populasinya mencakup seluruh lansia di Desa Karang Tengah
wilayah kerja Puskesmas Cilongok sejumlah 144 orang. Adapun
untuk sampel yang digunakan adalah acci lental ’ompling dengan
jumlah 88 responden. Kemudian, analisa data yang digunakan
ialah uji chi ’quore. Untuk hasilnya, diperoleh suatu kesimpulan
bahwa sebagian besar lansia memiliki tekanan darah tinggi yaitu
sebesar 70,5%, ada 51% lansia yang memiliki berat badan berlebih,
5l, l % lansia bukan perokok aktif dan 51, l % tidak sering
mengkonsumsi kopi yaitu 5l, l%. Selain itu hasil penelitian juga
menunjukan ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan
hipertensi dengan p-value 0,001, ada hubungan antara perilaku
merokok dengan hipertensi dengan p-value 0,002, dan ada hubungan
antara konsumsi kopi dengan hipertensi dengan p-value 0,002.
f. Lin et a1 2021, memakai desain cm ’-sectional dan memilih 14
fasilitas kesejahteraan lansia umum di Taiwan sebagai populasi
penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 342 pekerja. Dalam ha1
ini, proses pengumpulan data menggunakan kuesioner sebagai
medianya. Kemudian didapat hasil yaitu ukuran tekanan darah
responden berbeda secara signifikan menurut jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, jenis shift kerja, turnout terkait pekerjaan, dan
BMI. Hipertensi juga diamati pada 25% responden pria dan l 1,2%
responden wanita (P=.013).
g. Tang et al 2021, menggunakan studi cm ’- ’ectionol, berkelanjutan,
observational, multistoge berbasis komunitas tanpa intervensi apa
pun dan yang bertujuan untuk menetapkan sistem evaluasi risiko
kardiovnskular untuk orang tua (Lansia) Cina. Dalam ha1 ini, kriteria
inklusinya adalah sebagai berikut: (l) usia di atas 65 tahun; (2)
penduduk yang tinggal di komunitas yang berasal dari daerah
Shanghai utara; dan (3) kesediaan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dan untuk menyelesaikan tindak lanjut jangka
panjang lebih lanjut. Adapun untuk jumlah peserta yang terlibat
adalah 3077 dan didapatkan hasil berupa kondisi BRI dan WHR di
kuartil terendah, peserta dengan nilai di kuartil tertinggi
menunjukkan risiko LVH, AS, dan MAU yang jauh lebih tinggi.
h. Zheng et al 2021, memakai data yang diperoleh dari Survei
Pelayanan Kesehatan Nasional ke-6 di provinsi Heilongjiang dari
bulan Juni sampai Juli 2018, dengan metode ’trati[ied multi ’take run
lom clu ’ter ’omplinp yang melibatkan 6.627 individu dari 3.000
rumah tangga di lima kabupaten/kota, yang terdiri dari 25
kota/kecamatan dan 50 komite desa/kelurahan. Dalam ha1 ini,
pewawancara terlatih menggunakan kuesioner standar yang dipasang
pada tablet untuk mengumpulkan informasi. Adapun untuk hasil yang
didapatkan adalah mayorit+s pasien lansia dengan hipertensi dalam
sampel memiliki karakteristik sebagai berikut: perempuan (54%),
penduduk pedesaan (53,5 %), tingkat pendidikan sekolah dasar
(42,35%), ditanggung oleh asuransi kesehatan (95,7%), menikah
( 76,6%), dan pengangguran (47,9%). Responden cenderung tidak
merokok (74,8%), minum (79,7%), dan melakukan pemeriksaan
kesehatan (51,9%). Selanjutnya, 57,2% responden rutin melakukan
aktivitas fisik.
i. Situngkir et al 2019, memilih penelitian observational analitik
dengan desain kasus kontrol sebagai desain penelitiannya. Untuk
sampelnya, sebanyak 124 subjek yang dipilih untuk penelitian ini
dengan menggunakan purpo ’ive ’nmpling. Kemudian dari sampel
ini akan dilakukan wawancara serta pengisian kuesioner hingga
akhimya didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa risiko
hipertensi meningkat dengan obesitas (OR= 3,56; 95% CI=l,69- 7,47;
p= 0,001), terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga (OR= 7,66;
CI 95% 3,44 ed 17,03; p <0,00l), merokok (OR= 2,70; CI 95%
1,30 ed 5,60; p= 0,007), aktivitas fisik rendah (OR= 4,88 ; 95% CI=
2,26 hingga 10,50; p <0,00l; konsumsi lemak tinggi (OR= 2,20;
95% CI 1,07 hingga 4,51; p 0,032). Selain itu, konsumsi
karbohidrat tinggi (OR= 1,72; CI 95% 0,83-3,54; p= 0,144) dan
konsumsi serat tinggi (OR=l,62; 95% CI= 0,77-3,36; p= 0,196)
meningkatkan risiko hipertensi tetapi tidak secara statistik penting).
j. Mitra et a1 2019, menggunakan desain penelitian dengan pendekatan
cress ’ectional. Dalam ha1 ini, subjek dalam penelitian ialah pasien
lansia hipertensi yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Harapan
Raya Kota Pekanbaru, berusia 60 tahun ke atas dan sedang
mengkonsumsi obat antihipertensi. Penentuan besar sampel
didasarkan pada uji hipotesis proporsi populasi (uji satu sisi) dari
Lnme ’how (1997) [10] terhadap 5%, 20% dan penelitian terkait
yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Astuti, menghnsilkan sampel
minimal 116 subjek lansia. Adapun untuk hasil penelitiannya
proporsi tekanan darah tidak terkontrol pada lansia penderita
hipertensi adalah 52,6%. Berdasarkan analisis multivariat dengan
regresi logistik ganda, faktor dominan yang mempengaruhi tekanan
darah tidak terkontrol adalah merokok. Variabel terkait lainnya yang
signifikan termasuk minum obat antihipertensi secara tidak teratur.
Asupan natrium dalam penelitian ini menunjukkan hubungan
terbalik. Tingkat pendidikan lansia merupakan variabel pengganggu
dari kebiasaan merokok.
4.2.2 Persamaan Jurnal
Jurnal Imelda et al 2020 menunjukkan bahwa faktor konsumsi
garam, makanan berlemak, dan tingkat stress merupakan faktor faktor
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Dalam ha1 ini,
lansia dengan konsumsi garam tinggi lebih banyak mengalami pra
hipertensi (64,7%) sedangkan lansia dengan konsumsi garam normal
memiliki tekanan darah yang normal pula (60,5%). Kemudian pengaruh
konsumsi garam tersebut terhadap kejadian hipertensi dapat terjadi
karena adanya peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan
darah. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6gr/ hari.
Konsumsi garam berlebih memiliki efek langsung terhadap tekanan
darah, sehingga semakin tinggi tingkat konsumsi garam seseorang maka
semakin tinggi pula prevalensi terjadinya hipertensi. Penelitian dan
penjelasan ini sesuai dengan kesimpulan yang ditemukan pada penelitian
Rahmadhani et a1, 2021; Hafni et a1, 2021; dan Mitra et al, 2019.
Selain itu, jumal Imelda et al 2020 juga menjelaskan bahwa lansia
yang paling banyak mengalami pra hipertensi adalah lansia yang sering
mengkonsumsi makanan berlemak yaitu sebanyak 65,1%. Selain itu,
penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tingkat stress dapat
mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Hal ini sesuai dengan
penelitian dari Rahmadhani, et a1. 2021 yang menjelaskan bahwa tingkat
stress dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia dikarenakan
sewaktu stress hormon adrenalin akan meningkat sehingga mengakibatkan
jantung memompa darah lebih cepat.
Adapun untuk jumal Lailli et a1 2020, disimpulkan bahwa faktor
status perkawinan, obesitas, konsumsi kopi, dan aktivitas fisik dapat
mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Dalam ha1 ini, lansia
yang mengkonsumsi kopi 2 gelas/hari memiliki resiko sebesar 8,500
kali lebih besar daripada lansia yang mengkonsumsi kopi 2 gelas/hari
(95% CI= 3,120-23,160). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rizkiyanti, et a1. 2021 dengan tambahan bahwa kafein
sebagai kandungan utama kopi bersifat stimulan yang mencandu,
kafein mempengaruhi sistem kardiovnskular seperti detak jantung dan
tekanan darah apabila dikonsumsi berlebihan.
Kemudian untuk obesitas, ditemukan kesimpulan yang sesuai
antara penelitian Lailli et al 2020 dengan beberapa penelitian lainnya
seperti penelitian Rahmadhani, et al. 2021, Rizkiyanti, et al. 2021, Lin, et
a1. 2021, dan Lubis, et a1. 2019 bahwa obesitas memiliki resiko sebesar
2,641 kali lebih besar daripada lansia yang tidak obesitas (95% CI=
1,094-6,371). Hal ini dikarenakan adanya timbunan lemak yang
mempersempit pembuluh darah pada lansia dengan obesitas sehingga
aliran darah tidak mencukupi dan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memenuhi aliran darah. Kondisi inilah yang mengakibatkan terjadinya
hipertensi dengan melibatkan pula reaksi aktivasi simpatis sistem saraf
dan renin angiotensin aldosterone serta terjadinya disfungsi endotel.
Adapun untuk penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani et a1
2021, didapatkan hasil bahwa faktor genetik, obesitas, tingkat stress,
merokok, dan konsumsi alkohol dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi
pada lansia. Dalam ha1 ini, faktor genetik memiliki kesesuai dengan hasil
dalam penelitian yang dilakukan oleh Lubis, et a1. 2019 berupa riwayat
keluarga hipertensi 7,65 kali lebih mungkin menderita hipertensi
dibandingkan sampel yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi.
Selain itu, untuk faktor konsumsi alkohol ditemukan penjelasan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol dengan
hipertensi dengan nilai p=0,000 (p<0,05) serta mayoritas responden
hipertensi yang mengonsumsi tinggi alkohol sebanyak 36 responden
(47,4%).
Kemudian untuk penelitian Hafni et a1 2021, ditemukan bahwa
makanan asin, olahraga, dan pola tidur merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap hipertensi lansia. Untuk olahraga maupun aktivitas
ditemukan hasil serupa pada penelitian Lailli et a1 2020 yang menjelaskan
bahwa terdapat hubungan antara olahraga dengan kejadian hipertensi,
karena olahraga teratur diperlukan karena dapat mengurangi kekakuan
pembuluh darah, meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru. Selain
itu, untuk faktor pola tidur didapatkan bahwa hasil uji statistik

menggunakan uji Chi Square (x2) dan dengan taraf kepercayaan 95%
serta tingkat kemaknaan (n) 0,05 diperoleh p (sig)=0,00 1 (pt 0,05)
untuk pengaruh pola tidur terhadap hipertensi sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh antara keduanya.
Penelitian Rizkiyanti et a1 2021 menjelaskan bahwa indeks massa
tubuh, konsumsi kopi, dan merokok merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi pada lansia. Hasil ini memiliki kesamaan dengan
beberapa penelitiannya lainnya yang telah dijelaskan dalam pembahasan
sebelumnya.
Adapun untuk faktor IMT bisa merujuk pada penelitian Lailli et a1
2020, Rahmadhani, et a1. 2021, Lin, et a1. 2021, dan Lubis, et a1. Untuk
faktor konsumsi kopi bisa merujuk pada penelitian Lailli et 2020 karena
memiliki kesamaan, begitupun untuk faktor merokok yang sama dengan
penelitian Rahmadhani et a1 2021.
Penelitian lainnya ialah penelitian Lin et a1 2021 yang memiliki
kesamaan dengan penelitian Tang et a1 dan Zheng et a1 2021 dengan
penjelasan bahwa faktor jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan dapat
mempegaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Dalam ha1 ini, risiko
prehipertensi maupun hipertensi pada mereka yang berusia 55 tahun keatas
adalah 4,11 kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang berusia 23 hingga
44 tahun. Temuan ini menunjukkan bahwa risiko hipertensi meningkat
seiring bertambahnya usia. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan
persentase prehipertensi maupun hipertensi pada responden dengan tingkat
pendidikan SLTP atau lebih rendah adalah 75,5%, jauh lebih tinggi
dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi atau
lebih tinggi (46,2%).
Penelitian Situngkir et a1 2019 menunjukkan bahwa faktor obesitas,
aktivitas fisik, dan genetic dapat mempengaruhi hipertensi lansia. Hasil ini
memiliki kesaamaan dengan beberapa penelitian lainnya seperti
penelitian Lailli et a1 2020, Rahmadhani, et a1. 2021, Rizkiyanti, et a1.
2021, Lin, et al. 2021, dan Lubis, et a1 mengenai obesitas. Selain itu,
untuk penelitian Mitra et a1 2019 juga menunjukan hasil yang sama
dengan penelitian Rahmadhani et al 2021 dan Rizkiyanti et a1 2021 terkait
faktor merokok yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada
lansia.

4.2.3 Perbedaan Jumal


Perbedaan hasil penelitian dalam jurnal yang dianalisis terletak pada
temuan beberapa faktor. Dalam ha1 ini, penelitian Imelda et a1 2020
menjelaskan bahwa faktor kebiasaan merokok, olahraga, dan obesitas tidak
mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Hal ini tentu berbeda
dengan yang didapatkan oleh Rahmadhani et a1 2021, Rizkiyanti et a1
2021, dan Mitra et al 2019, dikarenakan pada penelitian ketiganya
didapatkan bahwa faktor merokok memiliki pengaruh dengan hasil uji
statistik diperoleh p-value sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga menandakan
bahwa terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dan
kejadian hipertensi pada lansia. Penjelasan ini juga didasarkan pada
kondisi rokok yang menghasilkan nikotin dan karbonmonoksida, yaitu
suatu vasokonstriktor poten penyebab hipertensi. Selain itu, merokok
dapat meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan norepineprin
plasma dari saraf simpatetik.
Hal tersebut juga berlaku pada faktor olahraga yang memiliki hasil
berbeda dengan penelitian Lailli et al 2020 dan Hafni et al 2021. Dalam
ha1 ini, Imelda et al 2020 mendapatkan hasil uji statistik berupa y-ve/ue
sebesar 0,179 (p >0,005), sehingga menunjukkan bahwa kebiasaan
olahraga tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian
hipertensi. Sedangkan Lailli et a1 2020 Hafni et al 2021 menemukan hasil
berupa hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square (x2) dan dengan
taraf kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan (a) 0,05 diperoleh p
(sig)=0,03 l (p< 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, ha1 ini berarti
bahwa ada hubungan/pengaruh antara kebiasaan olahraga dengan kejadian
hipertensi pada lansia.
Adapun ha1 terakhir yang menjadi perbedaan antar setiap jumal yang
ada ialah temuan mengenai pengaruh faktor obesitas terhadap hipertensi
pada lansia. Dalam ha1 ini, penelitian Imelda, et a1. 2020 menjelaskan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan
kejadian hipertensi pada lansia dengan rincian berupa 51,3% dari lansia
yang mengalami obesitas tetapi memiliki tekanan darah normal. Selain
itu, hasil uji statistik menggunakan chi- square, juga menunjukkan p-value
sebesar 0,980 (p>0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada lansia. Penelitian tersebut
berbeda dengan kesimpulan yang didapatkan oleh Lailli, et a1. 2020,
Rahmadhani, et a1. 2021, Rizkiyanti, et a1. 2021, Lin, et al. 2021, dan
Lubis, et a1. 2019 dengan penjelasan bahwa Obesitas memiliki resiko
sebesar 2,641 kali lebih besar daripada lansia yang tidak obesitns (95%
CI= 1,094-6,371).
4.2.4 Keterbatasan
Literature review ini disusun untuk membahas mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Namun,
dalam proses penyusunannya terdapat suatu keterbatasan yang ditemukan
yaitu belum tercakupnya jumal berbayar didalam studi yang ditinjau
dikarenakan keterbatasan biaya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis literature mengenai faktor-faktor yang


mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia, maka dapat disimpulkan
bahwa

5.1.1 Prevalensi Hipertensi pada Usia > 15 tahun di Sulawesi tengah pada
tahun 2021 berdasarkan data dinas kesehatan provinsi sulawesi tengah
diestimasikan sebesar 384.072 (2,33%) dan Riskesdas pada tahun 2018
mendata dari total 13.548 jiwa pengidap hipertensi yang tersebar di
setiap Kab/kota disulawesi tengah sebanyak 2.439 jiwa diantaranya
merupakan lansia dan hanya 567 jiwa yang tercatat patuh
mengkonsumsi obat anti hipertensi

5.1.2 Faktor konsumsi tinggi garam, makanan berlemak, kopi, dan alkohol
serta faktor pola tidur, usia, tingkat pendidikan, genetik, tingkat stress,
obesitas, olahraga maupun kebiasaan merokok merupakan faktor yang
berperan penting didalamnya. Akan tetapi, masih terdapat beberapa
faktor yang mempunyai perbedaan pendapat mengenai pengaruhnya,
seperti kebiasaan merokok, olahraga, dan obesitas. Meskipun
demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa lansia dapat dikatakan
rentan dan berisiko mengalami hipertensi bila tidak menjaga pola
hidup yang sehat.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil Literature review ini dapat menjadi bahan evaluasi dan


gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi pada lansia sehingga dapat melakukan upaya intervensi
penurunan masalah kepada setiap faktor.
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil Literature review ini diharapkan dapat menjadi sumber data


dan referensi dalam mengarahkan eksplorasi mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, M. F., & Mariyam, M. (2021). Penurunan Tekanan Darah Pada


Lansia Dengan Hipertensi Menggunakan Terapi Rendam Kaki Dengan
Air Hangat. Ner Much, 2(l), 54-60.
Bulu, Y. H. (2021). Perilaku Lansia Dalam Upaya Penanggulangan Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Pertiwi Kota Makassar. Jurnal
Promoti[ Preventif 4{l), 39-50.
Carolina, P., Tarigan, Y. U., Novita, B., Indriani, D., Efriadi, E., Yangan, E.
P., ... & Afiana, M. (2019). Pengabdian Masyarakat Pendidikan Kesehatan
Menjaga Kesehatan dan Kebugaran melalui Olahraga bagi Lansia di
Posyandu Eka Harapan Kelurahan Pahandut Palangka Raya. Jurnal Surya
Medika {ISM), 4(2), 88-94.
Depkes RI. (2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas
Kesehatan I. Jakarta
DeGuire, J., Clarke, J., Rouleau, K., Roy, J., & Bushnik, T. (2019). Blood
pressure and hypertension. Health Rep, 30{2), 14-21.
Ferayanti, N. M., Erwanto, R., & Sucipto, A. (2017). The effectiveness Of
warm water therapy and deep breathing relaxation in blood pressure.
NURSCOPE.’ Jurnol Penelitian lan Pemikiron Ilmioh Keperawotan, 3(2),
38-45.
Hafni, S., Suroyo, R. B., Sibero, J. T., Nasution, Z., & Wulan, M. (2021).
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Puskesmas Pijorkoling Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2020. Journal O[ Healthcare Technolog y And
Medicine, 7(2), 1206- 1220.
Hanum, P., Lubis, R., & Rasmaliah, R. (2018). Hubungan Karakteristik dan
dukungan keluarga lansia dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi
Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. IUMANTIK
{Jurnol Ilmioh Penelitian Ke ’ehatan), 3{l), 72-88.
Imelda, I., Sjaaf, F., & PAF, T. P. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Air Dingin
Lubuk Minturun. Health anal Me licol Journal, 2(2), 68-77.
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Badan Penelitian Dan Pengembangan.2018.
Hasil Utama Riskesdas 2018.
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta.’ Kementerian Ke
’eharon Repuhlik Indone ’ia.’ Pu ’ct Pendidikan Sumher Da pa Menu
’in Ke ’ehaton Be lonp Penpembongon lan Pember loyaon Sumber Data
Mann ’ia Ke ’ehaton.
Lailli, N. F., & Restyana, A. (2020). Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya Hipertensi pada pnsien Lansia di Kelurahan Semampir Kota
Kediri Tahun 2018. Java Health Jounal, 5(2).
Lin, P. Y., Chang, C. C., Tung, C. Y., Chu, W. H., & Tong, F. G. (2021).
Risk Factors of Prehypertension and Hypertension Among Workers at
Public Elderly Welfare Facilities in Taiwan: A Cross-Sectional Survey.
Me licine, 100{8).
Lubis, N. L., & Siregar, F. A. (2019). Factors associated with hypertension
among elderly in Medan, Indonesia. Journal o[Epi lemiolog y anal Puhlic
Health, 4(3), 215-221.
Mitra, M., & Wulandari, W. (2019). Factors Affecting Uncontrolled Blood
Pressure Among Elderly Hypertensive Patients In Pekanbaru City,
Indonesia. Open Acce Mace Ionian Journal o[Medical Science; 7(7),
1209.
Mulyadi, A. (2019). Gambaran Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi Yang Melakukan Senam Lansia. Journal o[Borneo Holt ’tic
Health, 2(2).
Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi
Garam Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Wocana Ke
’ehoton, 5(l), 531-542.
Rahmadhani, M. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Hipertensi Pada Masyarakat Di Kampung Bedagai Kota Pinang. Jurnol Ke
lokteran STM (Sains Teknologi Medik), 4{l), 52-62.
Relawati, A., & Kumiawan, M. 2021. Dominant Factors Which Affecting
The Quality of Life of Hypertension Patients In Rural And Sub-Urban Area
In Yogyakarta. bmj, 10, 2864.
Rizkiyanti, D., & Trisnawati, Y. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Bina Cipta Hu ’a la, 17(l), l5 l-160.
Susanti, M. R., Muwakhidah, S., & Wahyuni, S. (2017). Hubungan Asupan
Natrium dan Kalium dengan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan
Pajang (Doctoral dissertation, Universitns Muhammadiyah Surakarta).
Tang, J., Zhao, S., Yu, S., Chi, C., Ji, H., Xiong, J., & Zhang, Y. (2021).
Association Between Hypertension-Mediated Organ Damage and
Obesity Defined by Novel Anthropometric Indices In Community-
Dwelling Elderly Individuals. Clinical Nutrition, 40{6), 4473-4480.
Ulinnuha, A. A. (2017). Tekanan Darah Setelah Dilakukan Hi lroterapi Ren lam
Kaki Air Hangat Pada Penderito Hipertensi Di Kelurohon Somhiroto
Kota Semprong (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).
Unger, T., Borghi, C., Charchar, F., Khan, N. A., Poulter, N. R., Prabhakaran, D.,
& Schutte, A. E. (2020). 2020 International Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines. H yperten ’ion, 75(6), 1334-1357.
Yang, Z. Q., Zhao, Q., Jiang, P., Zheng, S. B., & Xu, B. (2017). Prevalence
and Control of Hypertension Among A Community Of Elderly Population
In Changning District Of Shanghai: A Cross-Sectional Study. Bmc
Geriatric ’, 17{l), 1-9.
Yunanto, R. A., Susanto, T., Rasni, H., Susumaningrum, L. A., & Nur, K. R.
M. (2020). Prevalence of Hypertension and Related Factors Among
Older People In Nursing Home Of Jember, East Java, Indonesia. Nur
’eLine Journal, 4(2), 146-153.
Zheng, E., Xu, J., Xu, J., Zeng, X., Tan, W. J., Li, J., ... & Huang, W. (2021).
Health- Related Quality of Life and Its Influencing Factors For Elderly
Patients With Hypertension: Evidence From Heilongjiang Province,
China. Frontier in puhlic health, 9, 176.

Anda mungkin juga menyukai